Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan upaya
khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta
maupun masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan
rawannya derajat kesehatan ibu. AKI menjadi salah satu indikator penting
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah
wanita yang meninggal dari suatu penyabab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas tanpa
memperhitungkan lama kehamilam per 100.000 kelahiran hidup
(Riskesdas,2013).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012-2013, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga.
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, meskipun selama kehamilan
banyak hal yang berubah dalam tubuh. Kehamilan yang menyangkut nyawa
ibu dan anak harus diperhatikan, sebab kehamilan bukanlah sekedar
menyimpan anak dalam jangka waktu 9 bulan kemudian siap dilahirkan.
Namun kehamilan harus memperhatikan kesehatan ibu dan anak. Selama masa
kehamilan banyak hal patologis juga yang dialami ibu sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita yang
mempunyai kemampuan untuk hamil. Dalam melewati proses kehamilan
seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini
sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu (Depkes RI, 2009).
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.
Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut
1
kembung, dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum
dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena
80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari.
Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum
dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis,pielititis,dan sebagainya
(Nugroho,2012)
Hiperemesis Gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan
disaat kehamilan, yang menyebabkan dehidrasi, defisiensi nutrisi, penurunan
berat badan dan mengganggu pekerjaan sehari-hari. Ibu hamil membutuhkan
nutrisi yang baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayi secara sempurna,
namun bila ibu hamil mengalami Hiperemesis Gravidarum, nutrisi ibu
berkurang sehingga mengancam pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Masalah ini perlu diatasi dan ditanggulangi, dalam menangani ibu hamil yang
mengalami hal ini harus sesuai dengan keadaan ibu (sarwono, 2010)
Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone
Chorionic Gonodhotropin(HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro, 2010).
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari
atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan
penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan
minggu ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan
2
berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan
gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan
terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana
dengan rawat inap.
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi
terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus
ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kegawat daruratan pada pasein hiperemesis gravidarum.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
b. Untuk mengetahui Penyebab hiperemesis gravidarum
c. Untuk mengetahui Patofisologi hiperemesis gravidarum
d. Untuk mengetahui Klasifikasi hiperemesis gravidarum
e. Untuk mengetahui Komplikasi hiperemesis gravidarum
f. Untuk mengetahui Penanganan hiperemesis gravidarum
g. Untuk mengetahui Diet hiperemesis gravidarum
C. MANFAAT
1. Bagi penulis
Penulisan studi kasus ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan
dan meningkatkan kompetensi memberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
2. Bagi institusi
Penulis berharap bahwa studi kasus ini dapat bermanfaat sebagai bahan
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus selanjutnya di
perpustakaan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
3
Dapat dijadikan perbandingan sehingga dapat memberikan asuhan yang
tepat untuk pasien pada kasus kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Menurut Nugroho (2012) hiperemesis gravidarum adalah mual muntah
yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang
segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi
dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis,
pielititis dan sebagainya.
Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan
umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar
HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan
kembar (Lockhart,2014). Sedangkan menurut Varney (2010) hiperemesis
4
gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan dengan
intensitas lebih sering dan durasi lebih lama dari pada mual dan muntah yang
biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan
berat badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada
trimester berapapun, biasanya dimulai pada trimester pertama dan menetap
dengan derajat yang bervariasi sepanjang masa kehamilan.
B. PENYEBAB
C. PATOFISIOLOGI
5
menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi (Winkjosastro, 2010).
Menurut Manuaba tahun (2012) Patofisiologi hiperemesis gravidarum
diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan
mengonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme
menuju arah anaerobik dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat.
Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi..
6
a. Dehidrasi bertambah.
b. Turgor kulit makin berkurang.
c. Lidah kering dan kotor.
d. Mata cekung.
e. Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.
f. Urin berkurang.
g. Napas berbau aseton.
3. Tingkat 3
a. Dehidrasi berat.
b. Mual dan muntah berhenti.
c. Perdarahan esofagus,lambung dan retina.
d. Gangguan fungsi hati bertambah .
e. Ikterus meningkat.
f. Gangguan kesadaran.
7
3. Tingkat III = Berat
- Keadaan umum wanita tersebut makin menurun, tanda dehidrasi
makin tampak, muntah berkurang, tekanan darh menurun, nadi makin
kecil dan cepat, suhu badan meningkat.
- Gangguan faal hati termanifestasi dari gejala icterus.
- Keadaan menurun dari somnolen sampai koma, komplikasi pada
susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke) dengan gejala : nistagmus,
diplopia dan perubahan
- mental. Keadaan ini akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B kompleks.
Hiperemesis gravidarum ada yang kronik dan ada yang akut.
Hiperemesis gravidarum kronik yaitu kemunduran terjadi dengan lambat
laun.
Hiperemesis gravidarum akut yaitu kemunduran terjadi dalam beberapa
hari misalnya 1 minggu.
F. DIAGNOSA
G. KOMPLIKASI
8
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai
berikut :
1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana Umum
Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum adalah:
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan sebagai suatu proses yang
fisiologis.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh
hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan
serta berbumbu merangsang
2. Tatalaksana khusus
9
Apabila muntah terus berlanjut dan menganggu kehidupan sehari-hari,
wanita tersebut perlu dirawat inap di RS, dengan penatalaksanaan sebagai
berikut :
a. Wanita dirawat dikamar tersendiri yang tenang,
tetapi terang dengan ventilasi udara yang baik, membatasi
pengunjung, dengan perubahan suasana, pendampingan oleh bidan /
perawat dan orang terdekat serta informasi dan komunikasi yang baik
saja sering sengaja muntah sudah berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
b. Pemberian cairan pengganti
Perlu diberi cairan intravena bila ada gejala dehidrasi. Cairan yang
dipakai biasanya dextrose5 % dalan larutan fisiologik sebanyak 2-3
liter perhari tergantung tingkat dehidrasi. Bila perlu diberi tambahan
kalium dan vitamin B kompleks dan C. Bila ada kekurangan protein
juga dapat diberi asam amino secara intravena.
c. Pendekatan Psikologis
Wanita perlu diyakinkan bahwa penyakitnya dapt disembuhkan,
hilangnya rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan. Dengan
pendekatan konseling dan dan mencoba menemukan konflik serta
mencari jalan penyelesaian masalah. psiko-sosial yang menjadi beban
dan pencetus adanya hiperemesis gravidarum. Kalau perlu dan
memungkinkan konsultasi dengan pekerja sosial, petugas pastoral dan
psokolog.
d. Penghentian Kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak
berhasil dan kondisi pasien menjadi makin memburuk. Perlu
pemeriksaan medik dan psikologis yang teliti untuk mengetahui
gangguan sistemik dan beratnya komplikasi. Adanya delirium,
somnolen sampai koma, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam kondisi
demikian secara medik perlu adanya pertimbangan untuk penghentian
kehamilan. Keputusan ini tidak mudah ditetapkan karena dengan
10
pertimbangan moral tidak boleh terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak
menunggu sampai kondisi irreversible pada organ vital.
11
badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.1 Jika sudah terjadi komplikasi,
perlu dilakukan tata laksana terhadap komplikasi tersebut. Penilaian
keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis,
keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah,
frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi.
Parameter laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13
B. SARAN
14