Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi yang dihadapi oleh
dunia dan kebanyakan masalah malnutrisi berasal dari negara berkembang, salah satunya
adalah Indonesia. Bersumber pada data WHO tahun 1999 menyatakan terdapat kematian 10,5
juta anak usia kurang dari 5 tahun dan 99% diantaranya tinggal di negara berkembang.
Penyebab kematiannya antara lain 54% adalah karena malnutrisi, disusul dengan kondisi
perinatal yang kurang baik, pneumonia, diare, DI dan lainnya.
Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi kesehatan
masyarakat dan masih menjadi maslaah utama di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. KEP dimanifestasikan secara primer akibat kurangnya asupan diet yang
mengandung energi dan protein secara tidak adekuat, baik karena kurangnya asupan kedua
nutrisi ini yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan normal, maupun karena kebutuhan
tubuh akan kedua nutrisi tersebut yang meningkat yang tidak sesuai dengan asupan yang
tersedia. Namun, karena KEP hamper selalu disertai dengan kekurangan nutrisi-nutrisi lain,
istilah Kurang Gizi Berat Pada Anak-Anak atau Severe Childhood Undernutrition (SCU),
lebih tepat menggambarkan keadaan tersebut. SCU, baik primer maupun sekunder,
merupakan spectrum yang memiliki rentang dari kekurangan gizi ringan yang ditandai
dengan berkurangnya rasio tinggi badan dan berat badan sesuai umur, hingga kekurangan gizi
yang berat yang ditandai dengan berkurangnya rasio tinggi badan dan berat badan yang
signifikan sesuai umur disertai dengan wasting/ pengurangan atau kehilangan massa otot
(bertambah kurus), yaitu penurunan rasio berat badan sesuai tinggi badan normal. SCU
dibedakan secara klinis menjadi 3, yaitu :
LBM 2 Page 1
ANAK RAMBUT JAGUNG
7,2% tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6% pada tahun 1995. Upaya pemerintah antara
lain melalui pemberian makanan tambahan dalam jaringan pengamanan social (JPS) dan
peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan tatalaksana gizi buruk kepada tenaga
kesehatan, berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 10,1% pada tahun 198, 8,1% pada
tahun 1999, dan 6,3% tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali 7%
dan pada tahun 2003 menjadi 8,15%.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-
Unicef tahun 2005, dari 343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169
kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kota lainnya prevalensi
tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari
yang kita bayangkan selama ini. Gizi buruk atau anemia gizi tidak hanya diderita anak balita,
tetapi semua kelompok umur. Perempuan adalah yang paling rentan, disamping anak-anak.
Sekitar 4 juta ibu hamil, setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya
kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayi
lahir dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah).
Kasus kematian akibat gizi buruk di Indonesia bukan karena faktor kelaparan,
melainkan penyakit penyerta, seperti infeksi saluran penapasan, kelainan jantung, dan diare
berat. Kasus gizi buruk di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 18 Oktober 2012 lalu contohnya,
merupakan masalah serius karena sampai menyebabkan kematian 21 balita. Untuk itu,
petugas kesehatan di NTB diminta memberikan penanganan yang tepat pada balita gizi
buruk, terutama meningkatkan daya tahan tubuh mereka. Sedangkan menurutGubernur NTB
Muhammad Zainul Majdi ada faktor lain yang dapat mengakibatkan kasus gizi buruk masih
ada, kasus gizi buruk yang muncul belakangan ini tidak semata-mata diakibatkan
ketidakmampuan ekonomi keluarga, tetapi lebih pada faktor kelalaian orangtua. Contohnya,
ada penderita gizi buruk yang ibunya justru memiliki gelang emas dan bapaknya merokok
dengan santai. Orangtua, kalau makan, lebih mementingkan diri sendiri daripada anaknya,
kata Zainul Majdi.
BAB II
PEMBAHASAN
LBM 2 Page 2
ANAK RAMBUT JAGUNG
2.1 Skenario
LBM I
ANAK RAMBUT JAGUNG
Unyil, anak laki-laki umur 8 tahun, berat badan 15 kg, dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
karena dikeluhkan kaki Unyil bengkak, perutnya buncit, Unyil juga tampak acuh tak acuh,
gerak badannya kurang stabil dan kulit terluarnya terkelupas. Sehari-hari juga Unyil kerap
mengalami mencret. Unyil berasal dari keluarga tidak mampu dan jarang makan sayuran dan
lauk pauk yang bergizi..
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ekspresi wajah apatis, edema anasarka, dan rambut
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah rontok.
Dokter pun melakukan pemeriksaan laboratorium sampel darah dan diperoleh hasil gula
darah puasa 70 mg/dL, Hb 7 g/dL, albumin 2,5 g/dL, Na 110 mEq/L, K 3 mEq/L
2.2 Terminologi
1. Edema Anasarka: Pembengkakan umum pada tubuh, yang merupakan gejala pada
orang yang sakit parah atau penimbunan cairan pada jaringan sub-cutan biasanya
terjadi hampir sebagian tubuh.
