Professional Documents
Culture Documents
PTERYGIUM
Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Henry A. W, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
Disusun oleh:
Marleen
07120110032
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
1 Nama : Tn. M A
2 Umur : 33 tahun
3 Jenis kelamin : Pria
4 Tanggal lahir : 18-03-1982
5 Agama : Islam
6 Kebangsaan/ suku : Indonesia/ Jawa
7 Pendidikan : SMA
8 Perkerjaan : Buruh pabrik
9 Alamat : KP Malaka Tegal Kunir Kidul Maur, Tangerang
10 Status : Menikah
11 Tanggal pemeriksaan : 27 agustus 2015
II. Anamnesis
Keluhan utama : Adanya selaput kemerahan pada mata kanan pasien yang
semakin hari semakin mendekati bagian hitam mata pasien sejak 2 tahun lalu.
Keluhan tambahan : Adanya rasa mengganjal pada mata kanan dan kiri
Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat mata terkena bahan kimia
disangkal. Penggunaan kacamata ataupun kontak lens disangkal. Riwayat penyakit
mata sebelum muncul selaput disangkal. Pasien mengaku belum pernah
mengalami hal yang serupa.
Riwayat Kebiasaan:
Pasien mengaku sering terpapar sinar matahari dan matanya sering terkena
debu akibat bekerja di pabrik benang. Pasien tidak menggunakan topi ataupun
kacamata. Pasien juga merupakan pengguna kendaraan bermotor, yang biasanya
menggunakan helm tanpa kaca pelindung mata. Pasien mengaku tinggal di daerah
yang panas.
Status Oftalmologi
OD OS
Visus 5/5 E 5/5 E
Kedudukan bola mata Ortoforia
Gerakan bola mata
Pasien sering terpapar sinar matahari dan debu pabrik serta sering
beraktivitas diluar ruangan tanpa menggunakan topi atau kacamata. Pasien
mengaku belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien mengaku
tidak menggunakan kacamata.
Pada pemeriksaan oftalmologis, pemeriksaan kornea pada oculi dextra
dan sinistra ditemukan adanya selaput berbentuk segitiga dibagian nasal yang
sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
Pemeriksaan visus:
Visus OD : 5/5 E
Visus OS : 5/5 E
V. Diagnosis Kerja
Pterygium ODS derajat II
Terapi
Non medikamentosa
Anjuran untuk mengurangi aktivitas diluar ruangan.
Anjuran untuk memakai topi dan kacamata saat beraktivitas diluar ruangan
atau sewaktu bekerja.
Medikamentosa
Steroid topical : CendoXitrol (Polimyxin B, Neomycin, Dexamethason)
tetes mata 3 kali 1 tetes selama 5 7 hari pada oculi dextra
Air mata artifisial (1 tetes 4 kali sehari) ; Cendo lyteers
Tindakan bedah
Pro eksisi pterygium dengan teknik conjunctival autograft dengan pemberian
mytomicin C intraoperatif.
Monitoring :
Gejala : Selaput tumbuh semakin mendekati pupil atau sama saja, rasa perih
dan mengganjal sama saja atau semakin memburuk.
Edukasi :
VIII. Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Konjungtiva
Pterigium
1. Definisi
Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan
puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila
terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat
mengenai kedua mata.
2. Epidemiologi
Pterigium tersebar luas di seluruh dunia. Lebih umum pada daerah beriklim panas
dan kering. Berhubungan erat dengan sinar UV langsung. Umumnya laki-laki lebih
sering terkena dibandingkan perempuan. Pada umur 20-40 tahun, biasanya lebih
mudah terkena, namun prevalensi nya lebih tinggi pada umur 40 tahun.
3. Etiologi
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan
udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas, dan diduga merupakan
suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Hubungan antara sinar UV dengan
pertumbuhan pterigium sangat erat. Orang yang lebih sering bekerja diluar ruangan
lebih mudah terkena. Pterigium juga berhubungan erat dengan basal cell carcinoma,
polymorphous light eruption, porphyria cutanea tarda, dan xeroderma pigmentosa.
