You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Orang dengan Factitious Disorder memalsukan sakit mereka. Mereka mensimulasi,

menginduksi, atau memperburuknya penyakitnya, sering memberikan cedera yang

menyakitkan, membuat cacat, ataupun yang mengancam nyawa pada diri mereka

sendiri atau orang yang berada di bawah asuhan. Berbeda dengan malingering yang

memiliki tujuan materiil, seperti mendapatkan uang atau menghindari tugas, pasien

dengan gangguan sakit buatan melakukan tindakan yang menyengsarakan ini

utamanya untuk mendapatkan asuhan emosional dan perhatian dengan memainkan

peran sebagai pasien. Kaplan Sadock Sinopsis Pasien ini dianggap tidak sadar atas

motif yang mendorong mereka untuk melakukan perilaku ini dan membiarkan

stimulasi atau induksi penyakit mereka tersembunyi. New Oxford

2.2. Epidemiologi

Tidak ada data epidemiologi komprehensif mengenai gangguan sakit buatan,

kemungkinan karena peran tipu muslihat pada populasi ini. Kaplan Sadock Sinopsis

dan DSM 5 Penelitian terbatas mengindikasikan bahwa pasien dengan gangguan sakit

buatan mungkin berkisar 0,8-1 persen dari konsultasi pasien psikiatri. Kaplan Sadock

Sinopsis Berdasarkan penelitian di India, dari 81.176 pasien yang diamati dalam

durasi 10 tahun, hanya 8 pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan buatan, yang

mengarah ke tingkat prevalensi 0,985 per 10.000 pasien pada sampel ini. Sebagian

besar pasien hilang dari follow-up. Gangguan buatan masih sangat kurang

terdiagnosis di negara-negara berkembang seperti India. Dahale AB, Hatti S

Kasus pemalsuan gejala dan tanda psikologis dilaporkan lebih jarang

dibandingkan dengan yang gejala dan tanda fisik. Pasien yang didiagnosis dengan
gangguan sakit buatan dengan gejala dan tanda fisik kebanyakan adalah perempuan

dengan perbandingan perempuan:laki = 3:1. Mereka biasanya berusia 20-40 tahun

dengan riwayat pekerjaan atau edukasi dalam merawat atau pekerjaan yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Gangguan sakit buatan fisik biasanya

dimulai pada usia 20-an atau 30-an, meskipun pada literatur terdapat kasus dengan

rentang usia 4 - 79 tahun. Kaplan Sadock Sinopsis

Berdasarkan review sistematik terhadap 455 kasus pada literatur profesional

mengenai gangguan sakit buatan, dinyatakan bahwa sebanyak 66,2% dari pasien

dalam sampel penelitian adalah perempuan. Usia rata-rata pada presentasi adalah 34,2

tahun. Profesi kesehatan atau laboratorium dilaporkan paling sering (N = 122).

Diagnosis saat ini atau masa lalu mengenai depresi digambarkan lebih sering daripada

gangguan kepribadian pada laporan komorbiditas kasus psikiatrik (41,8% berbanding

16,5%) dan lebih banyak pasien yang menginduksi penyakit atau cedera dibandingkan

mereka yang mensimulasikan atau memberi laporan palsu. Pasien paling sering

menampilkan masalah endokrin, jantung, dan kulit. Yates GFeldman M.

Gangguan sakit buatan oleh proksi lebih sering dibuat oleh ibu terhadap bayi atau

anak kecilnya. Langka atau jarang disadari, sekitar kurang dari 0,04 persen, atau 1000

dari 3 juta kasus child abuse di amerika tiap tahunnya. Data epidemiologis yang bagus

sayangnya tidak ada. Kaplan Sadock Sinopsis

2.3. Etiologi

Sedikit adanya informasi mengenai etiologi berhubung tidak adanya penelitian besar

dan riwayat laporan pribadi berbagai pasien banyak yang keliru. Meski demikian,

terdapat sejumlah tema yang terlihat: New Oxford

perlakuan tidak wajar (abuse), pengabaian (neglect), ataupun peninggalan

(abandonment) oleh orang tua


pengalaman dini dari penyakit kronik atau rawat inap

hubungan signifikan dengan dokter di masa lampau

pengalaman adanya mismanajemen medis yang berujung kepada dendam

terhadap dokter

pekerjaan sebagai paramedis

gangguan otak organik

Etiologi juga dapat dibagi berdasarkan faktor psikososial dan faktor biologi.

