Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Riset
Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri
Journal homepage : ejournal.kemenperin.go.id/jrtppi
Potensi tanaman air sebagai fitoakumulator logam kromium
dalam limbah cair tekstil
Potency of aquatic plants as phytoaccumulator of chromium in textile wastewater
2005). Ada berbagai jenis strategi dalam wetlands untuk mendegradasi nitrogen. Oleh
penerapan fitoremediasi, diantaranya adalah karena itu diperlukan studi mengenai
Fitoekstraksi, Rhizofiltrasi, Fitotransformasi, pemanfaatan ketiga tanaman tersebut dalam
Fitostimulasi, dan Fitostabilisasi (Chaney et al., pengolahan lanjutan limbah cair tekstil.
1995; Hidayati, 2005). Proses fitoremediasi
pada limbah cair umumnya digunakan sebagai Potensi suatu tanaman sebagai
pengolahan lanjutan dalam instalasi fitoakumulator dapat dilihat dari tingkat
pengolahan air limbah (IPAL), yang umumnya kesintasan atau kelulushidupan suatu
disebut dengan wetlands. tanaman dalam melewati gangguan fisiologis
yang diakibatkan oleh zat-zat pencemar dalam
Tanaman yang digunakan untuk limbah cair. Potensi suatu tanaman
fitoakumulasi logam kromium (Cr) sebaiknya fitoakumulator dapat dilihat berdasarkan
bukan tanaman pangan atau tanaman beberapa karakteristik yaitu: Laju
konsumsi karena kandungan senyawa logam pertumbuhan tanaman tersebut tidak
tersebut akan terakumulasi di dalam tanaman terpengaruh oleh toksikan yang terdapat pada
tersebut. Logam kromium memiliki dampak lingkungannya, mempunyai kesintasan dalam
yang mematikan apabila terakumulasi dalam menghadapi gangguan fisiologis yang
jumlah yang cukup besar (Syracuse Research, disebabkan oleh pencemar yang terdapat
1997; Zayed dan Terry, 2003). Salah satu pada lingkungannya, dan mampu mengurangi
alternatif untuk menghindari dampak buruk kadar pencemar secara signifikan.
dari fitoakumulasi adalah dengan
menggunakan tanaman hias dimana tanaman Penelitian ini bertujuan untuk
hias sehingga mempunyai fungsi ganda yaitu mengetahui apakah tanaman P. lanceolata
sebagai agen fitokumulasi dan juga sebagai (lavender air), Z. Aethiopica (lili air), E.
penambah estetika pada daerah yang akan Palaefolius (melati air), memiliki potensi untuk
diremediasi. Tanaman Pontederia lanceolata digunakan sebagai fitoakumulator logam berat
(lavender air), Zantedeschia aethiopica (lili pada proses akhir pengolahan limbah cair
air), Echinodorus palaefolius (melati air), tekstil di industri. Parameter yang dijadikan
merupakan tanaman hias yang sering tolak ukur untuk mengetahui potensi suatu
ditemukan di kawasan tropis seperti Indonesia. tanaman sebagai fitoakumulator logam berat
Telah banyak studi yang melibatkan ketiga meliputi parameter pengamatan morfologis
tanaman tersebut untuk mengolah limbah berupa nekrosis, klorosis, dan berat basah
cair, seperti tanaman Echinodorus palaefolius tanaman. Pengamatan kimiawi dilakukan
(melati air) merupakan tanaman yang umum dengan mengamati kadar logam berat
digunakan pada unit wetlands, namun kromium pada tanaman dan air limbah.
penggunaan tanaman ini masih sebatas pada
unit pengolahan limbah domestik. Pontederia
lanceolata (lavender air) merupakan tanaman
yang memiliki kekerabatan tingkat genus 2. METODE PENELITIAN
dengan Pontederia parviflora. yang dapat
digunakan sebagai bioakumulator logam
kromium (III) trivalen (de Souza et al., 2015).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Belmont dan 2.1. Bahan Penelitian
Metcalfe (2003), menyatakan bahwa tanaman
Zantedeschia aethiopica digunakan dalam unit
R.A. Malik et al./Jurnal Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 7 (1) (2016) 45-52 48
2.3.2. Aklimatisasi
2.3.3. Pemberian Limbah Cair hanya dilakukan dua kali yaitu pada awal dan
akhir penelitian.