2.3 Permasalahan
LBM 2 Page 3
ANAK RAMBUT JAGUNG
2.3.1 Pembahasan permasalahan dari skenario
A. Interpretasi pada skenario
Pada kasus di skenario anak berusia 8 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan kaki bengkak, perut buncit, tampak acuh tak acuh, geraknya kurang satbil,
mencret dan kulit terkelupas. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan: Wajah apatis,
edema anasarka, dan rambut kemerahan mudah rontok.
a. Edema Anasarka terjadi karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kekurangan tekanan onkotik dan peningkatan
tekanan hidrostatik. Ini akan menyebabkan cairan dalam vaskular berpindah
ruangan ke ruang interstisial yang kemudian berakibat timbulnya edema dan
ascites. Edema juga terjadi karena hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
b. Wajah Apatis terjadi karena kurangnya asupan protein pada anak tersebut yang
dimana protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara
sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekusor untuk neurotransmitter yang
mendukung perkembangan otak, sehingga pada kwashiorkor terjadi gangguan
perkembangan otak yang menyebabkan perubahan mental pada anak.
c. Mencret terjadi karena kekurangan kadar protein dalam serum yang
menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan sel pada mukosa
usus yang menyebabakan terjadinya atrofi mukosa usus sehingga gagal
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang menimbulkan diare, diare
juga dapat terjadi karena terganggunya proses pembentukan antibodi sehingga
sistem imunitas rendah yang menyebabkan anak tersebut mudah terkena infeksi
yang mengakibtkan diare.
d. Rambut kemerahan mudah rontok terjadi karena kurangnya protein
menyebabkan degenerasi pada rambuut dan kutikula yang rusak. Rambut terdiri
dari keratin (senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan menyebabkan
kelainan pada rambut.
LBM 2 Page 4
ANAK RAMBUT JAGUNG
B. Ada tidak hubungan umur dan status sosial pda gejala skenario ?
= (8 x 2) + 8
= 24 Kg
LBM 2 Page 5
ANAK RAMBUT JAGUNG
Kadar gula darah normal
Kadar gula darah : 70-150 mg/dL
Kadar gula darah puasa : 72-126 mg/dL
Kadar gula darah 2 jam setelah makan: <180 mg/dL
LBM 2 Page 6
ANAK RAMBUT JAGUNG
Kekurangan energi protein (KEP) adalah penyakit atau keadaan klinis yang
diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan energy dan protein, dapat terjadi karena
asupan yang kurang atau kebutuhan atau keluaran yang meningkat atau keduanya
secara bersama. KEP hamper selalu disertai dengan defisiensi nutrient lain. Sindrom
kwasiorkor terjadi manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan
marasmus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua
bentuk ini yaitu marasmik kwashiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit
menentukan kekurangan apa yang lebih dominan. Secara garis besar penyebab anak
kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering
sakit / terkena infeksi.
G. Diagnosa Kerja
KWASHIORKOR ( DEFISIENSI PROTEIN )
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. GEJALA KLINIS
Penampilan
LBM 2 Page 7
ANAK RAMBUT JAGUNG
Penampilannya seperti anak yang gemuk (suger baby) bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di bagian
tubuh lainnya, terutama di pantatnya terlihat adanya atrofi.
Gangguan Pertumbuhan
Pertumbuhan terganggu, berat badan di bawah 80% dari baku Harvard persentil
50 walaupun terdapat edema, begitu pula tinggi badannya terutama jika KEP
sudah berlangsung lama.
Perubahan Mental
Edema
Edema baik yang ringan maupun berat ditemukan pada sebagian besar penderita
kwashiorkor. Walaupun jarang, asites dapat mengiringi edema.
Atrofi otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah dan berbaring terus-
menerus, walaupun sebelum menderita penyakit demikian sudah dapat berjalan.
Sistem gastro-intestinum
LBM 2 Page 8
ANAK RAMBUT JAGUNG
Gejala saluran pencernaan merupakan gejala penting. Pada anoreksia yang berat
penderita menolak segala macam makanan, hingga adakalanya makanan hanya
dapat diberikan melalui sonde lambung. Diare tampak pada sebagian besar
penderita, dengan feses yang cair dan mengandung banyak asam laktak karena
mengurangnya produksi lactase dan enzim disakaridase lain. Adakalanya diare
demikian disebabkan pula oleh cacing dan parasit lain.