1) Faktor psikososial

Psikodinamik yang mendasari dari gangguan sakit buatan belum dimengerti

sepenuhnya karena pasien sulit untuk ikutserta dalam proses psikoterapi eksporasi.

Mereka mungkin bertahan bahwa gejala mereka adalah fisik dan tatalaksana

berorientasi pada psikologis tidak berguna. Laporan kasus anedoktal mengindikasikan

bahwa banyak pasien yang mengalami kekerasan atau perampasan masa kanak-kanak,

menyebabkan rawatan inap yang sering pada awal perkembangnnya. Dalam kondisi

tersebut, rawat inap mungkin dianggap sebagai jalan keluar dari kondisi traumatik di

rumah dan pasien mungkin menemukan sejumlah pengasuh (misal dokter, perawat,

pekerja rumah sakit) sebagai orang yang mencintai dan peduli. Sebaliknya, pada

keluarga asli pasien mungkin terdapat ibu yang menolak atau ketiadaan seorang ayah.

Riwayat biasanya menunjukkan bahwa pasien mempersepsikan satu atau kedua orang

tua sebagai figur yang menolak yang tidak mampu membentuk hubungan dekat.

Kepura-puraan sakit kemudian digunakan untuk menciptakan kembali ikatan positif

orang tua dan anak. Gangguan tersebut adalah bentuk kompulsi berulang, mengulangi

konflik dasar dari memerlukan dan mencari penerimaan dan cinta sambil

mengharapkan mereka tidak akan datang. Karenanya, pasien mengubah dokter dan

staf menjadi orang tua yang menolak. Kaplan Sadock Sinopsis


Pasien yang mencari prosedur menyakitkan, seperti operasi bedah dan tes

diagnostik invasif, mungkin memiliki kepribadian masokistik yang mana rasa sakit

digunakan sebagai hukuman atas dosa terdahulu, nyata ataupun tidak. Sebagian pasien

mungkin mencoba untuk menguasai masa lalu dan trauma awal dari penyakit medis

yang serius atau rawatan inap dengan menggunakan peran sebagai pasien dan

menghilangkan pengalaman yang menyakitkan dan menakutkan berulang kali melalui

berbagai rawatan inap. Pasien yang berpura-pura sakit dengan gangguan psikiatris

mungkin memiliki anggota keluarga yang dirawata inap dengan penyakit yang mereka

simulasikan. Kaplan Sadock Sinopsis

2) Faktor biologis

Sebagian peneliti telah mengusulkan bahwa disfungsi otak mungkin adalah faktor

pada gangguan sakit buatan. Telah dibuat hipotesis bahwa gangguan memproses

informasi berkontribusi terhadap pseudologia fantastica dan perilaku menyimpang

dari pasien dengan gangguan Munchausen; meski demikian, tidak ada pola genetik

yang telah ditegakkan, dan penelitian dengan EEG mencatat tidak adanya kelainan

pada pasien dengan gangguan sakit buatan. Kaplan Sadock Sinopsis

2.4. Perkembangan dan perjalanan

Perjalanan gangguan sakit buatan biasanya adalah satu episode intermiten.

Episode pertama dan episode yang dicirikan sebagai persisten dan tidak henti-henti

adalah jarang. Onset biasanya terjadi pada awal dewasa muda, sering paska rawat inap

untuk suatu kondisi medis atau gangguan mental. Pada individu dengan episode

berulang dari pemalsuan gejala dan tanda penyakit atau/dan induksi cedera, pola tipu

muslihat yang berhasil dengan personil medis, termasuk rawatan inap, dapat

menjadikan gangguan ini seumur hidup. DSM 5

2.5. Diagnosis
2.5.1. Kriteria Diagnosis DSM 5

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Sakit Buatan:

A. Pemalsuan dari gejala atau tanda fisik atau psikis, atau induksi cedera atau

penyakit, yang berkaitan dengan tipu muslihat yang diidentifikasi.

B. Individu menunjukkan dirinya ke orang lain sebagai orang sakit, terganggu, atau

tercederai.

C. Perilaku yang menipu ini terlihat jelas meskipun tidak ada ganjaran eksternal yang

jelas.

