Professional Documents
Culture Documents
oleh
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea.
Epidermis adalah lapisan terluar dan bagian yang terlihat pada kulit, itu
sendiri terdiri dari 3 lapisan lebih lanjut, disebut stratum corneum (sel bertanduk),
keratinocytes (sel squamous) dan lapisan dasar. Secara bersama, mereka
bertanggung jawab untuk meproduksi keratin, protein yang berkontribusi untuk
melindungi sifat alami kulit. Mereka juga bertanggung jawab untuk regenerasi sel
kulit baru untuk menggantikan kulit mati. Epidermis juga mengandung
melanocytes, sel yang memproduksi melanin yang memberikan kulit kita
pigmentasi dan menjaga kulit tetap aman dari bahaya sinar matahari (UV).
Lapisan kulit kedua adalah bertanggung jawab untuk menjaga kulit kita
berisi dan lentur, terima kasih untuk 2 tipe protein yang ada disini, yaitu collagen
dan elastin. Diketahui sebagai dermis, lapisan is adalah rumah dari pembuluh
darah, pembuluh getah bening, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan folikel
rambut. Secara bersama, mereka menjaga kulit tahan air dan melumasi dengan
minyak (sebum), mengatur suhu tubuh, dan mengantar oksigen dan nutrisi ke sel.
Setelah lapisan kulit leher, lapisan selanjutnya adalah lapisan otot. Otot
leher terdiri dari:
Kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.Kelenjar ini
terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus.
Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar
2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-
masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat
rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjartiroid
mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior.
5
Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri
tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan
kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus
kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari
ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus (Sloade, 2002).
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. thyroidea superior (arteri utama).
2. A. thyroidea inferior (arteri utama).
3. terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari
aorta atau A. anonyma (Syaifudin, 2002).
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga
arteri tiroidea ima dari a. brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya banyak
dan cabangnya beranastomose pada permukaan dan dalam kelenjar, baik
ipsilateral maupun kontralateral. Tiroid superior menembus fascia tiroid dan
kemudian bercabang menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang anterior
mensuplai permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior mensuplai
permukaan lateral dan medial. tiroid inferior mensuplai basis kelenjar dan
bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang mensuplai permukaan inferior
dan posterior kelenjar.Sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang
menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Sistem Limfatik Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan
menjalar sampai nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus
pretracheal serta paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus
brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada mediastinum superior.
b) Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut sel folikel dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini
dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah.
c) Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai
dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut.
7
d) ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah,
bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel
folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat
berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola
Resorbsi pada koloid tersebut (Guyton, 1991).
SEL PARAFOLIKULER
b) Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya
tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan
dari folikel kelenjar.
c) Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
d) Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e) Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f) Merangsang pembentukan sel darah merah
g) Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h) Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan
sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan
menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar
kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan
sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran
tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di
lambung (Guyton, 1991).
9
1. Trapping. Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat
pada bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap
berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif.
Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya
pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali
kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam
transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
10
Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh.
Efek primer hormon tiroid adalah:
b. Klasifikasi Struma
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal
sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang
meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan
gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan
dapat mengakibatkan kompresi trakea.
2) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjaruntuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.
Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami
atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi
radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi.hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif
terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban,
konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan,
pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.Gambar
penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
14
3) Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan.Keadaan ini dapat timbul spontan atau
adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid,
sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran
kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan
menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh
suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung
berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas,mata melotot
(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.Gambar penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
15
c. Epidemiologi
Di seluruh dunia, penyebab paling umum dari struma ialah defisiensi
yodium. Diperkirakan bahwa struma memengaruhi sebanyak 200 juta dari 800
juta orang yang kekurangan yodium. Angka kejadian struma baik difusa maupun
nodosa sangat tergantung pada asupan yodium masyarakat. Pada area dengan
defisiensi yodium, prevalensi struma dapat sangat tinggi.Data rekam medis Divisi
Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005 struma nodusa toksik terjadi pada
495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12 %) dan 435 orang perempuan
(87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun 259 orang (52,3 2%), struma
multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang diantaranya17 orang laki-laki
(8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia yang terbanyak pada usia 31-40
tahun berjumlah 65 orang (34,03 %) (Assagaf, 2015).
d. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
e. Patofisiologi
Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertrofi
kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi iodium, goitrogenik glikosida
agent ( zat atau bahan ini dapat memakan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu,
jagung lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan
anti tiroid, anomali, peradangan atau tumor atau neoplasma. Sedangkan secara
fisiologis menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat membesar sebagai akibat
peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh
yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan dikatakan
pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan hormon ini cenderung
meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas meningkat
(Smeltzer & Bare, 2002).
