You are on page 1of 15

MAKET KARYA GEDE KRESNA

DI BENGKALA, KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALI


1
I Putu Suhartawan, 2 I Wayan Sudiarta, 3 I Gst. Ngh. Sura Ardana

Jurusan Pendidikan Seni Rupa


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Tahun 2015

E-mail: 1 pacungart@gmail.com , 2 sudiartanik1965@yahoo.com ,


3
surartdana@gmail.com

(i-xvi,130 halaman)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) munculnya ide pembuatan maket; (2) alat
dan bahan yang digunakan membuat maket; (3) proses pembuatan maket; (4) nilai estetis maket
karya Gede Kresna di Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Gede Kresna.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
wawancara dan kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis domain dan
taksonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ide awal pembuatan maket timbul karena ingin
mempermudah presentasi karya di depan klien; sebagai media pembelajaran menemukan
gubahan ruang dan sambungan baru; muncul saat Gede Kresna melihat material kayu bekas yang
tidak dimanfaatkan dengan baik. (2) Alat dan bahan maket : gergaji kecil, lingkaran tangan dan
jigsaw, bor, pahat, palu, spidol, pulpen, penggaris siku, meteran gulung, mortising machine,
cutter, amplas mesin dan lembaran, alat serut. Bahan yaitu kayu jati bekas, lem G dan epoxy (3)
Proses pembuatan maket karya Gede Kresna dimulai dengan proses persiapan : membuat sketsa,
pemilihan bahan, memotong bahan; proses perakitan : membuat konstruksi dasar dan dudukan
maket, merakit sambungan konstruksi, membuat ruangan; membuat kap atau atap; membuat
bagian kecil atau aksesoris maket; menempelkan aksesoris maket dan menggabungkan semua
bagian maket; finishing (4) Nilai estetis maket Gede Kresna terlihat saat maket yang diciptakan
fungsinya berjalan dengan baik dan benar, selain itu berhasilnya Gede Kresna mensintesa
langgam rumah tradisional menjadi bentuk bangunan baru dengan pemikiran modern yang
diorientasikan untuk kebutuhan masa kini sehingga memiliki nilai estetis, eksotis dan
multifungsi.

Kata kunci: Ide kreatif, maket, nilai estetis.


MOKUPS MADE BY GEDE KRESNA
IN BENGKALA, KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALI
1
I Putu Suhartawan, 2 I Wayan Sudiarta, 3 I Gst. Ngr. Sura Ardana

Department of Art Education


Ganesha University of Education
Singaraja 2015

E-mail: 1 pacungart@gmail.com , 2 sudiartanik1965@yahoo.com ,


3
surartdana@gmail.com

(i-xvi,130 pages)

ABSTRACT

This research is intended to determine: (1) the emergence of the idea of making mockups; (2) the
tools and the materials for making mockups; (3) the process of macking mockups; (4) the aesthetic value
of mockups made by Gede Kresna in Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali. This research is a kind of
descriptive research by using qualitative approachment. The subject was Gede Kresna and the objects of
this research were the mockups made by Gede Kresna. The methods on data collection in this research
were documentations, interviews, and literature. The data analysis was domain analysis and taxonomy.
As the result, this research has shown that: (1) the initial idea of making mockups arise because he
want to simplify the presentation in front of the clients, in addition to the idea of making mockups
appeared when Gede Kresna requires a kind of learning media to discover the spin of space and new
connections, ideas emerged as Gede Kresna was looking at a used-wood that was not utilized properly.
(2) Tools and materials of mockups: small saws, circular hand and jigsaw, drill, chisel, hammer, marker,
pen, ruler, meter roll, mortising machine, cutter, sanding machine and sandpaper, and planer. The
materials are used-teak, glue, and epoxy. (3) The process of making mockups of Gede Kresna begins with
preparation process: sketching, choosing the materials, cutting the materials; assembly process: making
basic construction and mockups holder, assembling the construction connections, making the room,
making the roof; making the small parts or accessories of the mockups; attaching the accessories and
combine all parts of mockups; finishing. (4) The aesthetic value of the mockups made by Gede Kresna
can be shown when the mockups function could run properly, in addition to the success of Gede Kresna
on synthesizing the style of traditional house into a new building forms with modern ideas which oriented
to the present neccesities, so then it is having an aesthetic value, exoticism, and multifunctional.

Key words: creative ideas, mockups, aesthetic value.