Perubahan rambut
Perubahan kulit
Perubahan kulit yang oleh Williams, dokter wanita pertama yang melaporkan
adanya penyakit kwashiorkor, diberi nama crazy pavement dermatosis
merupakan kelainan kulit yang khas bagi penyakit kwashiorkor. Kelainan kulit
tersebut dimulai dengan titik-titik merah menyerupai ptechiae, berpadu menjadi
bercak yang lambat-laun menghitam. Setelah bercak hitam mengelupas, maka
terdapat bagian-bagian yang merah dikelilingi oleh batas-batas yag masih hitam.
Bagian tubuh yang sering membasah dikarenakan keringat atau air kencing, dan
yang terus-menerus mendapat tekanan merupakan predileksi crazy pavement
dermatosis,seperti di punggung, pantat, sekitar vulva, dan sebagainya.
Perubahan kulit lainnya seperti kulit kering dengan garis kulit yang mendalam,
luka yang mendalam tanpa tanda-tanda inflamasi. Kadang-kadang pada kasus
yang sangat lanjut ditemui petechiae tanpa trombositopenia dengan prognosis
yang buruk bagi si penderita.
Pembesaran hati
LBM 2 Page 9
ANAK RAMBUT JAGUNG
Termasuk gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati terdapat
setinggi pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabahan dengan permukaan yang lici dan pinggir yang tajam.
Sediaan hati demikian jika dilihat dibawah mikroskop menunjukkan, bahwa
banyak sel hati terisi dengan lemak. Pada kwashiorkor yang relatif ringan
infiltrasi lemak itu terdapat terutama di segi taga Kirnan, lebih berat penyakitnya
lebih banyak sel hati yang terisi dengan lemak, sedangkan pada yang sangat
berat perlemakan terdapat pada hamper semua sel hati. Adakalanya terlihat juga
adanya fibrosis dan nekrosis hati.
Anemia
Ada hipotesis mengatakan bahwa pada penyakit kwashiorkor tubuh tidak dapat
beradaptasi terhadap keadaan baru yang disebabkan oleh kekurangan protein
maupun energi. Oleh sebab itu banyak perubahan biokimiawi dapat ditemukan
pada penderita kwashiorkor, misalnya:
o Albumin serum
LBM 2 Page 10
ANAK RAMBUT JAGUNG
Albumin serum yang merendah merupakan kelainan yang sering dianggap
spesifik dan sudah ditemukan pada tingkat dini, maka McLarena member
angka (skor) untuk membedakan kwashiorkor dan marasmus. Lebih rendah
kadar albumin serum, lebih tinggi pemberian angkanya.
o Globulin serum
H. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
MARASMUS
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d.
Gejala Klinis
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
LBM 2 Page 11
ANAK RAMBUT JAGUNG
berbagai penyakit lain, seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorbsi, gangguan metabolic, penyakit ginjal menahun, dan
juga pada gangguan saraf pusar. Perhaian ibu dan pengasuh yang berlebihan
sehingga anak dipaksa menghabiskan makanan yang disediakan, walaupun
jumlahnya jauh melampaui kebutuhannya, dapat menyebabkan anak
kehilangan nafsu makannya, atau muntah begitu melihat makanan atau
formula yang akan diberikannya. Adakalanya anak demikian menolak segala
macam makanan hingga pertumbuhannya terganggu.
Penampilan
Perubahan mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar.
Kesadaran yang menurun (apati) terdapat pada penderita marasmus yang berat.
LBM 2 Page 12
ANAK RAMBUT JAGUNG
Kelainan pada rambut kepala
Otot-otot
Saluran pencernaan
Jantung
Tekanan darah
Saluran nafas
Sistem darah
Marasmus-Kwashiorkor
LBM 2 Page 13
ANAK RAMBUT JAGUNG
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Gejala Klinis
I. Diagnosis
Yang dimaksud dengan gizi buruk adalah terdapatnya edema pada kedua kaki
atau adanya severe wasing (BB/TB < 70 % atau < -3SD), atau ada gejala klinis gizi
buruk (kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor). Walaupun kondisi klinis
pada kwashiorkor, marasmus, dan marasmus kwashiorkor berbeda tetapi
tatalaksananya sama.
A. Diagnosis
LBM 2 Page 14
ANAK RAMBUT JAGUNG
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri.
Anak didiagnosis gizi buruk apabila :
Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor : BB/TB
> -3 SD atau marasmus-kwashiorkor: BB/TB < -3SD)
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak
tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak di bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantan dan paha; tulang
iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema.
Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk, karena mungkin anak
tersebut pendek, sehingga tidak terlihat sangat kurus. Anak seperti itu tidak
membutuhkan perawatan di rumah sakit, keciali jika ditemukan penyakit lain yang
berat.
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis
terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan
diare (encer/darah/lendir)
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi
dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
LBM 2 Page 15
ANAK RAMBUT JAGUNG
Anamnesis lanjutan
Batuk kronik
Riwayat imunisasi
Pemeriksaan fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB.