D. Perilaku ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, seperti

gangguan waham atau ganggu psikotik lainnya.

Dapat diperinci sebagai:

Episode pertama

Episode ulangan (dua atau lebih kejadian pemalsuan sakit dan/atau induksi

cedera)

Kriteria Diagnostik Gangguan Sakit Buatan yang dikenakan pada orang lain:

A. Pemalsuan dari gejala atau tanda fisik atau psikis, atau induksi cedera atau

penyakit, pada orang lain, yang berkaitan dengan tipu muslihat yang diidentifikasi.

B. Individu menunjukkan individu lain ke orang lain sebagai orang sakit, terganggu,

atau tercederai.

C. Perilaku yang menipu ini terlihat jelas meskipun tidak ada ganjaran eksternal yang

jelas.

D. Perilaku ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, seperti

gangguan waham atau ganggu psikotik lainnya.

Catatan: Pelaku, bukan korban, yang didiagnosis dengan ini.

Dapat diperinci sebagai:


Episode pertama

Episode ulangan (dua atau lebih kejadian pemalsuan sakit dan/atau induksi

cedera)

2.5.2. Ciri Diagnostik

Ciri penting dari gangguan sakit buatan adalah pemalsuan gejala dan tanda medis atau

psikis pada diri sendiri atau orang lain yang berkaitan dengan tipu muslihat yang

diindentifikasi. Individu dengan gangguan sakit buatan juga dapat mencari

pengobatan untuk diri mereka atau orang lain setelah adanya induksi cedera atau

penyakit. Diagnosis memerlukan adanya pembuktian bahwa individu secara diam-

diam melakukan tindakan untuk memberikan gambaran yang salah, mensimulasi, atau

menyebabkan gejala atau tanda dari suatu penyakit atau cedera tanpa adanya ganjaran

eksternal yang jelas. Metode dari pemalsuan sakit dapat berupa melebih-lebihkan,

membuat-buat, mensimulasi, dan menginduksi. Meski kondisi medis sebelumnya

mungkin ada, namun perilaku menipu ini atau induksi cedera yang berhubungan

dengan tipu muslihat dapat menyebabkan orang lain memandang individu tersebut

dalam kondisi yang lebih sakit ataupun atau terganggu, dan ini dapat berujung pada

invervensi klinis yang berlebihan. Individu dengan gangguan sakit buatan dapat,

sebagai contoh, melaporkan perasaan depresi dan keinginan bunuh diri setelah

kematian pasangan meski kematian tersebut tidaklah benar atau individu tersebut

memang tidak memiliki pasangan; secara menipu melaporkan episode gejala

neurologis (misal kejang, pusing, black out); memanipulasi hasil lab (misal dengan

menambahkan darah ke urin) untuk memberikan kesan adanya ada kelainan;

memalsukan rekam medis untuk menunjukkan adanya kelainan; menggunakan suatu

zat (misal insulin atau warfarin) untuk menyebabkan hasil labor yang abnormal atau

sakit; atau secara fisik mencederai diri sendiri atau menginduksi sakit pada diri sendiri
atau orang lain (misal menyuntikkan bahan fekal untuk memunculkan abses atau

menginduksi sepsis). (DSM 5)

2.6. Diagnosis Banding (DSM V, Kaplan Sadock sinopsis, dan New Oxford

Textbook of Psychiatry)

Gangguan gejala somatik. Pada gangguan gejala somatik, mungkin terdapat

atensi berlebihan dan pencarian pengobatan terhadap kondisi medis yang

dipersepsikan, Gejala tersebut tidak dimunculkan secara sengaja dan tidak ada

bukti bahwa individu tersebut memberikan informasi palsu atau bermaksud

menipu.

Malingering. Pada malingering, dibedakan dari gangguan sakit buatan dengan

adanya tujuan dalam melaporkan gejala-gejala untuk keuntungan pribadi (misal

uang, waktu bebas kerja). Sebaliknya, diagnosis untuk gangguan sakit buatan

memerlukan ketiadaan ganjaran yang jelas.

Gangguan konversi (gangguan gejala neurologis fungsional). Gangguan

konversi dicirikan oleh adanya gejala neurologis yang tidak konsisten dengan

patofisiologi neurologis. Gangguan sakit buatan dengan gejala neurologis

dibedakan dari gangguan konversi dengan adanya bukti tipu muslihat untuk

memalsukan gejala-gejala.