PENDAHULUAN tidak pernah terlepas dari jasa seorang
arsitek.
Saat berkunjung dan menonton
sebuah pameran rumah atau bangunan, Di sebuah desa kecil tepatnya di
pengunjung dipastikan bisa menyaksikan Desa Bengkala, Kecamatan
miniatur rumah dan bangunan tersebut. Kubutambahan, Buleleng, Bali terdapat
Miniatur rumah dan bangunan inilah yang sebuah perusahaan yang bernama Rumah
disebut dengan maket. Menurut pendapat Intaran. Rumah intaran merupakan sebuah
ahli Alexander Schilling(2010: vii) disebutan perusahaan yang di dirikan oleh seorang
bahwa maket adalah cara untuk arsitek yang sudah lama bergelut di dunia
mempresentasikan struktur yang terencana arsitektur Indonesia, namanya Gede
yang membantu untuk menciptakan kesan Kresna. Pria kelahiran 15 Agustus 1974 ini
ruang pada tata ruang atau lingkungan yang tumbuh dan menyelesaikan pendidikan
akan diciptakan. Maket bangunan atau menengahnya di Buleleng, Bali utara.
rumah ini sebenarnya punya fungsi yang Menyelesaikan pendidikan tingginya di
cukup banyak bagi pembuat bangunan dan bidang arsitektur di Universitas Indonesia.
pembelinya. Menurut penuturan dari Sempat beberapa lama bekerja di Jakarta
narasumber Gede Kresna yang sekaligus sebelum memutuskan untuk tinggal di
pembuat maket pada tanggal 10 juli 2014, Denpasar, Bali pada tahun 2004.
ada beberapa kegunaan atau fungsi maket
Di Bali Gede Kresna tidak langsung
yaitu sebagai berikut : Maket dengan skala
berkecimpung di bidang arsitektur
1 :10 memungkinkan pencipta membuat
sebagaimana halnya saat tinggal di Jakarta,
detail pertemuan konstruksi sebagaimana
melainkan lebih banyak fokus pada
detail aslinya. Selain itu, maket dibuat untuk
pembuatan dan pengolahan material
mempermudah presentasi kepada calon
arsitektur berbahan material natural seperti
pembeli rumah yang rata-rata lebih bisa
tanah liat, bambu, alan-alang, ijuk dan
berimajinasi dengan bentukan tiga
sebaginya. Pada tahun 2008 Gede Kresna
dimensional yang nyata dibandingkan
kembali menggeluti bidang arsitekturnya
dengan symbol-simbol di dalam gambar.
dengan membuat rumah-rumah bermaterial
Fungsi lain maket juga dapat
kayu-kayu bekas untuk rumah tinggal, villa,
mempermudah disainer untuk
bahkan resort yang tersebar di Bali,
mendelegasikan pekerjaan kepada tukang
Bandung, hingga mancanegara. Saat
dan lebih memudahkan saat penghitungan
membuat rumah atau bangunan Gede
anggaran biaya. Maket juga memudahkan
Kresna selalu menggabungkan nilai-nilai
tukang dalam pemilihan material dan
beserta unsur-unsur tradisonal dan modern
menghindari kejadian salah potong atau
ke dalam karya rancanganya. Diliat dari
salah penggunaan kayu, karena tukang bisa
karya-karya rumahnya, Gede Kresna
membayangkan di mana material itu akan
kebanyakan memodifikasi rumah adat
digunakan.
tradisional menjadi sebuah rumah modern
Pembuatan Maket tidak hanya namun dengan tidak meninggalkan bentuk
menampilkan gambaran bentuk bangunan aslinya. Banyak karya rumah yang telah
dan interiornya saja, tetapi juga harus dibuatnya dan sekecil apapun bangunannya
lengkap dengan kondisi lingkungan yang namun satu hal yang perlu diketahui yaitu
ada disekitarnya. Semua kondisi ini bisa sebelum membuat rumah atau bangunan,
dijelaskan kepada calon pembeli secara Gede Kresna selalu mengiawalinya
terperinci melalui maket, sehingga calon dengan membuat maket atau miniatur
pembeli dapat membayangkan rumah yang rumah tersebut.
akan dibeli beserta kondisi lingkunganya .
Maket yang dibuat Gede Kresna
Dari sekian banyak kegunaan dan
sangat banyak dan bervariasi, selain
kemudahan yang diberikan oleh maket,
namun perlu diketahui pembuatan maket
berbeda dari segi bahan, bentuk yang a. Untuk mendeskripsikan munculnya ide
menarik, ide-idenya juga adalah ide pribadi. pembuatan maket oleh Gede Kresna di
Pembuatan maket ini tidaklah Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali;
segampang yang dipikirkan, selain karena b.Untuk mengetahui dan memilih alat dan
memiliki bentuk yang kecil maket yang bahan yang digunakan dalam pembuatan
dibuat juga harus mirip dengan rumah atau maket karya Gede Kresna di Bengkala,
bangunan aslinya, baik dari segi bentuk, Kubutambahan, Buleleng, Bali; c.Untuk
konstruksi, dan bahanya harus sama.
Secara umum bahan pembuatan maket mendalami dan memahami proses
menggunakan kayu triplek, styrofoam, pembuatan maket karya Gede Kresna di
kardus dan karpet sebagai rumputnya, Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali;
tetapi yang membedakan maket karya d.Untuk mengetahui nilai estetis pada
Gede Kresna adalah terletak pada bahan- maket karya Gede Kresna di Bengkala,
bahan yang dipakai yaitu kayu-kayu bekas Kubutambahan, Buleleng, Bali.
selain bahan bentuk maket rumahnya juga
kebanyakan memodifikasi bentuk-bentuk METODE PENELITIAN
rumah tradisional Jawa dengan
penambahan arsitektur dan aksesoris Dilihat atau ditinjau dari tujuan dan
modern, atau sebaliknya maket rumah sifatnya penelitian ini merupakan penelitian
modern dimodifikasi dengan arsitektur jenis deskriftif dengan pendekatan kualitatif.
tradisional. Menurut Arikunto, (2010: 3) menjelaskan
bahwa penelitian deskriftif adalah
Karena begitu pentingnya penelitian yang benar-benar hanya
pembuatan maket bagi seorang arsitek, memaparkan apa yang terdapat atau terjadi
dan begitu uniknya maket yang dibuat oleh dalam sebuah kanca, lapangan, atau
Gede Kresna maka hal inilah yang dikelompok-kelompokan menurut jenis,
mendorong keiinginan penulis untuk sifat, atau kondisinya sedangkan
meneliti pembuatan maket karya Gede penelitian kualitatif Menurut Denzin dan
Kresna untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Lincoln 1987 (Moleong, 2007 : 5),
menyatakan bahwa penelitian kualitatif
Berdasarkan latar belakang diatas, adalah penelitian yang menggunakan
ada beberapa masalah yang dapat latar alamiah, dengan maksud
dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana menafsirkan fenomena yang terjadi dan
