You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang
berpotensi menyebabkan kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara
langsung.1
Di Amerika, ulkus kornea merupakan penyebab tersering kebutaan dengan
insidensi 30.000 kasus pertahun. Sedangkan di California, insidensi terjadinya
ulkus kornea dilaporkan sebesar 27,6/100.000 orang pertahun, dengan perkiraan
sebanyak 75.000 orang yang mengalami ulkus kornea setiap tahunnya. Faktor
predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain trauma, pemakaian lensa kontak,
riwayat operasi kornea, penyakit permukaan okular, pengobatan topikal lama dan
penyakit imunosupresi sistemik.2
Di Indonesia, Insiden ulkus kornea tahun 2013 adalah 5,5 persen dengan
prevalensi tertinggi di Bali (11,0%), diikuti oleh DI Yogyakarta (10,2%) dan
Sulawesi Selatan (9,4%). Prevalensi kekeruhan kornea terendah dilaporkan di
Papua Barat (2,0%) diikuti DKI Jakarta (3,1%). Prevalensi kekeruhan kornea pada
lakilaki cenderung sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi pada perempuan.
Prevalensi kekeruhan kornea yang paling tinggi (13,6%) ditemukan pada
kelompok responden yang tidak sekolah. Petani/nelayan/buruh mempunyai
prevalensi kekeruhan kornea tertinggi (9,7%) dibanding kelompok pekerja lainnya.
Prevalensi kekeruhan kornea yang tinggi pada kelompok pekerjaan
petani/nelayan/buruh mungkin berkaitan dengan riwayat trauma mekanik atau
kecelakaan kerja pada mata, mengingat pemakaian alat pelindung diri saat bekerja
belum optimal dilaksanakan di Indonesia.2
. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel,
perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila

1
terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan
kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas yang akhirnya
mengarah pada kebutaan fungsional. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan
diobati secara memadai.2,3

BAB II

2
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. W
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Alamat : Bramitam Kanan RT. 12, Tanjabbar

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis)


2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri pada mata kiri disertai mata berwarna keputihan sejak 3 minggu
yang lalu.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


1 bulan yang lalu awalnya pasien hanya mengeluh gatal pada mata kiri
nya, gatal hilang timbul, terasa sangat gatal jika pada saat bekerja dan berkurang
jika tidak lagi bekerja, gatal tidak disertai mata merah dan berair, kemudian pasien
pergi berobat ke puskesmas dan diberi tetes mata dan keluhannya berkurang.
Tidak lama kemudian mulai timbul bercak keputihan pada mata kiri pasien,
bercak keputihan awalnya berukuran kecil dan terletak di tengah kemudian bercak
keputihan pada mata nya menyebar hingga sebagian mata kiri nya. Nyeri (-), mata
berair (+) terus menerus, mata merah (+) disertai pandangan mata kiri yang kabur.
3 minggu ini pasien mengaku muncul keluhan nyeri pada mata kirinya,
nyeri dirasakan terus menerus, nyeri bertambah jika terkena cahaya dan ketika
membuka mata dan menggerakan bola mata, pasien mengaku mengompres di
sekeliling matanya untuk mengurangi rasa nyeri, nyeri disertai penglihatan yang
kabur, pasien mengaku sukar untuk membuka kelopak matanya, mata sering

3
keluar air, merah (+), sering silau jika melihat cahaya, kemudian pasien ke RS di
Tungkal untuk berobat, pasien kemudiaan di rawat selama 5 hari dan diberikan
obat tetes mata serta disuntik namun pasien tidak tahu nama obatnya. Selama di
rawat pasien mengaku keluhannya tidak berkurang. 1 minggu sebelum dirujuk
ke Jambi warna keputihan pada matanya semakin menyebar hingga seluruh mata
kiri dan pandangan matanya semakin kabur dibandingkan sebeumnya, mata
semakin merah, nyeri dirasakan bertambah parah dan semakin hebat, nyeri terus
menerus, nyeri bertambah jika terkena cahaya dan ketika membuka mata dan
menggerakan bola mata,, disertai dengan rasa silau saat melihat cahaya. Karena
keluhan tersebut pasien kemudian di rujuk ke RSUD Raden Mattaher Jambi.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal
Riwayat operasi mata disangkal
Riwayat Trauma disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat Alergi disangkal
2.2.4 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
- Riwayat Hipertensi dan DM pada keluarga disangkal
2.2.5 Riwayat gizi: Baik
BB = 58 kg, TB = 160 cm
IMT = 58 kg / (1.6 m)2 = 22,65
2.2.6 Keadaan sosial ekonomi : Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani pemanen
sawit dan pasien berobat menggunakan Jamkesmas. Kesan sosial ekonomi
pasien menengah ke bawah.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


