Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
menyakitkan, membuat cacat, ataupun yang mengancam nyawa pada diri mereka
sendiri atau orang yang berada di bawah asuhan. Berbeda dengan malingering yang
memiliki tujuan materiil, seperti mendapatkan uang atau menghindari tugas, pasien
peran sebagai pasien. Kaplan Sadock Sinopsis Pasien ini dianggap tidak sadar atas
motif yang mendorong mereka untuk melakukan perilaku ini dan membiarkan
2.2. Epidemiologi
kemungkinan karena peran tipu muslihat pada populasi ini. Kaplan Sadock Sinopsis
dan DSM 5 Penelitian terbatas mengindikasikan bahwa pasien dengan gangguan sakit
buatan mungkin berkisar 0,8-1 persen dari konsultasi pasien psikiatri. Kaplan Sadock
Sinopsis Berdasarkan penelitian di India, dari 81.176 pasien yang diamati dalam
durasi 10 tahun, hanya 8 pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan buatan, yang
mengarah ke tingkat prevalensi 0,985 per 10.000 pasien pada sampel ini. Sebagian
besar pasien hilang dari follow-up. Gangguan buatan masih sangat kurang
dibandingkan dengan yang gejala dan tanda fisik. Pasien yang didiagnosis dengan
gangguan sakit buatan dengan gejala dan tanda fisik kebanyakan adalah perempuan
dengan riwayat pekerjaan atau edukasi dalam merawat atau pekerjaan yang
dimulai pada usia 20-an atau 30-an, meskipun pada literatur terdapat kasus dengan
mengenai gangguan sakit buatan, dinyatakan bahwa sebanyak 66,2% dari pasien
dalam sampel penelitian adalah perempuan. Usia rata-rata pada presentasi adalah 34,2
Diagnosis saat ini atau masa lalu mengenai depresi digambarkan lebih sering daripada
16,5%) dan lebih banyak pasien yang menginduksi penyakit atau cedera dibandingkan
mereka yang mensimulasikan atau memberi laporan palsu. Pasien paling sering
Gangguan sakit buatan oleh proksi lebih sering dibuat oleh ibu terhadap bayi atau
anak kecilnya. Langka atau jarang disadari, sekitar kurang dari 0,04 persen, atau 1000
dari 3 juta kasus child abuse di amerika tiap tahunnya. Data epidemiologis yang bagus
2.3. Etiologi
Sedikit adanya informasi mengenai etiologi berhubung tidak adanya penelitian besar
dan riwayat laporan pribadi berbagai pasien banyak yang keliru. Meski demikian,
terhadap dokter
Etiologi juga dapat dibagi berdasarkan faktor psikososial dan faktor biologi.
1) Faktor psikososial
sepenuhnya karena pasien sulit untuk ikutserta dalam proses psikoterapi eksporasi.
Mereka mungkin bertahan bahwa gejala mereka adalah fisik dan tatalaksana
bahwa banyak pasien yang mengalami kekerasan atau perampasan masa kanak-kanak,
menyebabkan rawatan inap yang sering pada awal perkembangnnya. Dalam kondisi
tersebut, rawat inap mungkin dianggap sebagai jalan keluar dari kondisi traumatik di
rumah dan pasien mungkin menemukan sejumlah pengasuh (misal dokter, perawat,
pekerja rumah sakit) sebagai orang yang mencintai dan peduli. Sebaliknya, pada
keluarga asli pasien mungkin terdapat ibu yang menolak atau ketiadaan seorang ayah.
Riwayat biasanya menunjukkan bahwa pasien mempersepsikan satu atau kedua orang
tua sebagai figur yang menolak yang tidak mampu membentuk hubungan dekat.