munculnya ide pembuatan maket karya dilakukan dengan jalan melibatkan
Gede Kresna di Bengkala, Kubutambahan, berbagai metode yang ada. Jadi dapat
Buleleng, Bali?; b.Apa sajakah alat dan disimpulkan penelitian deskriptif dengan
bahan yang digunakan dalam pembuatan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang
maket karya Gede Kresna di Bengkala, bertujuan memaparkan secara rinci temuan
Kubutambahan, Buleleng, Bali?; dilapangan secara apa adanya kemudian
c.Bagaimanakah proses pembuatan maket ditafsirkan dengan metode yang ada.
karya Gede Kresna di Bengkala,
Kubutambahan, Buleleng, Bali?; Adapun penelitian ini dilaksanakan
d.Bagaimana nilai estetis pada maket karya dalam rangka memaparkan secara rinci dan
Gede Kresna di Bengkala, Kubutambahan, terorganisir mengenai munculnya ide
Buleleng, Bali? pembuatan maket, alat dan bahan, proses
Berdasarkan rumusan masalah pembuatan maket dan nilai estetis maket
karya Gede Kresna di Desa Bengkala,
diatas, adapun tujuan yang hendak dicapai Kubutambahan, Buleleng, Bali. Subjek
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : penelitian ini adalah Gede Kresna selaku
seorang arsitek yang membuat maket di
desa Bengkala, Kubutambahan, Buleleng,
Bali. Sedangkan objek penelitian adalah material kayu, berangkat dari hal itulah
Maket Karya Gede Kresna. Subjek Gede Kresna melihat peluang dan mulai
penelitian ini adalah Gede Kresna selaku membuat karya maket serta bangunannya
seorang arsitek yang membuat maket,. secara konsisten memanfaatkan material
Sedangkan objek penelitian adalah Maket kayu bekas. Beberapa alasan itulah yang
Karya Gede Kresna. mendasari Gede Kresna untuk selalu
membuat maket sampai sekarang.
Dalam pengumpulan data ini, tehnik
yang peneliti gunakan adalah teknik (2) Alat dan bahan yang digunakan
observasi, wawancara, dan teknik untuk membuat maket
kepustakaan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisis data domain dan Alat dan bahan yang digunakan untuk
taksonomi. membuat maket : (a). Mesin Gergaji
Lingkaran Tangan yang dipasang permanen
HASIL DAN PEMBAHASAN pada meja, (b). mesin gergaji pita kecil atau
jig saw, (c). Mortising Machine , (d). pahat
(1). Munculnya ide awal pembuatan
tukang, (e). palu , (f). penggaris siku-siku,
maket
(g). cutter, (h). bor mesin, (i). pulpen dan
Gede Kresna mengawali pembuatan spidol, (j). amplas mesin,amplas (k). gergaji
maket rumah kayu sejak tahun 2011. Maket kecil, (l). meteran gulung G. dan (m). mesin
yang dibuat Gede Kresna kebanyakan serut. Sedangkan bahanya adalah (a).
terinspirasi dari bentuk-bentuk rumah kayu jati bekas, (b). lem epoxy, dan (c).lem
tradisional. Berangakat dengan pemikiran lembaran,
modern, Gede Kresna berusaha
menciptakan bentuk-bentuk modifikasi (3). Proses pembuatan maket karya Gede
rumah tradisional untuk diorientasikan pada Kresna di Desa Bengkala, Kecamatan
kehidupan modern lewat karya-karya rumah Kubutambahan, Buleleng, Bali
kayunya.
Proses pembuatan maket karya
Ide pria kelahiran 15 Agustus 1974 Gede Kresna di Desa Bengkala, Kecamatan
ini membuat maket muncul dikeranakan Kubutambahan, Buleleng, Bali diawali
Gede Kresna ingin mempermudah dengan proses persiapan yaitu (a).
presentasi karya-karyanya di depan klienya Membuat sketsa maket; (b). Pemilihan
melalui karya tiga dimensional yang lebih bahan; (c).Memotong bahan. Setelah itu
mengesankan klien dalam berimajinasi dan dilanjutkan dengan proses perakitan. Pada
melihat detail bangunannya. Munculnya ide tahapan ini, bahan yang sudah dipilih dan
pembuatan maket juga muncul saat Gede dipotong sesuai skala akan segera dirakit
Kresna memerlukan media untuk menjadi maket. Adapun tahapan-tahapan
pembelajaran dan promosi, maka dari saat proses perakitan maket karya Gede Kresna
itulah maket digunakan sebagai media adalah sebagai berikut : (a). Membuat
pembelajaran untuk menemukan gubahan konstruksi dudukan maket (b).Membuat
ruang dan sambungan-sambungan baru konstruksi dasar (c).Merakit sambungan
dalam bangunanya. Selain itu, ide membuat konstruksi dasar dengan tiang penyangga
maket muncul untuk mempermudah tukang utama. Setelah proses perakitan konstruksi
saat membuat bangunan aslinya, karena utama dilanjutkan dengan membuat
dengan adanya maket lebih meminimalkan ruangan pada bangunan maket yang
kesalahan tukang untuk salah dalam dilakukan dengan cara menggabungkan
memotong bahan sehingga anggaran biaya dan merakit tiang-tiang utama yang
bisa lebih efisien. Ide membuat maket juga menjadikanya sebuah ruang. Setelah
muncul saat Gede Kresna melihat material ruangan terbentuk selanjutnya dilanjutkan
bekas yang tidak dimanfaatkan dengan baik dengan membuat kap atau atap yang
oleh kebanyakan arsitek khususnya dilakukan dengan pengukuran bagian atas
bangunan, setelah itu dibuatkan konstruksi keterbatasan bahan menjadi kelebihan.
untuk atapnya berupa tiang-tiang yang Kelebihan yang dimaksud adalah dengan
selanjutnya diikuti dengan penyusunan iga- memanfaatkan kayu-kayu bekas kapal atau
iganya. Setelah itu membuat bagian-bagian kayu bekas material bangunan yang
kecil atau aksesoris maketberupa tangga, dibelinya. Dari bahan kayu bekas ini
ornament, reling, pintu, jendela, dinding dan terciptanlah dua jenis maket yang sering
aksesoris lainya yang kemudian dilanjutkan dibuat untuk menuangkan ide dan
dengan menempelkan aksesoris maket membantunya dalam presentasi dengan
pada konstruksi utama. Tahap perakitan klienya. Jenis maket tersebut adalah maket
terakhir adalah menggabungkan semua studi dan maket presentasi. Catatan : Nama
bagian elemen pembentuk maket seperti maket studi dan maket presentasi
dasar maket, bagian tengah atau badan merupakan nama yang ditujukan untuk
maket, atap atau kap, tangga, dan bagian maket di perusahaan Rumah Intaran.
lain yang nantinya akan membentuk sebuah Penjelasan tentang maket studi dan maket