2.3.1 Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis

4
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respiratory rate : 20 x/menit
Suhu : Afebris

2.3.2 Penyakit Sistemik


Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan
Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan
2.4 Status Oftalmologikus
I. Pemeriksaan Visus dan Refraksi
OD OS
Visus : 6/9 Visus : 1/~

II. Muscle Balance


- Pergerakan Bola Mata
Duksi : Baik Duksi : Baik
Versi : Baik Versi : Baik

III. Pemeriksaan Eksternal

5
- Palpebra Superior : Palpebra Superior :
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (+), edema (+), sekret mukopurulen
sekret Mukopurulen (-) (-)
- Palpebra Inferior : Palpebra Inferior
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (+), edema (+), sekret mukopurulen
sekret Mukopurulen (-) (-)
- Cilia : Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Ap. Lacrimalis : Sumbatan (-) Sumbatan (-)
- Conj. Tars Sup : papil (-), Papil (-), folikel (-), hiperemis (+), edem (+)
folikel (-), hiperemis (-), edem
(-)
- Conj. Tars Inf : papil (-), Papil (-), folikel (-), hiperemis (+), edem (+)
folikel (-), hiperemis (-), edem
(-)
- Conj. Bulbi : Injeksi Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+),
konjungtiva (-), injeksi siliar hiperemis (+), edem (+)
(-), hiperemis (-), edem (-),
sekret (-).

- Kornea : Keruh, ulkus (+) ukuran diameter 5 mm


Jernih, ulkus (-), infiltrat (-)
- Coa : Kedalaman sedang, Kedalaman sulit dinilai, hipopion (+) 5 mm ,
hipopion (-), hifema (-) hifema (-)
- Pupil : Refleks pupil direct dan Reflek pupil direct dan indirect sulit dinilai
indirect (+), isokor, diameter 3

6
mm
- Iris : Kripta iris jelas, warna Iris : Tidak dapat dinilai
coklat
- Lensa : Jernih Lensa : Sulit dinilai
IV. Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomicroscopy
- Cilia : Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Conjungtiva : hiperemis (-), Hiperemis (+), injeksi siliar (+), injeksi palpebra
injeksi siliar (-), injeksi (+).
palpebra (-)
- Cornea : Jernih Keruh, ulkus (+) diameter 5 mm,
- COA : Sedang Kedalaman sulit dinilai, Hipopion (+) ukuran 5
mm
- Iris : Kripta iris jelas dan Sulit dinilai
berwarna coklat
- Lensa : Jernih Sulit dinilai

1.3 DIAGNOSIS KERJA


Ulkus Kornea Total OS ec. Susp Bakteri

1.4 DIAGNOSIS BANDING


Ulkus Kornea Total OS ec. Jamur
Ulkus Kornea Total OS ec. Virus
Ulkus Kornea Total OS ec. Parasit

7
1.5 ANJURAN PEMERIKSAAN
- Hapusan Langsung/Kultur (Pewarnaan Gram, Giemsa, Pemeriksaan KOH)
- Tes Fluoresen
- Tes Fistel
- Tes Placido

1.6 PENATALAKSANAAN
Natamycin 5 % ED 4x1 tetes/hari OS
Moxifloxacin 0,5 % ED 4 x 1 tetes/hari OS
Kloramfenicol zalf OS
Asam Mefenamat 3x1 tab
Vigamox 6x1 tts OS
Siklopegik : Sulfas atropin 1 % ED 3 x 1 tetes/hari OS

1.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad malam

You might also like