Berdasarkan kejadian atau penyebarannya ada yang disebut Struma
Endemis dan Sporadis. secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini dijumpai
menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab,
maka struma sporadis banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan
penggunaan obat-obatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis
dimana kasus-kasus ini struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu
daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi iodium. Bahan dasar
pembentukan hormon-hormon kelenjar tiroid adalah iodium yang diperoleh dari
makanan dan minuman yang mengandung iodium. Ion iodium (iodida) darah
masuk kedalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP sebagain sumber
energi. selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis Tiroglobulin
(sejenis glikoprotein) dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga akan
terbentuk iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT). Proses ini memerlukan
enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir adalah berupa reaksi
penggabungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra
iodotironin tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri
iodotironin (T3) untuk selanjutnya masuk kedalam plasma dan berikatan dengan
protein binding iodine. Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH
dan dihambat oleh tiourasil, Tiourea, sulfonamid dan metilkaptoimidazol
(Smeltzer & Bare, 2002).
19
f. Manifestasi klinis
Berikut merupakan manifestasi klinis dari struma:
1. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah
benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adams apple.
2. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang
tenggorokan).
4. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara serak.
6. Distensi vena leher.
7. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
20
a. Struma Toksik.
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik (tiroktosikosis)
merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon
tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak
ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak
disadari oleh pasien meskipun telah diidap selama berbulan-bulan. Antibodi
yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan
reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif. Meningkatnya
kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan
antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasil
pengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah
berat dan mengancam jiwa pasien maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala
21
klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit
berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
Struma Non Toksik. Struma non toksik sama halnya dengan struma
toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non
toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik.
Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid
yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali
mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh
zat kimia. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-
tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik.
Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa.
Kebanyakan pasien tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, pasien datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh
adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea
(sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan
di dalam nodul. Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat
ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam
keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama
dengan yang diekskresi lewat urin.
g. Pemeriksaan penunjang
1. Palpasi, teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya
kenyal. Jika di auskultasi terdengar bunyi seperti pluit.
2. Termografiadalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu
kulit pada suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Tele-Thermography.
Hasilnya disebut n panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9C
dan dingin apabila <0,9C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa yang
22
h. Penatalaksanaan
Berikut merupakan penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien
Struma.
1) Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
(suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini
24
disebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan
pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat
sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang
tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat
dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu
setelah tindakan pembedahan.
a. subtotal lubektomi
Pengangkatan satu lobus tiroid yang mengandung jaringan patologis (total
lobektomi), atau sebagian besar lobus tiroid yang mengandung jaringan
patologis ( subtotal lobektomi). Indikasi operasi struma dengan gangguan /
penekanan, Kosmetis. Kontra Indikasi Operasi yaitu hipertiroidKo-morbiditas
berat.
Komponen komponen dari lobektomi adalah :
A. Alat steril
h) Mousquito : 2 buah
i) Klem pean bengkok sedang : 8 buah
j) Klem kocher lurus sedang : 4 buah
k) Nald foeder : 2 buah
l) Langenback/Wound hak : 2/2 buah
m) Klem pean manis : 1 buah
n) Aliss klem: 1 buah
o) Canula suction : 1 buah
2. Alat dan kain di Meja instrumen
MEKANISME
A. Tehnik Operasi
1. Menjelang operasi
a. Penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai tindakan operasi
yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan
persetujuan dan permohonan dari pasien untuk dilakukan operasi.
(Informed consent).
b. Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
c. Pasien puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
d. Tanpa antibiotika profilaksis
2. Tahapan operasi
a. Posisi penderita telentang, leher ekstensi dg ganjal bantal dibawah
pundak penderita, posisi meja sedikit head up, dg sudut 20 derajat
(reverse Trendelenburg).
b. Kepala diletakkan diatas donut baloon, yakinkan posisi dagu sejajar
dg long axis tubuh pada garis median.
28
e. Insisi kulit, subkutis dan platysma, sekaligus menjadi satu flap, untuk
mencegah perdarahan, edema, dan perlengketan pasca operasi.
f. Klem lurus (5 bh) pada dermis untuk traksi. Pertama kali flap atas. Diseksi
dapat dikerjakan secara tumpul, atau secara tajam menggunakan kauter
atau skalpel.
29
g. Diseksi tumpul dengan jari atau kassa pada batas platysma dengan loose
areolar tissue dibawahnya, tepat superfisial dari vena jugularis anterior.
Diseksi dilakukan ke arah kaudal (sampai sternal notch) dan kranial
(sampai terlihat cartilago tiroidea) dan dibuat flap yang difiksasi ke kain
drapping.
h. Insisi fascia coli superficialis secara vertikal pada garis tengah strap
muscle hingga batas bawah sampai level sternal notch, batas atasnya
sampai cartilago tiroid.
l. Pada tumor yang besar dapat dilakukan pemotongan strap muscle secara
horizontal di 1/3 proksimalnya (seproksimal mungkin) setelah sebelumnya
v.jugularis anterior diligasi.
r.Vena tiroidea inferior pada pool bawah tiroid diligasi dg silk 2/0 pada 2
tempat dan dipotong diantaranya.
s. untuk melakukan subtotal lobektomi maka dengan menggunakan klem
lurus dibuat markering pada jar tiroid diatas n.rekuren dan kel.paratiroid
atas bawah dan jaringan tiroid disisakan sebesar satu ruas jari kelingking
penderita ( 6-8 gram).
t. Identifikasi arteri dan vena tiroidea superior pada pool atas tiroid,
kemudian dibuat 2 (3) ligasi pada pembuluh darah tadi dan dipotong
diantaranya, yang diligasi betul-betul hanya pembuluh darah saja.
u. untuk hindari cedera n. laringeus superior : hindari kauter & diseksi dari
medial ke lateral.
v. Kelenjar paratiroid dilepaskan dari kel.tiroid, sambil dipreservasi arteri
yang memperdarahinya.