maket utuh yang diakhiri dengan finishing presentasi dapat dilihat sebagai berikut :
menggunakan amplas mesin dan lembaran Maket studi karya Gede Kresna merupakan
sebuah maket yang diciptakan tidak mutlak
Nilai estetis maket karya Gede Kresna di untuk diselesaikan dan dianggap selesai,
Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, karena maket yang dibuat memungkinkan
Bali. untuk dilanjutkan kembali . Alasan Gede
Kresa membuat maket studi hanyalah untuk
Dalam arsitektur postmodern keindahan mendapatkan proporsi dan gubahan ruang
arsitektur bukan lagi bersifat insidental saja sekaligus sebagai media pembelajaran
atau sebagai supplemen terhadap dalam menemukan ide baru dan
fungsinya, tetapi sekarang : Keindahan sambungan-sambungan baru.
telah menjadi atau identik dengan fungsinya
(Ali, 2011 :241). Sama halnya dengan (1). Maket studi
Gede Kresna saat membuat karya maket
juga mempertimbangkan nilai keindahan, a. Maket Rumah Indonesia
disamping kualitas karya maketnya
tersebut. Menurut narasumber Gede Kresna
keindahan yang dimaksud adalah saat
maket dan bangunan yang diciptakan
semua fungsinya berjalan dengan baik dan
lancar. Dilihat dari fungsinya, maket Gede
Kresna merupakan sebuah alat atau
instrument yang diciptakan untuk
Gambar 1 Maket Rumah Indonesia
mewujudkan gagasan seninya agar dapat
Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan
diindera oleh orang lain . Dalam hal ini,
maket karya Gede Kresna adalah sebuah Setiap rumah tradisional pasti memiliki
benda seni yang mengandung nilai-nilai karakteristiknya masing-masing yang
estetis atau keindahan arsitektur. Virgil C menjadikan pembeda antara rumah
Aldrich ( Sumarjo , 2000 :111) menyatakan tradisional satu degan lainya (Suryadi,
bagaimana benda seni dapat terujud yaitu 2007:14). Jika dilihat pada maket rumah
1. Perwujudan bentuk seni dengan Indonesia bentuk ini tercipta dari sintesa
berbagai aspek medium seni yang tiga langgam arsitektur tradisional Indonesia
ditemukan ; 2. Terciptanya bentuk seni yang memiliki ciri khas dan menjadikanya
berdasarkan kelebihan dan keterbatasan bangunan yang memiliki bentuk estetis,
bahan seni. Sama halnya dengan Gede multifungsi dan unik. Adapun sintesa tiga
Kresna dalam mewujudkan karya-karya langgam arsitektur Indonesia yaitu Bali :
meketnya dengan memanfaatkan bangunan tradisional Bali terlihat pada
bentuk atap bertumpuk dengan sirkulasi tidak terlalu dibebani karena atap sirat lebih
udara dari bawah ke atas melalui void yang ringan dari genteng. Maket ini memiliki dua
menyerupai bentuk dan sistem wantilan. atap yaitu satu dilantai satu dan satu lagi
Jawa : penggunaan bentuk tradisional jawa dilantai dua, dilihat dari fungsinya selain
terlihat pada soko guru yang berfungsi melindungi dari hujan dan terik matahari,
menopang tumpang sari sebagai pengikat atap yang tidak disatukan antara lantai satu
konstruksi. Kalimantan : terlihat pada dan dua memiliki fungsi sebagai sirkulasi
penggunaan tiang-tiang besar yang banyak udara dan pencahayaan. Dari Fungsi-fungsi
sebagai representasi rumah panjang. tersebut terciptalah ruang yang
mengandung nilai estetis, keindahan itu
Menurut Alexander Schilling (2010:4)
terbentuk dari penggabungan dua lantai
Maket Interior dan maket terperinci
bangunan dan atapnya. Selain itu, tiang-
memiliki skala 1:10. Dalam hal ini maket
tiang penyangga dibuat dengan jumlah
rumah Indonesia merupakan maket yang
banyak karena berdasarkan pertimbangan
dibuat terperinci, terbukti dari skala yang
beban standar minimal dan perasaan dari
digunakan dalam pembuatan maket rumah
arsitek. Namun jika keseluruhan maket ini
Indonesia ini adalah skala 1 :10 dengan
dilihat dari sudut tertentu baik dilihat dari
ukuran panjang 200 cm, lebar 180 cm dan
tengah, samping, bawah dan atas, maka
tinggi 100 cm. Lama pengerjaan maket ini
terlihat irama garis yang tercipta. Irama
satu minggu dari awal pembuatan sketsa.
garis ini tercipta dari beberapa susunan
Atas dasar pemikiran Gede Kresna dalam
susunan tiang-tiang penyangga dan iga-iga
pembuatan maket rumah Indonesia ini
pada atapnya yang tanpa disadari selain
bahwa, kedepanya orang indonesia akan
fungsinya yang indah, maket rumah
sangat plural. Plural dalam artian
Indonesia ini juga sangat indah saat
bertemunya dua atau lebih etnik dalam satu
dipandang .
rumah masyarakat. Yang nantinya akan
mengakibatkan kebutuhan ruang berubah, b. Maket Jadul Village Resort
dan arsitektur juga bisa berubah. Atas dasar
pemikiran itulah maket yang bernama
rumah Indonesia ini dibuat.
Menurut Sumardji (Dharsono, 2007:6)
Estetis berarti kemampuan melihat lewat
pengiinderaan. Sedangkan menurut
narasumber Gede Kresna Nilai keindahan Gambar 2. Maket Jadul village resort
pada banguan atau rumah ketika semua Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan
fungsinya berjalan dengan baik dan benar.
Jika dilihat lebih spesifik, bagian-bagian Maket Jadul Village Resort adalah maket
maket rumah Indonesia ini memiliki nilai yang terperinci dengan skala 1:10 dengan
estetis yang dapat dilihat dari beberapa ukuran panjang 120 cm, lebar 80 cm dan
bagian-bagianya yang memiliki fungsi tinggi 90 cm untuk lama pembuatan maket
sebagai berikut: adalah delapan hari pengerjaan dari
pembuatan sketsa. Dilhat dari nilai
Maket rumah Indonesia memiliki dua lantai estetisnya, menurut Sumardji (Dharsono,
yang berfungsi menciptakan ruangan yang 2007:6) Estetis berarti kemampuan melihat
luas, karena atas pemikiran kedepanya lewat pengiinderaan. Sedangkan menurut
orang di Indonesia akan sangat plural jadi narasumber Gede Kresna Nilai keindahan
diperlukan ruangan yang banyak dan luas. pada banguan atau rumah ketika semua
Dengan penambahan dua lantai persoalan fungsinya berjalan dengan baik dan benar.
ini akan terjawab. Selain itu alasan Jika dilihat lebih spesifik, bagian-bagian
membuat iga-iga agak jarang karena atap maket jadul village resort ini memiliki nilai