LBM 2 Page 16
ANAK RAMBUT JAGUNG
Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati
menentukan status dehidrasi pada gizi buruk)
Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang melambat, nadi
lemah dan cepat) kesadaran menurun.
Demam (suku aksilar 37,50C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35,50C)
Sangat pucat
o Ulkus kornea
o Keratomalasia
LBM 2 Page 17
ANAK RAMBUT JAGUNG
Fokus infeksi : telinga, tenggorokan, paru, kulit
o Deskuamasi
Catatan :
Pemeriksaan laboratorium terhadap HB dan atau Ht, jika didapatkan anak sangat
pucat
PENATALAKSANAAN
LBM 2 Page 18
ANAK RAMBUT JAGUNG
Gambar 6. Alur pemeriksaan anak gizi buruk
Pencatatan asupan makanan dan berat badan anak, sehingga kemajuan selama
perawatan dapat dievaluasi
LBM 2 Page 19
ANAK RAMBUT JAGUNG
Keterlibatan orang tua
Tatalaksana umum
Penilaian triase anak dengan gizi buruk dilakukan dengan tatalaksana syok pada
anak dengan gizi buruk :
Lakukan penanganan ini hanya jika ada tanda syok dan anak letargis atau idak
sadar.
Pastikan anak menderita gizi buruk dan benar-benar menunjukkan tanda syok.
Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium gawat darurat)
LBM 2 Page 20
ANAK RAMBUT JAGUNG
Alirkan cairan infus 10ml/kgBB selama 30 menit
Hitung denyut nadi dan frekuensi napas anak mulai dari pertama kali
pemberian cairan dan setiap 5-10menit
Jika ada perbaikan tapi belum adekuat (denyut nadi melambat, frekuensi napas
anak melambat, dan capillary refill >3 detik):
o Nilai kembali setelah volume cairan infus yang sesuai telah diberikan
Jika ada perbaikan dan sudah adekuat (denyut nadi melambat, frekuensi napas
anak melambat, dan capillary refill < 2 detik):
o Transfusi darah 10ml/kgBB selama 1 jam (bila ada perdarahan nyata yang
signifikan dan darah tersedia)
o Bila kondisi stabil rujuk ke rumah sakit dengan kemampuan lebih tinggi.
Jika kondisi anak menurun selama diberikan cairan infus (napas anak
meningkat 5 kali/menit atau denyut nadi 15 kali/menit), hentikan infus karena
cairan infus dapar memperburuk kondisi anak. Alihkan ke terapi oral atau
menggunakan pipa nasogastrik dengan ReSoMal, 10 ml/kgBB/jam hingga 10
jam.
LBM 2 Page 21
ANAK RAMBUT JAGUNG
Catatan pada saat memberikan penanganan gawat-darurat pada anak
dengan gizi buruk
Selama proses triase, semua anak dengan gizi buruk akan diidentifikasi sebagai
anak dengan tanda prioritas, artinya mereka memerlukan pemeriksaan dan
penanganan segera.
Pada saat penilaian triase, akan ditemukan sebagian kecil anak gizi buruk
dengan tanda kegawatdaruratan.
LBM 2 Page 22
ANAK RAMBUT JAGUNG
Anak dengan tanda dehidrasi berat tapi tidak mengalami syok tidak boleh
dilakukan rehidrasi dengan infus. Hal ini karena diagnosis dehidrasi berat
pada anak dengan gizi buruk sulit dilakukan dan sering terjadi salah
diagnosis. Bila diinfus berarti menempatkan anak ini dalam resiko over-
hidrasi dan kematian karena gagal jantung. Dengan demikian, anak ini harus
diberi perawatan rehidrasi secara oral (melalui mulut) dengan larutan
rehidrasi khusus untuk gizi buruk (ReSoMal).
Anak dengan tanda syok dinilai untuk tanda lainnya (letargis atau tidak
sadar). Pada gizi buruk, tanda gawat darurat umum yang biasa terjadi pada
anak syok mungkin timbul walaupun anak tidak mengalami syok.
o Jika anak letargis atau tidak sadar, jaga agar tetap hangat dan berikan
cairan infus dan glukosa 10% 5ml/kgBB iv.
o Jika anak sadar (tidak syok) jaga agar tetap hangat dan berikan
glukosa 10% 10ml/kgBB lewat mulut atau pipa nasogastrik dan
lakukan segera penilaian menyeluruh dan pengobatan lebih lanjut.
Catatan : ketika memberikan cairan infus untuk anak syok, pemberian cairan
infus tersebut berbeda dengan anak yang dalam kondisi gizi baik. Syok yang
terjadi karena dehidrasi dan sepsis mungkin dapat terjadi secara bersamaan
dan hal ini sulit untuk dibedakan dengan tampilan klinis semata. Anak
dengan dehidrasi memberikan reaksi yang baik pada pemberian cairan infus
(napas dan denyut nadi lebih lambat, capillary refill lebih cepat). Anak yang
mengalami syok sepsis dan tidak dehidrasi, tidak akan memberikan reaksi.
