You are on page 1of 5

CMC-Na (Carboxy Methyl Cellulosum Natrium)

Warna : putih sampai krem


Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Serbuk/granul
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air (dalam berbagai suhu), praktis tidak
larut dalam aseton, etanol, eter dan toluen
Titik lebur : 2270 dalam keadaan terbakar 2520 C
Pka/Pkb : 430
Bobot jenis : 0,78 g /cm3
pH larutan : 7 sampai 9
Stabilitas : Bersifat stabil meskipun bahan yang tidak higroskopik dalam
bentuk larutan stabil pada pH 2 10, secara umum stabilitas dalam
larutan berkisar pada pH 7-9
Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan asam kuat, logam seperti Alumunium
presipitas terjadi pada pH<2 dan ketka tercampur dengan etanol
(95%) P Na-CMC dapat membentuk kompleks dengan gelatin dan
pectin
Fungsi : Emulgator alam

(sumber: FI IV hal:175 & Handbook of Pharmaceutical Excpients IV hal 581)

b) Gom Arab / Acasia (FI IV. Halaman 718)


Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan; tidak berbau.
Kelarutan : larut hampir semua dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian
tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucilage, tidak
berwarna / kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas
lakmus biru, praktis tidak larut dalam eter dan etanol. Terdiri dari 40% PGA yang dilarutkan
dalam 1,5 bagian air.
Tween 80 (Polioksitilen Sorbitan Monooleat 80 / Polysarbatum 80)
Warna : Kuning
Rasa : Hangat
Bau : Khas dan hangat
Pemerian : Cairan kental
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam minyak
mineral dan minyak sayur
Bobot jenis : 1,065 1,095
pH larutan :6-8
Stabilitas : Stabil terhadap elektrolit dan dan dalam asam serta basa lemah
perlahan-lahan akan terbentuk saponifikasi dengan asam kuat dan
basa kuat
Inkompatibilitas : Dapat terjadi pengendapan dan pelunturan warna dengan
beberapa zat khususnya fenol, tannin, tar seperti metanial, aktivitas
anti mikroba oleh bahan pengawet paraben dengan menurunkan
konsentrasi polysorbat
Fungsi : Emulgator sintetik
(sumber: Handbook of Pharmaceutical Excpients IV hal 479)

Spaan 80 (Sorbitan Monooleat 80)


Warna : Kuning
Rasa : Pahit
Bau : Khas
Pemerian : Cairan kental
Kelarutan : Pada umumnya larut/terdispersi dalam minyak, larut dalam
pelarut organic, praktis tidak larut dalam air
Bobot jenis : 346
pH larutan :8
Stabilitas : Perlahan-lahan akan membentuk busa dengan adanya asam kuat
dan basa stabil terhadap asam lemah dan basa lemah. Dapat di
simpan dalam wadah tertutup baik di tempat kering dan dingin
HLB : 4,3
Fungsi : Emulgator sintetik

(sumber: Handbook of Pharmaceutical Excpients IV hal 591)

Cetyl Alkohol
Warna : Putih
Rasa : Lemah
Bau : Khas
Pemerian : Granul
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%)p dan eter larut dengan
adanya peningkatan temperature, praktis tidak larut dalam air
Titik lebur : 45,520 C
Bobot jenis : 42,44 (untuk material asli)
Stabilitas : Stabil dengan adanya asa, alkali , cahaya dan air
Inkompatibilitas : Ketidakcampuran dengan bahan pengoksidasi yang kuat
Fungsi : Penstabil
(sumber: FI IV hal:72 & Handbook of Pharmaceutical Excpients IV hal 130)

TEA : Berfungsi sebagai agen pengemulsi, dimana dengan adanya gliserin


(asam lemak) akan bereaksi dengan membentuk sabun anionic dengan pH sekitar 8 yang bersifat
stabil dalam tipe emulsi O/W.

Gliserin : Berfungsi sebagai humektan dan emollient. Konsentrasi gliserin yang


digunakan sebagai humektan dan emollient berkisar kurang dari 30%. Gliserin bersifat
higroskopis. Campuran antara gliserin, etanol, dan propilen glikol bersifat stabil secara kimia.
Gliserin akan meleleh pada suhu 200C. gliserin didapatkan dari minyak dan lemak sebagai
produk dalam pembuatan sabun dan asam lemak.

Propilen glikol : Berfungsi sebagai humektan dan pelarut. Propilen glikol bersifat larut
dalam air. Propilen glikol stabil secara kimia dalam campuran dengan etanol, gliserin, dan air.

Metil paraben : Berfungsi sebagai pengawet antimikroba. Efektifitas dari metil


paraben sebagai bahan pengawet akan semakin meningkat dengan adanya propilen glikol.
Konsentrasi metil paraben yang digunakan dalam sediaan topical adalah 0,02-0,3%.

Etanol : Berfungsi sebagai bahan pengawaet antimikroba, disinfektan, dan


pelarut. Etanol bersifat larut dalam air dan gliserin. Pada formula ini, etanol berfungsi sebagai
pengawet antimikroba dimana konsentrasinya adalah lebih dari 10%.

1. Surfaktan anionik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu anion. Contohnya garam
alkana sulfonat, garam olefin sulfonat

2. Surfaktan kationik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu kation. Contohnya garam
alkil trimethil amonium, garam dialkil-dimethil amonium, garam alkil dimethil benzil
amonium.

3. Surfaktan nonionik, surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester
gliserin, ester sorbitan, ester sukrosa, polietilena alkil amina, glukamina, alkil
poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter, surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.
Contohnya asam amino, betain, fosfobetain.

1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Surfaktan ini membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat
hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus sulfat atau sulfonat.
Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil dengan ikatan C-O-S yang labil, yang
mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat
(LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane
sulfonat (SAS).
Natrium dodekil sulfonat : C12H23CH2SO3-Na+
Natrium dodekil benzensulfonat : C12H25ArSO3-Na+

2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan
garam alkil dimethil benzil ammonium.
C12H25Cl+ N(CH3)3 [C12H25N-(CH3)3]+Cl-
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Surfaktan sejenis ini tidak berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur (bukan keadaan
ion-nya) untuk mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut larut dalam air. Surfaktan
nonionik biasanya digunakan bersama-sama dengan surfaktan aniomik. Jenis ini hampir
semuanya merupakan senyawa turunanpoliglikol, alkiloamida atau ester-ester dari polihidroksi
alkohol. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam
lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol
amina dan alkil amina oksida.
Pentaeritritit palmitat : CH3(CH2)14COO-CH2- C(CH2OH)3
Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H

4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier alkilbensen sulfonat
(LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan alkil etoksilat sulfat (AES)
Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam ini dapat menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan, karena surfaktan ini setelah digunakan akan menjadi limbah yang sukar
terdegradasi. Disamping itu, minyak bumi yang digunakan merupakan sumber bahan baku yang
tidak dapat diperbaharui. Masalah inilah yang menyebabkan banyak pihak mencari alternatif
surfaktan yang mudah terdegradasi dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui
(Herawan, 1998; Warwel, dkk. 2001).

You might also like