yang digunakan adalah sirat, jadi iga-iga estetis yang dapat dilihat dari beberapa
pengembangan bentuk dan bagian- Maket modifikasi rumah geladak Jawa ini
bagianya yang memiliki fungsi sebagai diperuntukan untuk sebuah spa dengan
berikut: Pengembangan yang Gede Kresna skala 1:10 dan berukuran panjang 85 cm,
hasilkan benar-benar keluar dari bentuk lebar 65 cm dan tinggi 50 cm . Lama
yang sudah ada dan ini cukup berhasil pengerjaan maket ini adalah empat hari
dilakukannya untuk mengkinikan arsitektur terhitung dari pembuatan sketsa. Maket ini
trdisional Jawa. Selain itu, jika selama ini merupakan maket terperinci terlihat dari
masyarakat kesulitan memaksimalkan skala 1:10 yang menjadikan maket ini dapat
ruana-ruang pada arsitektur tradisional, dengan mudah dilihat secara terperinci
dengan adanya pengubahan ini, pengguna (Schilling, 2010:4). Maket ini awalnya dibuat
bisa melihat beberapa alternatif yang bisa dari bentuk dasar rumah geladak yang
mengakomodir kebutuhan pengguna saat sangat sederhana kemudian Gede Kresna
ini. Pada maket Jadul Village Resort ada merombak 90. Dalam perombakan ini
beberapa penambahan seperti ruangan Gede Kresna melebur ruangan dan teras
yang dibuat lebih besar dan penambahan menjadi satu ruangan yang lebih besar,
teras serta ruangan belakang untuk kamar kemudian membuat teras baru. Terlihat
mandinya. Semua penambahan dan sebuah nilai estetika saat Gede Kresna
pengembangan ini berfungsi untuk mencoba tantangan menuangkan ide-
menjawab kesulitan masyarakat selama ini idenya ke dalam maket untuk merombak
dalam memaksimalkan ruangan-ruangan rumah geladak Jawa ini menjadi lebih besar
pada rumah tradisional. Selain fungsinya, sehingga permasalahan arsitektur saat ini
penambahan teras ,kamar, dapur dan bisa terjawab. Selain menjawab
kamar mandi juga menambah nilai permasalahan arsitektur, unsur-unsur ruang
keindahan ruang dalam maket ini. pada maket ini juga sangat
Keindahan ruang ini lebih terlihat setelah mempertimbangkan keindahan seperti
pertimbangan untuk menambahkan unsur ruang dan garis. Ruang ini juga
beberapa ornament dan garis-garis pada semakin terlihat indah saat ada sekat-sekat
teras dan dindingnya. Selain itu, ornamen- yang menciptakan irama pada ruanganya
ornamen yang diterapkan pada maket ini sekaligus menjadikanya tetap terlihat
adalah ornamen Jawa ini dimaksudkan agar sederhana.
menambah unsur keindahan pada maket
yang terinspirasi dari rumah tradisional Jika ditinjau dari perkembangan arsitektur
Jawa. Terdapat empat buah jendela yang postmodern menurut Matius Ali ( 2011 :241)
memiliki fungsi mengatur sirkulasi udara menyatakan revolusi arsitektur dimulai oleh
yang menjadikan ruangan tetap sejuk, kelompok Bauhaus (1919) di Jerman.
sebab maket yang nantinya diwujudkan Saat revolusi arsitektur keindahan bukan
menjadi rumah tanpa pendingin ruangan lagi bersifat insidental atau sebagai
atau AC. suplemen terhadap fungsinya, tetapi
sekarang Keindahan telah menjadi atau
c. Maket Modifikasi Rumah Geladak Jawa. identik dengan fungsinya. Jika dilihat lebih
dalam, maket modifikasi rumah geladak
Jawa karya Gede Kresna keindahannya
terlihat pada fungsinya. Fungsi maket yang
ingin dimaksimalkan adalah ruangan yang
dibuat lebih besar dengan ditambahkanya
teras depan pada maket ini. Pada atap
Gambar 3. Maket modifikasi rumah gladak terlihat bertingkat, atap yang bertingkat ini
Jawa menunjukan berpeluangnya udara untuk
Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan bisa masuk melalui celah atap sehingga
sirkulasi udara dalam ruangan menjadi baik,
selain itu saat atap teras dibuat masuk
menempel dibawah atap ruangan memiliki 1985:7). Sedangkan menurut Adimiharja
fungsi untuk menghindarkan air hujan (2004:35) rumah tradisional dapat terlihat
masuk. Untuk iga-iga dibuat tidak terlalu dari material yang dipakai bersumber pada
rapat karena atap memakai sirat yang jauh ketersediaan di lingkungan yang umumnya
lebih ringan. Selain keindahan fungsi berupa batu, kayu dan bambu. Namun jika
atapnya, tanpa disadari jika maket dilihat dibandingkan berdasarkan teori tentang
dari sudut tertentu, iga-iga yang tersusun rumah tradisional maket beach club ini
membentuk sebuah irama yang begitu rapi sangatlah jauh keluar dari norma-norma
menjadikan kesan rapi, kokoh, luas dan tradisi, namun material yang digunakan
indah saat dipandang. Dilihat dari depan, masih menggunakan bahan rumah
garis atap terlihat menjulang serasa tradisional. Jika disimpulkan maket beach
bertumpuk yang menjadikanya sangat unik. club ini tercipta dari sintesa material rumah
Untuk proporsi bangunan Gede Kresna tradisional yang diorientasikan pada
hanya memakai pertimbangan standar kehidupan modern lewat pemikiran-
minimal dan atas pengalaman sebagai pemikiran modern. Hal ini terlihat pada
seorang arsitek. Pertimbangan yang bentuk maketnya yang beda serta terdapat
biasanya dipakai adalah pertimbangan sambungan-sambungan baru yang
beban, struktur, kebutuhan dan biaya. Atas ditemukan saat pembuatan maket beach
pertimbangan inilah menjadikan modifikasi club. Dilihat lebih spesifik, nilai estetis yang
maket rumah geladak Jawa ini terlihat dapat dilihat pada meket beach club ini
porposional dan sangat simpel. adalah pada bentuk-bentuknya yang tidak
biasa, saat pembuatan Gede Kresna
d. Maket Beach Club dipercaya untuk menemukan system-sistem
sambungan yang baru yang benar sehingga
nilai estetisnya cukup tinggi. Menurut Matius
Ali ( 2011 :241) menyatakan revolusi
arsitektur dimulai oleh kelompok Bauhaus
(1919) di Jerman. Saat revolusi arsitektur
keindahan bukan lagi bersifat insidental
atau sebagai suplemen terhadap fungsinya,
Gambar 4. Maket Beach Club tetapi sekarang Keindahan telah menjadi
Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan atau identik dengan fungsinya. Dalam hal ini
jika dilihat secara visual maket beach club
Menurut Alexander Schilling