orang tua dan anak. Gangguan tersebut adalah bentuk kompulsi berulang, mengulangi
konflik dasar dari memerlukan dan mencari penerimaan dan cinta sambil
mengharapkan mereka tidak akan datang. Karenanya, pasien mengubah dokter dan
diagnostik invasif, mungkin memiliki kepribadian masokistik yang mana rasa sakit
digunakan sebagai hukuman atas dosa terdahulu, nyata ataupun tidak. Sebagian pasien
mungkin mencoba untuk menguasai masa lalu dan trauma awal dari penyakit medis
yang serius atau rawatan inap dengan menggunakan peran sebagai pasien dan
berbagai rawatan inap. Pasien yang berpura-pura sakit dengan gangguan psikiatris
mungkin memiliki anggota keluarga yang dirawata inap dengan penyakit yang mereka
2) Faktor biologis
Sebagian peneliti telah mengusulkan bahwa disfungsi otak mungkin adalah faktor
pada gangguan sakit buatan. Telah dibuat hipotesis bahwa gangguan memproses
dari pasien dengan gangguan Munchausen; meski demikian, tidak ada pola genetik
yang telah ditegakkan, dan penelitian dengan EEG mencatat tidak adanya kelainan
Episode pertama dan episode yang dicirikan sebagai persisten dan tidak henti-henti
adalah jarang. Onset biasanya terjadi pada awal dewasa muda, sering paska rawat inap
untuk suatu kondisi medis atau gangguan mental. Pada individu dengan episode
berulang dari pemalsuan gejala dan tanda penyakit atau/dan induksi cedera, pola tipu
muslihat yang berhasil dengan personil medis, termasuk rawatan inap, dapat
2.5. Diagnosis
2.5.1. Kriteria Diagnosis DSM 5
A. Pemalsuan dari gejala atau tanda fisik atau psikis, atau induksi cedera atau
B. Individu menunjukkan dirinya ke orang lain sebagai orang sakit, terganggu, atau
tercederai.
C. Perilaku yang menipu ini terlihat jelas meskipun tidak ada ganjaran eksternal yang
jelas.
D. Perilaku ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, seperti
Episode pertama
Episode ulangan (dua atau lebih kejadian pemalsuan sakit dan/atau induksi
cedera)
Kriteria Diagnostik Gangguan Sakit Buatan yang dikenakan pada orang lain:
A. Pemalsuan dari gejala atau tanda fisik atau psikis, atau induksi cedera atau
penyakit, pada orang lain, yang berkaitan dengan tipu muslihat yang diidentifikasi.
B. Individu menunjukkan individu lain ke orang lain sebagai orang sakit, terganggu,
atau tercederai.
C. Perilaku yang menipu ini terlihat jelas meskipun tidak ada ganjaran eksternal yang
jelas.
D. Perilaku ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, seperti
Episode ulangan (dua atau lebih kejadian pemalsuan sakit dan/atau induksi
cedera)
Ciri penting dari gangguan sakit buatan adalah pemalsuan gejala dan tanda medis atau
psikis pada diri sendiri atau orang lain yang berkaitan dengan tipu muslihat yang
pengobatan untuk diri mereka atau orang lain setelah adanya induksi cedera atau
diam melakukan tindakan untuk memberikan gambaran yang salah, mensimulasi, atau
menyebabkan gejala atau tanda dari suatu penyakit atau cedera tanpa adanya ganjaran
eksternal yang jelas. Metode dari pemalsuan sakit dapat berupa melebih-lebihkan,
mungkin ada, namun perilaku menipu ini atau induksi cedera yang berhubungan
dengan tipu muslihat dapat menyebabkan orang lain memandang individu tersebut
dalam kondisi yang lebih sakit ataupun atau terganggu, dan ini dapat berujung pada
invervensi klinis yang berlebihan. Individu dengan gangguan sakit buatan dapat,
sebagai contoh, melaporkan perasaan depresi dan keinginan bunuh diri setelah
kematian pasangan meski kematian tersebut tidaklah benar atau individu tersebut
neurologis (misal kejang, pusing, black out); memanipulasi hasil lab (misal dengan
zat (misal insulin atau warfarin) untuk menyebabkan hasil labor yang abnormal atau
sakit; atau secara fisik mencederai diri sendiri atau menginduksi sakit pada diri sendiri
atau orang lain (misal menyuntikkan bahan fekal untuk memunculkan abses atau
2.6. Diagnosis Banding (DSM V, Kaplan Sadock sinopsis, dan New Oxford
Textbook of Psychiatry)
dipersepsikan, Gejala tersebut tidak dimunculkan secara sengaja dan tidak ada
menipu.
uang, waktu bebas kerja). Sebaliknya, diagnosis untuk gangguan sakit buatan
konversi dicirikan oleh adanya gejala neurologis yang tidak konsisten dengan
dibedakan dari gangguan konversi dengan adanya bukti tipu muslihat untuk
memalsukan gejala-gejala.
tanpa ada niat bunuh diri dapat juga terjadi berhuungan dengan gangguan mental
muslihat.
pemalsuan gejala yang disengaja. Tampilan gejala dan tanda yang tidak sesuai
dengan kondisi medis atau gangguan mental yang dapat diidentifikasi
gangguan sakit buatan tidak menyingkirkan adanya kondisi medis atau gangguan
kadar gula darah untuk memunculkan gejala mungkin juga memiliki diabetes.
