You are on page 1of 22

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5

Dewasa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita
terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik
yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen
kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan
negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular,
elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
3. Seperti apa cara perpindahan cairan tubuh, kebutuhan cairan tubuh bagi
manusia, pengaturan volume cairan tubuh dan jenis cairan?
4. Apa yang dimaksud kebutuhan dan pengaturan elektolit, jenis cairan
elektrolit, keseimbangan asam-basa dan jenis asam basa?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
6. Apa saja masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
7. Bagaimana proses dan tindakan keperawatan pada masalah kebutuhan cairan
dan elektrolit?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan
elektrolit
2. Untuk mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan
elektrolit
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan
elektrolit

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :

1
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

1. Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang


masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan,
metode penulisan.
2. Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan
aktivitas
3. Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data
dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku
maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau
kekurangan.
B. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur

2
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan


garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan
dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat
dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda
yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan
dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam
kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.

3
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:


system hormonal contohnya:
a. ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk
oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin
rennin.
c. Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus,
serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d. Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
C. Cara Perpindahan Cairan Tubuh
1. Difusi
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau
zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat
bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan
zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan
proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi
cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak
lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah
dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah.

4
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan


molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang
pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut,
sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah
solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra
dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam
dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah,
maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan
berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan
NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system
vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan
sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai
kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat
terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang
kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3. Transport aktif
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
terutama penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan
ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
a. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan
kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung
(larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan

5
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid


adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein
bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat
penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic
karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini
penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam
intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang
konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah.
Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan
tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial,
sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane
semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran semipermeable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau
zat lain tidak berpindah ke jaringan.
D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari
total berat badan tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru
lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita
dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan.
Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh
lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh
lebih banyak dibanding pada pria.

6
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:

Umur Jumlah air dalam 24 jam


Bayi s.d. 25 tahun
(1). 100mL/kg untuk 10kg pertama
(2). 50mL/kg untuk 10kg lanjutnya
(3). 20mL/kg untuk tiap kg di atas 20kg
Umur 25-55 tahun 35mL/kg Berat badan
Umur 55-65 tahun 30mL/kg Berat badan
Umur >65 tahun 25mL/kg Berat badan
E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa
adalah 2500 cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau
ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini
menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka
mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya pendarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
2. Pengeluaran cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi
asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc.
jumlah air yang paling banyak keluar dari eksresi ginjal (berupa urine),
sebanyak 1500 cc/hari pada orang dewasa. Hali ini dihubungkan dengan
banyaknya asupan melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran
air melalui ginjal mudah diukur dan sering dilakukan dalam praktis klinis.
Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan
saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula

7
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena,


khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah
pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehigga sulit untuk
diukur. Pada kasus ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500
cc/hari, diperlukan adanya perhatian khusus.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat dan diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus
menerus. Hasil-hasil pengeluaran cairan:
a. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran
cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus
dan dalam tubulus ginjal untuk kemudoan diserap kembali ke dalam
aliran darah. Hasil ekresi berupa urine. Jika terjadi penurunan volume
dalam sirkulasi darah, receptor atrium jantung kiri dan kanan akan
mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan kembali
ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran
urine.
b. Keringat
Terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat dan ion
kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi
kadar natrium dalam plasma.
c. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah
rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.
F. Jenis Cairan
1. Cairan nutrien

8
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori


setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi
kalori ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk
metabolisme. Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-
1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa),
invert sugar ( dextrose dan levulose).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan
volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila
keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan
berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah.
Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari
pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human
serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan
ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat
meningkatkan jumlah volume darah.
G. Kebutuhan dan Pengaturan Elektrolit
1. Kebutuhan elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida
yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan
dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi
ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan
ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium,
kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan
fosfat.
Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:
a. Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt,
b. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26
mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

9
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

c. Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh


atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan
kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
2. Pengaturan Elektrolit
a. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat
pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh
ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan
berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam
plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air
yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga
mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah.
Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga
mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat
dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan
air mata.
b. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan
intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan
kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam
tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).
System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:
Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, peningkatan jumlah
aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui
ginjal dan peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam
cairan ekstrasel menurun.
c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan
impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu
beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat.

10
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam


reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid
akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak
dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan
kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia
merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam
darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang
terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh
kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd
dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat
menjadi > 2,5 mEq/lt.
f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga)
dalam tubuh.
g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk
gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan
melalui urine.
H. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas
cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga
normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
1. Cairan Ringers, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2. Cairan Ringers Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3. Cairan Buffers, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
I. Keseimbangan Asam dan Basa

11
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa.


Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam
keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa
dapat dipertahankan melalui proses metabolism dengan system buffer pada
seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di
ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat,
fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
(NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3).
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan
kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga
kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang
dengan kebutuhan O2. Pembuangan melalui paru harus simbang dengan
pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat
mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan
ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil
konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran
CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam
cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan
mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH,
sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan
mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah
dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi
dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
J. Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan
asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan
alkali adalah natrium (sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan
agram dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga
mengurangi keasaman (asidosis). ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3),
yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain system

12
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa yang sangat


kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hydrogen dan membentuk ion bikarbonat
dengan pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion
hydrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.
Masalah Keseimbangan Asam-Basa
1. Sidosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga
terjadi kerusakan pada pernapasan, peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg,
dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit
obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.
2. Asidosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya
penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang
dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/lt.
3. Alkalosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat
menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat
adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru dan lain-lain.
4. Alkalosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan
basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26
mEq/ltd an pH arteri > 7,45 atau secara umum keadaan asam-basa dapat
dilihat melalui tabel berikut:

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan


Asam-Basa
Meningkat Menurun Meningkat Asidosis Respiratorik
Menurun Menurun Menurun Asidosis Metabolik
Menurun Meningkat Menurun Alkalosis Respiratorik
Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis Metabolik
K. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas
organ sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperature

13
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Temperature ayng tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan


melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan
cairan.
3. Diet
Apabila kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi
pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh
pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4. Stress
Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit melalui proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat
meningkatkan metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot
yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal
yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
L. Masalah-Masalah pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Masalah Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan
tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat
penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel.
Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga
macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan
elektrolit secara seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air
daripada elektrolit.
3) Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
elektrolit daripada air

14
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan


volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke
permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan
ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin
meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh
darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau
cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti
protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran
urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-
menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan
hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal diare, muntah secara terus-menerus,
pemasangan drainase dan lain-lain.
Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri: pengeluaran/kehilangan cairan
sebanyak 4-6 lt; serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt; hipotensi;
turgor kulit buruk; oliguria; nadi dan pernapadan meningkat serta
kehilangan cairan mencapai > 10 % BB.
2) Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan 2-4 lt atau antara
5-10% BB; serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt serta mata
cekung.
Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan mencapai 5%
BB atau 1,5-2 lt.
b. Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan
cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan
air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara jaringan. Pitting edema
merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk
cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh
perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan
yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan jari. Nonpitting

15
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering


karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada
permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik
cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh.
Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan
sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga menyebabkan
edema paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru
adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara napas
ronnchi basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung
sehingga dapat mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah
paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru. Perawat harus melakukan
observasi secara cermat bila memberikan cairan intravena pada pasien
yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler
paru terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada
anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu
menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas
pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan.
Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati
dan kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah
edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara
napas ronchi basah, penambahan berat badan secara tidak normal/sangat
cepat dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun
bila kelebihan cairan bersifat akut.
2. Masalah Kebutuhan Elektrolit
a. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak
< 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi
konvulsi dan membrane mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh
hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalya ketika tubuh
mengalami diare yang berkepanjangan.

16
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

b. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering
dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam
plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan karena
dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sementara asupan garam
sedikit.
c. Hipokalemia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi
pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan
lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan
muntah-muntah, perut krmbung,lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak
beraturannya denyut jantung (aritmia), penurunan bising usus dan
turunnya kadar kalim plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt.
d. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan diamna kadar kalium dalam darah
tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis
metabolic, pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena yang
ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas system pencernaan, aritmia,
kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare, adanya kecemasan dan
iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
e. Hipokalsemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang,
bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri

17
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar
kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.

g. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah,
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan,
takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam
darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.
h. Hipermagnesia
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah,
ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar
magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.
M. ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan
elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah
pemasukan secara oral, parenteral atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat
diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran
lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan
yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
b. Faktor yang Berhubungan
Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan
cairan seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan
obat.
c. Pengkajian Fisik
Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan
elektrolit seperti system integument (status turgor kulit dan edema),
system kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah dan
bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system
neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya
refleksi) dan system gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan
bising usus).

d. Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya

18
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium,


klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
2. Diagnosis Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
1) Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus
atau lainnya,
2) peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada
pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan metabolism,
3) pengeluaran cairan secara berlebihan,
4) asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
1) Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal,
2) penurunan curah jantung akibat penyakit jantung,
3) gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau
thrombus,
4) retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan
osmotic koloid yang rendah.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
b. Rencana tindakan:
1) Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status
keseimbangan cairan.
2) Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan
lakukan:
a) Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
b) Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine,
serum, osmolaritas, kreatinin, hematokrit dan Hb.
c) Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti
muntah, dengan cara memberikan minum secara sedikit-sedikit
tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
a) Pengurangan asupan garam
b) Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara
melihat kondidi penyakit pasien terlebih dahul. Apabila akibat
bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk
istirahat dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau
tinggikan ekstremitas yang mengalami edema diatas posisi
jantung, kecuali ada kontra indikasi.

19
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

c) Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos


kaki yang ketat.
c. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
d. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
a. Pemberian cairan melalui infuse
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set,
bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan
kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan
ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester,
gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja: Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan
dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke dalam
botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan
bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka
penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar; letakkan pengalas;
lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan;
desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah
jarum ke atas; cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah
keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan hubungkan
dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan
betadineTM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam
pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.
5. Cara Menghitung Tetesan Infuse
a. Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk/Lamanya infuse (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2
botol) infuse dalam waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000/ 1x3 = 333 tetes/menit.
b. Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk/Lamanya infuse (jam)

20
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml


infuse dalam waktu 2 jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 250/2 = 125 tetes mikro/menit.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya
keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dalam
batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada
penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ yang paling berperan,
sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen,
CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja,
melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun
begitu, akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih

21
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Kelompok 5
Dewasa

ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori, kafein
dan zat-zat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada
Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan
dan-Elektrolit.html diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00
WIB.
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari
diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-cairan-dan
elektrolit.html RIZCKY RINALDI MALIK Desember 2012.

22

You might also like