ini merupakn satu karya yang berhasil
(2010:4) maket dengan skala 1:200
memadukan bentuk-bentuk atap vernacular
merupakan maket gedung. Dalam hal ini,
dari berbagai tempat dan menjadikanya
maket beach club dibuat untuk merancang
sebuah bentuk baru. Selain nilai keindahan
sebuah bangunan yang akan digunakan
bentuk yang dapat dilihat, maket beach club
menjadi sebuah gedung party atau diskotik.
ini terdiri dari beberapa bagian-bagian yang
Maket ini memiliki skala 1 : 200 dengan
fungsinya perlu diketahui seperti terdapat
ukuran panjang 200 cm, lebar 200 cm dan
tiang penyangga yang begitu banyaknya.
tinggi 150 cm dengan lama pengerjaan dua
Tiang yang banyak dibuat berdasarkan
minggu. Maket ini didesain oleh seorang
pertimbangan beban atap dan struktur
arsitek dari Singapura. Dalam hal ini, Gede
bangunanya yang sangat berbeda dengan
Kresna hanya membantu membuat maket
karya-karya sebelumya, sehingga dengan
study tentang struktur dan konstruksinya.
penggunaan tiang penyangga yang banyak
Jika ditinjau, bangunan rumah tradisional
bisa efektif dan berfungsi dengan baik.
sangat terikat oleh norma-norma tradisi
Untuk atap menggunakan sirat supaya tidak
yang melekat pada daerah setempat, baik
terlalu berat, bentuk atap yang dibuat
yang berhubungan dengan adat istiadat
berbeda hanya bertujuan untuk
maupun aturan yang berlaku (Ranti,
menampilkan visual rumah kayu yang
sudah keluar dari bentuk-bentuk tradisional. Maket rumah seni III ini berskala 1 : 10 dan
Selain fungsinya, jika dilihat lebih dalam memiliki ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm
lagi, tiang dan atap pada maket ini dan tinggi 100 cm. Lama pembuatan maket
menggunakan banyak sekalai tiang dan iga- ini adalah satu minggu terhitung dari
iga pada maketnya. Jika dilihat dari sudut pembuatan sketsa.
tertentu, tiang dan iga-iga yang tersusun
Ranti (1985:7) menyatakan bangunan
rapi ini sangatlah unik, irama garis yang
rumah tradisional sangat terikat oleh norma-
diciptakan begitu mengesankan mata.
norma tradisi yang melekat pada daerah
Selain itu bentuk yang tidak biasa juga
setempat, baik yang berhubungan dengan
menjadikanya sangat unik. Maket ini adalah
adat istiadat maupun aturan yang berlaku
sebuah rancangan bangunan diskotik maka
Sedangkan menurut Adimiharja (2004:35)
untuk atap dibuat lebih tertutup. Lubang
rumah tradisional dapat terlihat dari
diatas atap dimanfaatkan sebagai
material yang dipakai bersumber pada
pencahayaan yang nantinya ditutup dengan
ketersediaan di lingkungan yang umumnya
kaca transparan agar air tidak bisa masuk.
berupa batu, kayu dan bambu. Dalam
Karena diorientasikan untuk sebuah diskotik
konteks ini, maket rumah seni III merupakan
atau fungsi modern maka bangunan ini
rumah yang dibuat untuk diorientasikan
memakai pendingin ruangan atau AC,
kepada kehidupan modern terbukti dari
dengan begitu pembuatan jendela tidak
bentuk yang dibuat mulai keluar dari
terlalu diperlukan.
bentuk-bentuk tradisional.
(2). Maket persentasi
Rumah seni III dibuat berdasarkan
Membuat maket presentasi hampir sama pemanfaatan ketersediaan material yang
caranya dengan maket studi, namun dalam ada. Pemanfaatan material-material yang
pembuatanya Gede Kresna membuatnya tersedia dimaksudkan dengan menyusun
lebih detail baik dari segi bentuk, aksesoris material-material kecil menjadi sebuah
dan lain-lainya. Maket presentasi dibuat material yang lebih besar dan memiliki
berdasakan ide Gede Kresna dan klienya, fungsi lebih ketimbang material kecil.
karena sebagai media untuk presentasi Material-material kecil ini ternyata bisa
maka maket yang dibuat memang mutlak menawarkan bentuk-bentuk baru dengan
dianggap atau disebut selesai, dalam artian menyusun potongan-potongan kecil menjadi
bentuk dan material yang digunakan terlihat bentuk-bentuk panel yang lebih besar
sama dengan bangunan aslinya. Selain seperti tiang penyangga utama yang besar
berfungsi sebagai media presentasi, dibuat dari susunan-susunan kayu kecil.
bagian-bagian maket presentasi ini juga Selain itu, kayu-kayu kecil bahkan bisa
memiliki nilai-nilai estetis. Untuk mengetahui membentuk panel melengkung yang sangat
nilai estetis dari maket presentasi ini, indah contohnya terlihat pada dinding yang
beberapa karya maket presentasi karya melengkung terbuat dari susunan kayu-
Gede Kresna akan dibahas sebagai berikut kayu kecil. Jika dilihat nilai estetisnya,
: menurut Sumardji (Dharsono, 2007:6)
a. Maket Rumah Seni III Estetis berarti kemampuan melihat lewat
pengiinderaan. Dalam hal ini nilai estetis
sangat terasa saat melihat dinding yang
melengkung ini, irama ruang yang
melengkung sangat mencirikan sebuah
bangunan yang elegan dan artistik selain itu
menjadikanya sebuah ciri khas yang unik.
Pada kap digunakan banyak iga-iga karena
nantinya atapnya menggunakan genteng,
Gambar 5. Maket Rumah Seni III berdasarkan pertimbangan itu maka iga-
Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan iganya dibuat lebih rapat. Penambahan
moncong pada kap berfungsi sebagai pada lantai satu terdapat sebuah panggung
pencahayaan, penggunaan Sembilan tiang pertunjukan, teater atau tempat latihan tari.
berdasarkan pertimbangan beban yang Sedangkan lantai dua terdapat sebuah
berat pada atapnya. Ornamen pada maket ruangan yang berfungsi sebagai tempat
menggunakan ornament rumah-rumah belajar, dan dilantai tiga bisa digunakan
tradisional Jawa dan Bali. Dalam untuk tempat yoga. namun, jika dilihat
pembuatan maket ini tehnik sambungan secara visual, maket bale ajar ini memiliki
yang digunakan oleh Gede Kresna meniru keindahan atau nilai estetis yang sangat
tehnik sambungan rumah tradisional. Selain tinggi. Hal ini terlihat dari pemanfaatan
fungsinya yang indah, secara visual dilihat ruang serta terhiasanya ruang-ruang oleh
dari sudut pandang tertentu terlihat banyak susunan realing dan tiang-tiang penyangga