2.7. Tatalaksana
Tidak ada terapi psikiatri spesifik yang efektif dalam menatalaksana pasien dengan
pengelolaan gangguan sakit buatan adalah (1) mengurangi risiko morbiditas dan
perilaku sakit buatan ini, dan (3) untuk memperhatikan masalah hukum dan etika.
Yang paling utama dalam tatalaksana deteksi dini gangguan ini. Dengan demikian
dokter dapat mencegah tes diagnostik yang menyakitkan dan berpotensi bahaya untuk
pasien ini. Salah satu intervensi psikiatrik adalah untuk meminta staf tetap menyadari
bahwa mesi penyakit pasien adalah buatan, pasien tersebut adalah sakit. Kaplan
Sadock Sinopsis
Petunjuk dalam pengelolaan dan penatalaksanaan gangguan sakit buatan adalah sbb:
Meminimalkan bahaya. Hindari tes dan prosedur yang tidak perlu, terutama jika
invasif. Tatalaksana sesuai dengan penilaian klinis, perlu diingat bahwa keluhan
biofeedback.
Strategi konfrontasi
Proses ini lebih mudah jika dokter memiliki bukti nyata dari gangguan buatan,
misalnya kateter, atau obat yang digunakan dalam tipu muslihat pasien. Lebih
baik jika psikiater berada di samping dokter ketika akan bekonfrontasi dengan
bahwa pasien adalah orang sakit yang membutuhkan bantuan. Tiga puluh tiga
dengan data klinis yang menunjukkan bahwa kondisi mereka adalah buatan.
Hanya 12 (36 persen) pasien mengakui kebenaran hal tersebut; sisanya 21 terus
psikologis yang serius atau menjadi bunuh diri, atau pulang paksa berlawanan
dari nasihat medis. Empat kasus yang paling kronis menjadi asimtomatik.
Namun, sebagian besar menyambut hal tersebut dengan permusuhan terbuka atau
Strategi nonkonfrontasi
Pendekatan ini, dianjurkan oleh Eisendrath dan Feder, tidak begitu mempedulikan
asal penyakit dan lebih peduli terhadap pembentukan perilaku masa depan.
Penyelamatan muka adalah kuncinya, dan penting bagi pasien untuk selanjutnya
adalah kejiwaan.
Salah satu strategi adalah terapi 'double-bind'. Dalam pendekatan ini pasien
dengan menanggapi intervensi medis yang relatif kecil dan ringan, atau
Misalnya, seorang wanita ditawari double bind untuk luka yang telah gagal untuk
secara bedah. Dengan strategi ini ahli bedah plastik mengatakan bahwa lukanya
seharusnya akan merespon dengan skin graft. Jika tidak, itu berarti bahwa
gangguannya adalah buatan. Setelah Graft dilakukan tidak ada lagi kekambuhan
infeksi pada follow-up 2 tahun. Pendekatan ini juga telah digunakan dengan
Mengobati gangguan kejiwaan, seperti gangguan Axis I dan gangguan Axis II.
Dalam psikoterapi, berikan strategi coping dan jawaban untuk konflik emosional.
2.8. Prognosis
Meski tidak terdapat data adekuat yang tersedia tentang hasil akhir dari pasien ini,
beberapa dari mereka mungkin mati sebagai akibat dari pengobatan yang tidak perlu,
instrumentasi, atau bedah. Pasien sering ahli dalam mensimulasikan penyakitnya dan
sebagian mati tanpa gangguannya diketahui. Kaplan Sadock Sinopsis Hasil dari
gangguan ini ditentukan bagaimana pasien dikelola setelah tipu muslihat mereka
berhubungan dengan hasil yang lebih baik. New Oxford Psychiatry Beberapa ciri
yang mengindikasikan prognosis yang baik adalah (1) adanya kepribadian masokis
depresif; (2) berfungsi dalam tingkat borderline, tidak dalam psikotik yang
berkelanjutan; dan (3) ciri gangguan kepribadian antisosial dengan gejala minimal.
1. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed. Washington, D.C.:
2014;36:62-5