33
Komplikasi operasi
Mortalitas
Dibawah 0,5%
35
2) Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.
Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik, Yodium
radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di
rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi,
sebelum pemberian obat tiroksin.
3) Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena
itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini
juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat
ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
i. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada seseorang yang menderita Struma adalah
sebagai berikut:
1. suara menjadi serak/parau. Struma dapat mengarah kedalam sehingga
mendorong pita suara, sehingga terdapat penekanan pada pita suara yang
menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
36
b. Troidektomi
1. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan cara pengangkatan sebagian besar
atau seluruhnya jaringan tiroid pada kedua lobus.
2. Ruang Lingkup
Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai
tanda hipertiroidi, benjolan difus, optalmopati dikarenakan kelainan auto
imun.
37
3. Indikasi
a) Usia < 40 tahun.
c) Anak-anak.
d) Wanita hamil.
4. Kontra indikasi
a) Penyakit Graves rekuren.
b) Alergi OAT.
c) Resiko tinggi untuk bedah/anestesi.
5. Tekhnik Operasi
Persiapan sebelumnya, pasien dalam kondisi eutiroid dan diberikan
lugolisasi 7-14 hari.
a) Menjelang Operasi
1. Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan
operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan
tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk
dilakukan operasi. (Informed consent)
2. Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi,
persiapan ruang ICU untuk monitoring setelah operasi.
3. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi
4. Tanpa antibiotika profilaksis.
b) Tahapan Operasi
1. Pembiusan dengan endotrakeal, posisi kepala penderita
hiperekstensi dengan bantal di bawah pundak penderita.
2. Desinfeksi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan
linen steril.
3. Insisi collar dua jari di atas jugulum, diperdalam memotong m.
platisma sampai foscia kolli superfisialis
4. Dibuat flap keatas sampai kartilago tiroid dan kebawah sampai
jugulum, kedua flap di teugel keatas dan kebawah pada linen.
5. Fascia kolli superfisial dibuka pada garis tengah dari kartilago
hioid sampai jugulum.
6. Otot pretrakealis (sternohioid dan sternotiroid) kanan kiri
dipisahkan kearah lateral dengan melepaskannya dari kapsul tiroid.
7. Tonjolan tiroid diluksir keluar dan dievaluasi mengenai ukuran,
konsistensi, nodularitas dan adanya lobus piramidalis.
38
c) Kerusakan n. Rekuren
1. Bila waktu pembedahan kedua syaraf rekuren diidentifikasi maka
kemungkinan paralise akibat kecelakaan dilaporkan hanya 0-0,6%.
Gangguan yang sifatnya transien pada 2-4% dan akan sembuh
sendiri dalam beberapa minggu atau bulan
d) Hipoparatiroidism
1. Hipokalsemia transien dapat terjadi 1-2 hari pasca-bedah. Oedema
pada paratiroid karena manipulasi dapat menambah terjadinya
hipoparatiroidism transien.
j. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Pengkajian Umum
a. Identitas pasien
Nama:
Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia, resiko meningkat
pada usia tua
40
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, resiko lebih
meningkat pada perempuan karena penggunaan KB
Pendidikan:
Status menikah:
Alamat:
Tanggal MRS:
4. Mengetahui pengetahuan
4. Kaji tingkat pengetahuan klien pasien tentang nyeri
tentang nyeri.
5. Mengontrol penyebab
yang dapat
5. Kontrol faktor lingkungan yang menyebabkan klien tidak
menyebabkan ketidaknyamanan nyaman sehingga nyeri
pada klien, misalnya pencahayaan semakin dirasa.
ruang, temperatur ruang.
45
b. Intra operasi
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
a. post operasi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik
setelah pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan
implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format
SOAP dimana:
S (subjektif) yaitu respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A (analisis) yaitu masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi,
teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru
P (planning) yaitu rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah,
atau dimodifikasi
5. Discharge Planning
Discharge planning pada pasien dengan Struma dalah:
a. edukasi pada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian yodium
b. mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida
diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air
yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua
pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis
pemberiannya bervariasi sesuai umur dan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
51
Junadi, Purnawan, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, Jakarta: FKUI
Smeltzer S & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Brunner & Suddarth, (Edisi 8 vol 2). Alih Bahasa Agung Waluyo.
Jakarta : EGC.