Jumlah cairan yang diberikan harus melihat reaksi anak. Hindari terjadi
over-hidrasi. Pantau denyut nadi dan pernapasan pada saat infus dimulai dari
tiap 5-10 menit untuk melihat kondisi anak mengalami perbaikan atau tidak.
Ingat bahwa jumlah dan kecepatan aliran cairan infus berbeda pada gizi
buruk.
LBM 2 Page 23
ANAK RAMBUT JAGUNG
Semua anak dengan gizi buruk membutuhkan penilaian dan pengobatan
segera untuk mengatasi masalah serius seperti hipoglikemi, hipotermi,
infeksi berat, anemia berat dan kemungkinan besar kebutaan pada mata.
Penting juga melakukan pencegahan timbulnya maslah tersebut bila belum
terjadi pada saat anak dibawa ke rumah sakit.
Kondisi I
Jika ditemukan: Renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau
dehidrasi.Lakukan Rencana I, dengan tindakan segera, yaitu:
1. Pasang O2 1-2L/menit
2. Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa / Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1
(RLG 5%)
3. Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis 5ml/kgBB bersamaan dengan
4. ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT
Kondisi II
Jika ditemukan: letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.Lakukan Rencana II,
dengan tindakan segera, yaitu:
1. Berikan bolus glukosa 10 % intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50ml
3. 2 jam pertama
berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5ml/kgBB
setiap pemberian
catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit
Kondisi III
Jika ditemukan: muntah dan atau diare atau dehidrasi.Lakukan Rencana III, dengan
tindakan segera, yaitu:
LBM 2 Page 24
ANAK RAMBUT JAGUNG
1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT)
2. 2 Jam pertama
berikan ReSoMal secara oral / NGT setiap 30 menit, dosis 5ml/kgBB
setiap pemberian
catat nadi, frekuensi nafas dan beri ReSoMal setiap 30 menit
Kondisi IV
Jika ditemukan: letargis. Lakukan Rencana IV, dengan tindakan segera, yaitu:
1. Berikan bolus glukosa 10% intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50ml
3. 2 jam pertama
berikan F 75 setiap 30 menit, . dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat
badan (NGT)
catat nadi, frekuensi nafas
Kondisi V
Jika tidak ditemukan: renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.
Lakukan Rencana V, dengan tindakan segera, yaitu:
1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral
2. Catat nadi, frekuensi nafas
Berikut ini adalah bagan langkah rencana pengobatan anak gizi buruk:
LBM 2 Page 25
ANAK RAMBUT JAGUNG
Gambar 9. BaganLangkah Rencana Pengobatan Anak Gizi Buruk
Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 faseyang harus
dilalui yaitu fase stabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), faserehabilitasi
(Minggu ke 3 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana tindakan
pelayanan terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb:
LBM 2 Page 26
ANAK RAMBUT JAGUNG
Gambar 10. 10 Langkah Utama Tatalaksana Anak Gizi Buruk
LBM 2 Page 27
ANAK RAMBUT JAGUNG
Berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir 10%* secara oral atau
NGT (bolus) sebanyak 50ml
2. Tidak sadar (letargis)
Berikan larutan Glukosa 10% secara intravena(iv) (bolus) sebanyak 5
ml/kgBB
Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir 10% secara
oral atau NGT (bolus) sebanyak 50 ml.
3. Renjatan(syok)
Berikan cairan intravena (iv) berupa Ringer Laktat dan Dextrose/Glukosa
10% dengan perbandingan 1:1 (=RLG 5%) sebanyak 15ml/kgBB selama 1
jam pertama atau 5 tetes/menit/kgBB
Selanjutnya berika larutan Glukosa 10% secara intravena (iv) (bolus)
sebanyak 5ml/kgBB
*5 gram gula pasir (=1 sendok teh munjung) + air matang s/d 50ml
Pemantauan :
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.
Jika kadar gula darah < 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan
glukosa atau gula 10%.
Jika suhu rectal <35,50C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia
disebabkan oleh hiponatremia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani
sesuai keadaan (hiponatremia dan hipoglikemia).
Pencegahan :
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam.
LBM 2 Page 28
ANAK RAMBUT JAGUNG
Langkah Ke-2: Pengobatan / Pencegahan Hipotermia
Hipotermia :
1. Adalah suatu keadaan tubuh dimana suhu aksiler <360C
2. Hipetermia biasanya terjadi bersama-sama dengan kejadian hipoglikemia.
3. Hipoglikemia daan hipotermia pada anak gizi buruk biasanya merupakan tanda
dari adanya infeksi sistemik yang serius.