irama garis tegas terlihat pada iga-iganya yang menjadikanya sangat berirama, unik
yang tersusun begitu rapi. Penambahan dan indah. Atap yang bertingkat bertujuan
ornamen-ornamen melengkung seperti agar udara dapat masuk melalui celah atap
tanduk sederhana pada kap dan dindingnya sehingga sirkulasi berjalan dengan baik.
menjadikanya sangat indah dan unik untuk Iga-iga yang tidak begitu rapat dibuat atas
dipandang. Jika dilihat dari keseluruhan pertimbangan beban yang tidak begitu berat
bentuk, maket rumah seni III sangatlah sebab atap yang dipakai adalah sirap.
porposional, mengadvokasi bentuk rumah Selain fungsi atap yang sudah benar,
panggung menjadikanya sangat nyaman, pertimbangan artistik dan nilai estetis juga
unik dan indah sebagai tempat tinggal. dapat dilihat dari susunan iga-iga pada atap
yang menjulang dan sangat rapi. Selain itu,
b. Maket Bale Ajar
jika dilihat dari keseluruhan sudut maka
terlihat atap yang bertumpuk membuat
bangunan sangat terlihat porposional dan
artistik. Dua tangga yang menghubungkan
lantai satu dengan dua hanya untuk aspek
simetri saja, dalam artian tangga dapat
mempermudah akses. Namun, dibalik
keindahan itu terdapat sebuah nilai lebih
Gambar 6 Maket Bale Ajar dari maket ini yaitu maket yang ditujukan
Foto arsip Rumah Intaran untuk pembelajaran dan pendidikan kepada
Maket bale ajar merupakan sebuah calon arsitek muda.
maket presentasi yang diciptakan dengan
skala 1 : 10 yang memiliki ukuran panjang c. Maket Rumah Segi Enam
120 cm, lebar 90 cm dan tinggi 120 cm .
Lama pengerjaan maket ini adalah satu
minggu terhitung dari pembuatan
sketsanya. Maket ini dibuat sebagai hadiah
buat pemenang lomba desain rumah kayu
yang diselenggarakan oleh Rumah Intaran
tahun 2014. Dengan membuat maket ini, Gambar 4.48 Maket Rumah Segi Enam
Gede Kresna bisa memberikan Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan
pembelajaran kepada mahasiswa sekaligus Menurut Alexander Schilling
bisa menunjukan kepada calon-calon (2010:4) Maket Interior dan maket
arsitek baru dimana kesalahan-kesalahan terperinci memiliki skala 1:10. Dalam hal ini
elementer yang dibuat oleh mahasiswa. maket rumah segi enam adalah maket yang
Selain fungsinya sebagai media dibuat terperinci terbukti dari skala yang
pembelajaran, ruang-ruang pada maket digunakan yaitu 1 : 10 dan memiliki ukuran
yang dibuat juga memiliki fungsi lain yaitu panjang 50 cm, lebar 50 cm dan tinggi 55
cm. Lama pengerjaannya adalah satu lima jaraknya dibuat lebih rapat. Selain
hari terhitung sejak pembuatan sketsanya. fungsinya, kerapatan iga-iga dan bentuk
Maket ini dibuat berkolaborasi dengan atap segi enam juga membentuk sebuah
anak magang di Rumah Intaran. Anak yang irama garis dan ruang yang sangat nyaman
magang di Rumah Intaran juga diajarkan dipandang mata. Untuk tehnik sambungan
membuat maket oleh Gede Kresna, dengan Gede Kresna masih menerapkan tehnik
tujan ilmu-ilmu tentang material, bentuk, sambungan rumah tradisional pada
nilai estetis bangunan dan ide-ide umunya.
pembuatan banguan dapat diajarkannya
melalui maket. Yang menarik dari maket d. Maket Modifikasi Lumbung
rumah segi enam ini adalah ide awal
pembuatanya. idenya ini diawali dengan
menginventaris material-material yang
tersedia, dari material-material yang
tersedia inilah baru Gede Kresna beserta
anak magangnya memulainya dengan
sketsa dan mendesiannya. Awalnya
tersedia enam buah tiang kayu yang Gambar 4.49 Maket Modifikasi Lumbung
ukuranya sama, maka dengan seketika ide Dokumentasi oleh I Putu Suhartawan
yang mucul adalah rumah dengan tiang
Maket modifikasi lumbung ini dibuat
utama enam buah.
Maket modifikasi lumbung ini dibuat dengan
Dari desain ini, terlihat sebuah bangunan
skala 1 : 10 yang memiliki panjang 100 cm,
yang sempit akan ruang namun bisa
lebar 55 cm dan tinggi 90 cm. Maket
dimanfaatkan menjadi sebuah bangunan
modifikasi lumbung ini merupakan maket
yang memiliki beberapa kamar, ruang tamu
terperinci (Schilling, 2010 :4). Lama
dan kamar mandi yang sekaligus
pengerjaan adalah satu minggu terhitung
menjadikan bangunan yang unik dan
dari pembuatan sketsa. Maket yang dibuat
menarik. Keunikan juga terlihat saat
oleh Gede Kresna terinspirasi oleh bentuk
melihatnya dari keseluruhan sudut maket,
lumbung padi yang dimaksimalkan
pertimbangan bentuk segi enam yang
fungsinya menjadi tempat tinggal masa kini.
dibuat apik menjadikanya unik dan memiliki
Maket ini dibuat untuk memaksimalkan
nilai estetis tinggi.
fungsi lumbung menjadi sebuah tempat
Jendela dan pintu dibuat sesuai dengan
tinggal atau rumah dan villa. Dalam
fungsinya. Selain fungsinya, lubang-lubang
pembuatan maket modifikasi lumbung ini,
pada jendela dan pintu sangat
Gede Kresna lebih fokus pada fungsi ruang
mempertimbangkan rasa. Rasa dalam
seperti menjadikan bale-bale sebagai
konteks ini adalah rasa bosan, lubang-
ruangan serta memperpendek atap yang
lubang jendela dan pintu bertujuan agar
bertujuan agar cahaya bisa maksimal
penikmat tidak bosan melihat dinding yang
masuk menerangi ruangan. Selain fungsi
dibuat polos. Lewat pertimbangan rasa ini,
atapnya yang sudah benar, yang
tanpa disadari nilai keindahan tercipta.
menjadikan maket modifikasi lumbung ini
Secara porposional bangunan, bentuk
istimewa dan estetis adalah pada lekukan-
bangunan menyesusaikan material, biaya
lekukan kecil dan bagian atap yang
dan perasaan arsitek. Jika dilihat secara
menyatu dengan dinding ruang dilantai
keseluruhan kesan ruangan yang tercipta,
atas. Atap yang menempel dan melengkung
kesan bangunan yang tercipta sangatlah
cenderung eksotis karena mampu
porposional dan unik.
menonjolkan karakter alam pedesaan Bali.
Untuk atap dibuat mengikuti bentuk badan
Konsep rumah panggung merupakan ciri
maket yaitu persegi enam. Atap yang
dari lumbung padi menjadikanya sangat
nantinya akan digunakan adalah genteng,
unik sebagai tempat tinggal. Tiang
berdasarkan pertimbangan itu maka iga-iga