Gangguan kepribadian borderline. Usaha menyakiti diri sendiri yang disengaja

tanpa ada niat bunuh diri dapat juga terjadi berhuungan dengan gangguan mental

lainnya seperti gangguan kepribadian borderline. Gangguan sakit buatan

memerlukan adanya induksi cedera yang terjadi berhubungan dengan tipu

muslihat.

Kondisi medis atau gangguan mental yang tidak berhubungan dengan

pemalsuan gejala yang disengaja. Tampilan gejala dan tanda yang tidak sesuai
dengan kondisi medis atau gangguan mental yang dapat diidentifikasi

meningkatan kemungkinan adanya gangguan sakit buatan. Meski demikian,

gangguan sakit buatan tidak menyingkirkan adanya kondisi medis atau gangguan

mental sebenarnya, karena penyakit komorbid sering terjadi pada individu

dengan gangguan sakit buatan. Sebagai contoh, individu yang memanipulasi

kadar gula darah untuk memunculkan gejala mungkin juga memiliki diabetes.

2.7. Tatalaksana

Tidak ada terapi psikiatri spesifik yang efektif dalam menatalaksana pasien dengan

gangguan sakit buatan. Tatalaksana paling baik difokuskan dalam pengelolaan

dibandingkan untuk kesembuhan. Tiga tujuan utama dalam tatalaksana dan

pengelolaan gangguan sakit buatan adalah (1) mengurangi risiko morbiditas dan

mortalitas, (2) menjawab kebutuhan emosional atau diagnosis yang mendasari

perilaku sakit buatan ini, dan (3) untuk memperhatikan masalah hukum dan etika.

Yang paling utama dalam tatalaksana deteksi dini gangguan ini. Dengan demikian

dokter dapat mencegah tes diagnostik yang menyakitkan dan berpotensi bahaya untuk

pasien ini. Salah satu intervensi psikiatrik adalah untuk meminta staf tetap menyadari

bahwa mesi penyakit pasien adalah buatan, pasien tersebut adalah sakit. Kaplan

Sadock Sinopsis

Petunjuk dalam pengelolaan dan penatalaksanaan gangguan sakit buatan adalah sbb:

Kaplan Sadock Sinopsis dan New Oxford Psychiatry

Mendiagnosis gangguan pasien dengan cepat dapat meminimalisir risiko

morbiditas dan mortalitas

Meminimalkan bahaya. Hindari tes dan prosedur yang tidak perlu, terutama jika

invasif. Tatalaksana sesuai dengan penilaian klinis, perlu diingat bahwa keluhan

subjektif mungkin menipu.


Pertemuan interdisipliner teratur untuk mengurangi konflik dan perpecahan

antara staf. Mengelola countertransference staf.

Pertimbangkan memfasilitasi penyembuhan dengan menggunakan teknik double-

bind atau strategi perilaku menyelamatkan muka, seperti self-hypnosis atau

biofeedback.

Mengarahkan pasien ke perawatan psikiatris dengan cara yang empati,

nonkonfrontasi, menyelamatkan muka. Hindari konfrontasi langsung agresif.

Strategi konfrontasi

Proses ini lebih mudah jika dokter memiliki bukti nyata dari gangguan buatan,

misalnya kateter, atau obat yang digunakan dalam tipu muslihat pasien. Lebih

baik jika psikiater berada di samping dokter ketika akan bekonfrontasi dengan

pasien. Pendekatan selama konfrontasi dan sesudahnya sebaiknya tidak berupa

hukuman dan berupa dukungan, menekankan kesinambungan perawatan, dan

bahwa pasien adalah orang sakit yang membutuhkan bantuan. Tiga puluh tiga

pasien 'berhadapan' dengan benda-benda yang ditemukan di kamar mereka atau

dengan data klinis yang menunjukkan bahwa kondisi mereka adalah buatan.

Hanya 12 (36 persen) pasien mengakui kebenaran hal tersebut; sisanya 21 terus

menyangkal bahwa mereka memainkan peran dalam menciptakan gangguan

mereka. Tidak ada pasien yang dikonfrontasi yang mendapatkan gangguan

psikologis yang serius atau menjadi bunuh diri, atau pulang paksa berlawanan

dari nasihat medis. Empat kasus yang paling kronis menjadi asimtomatik.