Tanaman uji diberi limbah cair tekstil
sebanyak enam liter dan dibiarkan selama 30 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
hari. Selanjutnya pada hari ke-31 tiap-tiap pot
tanaman uji diberi aquades sebanyak 3 liter
dan dibiarkan hingga hari ke-60. Pemberian 3.1. Reduksi Logam Kromium Oleh Tanaman
akuades ini bertujuan untuk menghindari Untuk mengetahui reduksi logam
kematian tanaman uji karena kekurangan air kromium oleh tanaman uji maka diperlukan
dan untuk menurunkan viskositas air limbah pengukuran awal untuk mengetahui
yang masih mengandung logam berat karakteristik limbah cair yang digunakan
kromium. Dengan demikian, kesetimbangan ketika penelitian. Limbah cair tekstil yang
volume larutan tidak mengganggu proses diberikan pada tanaman uji memiliki
penyerapan logam berat kromium dapat karakteristik sebagaimana pada Tabel 1.
berlanjut hingga hari ke-60 masa penelitian.
Tabel 1. Hasil pengukuran karakteristik limbah cair
tekstil yang digunakan
No Parameter Konsentrasi Satuan
0.4
0.2 0.030.04 0.04
0
2.3.5. Pengamatan Morfologis Hari ke 0 Hari ke 60
Gambar 2. Kadar logam kromium pada limbah cair
Pengamatan morfologis meliputi tekstil
beberapa parameter seperti jumlah helaian
daun, persen nekrosis dilakukan sebanyak 3 Gambar 2 menunjukan penurunan kadar
(tiga) kali yaitu pada hari ke-0, hari ke-30, dan logam berat kromium (Cr) dalam limbah cair
hari ke-60. Untuk pengamatan berat basah yang cukup signifikan yaitu mencapai hampir
R.A. Malik et al./Jurnal Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 7 (1) (2016) 45-52 50
99%. Diduga penurunan ini disebabkan oleh dapat di serap melalui akar (Romheld dan
penyerapan dan transport logam kromium ke Meschner, 1986; Lasat, M. 2002). Logam
jaringan tubuhnya. Adanya penambahan kromium masuk kedalam akar tanaman
konsentrasi logam berat kromium pada melalui jalur apoplas korteks akar secara
tanaman uji menunjukan bahwa sebagian trasport pasif dan kemudian ditransportkan
besar logam yang terdapat pada limbah cair melalui jalur simplasmik ke organ lain seperti
diserap oleh tanaman uji. Jumlah kromium batang dan daun (Marschner, 1995; Javad,
yang terakumulasi dalam tubuh tanaman 2011), apoplas merupakan jaringan berongga
memiliki nilai yang lebih tinggi (gambar 3) yang mengandung banyak cairan yang
dibandingkan nilai kromium yang terdapat terdapat diantara lingkungan rhizosfer dan
pada air limbah awal (gambar 2). Perbedaan membran sel dari korteks akar dan jaringan
nilai ini disebabkan oleh penggunaan air pembuluh yang mengandung banyak senyawa
limbah sebanyak 6 liter sehingga jumlah bermuatan negatif yang berperan sebagai
logam kromium yang di uji di air limbah awal kompleks pengikat kation dan sebagai pelepas
dikalikan dengan 6 karena satuan dalam anion (pompa kation-anion) (Hegazy et al.,
pengujian adalah mg/L. 2011). Logam berat masuk kedalam sitosol
dengan mekanisme transport ion melalui
membran plasma, umumnya logam yang di
Kromium pada tanaman transport dalam bentuk kation Di- atau
12 Polivalen (Hall dan William, 2003).
9.64 Menurut Javed (2011), terdapat
10
8 beberapa cara untuk meningkatkan efektifitas
6.48
6 5.12 dan efisisensi pengurangan kadar logam berat
3.52 4.14 di perairan, yaitu dengan meningkatkan waktu
4
1.69 kontak antara logam berat dan tanaman
2
tersebut, menurunkan kecepatan aliran air,
0
Hari ke-0 Hari ke-60 dan meningkatkan kecepatan sedimentasi
logam berat.
P. Lanceolata Z. Aethiopica E. Palaefolius
Gambar 3. Kadar logam kromium pada tanaman 3.2. Pengaruh pH terhadap mobilitas logam
uji kromium
Tingginya nilai pH (basa) awal limbah
Berdasarkan gambar 3, peningkatan cair tekstil yang digunakan merupakan
kadar kromium pada tanaman terjadi pada dampak dari salah satu proses pengolahan
semua perlakuan. Tanaman E. palaefolius tekstil yaitu proses mercerization. Pada proses
mampu menyerap logam berat kromium lebih mercerization digunakan larutan NaOH pekat
tinggi dari kedua tanaman uji lainnya. dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
Kandungan logam kromium pada tanaman E. sisa hasil dari proses mercerization
palaefolius meningkat hingga 6,12 ppm, mempunyai nilai pH yang sangat basa
sedangkan untuk kedua tanaman lainnya (gambar 4).
hanya mengalami kenaikan 1,38 ppm dan 2,45
ppm.