4. Patogenesis
Sinar UV dapat memicu pertumbuhan hiperplasi pada sel di bagian limbal. Sel
tersebut dapat menginvasi kornea dan limbus yang pertumbuhan nya secara
sentripetal terhadap kornea dan limbus. Hal ini menjelaskan bentuk segitiga atau
sayap pada pterigium.
5. Klasifikasi
Grade 2 . Jika pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil, tidak
lebih dari 2mm melewati limbus.
Grade 3 . Jika pterigium sudah melebihi grade 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil
mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil 3mm)
Progresif:
Tebal
Kemerahan
Terlihat adanya pembuluh darah
Pada puncaknya terlihat bagian opak yang disebut sebagai cap yang dikenal
sebagai Stockers line
Athropic / stationary:
Tipis
Vaskularisasi tidak terlihat
Tidak memiliki cap
Kadang pterigium dapat menimbulkan rasa perih, dan rasa mengganjal saat berkedip.
Pasien dengan pterigium mungkin juga datang dengan keluhan gatal pada mata.
9. Diagnosis
Anamnesis :
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan penunjang :
Pseudopterigium
Dibedakan dengan pterigium dengan adanya riwayat inflamasi sebelumnya, selain itu
pseudopterigium umumnya hanya ada pada satu mata, bentuk pseudopterigium tidak
berbentuk wing atau sayap, dan tidak progresif. Selain itu beda pterigium dengan
pseudopterigium dapat dilihat dari letaknya, pseudopterigium tidak harus pada celah
kelopak atau fisura palpelbra juga pada pseudopterigium ini dapat diselipkan sonde
dibawahnya.
Pinguekula
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang
tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan
angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal.
a. Non-farmakologi
Pada pasien dengan Pterigium, tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan dengan
melindungi mata pasien dari sinar UV atau sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi resiko pterigium bertambah parah. Selain itu pasien diharapkan untuk
menghindari debu, udara panas, dan juga aktivitas diluar ruangan.
b. Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan tergantung pada keluhan pasien, apabila pasien
mengeluhkan mata kering, maka di berikan pengganti air mata. Apabila terjadi iritasi
dan radang, diberikan steroid topical.
c. Pembedahan
Pembedahan pada pasien dengan pterigium dilakukan apabila,
12. Komplikasi
13. Pencegahan
14. Prognosis
Prognosis pterigium adalah baik karena tidak selalu mengganggu atau memberikan
simtom. Pterigium dapat kembali lagi atau muncul kembali terutama pada pasien
dengan umur dibawah 40 tahun.
BAB 3
PEMBAHASAN KASUS
Pada anamnesis, seorang pria 33 tahun ditemukan gejala yang khas pada
pterygium yaitu munculnya selaput pada bagian putih mata dekat hidung berbentuk
segitiga dengan bagian tengah di pinggir bagian hitam bola mata, serta adanya rasa
mengganjal. terdapat keluhan mata merah dan mata kering dirasakan hilang timbul
dengan sendirinya. Pasien tidak memiliki keluhan gangguan penglihatan, sekret,
gatal, bengkak dan nyeri. Hal ini dapat menyingkirkan diagnosa mata merah dengan
visus turun bersamaan dengan menyingkirkan diagnosa mata merah dengan belek.
Dari pemeriksaan fisik, pada oculi dextra dan sinistra ditemukan selaput berbentuk
triangular dari bagian nasal yang melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2
mm melewati kornea. Berdasarkan kriteria derajat klinis menurut Youngson,
makaditegakkan diagnosis pterygium oculi dextra dan sinistra derajat II. Untuk
membedakan pterigium dengan diagnose banding lain adalah posisi pterigium itu
sendiri. Pada pseudopterigium, jaringan muncul tidak harus dari bagian nasal atau
temporal, namun bisa dari mana saja. Selain itu dari anamnesa dapat ditemukan
riwayat sakit mata sebelumnya. Pterigium juga dapat dibedakan dengan pinguekula
dari lokasinya. Pada pinguekula, benjolan hanya ada di batas limbus dan
konjungtiva. Pinguekula tidak pernah mengganggu kornea. Dari pemeriksaan fisik
pasien ini, dilihat bahwa jaringan segitiga tersebut melewati batas limbus.