Namun, sebagian besar menyambut hal tersebut dengan permusuhan terbuka atau

pasif dan negativisme tersembunyi.

Strategi nonkonfrontasi
Pendekatan ini, dianjurkan oleh Eisendrath dan Feder, tidak begitu mempedulikan

asal penyakit dan lebih peduli terhadap pembentukan perilaku masa depan.

Penyelamatan muka adalah kuncinya, dan penting bagi pasien untuk selanjutnya

menjelaskan 'pemulihan' mereka tanpa mengakui bahwa masalah asli mereka

adalah kejiwaan.

Salah satu strategi adalah terapi 'double-bind'. Dalam pendekatan ini pasien

disajikan dengan dua pilihan: membuktikan bahwa gangguannya tidak buatan

dengan menanggapi intervensi medis yang relatif kecil dan ringan, atau

membuktikan bahwa gangguan tersebut adalah buatan dengan tidak menanggapi.

Misalnya, seorang wanita ditawari double bind untuk luka yang telah gagal untuk

menyembuhkan dalam 4 tahun meskipun telah banyak dilakukan penutupan

secara bedah. Dengan strategi ini ahli bedah plastik mengatakan bahwa lukanya

seharusnya akan merespon dengan skin graft. Jika tidak, itu berarti bahwa

gangguannya adalah buatan. Setelah Graft dilakukan tidak ada lagi kekambuhan

infeksi pada follow-up 2 tahun. Pendekatan ini juga telah digunakan dengan

keberhasilan dalam rehabilitasi tiga pasien dengan gangguan motorik buatan.

Strategi itu berhasil dalam menyediakan pasien dengan legitimasi menyelamatkan

muka dari penyakit dan pemulihan mereka.

Mengobati gangguan kejiwaan, seperti gangguan Axis I dan gangguan Axis II.

Dalam psikoterapi, berikan strategi coping dan jawaban untuk konflik emosional.

Menunjuk penyedia layanan primer sebagai pengawas untuk semua perawatan

medis dan psikiatris.

Pertimbangkan untuk melibatkan profesional dalam manajemen risiko dan

bioetika dari titik awal.

Mempertimbangkan untuk menunjuk wali untuk keputusan medis dan kejiwaan.


Pertimbangkan penuntutan untuk penipuan, sebagai disinsentif perilaku.

2.8. Prognosis

Meski tidak terdapat data adekuat yang tersedia tentang hasil akhir dari pasien ini,

beberapa dari mereka mungkin mati sebagai akibat dari pengobatan yang tidak perlu,

instrumentasi, atau bedah. Pasien sering ahli dalam mensimulasikan penyakitnya dan

sebagian mati tanpa gangguannya diketahui. Kaplan Sadock Sinopsis Hasil dari

gangguan ini ditentukan bagaimana pasien dikelola setelah tipu muslihat mereka

diketahui. Dukungan psikologis setelah pulang dari rumah sakit mungkin

berhubungan dengan hasil yang lebih baik. New Oxford Psychiatry Beberapa ciri

yang mengindikasikan prognosis yang baik adalah (1) adanya kepribadian masokis

depresif; (2) berfungsi dalam tingkat borderline, tidak dalam psikotik yang

berkelanjutan; dan (3) ciri gangguan kepribadian antisosial dengan gejala minimal.

Kaplan Sadock Sinopsis


TINJAUAN PUSTAKA

1. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed. Washington, D.C.:

American Psychiatric Association; 2013.

2. Sadock B, Sadock V, Kaplan H. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry. 10th

ed. Philadelphia, Pa.: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

3. Gelder M, Loopez-Ibor Alino J, Andreasen N. New Oxford textbook of

psychiatry. 1st ed. Oxford: Oxford University Press; 2000.

4. Yates G Feldman M. Factitious disorder: a systematic review of 455 cases in the

professional literature. General Hospital Psychiatry. 2016;41:20-28.

5. Dahale AB, Hatti S, Thippeswamy H, Chaturvedi SK. Factitious disorder-

experience at a neuropsychiatric center in Southern India. Indian J Psychol Med

2014;36:62-5

You might also like