4. Semua anak gizi buruk dengan hiponatremia harus mendapat pengobatan untuk
mengatasi hipoglikemia dan infeksi.
5. Cadangan energi anak gizi buruk sangat terbatas, sehingga tidak mampu
memproduksi panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
6. Setiap anak gizi buruk harus dipertahankan suhu tubuhnya dengan menutup
tubuhnya dengan penutup yang memadai.
7. Tindakan menghangatkan tubuh, adalah usaha untuk menghemat penggunaan
cadangan energi pada anak tersebut.
LBM 2 Page 29
ANAK RAMBUT JAGUNG
memindahkan panas tubuh ibu kepada tubuh anak dan anak digendong serta
diselimuti seluruh tubuhnya.
3. Pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan lampu.
Lampu harus diletakkan 50cm dari tubuh anak.
4. Suhu tubuh harus dimonitor setiap 30 menit untuk memastikan bahwa suhu
tubuh anak tidak terlalu tinggi akibat pemanasan.
5. Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah mencapai 370C.
Pemantauan :
1. Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5 0C
atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam. Hentikan
pemanasan bila suhu mencapai 36,50C.
2. Patikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam
hari.
3. Periksa kadar gula darah bila ditemukan hiponatremi.
Tatalaksana
1. Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, keciali pada kasus dehidrasi berat
dengan/tanpa syok.
2. Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
Beri 5ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama.
Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml.kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang
keluar, dan apakah anak muntah.
Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan
mempunyai kadar natrium tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang
lebih tepat adalah ReSoMal.
LBM 2 Page 30
ANAK RAMBUT JAGUNG
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam.
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1th: 50-
100ml setiap buang air besar, usia 1 thL 100-200ml setiap buang air
besar.
Resep ReSoMal
ReSoMal mengandung 37,5 mmol Na, 40 mmol K, 3 mmol Mg per liter
Bahan Jumlah
Oralit WHO* 1 sachet (200ml)
Gula pasir 10 gr
Larutan mineral-mix** 8 ml
Ditambah air sampai menjadi 400
*2,6 g NaCl; 2,9 g trisodium citrate dehydrate, 1.5 g KCl, 13.5 g glukosa dalam 1L
**Lihat resep larutan mineral mix
Bila larutan mineral mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal dapat dibuat
larutan sebagai berikut:
Bahan Jumlah
Oralit 1 sachet (200ml)
Gula pasir 10 g
Bubuk Kcl 0,8 g
Ditambah air sampai menjadi 400 ml
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka dapat
diberikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan
MgSO4 40% IM 1x/hari dengan dosis 0,3 ml.kgBB, maksimum 2 ml/hari.
Larutan Mineral-mix
Larutan ini digunakan pada pembuatan F-75, F-100 dan ReSoMal.
Jika tidak tersedia larutan mineral-mix siap pakai, buatlah larutan dengan
menggunakan bahan berikut ini :
Bahan Jumlah (g)
Kalium klorida (KCL) 89,5
Tripotassium citrate 32,4
Magnesium klorida (MgCl2, 6H2O) 30,5
Seng asetat (Zn asetat, 2H2O) 3,3
Tembaga sulfat (CuSO4, 5H2O) 0,56
Air tambahkan menjadi 1000 ml
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam
selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada
LBM 2 Page 31
ANAK RAMBUT JAGUNG
terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bias mengakibatkan
gagal jantung dan kematian.
Periksalah
Frekuensi napas
Frekuensi nadi
Frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
Frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada
dieresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang
serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi
buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh
telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan
frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan
penilaian ulang setelah 1 jam.
Pencegahan
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada anak
dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan
oralit standar.
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
Pemberian F-75 sesegera mungkin
Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.
Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati
edema dengan pemberian diuretikum).
Berikan :
LBM 2 Page 32
ANAK RAMBUT JAGUNG
- Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)
- Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)
- Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
- Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
Catatan:
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan
mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat
pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.
LBM 2 Page 33
ANAK RAMBUT JAGUNG
Ampisilin 50 mg/kgBB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan dengan
Amoksisilin secara oral 15 mg/KgBB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila
amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral.
Dan
Gentamicin 7.5 mg /Kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari.
Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari.
Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang
sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif.9
Bila masih tetap ada, nilai kembali kadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi
infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan
mineral telah diberikan dengan benar.
LBM 2 Page 34
ANAK RAMBUT JAGUNG
- Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat
suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda/gejala defisiensi vit.A,
berikan vitamin dosis terapi.
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula
khusus awal ke formula khusus lanjutan :
- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml)
dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan
asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).
Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
LBM 2 Page 35
ANAK RAMBUT JAGUNG
- Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari
- Protein 4-6 gram/kgBB/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
LBM 2 Page 36
ANAK RAMBUT JAGUNG
Tembaga mg 2.5 2.5 2.5
% energi protein - 5 6 12
% energi lemak - 32 32 53
Osmolaritas mOsm/l 413 334 419
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme
basal.