penyangga berjumlah delapan belas pada (2) Alat yang digunakan dalam
setiap pojok banguanan, tiang ini kemudian pembuatan maket karya Gede Kresna di
disatukan dengan lantai yang terbuat dari Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali
kayu dan diletakan pada posisi yang lebih adalah mesin gergaji lingkaran tangan yang
tinggi, sehingga menyentuh tanah secara dipasang permanen pada meja, mesin
langsung. Maket ini dibuat dengan gergaji pita kecil atau jig saw, Mortising
penambahan teras pada bagian depan Machine , pahat tukang, palu, penggaris
lumbung yang menjadikan lumbung lebih siku-siku, cutter, bor mesin, pulpen dan
besar, unik dan sangat indah. Penambahan spidol, amplas mesin dan amplas lembaran,
railing pada teras juga memberi tingkat gergaji kecil, meteran gulung dan mesin
keamanan bagi penghuninya. Meski serut. Sedangkan bahanya adalah kayu jati
memiliki bentuk railing atau pagar yang bekas, lem epoxy, dan lem G.
sederhana namun railing ini mampu
(3) Proses pembuatan maket karya
memberi karakter yang lebih khas dan
Gede Kresna di Bengkala, Kubutambahan,
bersahaja pada maket ini. Selain itu ada
Buleleng, Bali diawali dengan pembuatan
bebrapa penambahan jendela, dinding dan
desain atau sket yang kemudian diterapkan
tangga yang langsung menghubungkan
kedalam bentuk tiga dimensi melalui tahap
lantai satu dengan lantai dua sehingga
pemilihan dan pemotongan bahan, yang
semua fungsi pada bangunan lumbung ini
dilanjutkan dengan proses perakitan berupa
bisa dimanfaatkan menjadi lebih maksimal.
pembuatan dudukan maket dan konstruksi
Untuk penerapan tehnik sambungan Gede
utama, konstruksi utama terbentuk dari
Kresna meniru tehnik sambungan rumah
perakitan konstruksi dasar dengan tiang
tradisional.
penyangga utama, setelah itu terbentuk
PENUTUP dilanjutkan dengan membuat ruangan
maket. Setelah ruangan terbentuk
Kesimpulan dilanjutkan dengan membuat kap atau atap,
Dari uraian pembahasan yang telah di setelah itu dilanjutkan dengan membuat
paparkan dalam penelitian ini maka, dapat aksesoris maket. Tahapan selanjutnya
disimpulkan sebagai berikut : adalah menempelkan aksesoris yang sudah
(1) Munculnya ide awal pembuatan terbentuk, kemudian dilanjutkan dengan
maket karya Gede Kresna ini berawal dari menggabung bagian-bagian maket seperti
keinginan Gede Kresna agar dudukan dasar, badan dan kap maket yang
mempermudah persentasi karya-karyanya diakhiri dengan finishing menggunakan
di depan klien melalui karya tiga amplas.
dimensional. Selain itu, maket dibuatnya (4) Nilai estetis yang peneliti dapat
sebagai media pembelajaran untuk simpulkan dari beberapa jenis maket karya
menemukan gubahan ruang dan Gede Kresna adalah ketika maket yang
sambungan-sambungan baru dalam diciptakan fungsi ruanganya berjalan
bangunanya. Ide pembuatan maket juga dengan baik dan benar. Selain itu,
muncul sebagai media promosi karya-karya berhasilnya Gede Kresna mensintesa
rumahnya dan mempermudah tukang saat langgam-langgam rumah tradisional
membuat bangunan aslinya, karena dengan menjadi sebuah bentuk bangunan baru
adanya maket lebih meminimalkan dengan pemikiran-pemikiran modern yang
kesalahan tukang untuk salah dalam diorientasikan untuk kebutuhan masa kini
memotong bahan sehingga anggaran biaya sehingga memiliki nilai estetis, eksotis dan
bisa lebih efisien. Selain itu, ide membuat multifungsi.
maket juga muncul saat Gede Kresna
melihat material bekas yang tidak Saran-saran
dimanfaatkan dengan baik oleh kebanyakan Terkait dengan penelitian ini penulis dapat
arsitek khususnya material kayu memberikan saran-saran sebagai berikut:
(1) Dalam penelitian ini, penulis diakses pada tanggal 18 oktober
menyadari banyak kekurangan yang perlu 2014 pukul 08.55).
dilengkapi terkait perwujudan maket Mangunwijaya, Y.B. 2013. Watsu Citra.
menjadi bangunan nyata dan proses kreatif Jakarta : P.T Gramedia Pustaka
Gede Kresna, dengan demikian saran Utama, anggota IKAPI
penulis untuk peneliti selanjutnya agar Moelong, Lexy J. 2007. Metodelogi
dapat meneliti proses perwujudan maket Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T
karya Gede Kresna menjadi bangunan Remaja Rosdakarya Offset
sesungguhnya serta proses kreatif Gede Schilling, Alexander. 2010. Basics
Kresna dalam mewujudkan karya-karyanya Pembuatan Maket. Jakarta :
Erlangga.
DAFTAR PUSTAKA Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa.
Yogyakarta : DictiArt Lab,
Adimiharja, Kusnaka dan Purnama Salura. Yogyakarta & Jagad Art Space, Bali.
2008. Arsitektur dalam Bingkai Suryadi, Dedy. 2007. Teknologi Rumah
Kebudayaan. Bandung : FORIS Kayu. Tanggerang : Bina Sumber
Publishing. Daya MIPA
Budianto. A. Dadong. 2010. Mesin Tangan Sony Kartika, Dharsono. 2004. ESTETIKA.
Industri Kayu. Yogyakarta : Bandung : Rekayasa Sains.
KANISIUS (Anggota IKAPI). Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
EmausBot. 2013. Penggaris. Tersedia pada Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
id.m.wikipedia.org/wiki/Kertas ( Bandung : CV.ALFABET
diakses pada tanggal 17 Januari
2014 pukul 00.39).
Frick, Heinz dan Ch. Koesmartadi. 2011.
Ilmu Bahan Bangunan. Semarang :
KANISIUS (Anggota IKAPI) dan
SOEGIJAPRANATA UNIVERSITY
PRESS
Frick, Hienz dan Pujo. L Setiawan. 2007.
Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan.
Yogyakarta : KANISIUS (Anggota
IKAPI) dan SOEGIJAPRANATA
UNIVERSITY PRESS.
Ghony, Djunaidi.M dan Almanshur . 2012.
Metode Penelitian Kualitatif.
Yogjakarta : AR-Ruzz Media.
Gambar Desain Rumah.com. 2013. Rumah
Joglo. Tersedia di http://gambar-
desain-rumah.com/ciri-khas-dan-
struktur-rumah-adat-jawa-tengah-
joglo/ (di unduh pada tanggal 26
januari 2015 pukul 23:08 wita).
Himawan, Soma. 2014. PENERAPAN
TEKNIK AIR BRUSH KE MEDIA
LAYANGAN DI KITE PAINTING NO
PROBLEM SING KEN-KEN,
CELUK,SUKAWATI. Singaraja :
UNDIKSHA (hal.45).
Hanamanteo. 2014. Kertas. Tersedia pada
id.m.wikipedia.org/wiki/Kertas (

You might also like