Tanaman memiliki mekanisme tersendiri
untuk menstimulasi bioavailabilitas ion-ion
logam pada lingkungan rhizosfernya agar
R.A. Malik et al./Jurnal Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 7 (1) (2016) 45-52 51
elektron dan fiksasi karbon (Clijsters dan van (2008), stress akibat logam kromium ditandai
Assche, 1985; Hossner et al., 1998). Adanya dengan adanya gejala nekrosis pada bagian
kerusakan pada fungsi klorpolas akan ujung dan atau tepi daun dengan sebelumnya
berdampak pada berbagai proses metabolisme terjadi klorosis dan nekrosis pada bagian
dan enzimatis tanaman, termasuk biosintesis pembuluh utama daun. Gejala ini terjadi pada
enzim untuk pertahanan tanaman terhadap semua tanaman uji yang digunakan. Pada
stress abiotik. tanaman E. palaefolius gejala stress tersebut
Berat basah rata-rata dari tanaman Z. mula-mula terjadi klorosis dan nekrosis pada
aethiopica mengalami penurunan sebesar bagian pembuluh primer daun dan kemudian
22,5 gram, nilai penurunan ini merupakan diikuti dengan klorosis dan nekrosis pada
yang paling tinggi dibandingkan kedua bagian sekitar pembuluh primer daun dan
tanaman uji lainnya (gambar 5). Tanaman E. adanya gejala seperti terbakar pada bagian
Palaefolius mengalami penurunan berat basah ujung dan tepi daun.
rata-rata sebesar 18,8 gram. Berbeda dengan
kedua tanaman lainnya, tanaman P. lanceolata
mempunyai kenaikan nilai berat basah
dibandingkan berat basah pada awal
penelitian.
Kadlec RH., Wallace S., 2008, Treatment Wetlands, plant Pontederiacordata (Pontederiaceae),
2nd ed., CRC Press Boca Raton, London. American Journal of Botany 87(8), pp. 1116-
Lasat MM., 2002,. Phytoextraction of toxic metals: 1127.
A review of biological mechanism, J Environ Torresdey GJL., Rosa GD., Peralta-videea JR., Montes
Qual 31, pp. 109-120. M., Cruz-Jimenez G., Cano AI., 2005, Potential
Moenir M., Djarwanti., Syahroni C., Rame., Marlena uptake and transport of trivalent and
B., Budiarto A., 2015, Teknologi hybrid hexavalent chromium by tumbleweed (Salsola
anaerobic-wetland untuk pengolahan air kali), Arch Environ Contam 48, pp. 225-232.
limbah pencucian jeans, Prosiding Workshop Vymazal J., Brix H., Cooper PF., Habert R., Perfler R.,
Hasil Litbang Unggulan Kementerian Laber J., 1998, Removal mechanism and types
Perindustrian. of constructed wetlands. Constructed
Savin II., Butunaru R., 2008, Wastewater wetlands for wastewater treatment in
characteristic in textile finishing, Enviro Eng Europe Pg 17-66, Backhuys publisher, Leiden
and Management Journal Vol 7 No 6, pp. 859- The Netherlands
864. Vymazal J., Kropfelova L., 2008, Wastewater
treatment in constructed wetlands with
horizontal sub-surface flow, Environmental
Pollution Vol 14, Springer Science.
Vidaryathi AK., Dutt D., Upadhyaya JS., 2011,
Reduction of pollutants in paper mill effluent by
aquatic plants, Cellulose Chem Technol 45(3-4),
pp. 291-296.
Vigo TL., 2002, Textile processing and properties,
preparation, dyeing, finishing, and
performance, Textile Science and Technology
No 11, Elsevier Science BV, Amsterdam.
Wang Z., Xue M., Huang K., Liu Z., 2011, Advance
in treating textile effluent: Textile dyeing
wastewater treatment, In Tech Open 5, pp. 91-
116.
Zayed AM., Terry N., 2003, Chromium in the
environment: Factor affecting biological
remediation, Plant soil 249:139-156.