Formula khusus seperti F-75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan
harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas: (lihat
tabel 2 halaman 24). Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah,
berikan dengan sendok / pipet.
Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian
makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari
untuk setiap tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg BB/hari,
berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100
Kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.
LBM 2 Page 37
ANAK RAMBUT JAGUNG
Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- BB (harian)
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi
pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan dengan
menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Sarankan:
- Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur:
LBM 2 Page 38
ANAK RAMBUT JAGUNG
bulan I : 1x/minggu
bulan II : 1x/2 minggu
bulan III : 1x/bulan
- Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
- Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
LBM 2 Page 39
ANAK RAMBUT JAGUNG
Bila ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam
3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari
ke 1,2, dan 15.
Catatan :
Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali fotofobia sehingga selalu
menutup matanya. Penting untuk memeriksa mata dengan hati-hati untuk
menghindari rupture kornea.
2) Anemia berat
Transfusi darah diperlukan jika:
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl dan anak mengalami gangguan pernapasan atau tanda gagal
jantung.
Pada anak gizi burukm transfuse harus diberikan secara lebih lambat dan
dalam volume lebih kecil dibanding anak sehat. Beri :
Darah utuk (whole blood), 10 ml/kgBB secara lambat selama 3 jam,
Furosemid, 1 mg/kg IV pada saat transfuse dimulai.
Bila terdapat gejala gagal jantung, berikan komponen sel darah merah
(packed red cells) 10 ml/kgBB. Anak dengan kwashiorkor mengalami
redistribusi cairan sehingga terjadi penurunan Hb yang nyata dan tidak
membutuhkan transfuse. Hentikan semua pemberian cairan lewat
oral/NGT selama anak ditransfusi.
Monitor frekuensi nadi dan pernapasan setiap 15 menit selama transfuse.
Jika terjadi peningkatan (frekuensi napas meningkat 5x/menit atau nadi
25x/menit), perlambat transfuse.5,6
Catatan: Jika Hb tetap rendah setelah transfuse, jangan ulangi transfuse
dalam 4 hari. 5,6
Sebagai tambahan:
Kompres daerah luka dengan larutan Kalium permanganate PK;
KMnO4) 0,01% selama 10menit/hari.
LBM 2 Page 40
ANAK RAMBUT JAGUNG
Bubuhi salep/krim (seng dengan minyak kastor, tulle gras) pada daerah
yang kasar, dan bubuhi gentian violet (atau jika tersedia, salep nistatin)
pada lesi kulit yang pecah-pecah.
Hindari penggunaan popok-sekali-pakai agar daerah perineum tetap
kering. 5,6
4) Diare persisten
Tatalaksana
Giardiasis dan kerusakan mukosa usus
Jika mungkin, lakukan pemeriksaan mikroskopis atas specimen feses.
Jika ditemukan kista atau trofozoit dari Giardia lamblia, beri
Metronidazol 7,5 mg/kg setiap 8 jam selama 7 hari).
Intoleransi laktosa
Diare jarang disebabkan oleh intoleransi laktosa saja. Tatalaksana
intoleransi laktosa hanya diberikan jika diare terus menerus ini
menghambat perbaikan secara umum. Perlu diingat bahwa F-75 sudah
merupakan formula rendah laktosa. 5,6
Pada kasus tertentu :
Ganti formula dengan yoghurt atau susu formula bebas laktosa.
Pada fase rehabilitasi, formula yang mengandung susu diberikan
kembali secara bertahap.
Diare osmotic
Diare osmotic perlu diduga jika diare makin memburuk pada pemberian F-
75 yang hiperosmolar dan akan berhenti jika kandungan gula dan
osmolaritasnya dikurangi. 5,6
Pada kasus seperti ini gunakan F-75 berbahan dasar serealia dengan
osmolaritas yang lebih rendah.
Berikan F-100 untuk tumbuh kejar secara bertahap.
5) Tuberkulosis
Jika anak diduga kuat menderita tuberkulosis,lakukan: 5,6
Tes Mantoux (walaupun seingkali negative palsu)
Foto thoraks, bila mungkin
Untuk diagnosis dan tatalaksana sesuai dosis pengobatan TB pada anak
LBM 2 Page 41
ANAK RAMBUT JAGUNG
Pemulangan dan tindak lanjut
Bila telah tercapai BB/TB > -2SD (setara dengan >80%) dapat dianggap anak telah
sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak berperwakan
pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah.5,6
Berikan contoh kepada orang tua: 5,6
Menu dan cara membuat makanan kaya energia dan padat dizi serta frekuensi
pemberian makan yang sering.
Sarankan:
Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan
Mengikuti program pemberian vitamin A
KOMPLIKASI
Gizi buruk atau KEP berat seperti marasmus-kwashiorkor memiliki komplikasi-
komplikasi yaitu :
Perkembangan mental
Mwnurut Winick dan Rosso (1975) bahwa KEP yang diderita pada masa dini
perkembangan otak akan mengurangi sintesis protein DNA, dengan akibat
terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walaupun besarnya otak normal.
Jika KEP terjadi setelah masa divisi otak berhenti, hambatan sintesis protein akan
menghasilkan otak dengan jumlah sel yang normal namun dengan ukuran yang
lebih kecil. Dari hasil penelitian Karyadi (1975) terhadap 90 anak yang pernah
menderita KEP bahwa terdapat deifisit IQ pada anak-anak tersebut, deficit
tersebut meningkat pada penderita KEP lebih dini. Didapatkan juga hasil
pemeriksaan EEG yang abnormal mencapai 30 persen pada pemeriksaan setelah 5
tahun lalu meningkat hinggal 65 persen pada pemeriksaan ulang 5 tahun
setelahnya.2
Noma
Noma atau stomatitis gangrenosa merupakan pembusukan mukosa mulut yang
bersifat prograsif hingga dapat menembus pipi, bibir, dan dagu, biasanya disertai
nekrosis sebagian tulang rahang yang berdekatan dengan lokasi noma tersebut.
Noma merupakan salah satu penyakit yang menyertai KEP berat akibat imunitas
tubuh yang menurun, noma timbul umumnya pada tipe kwashiorkor.2
LBM 2 Page 43
ANAK RAMBUT JAGUNG
Xeroftalmia
Merupakan penyakit penyerta KEP berat yang sering ditemui akibat defisiensi dari
vitamin A umumnya pada tipe kwashiorkor namun dapat juga terjadi pada
marasmus. Penyakit ini perlu diwaspadai pada penderita KEP berat karena
ditakutkan akan mengalami kebutaan.2
Kematian
Kematian merupakan efek jangka panjang dari KEP berat. Pada umumnya
penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuberkulosa paru,
radang paru lain, disentri, dan sebagainya. Tidak jarang pula ditemukan tanda-
tanda penyakit gizi lainnya. Maka dapat dimengerti mengapa angka mortalitas
pada KEP berat tinggi. Daya tahan tubuh pada penderita KEP berat akan semakin
menurun jika disertai dengan infeksi, sehingga perjalanan penyakit infeksi juga
akan semakin berat.2
PENCEGAHAN
LBM 2 Page 44
ANAK RAMBUT JAGUNG
o Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu, misalnya ke Pusksesmas,
Posyandu.
o Melakukan imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi yang memiliki
prevalensi yang tinggi.
o Memperbaikin higienitas lingkungan.
o Mendidik rakyat untuk mengunjungi Puskesmas secepatnya jika kesehatan
terganggu.
o Menganjurkan keluarga berencana
PROGNOSIS
Prognosis pada penyakit ini buruk karena banyak menyebabkan kematian dari
penderitanya akibat infeksi yang menyertai penyakit tersebut, tetapi prognosisnya
dapat dikatakan baik apabila malnutrisi ditangani secara tepat dan cepat. Kematian
dapat dihindarkan apabila dehidrasi berat dan penyakit infeksi kronis lain seperti
tuberkulosis atau hepatitis yang menyebabkan terjadinya sirosis hepatis dapat
dihindari. Pada anak yang mendapatkan malnutrisi pada usia yang lebih dewasa. Hal
ini berbanding terbalik dengan psikomotor anak yang mendapat penanganan
malnutrisi lebih cepat menurut umurnya, anak yang lebih muda saat mendapat
perbaikan keadaan gizinya akan cenderung mendapatkan kesembuhan psikomotornya
lebih sempurna dibandingkan dengan anak yang lebih tua, sekalipun telah
mendapatkan penanganan yang sama. Hanya saja pertumbuhan dan perkembangan
anak yang pernah mengalami kondisi marasmus in cenderung lebih lambat, terutama
terlihat jelas dalam hal pertumbuhan tinggi badan anak dan pertambahanan berat
anak, walaupun jika dilihat secara ratio berat dan tinggi anak berada dalam batas yang
normal.
LBM 2 Page 45
ANAK RAMBUT JAGUNG
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
LBM 2 Page 46
ANAK RAMBUT JAGUNG
Daftar Pustaka
1. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stenton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics.18th Edition. United States of America : Sunders Elsevier Inc.2007. Hal :
229-232.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi
Buruk. Departemen Kesehatan RI, 2011.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana
Anak Gizi Buruk. Departemen Kesehatan RI, 2011.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis kesehatan Anak. Edisi
Pertama. Jakarta: IDAI. 2011.
5. World Health Organization. 2009. Gizi Buruk. Dalam Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
6. Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Jakarta: EGC
LBM 2 Page 47
ANAK RAMBUT JAGUNG