You are on page 1of 21

1

BAB 1. PENYIAPAN DAN PEMBUKAAN LAHAN DENGAN ASPEK-


ASPEKNYA

1.1 Pengertian Konservasi Tanah


Menurut Sosroatmodjo (1980:1) Konservasi tanah adalah penempatan
setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan penggunaan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
tidak jadikerusakan tanah.
Menurut Arianti 2011 Konservasi tanah adalah memanfaatkan atau
menggunakan (utilization) tanah dengan tetap mempertahankan kesuburan
tanah, produktifitas tanah, pengawetan tanah dan air sehingga memungkinkan
terlaksananya usaha-usaha dibidang pertanian dalam jangka waktu yang
panjang dari generasi ke generasi (sustainable) dengan hasil-hasil yang tetap
memenuhi harapan.

1.2 Pentingnya Penyiapan dan Pembukaan Lahan


Penyiapan dan pembukaan lahan sangat penting untuk dilakukan karena
semakin banyaknya jumlah penduduk maka kebutuhan akan sandang, pangan dan
papan juga akan semakin meningkat. Untuk itu perlu adanya penyiapan dan
pembukaan lahan yang harus dilakukan. Pada pembukaan lahan dan peningkatan
daya-guna lahan dalam bentuk dan kondisi yang dapat digunakan sebagai lahan
usahatani yang permanen erat berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian bidang
agronomi, agroklimat, hidro-orologi, meteorology, irigasi, drainase dan
konservasi. Pengetahuan dan keahlian tersebut perlu diketahui dan dipahami agar
pekerjaan pembukaan lahan maupun penyiapan lahan dari bentuk yang asli
menjadi lahan yang siap untuk ditanami dalam rangka program perluasan areal
lahan yang berkaitan dengan transmigrasi ataupun bukan, tetapi tetap untuk tujuan
meningkatkan produksi secara aman (Sosroatmodjo, 1980:1-2)

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek


2

Ruang lingkup proyek merupakan kegiatan yang menyangkut macam-


macam pekerjaan yang harus dilkukan mulai dari pekerjaan proyek sampai pada
keberhasilan pekerjaan proyek tersebut. Ruang lingkup pekerjaan proyek menjadi
acuan untuk mencapai tujuan dari suatu proyek. Berikut ruang lingkup pekerjaan
proyek.
1.3.1 Pekerjaan Proyek
Pekerjaan proyek merupakan hal-hal yang harus dikerjakan oleh pekerja
sesuai dengan bestek kerja dan teknis pekerjaan yang akan dilakukan. Pekerjaan
proyek berupa pekerjaan fisik yang dilakukan untuk pembukaan atau penyiapan
lahan. Pekerjaan proyek sudah dibuat rapi atau dirancang oleh para perencana atau
perancang ahli, dan sering kali para pekerja hanya melakukan pekerjaan yang atas
dasar surat perintah kerja dan sebaliknya kurang dipaham dan diakomodir kondisi
dan situsi di lapangan. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran dalam
perencanaan dan pelaksanaan yang ada dalam suatu proyek, sehingga diperlukan
dan ditempatkan suatu lembaga pengawasan atau supervisi yang bertindak selaku
pengawas dan bertugas membantu pemberi pekerjaan menyelesaikan maupun
mengatasi hal-hal teknis operasional apabila berhadapan atau berhubungan dengan
pihak-pihak yang diberi pekerjaan (pemborong-atau kontraktor)(Sosroatmodjo,
1980:5).
Menurut Dipohusodo (1996:233) bahwa pada pekerjaan proyek terdapat
tiga unsur yang sangat berpengaruh dalam pekerjaan proyek untuk mencapai
tujuan dari proyek tersebut yaitu pemilik(owner), konsultan dan kontraktor.
Berikut penjelasan dari ketiga unsur tersebut.
1. Pemilik atau owner adalah pemberi tugas sebuah proyek, pemilik
atau owner ini bisaberupa perseorangan, kelompok atau lembaga.
Dari pemilik inilah pendanaan sebuah proyek berasal.
2. Konsultan adalah badan yang ditunjuk oleh owner untuk menangani
suatu pekerjaan proyek. Pada pekerjaan proyek terdapat bermacam-
macam konsultan bergantung pekerjaan proyek yang dilakukan.
3. Kontraktor adalah badan yang ditunjuk oleh owner sebagai pelaksana
proyek. Pihakinilah yang menerjemahkan proses perencanaan dari
3

konsultan yang telah disiapkan kedalam wujud yang sebenarnya.


Dalam pengerjaan proyek kontraktor akan berhubungan langsung
dengan konsultan untuk mempermudah pekerjaan proyek di
lapangan.
1.3.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek Penyiapan dan Pembukaan Lahan
Lingkup pekerjaan proyek meliputi penggunaan peralatan-peralatan mesin-
mesin pertanian, pemberian sistem pengairan pertanian ,menentukan ukuran
petak-petak lahan pertanian sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang dikehendaki
yaitu pengembangan lahan usaha pertanian pada lahan kering atau pada lahan
basah.
Pada penyiapan atau pembukaan lahan perlu mengetahui tujuan akhir
penggunaan tanah, karena dengan mengetahui tujuan akhir penggunaan lahan
tersebut dapat mengetahui dengan tepat medan kerja serta sarana-sarana yang
diperlukan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan ang dikehendaki.
Contohnya pada tanah/lahan yang akan dibuka akan ditujukan untuk
pengembangan pertanian lahan kering (upland cropping) dan akan diolah dan
disiapkan secara mekanisasi besar-besaran yang mempergunakan peralatan-
peralatan mesin-mesin modern serta diberi sistem pengairan pancaran (sprinkle
irrigation system), maka petak-petak lahan lahan usahatani harus dibuat dalam
ukuran-ukuran yang lebar sehingga memungkinkan peralatan mekanisasi
pertanian bisa beroperasi secara bebas, efektif dan efisien. Sebaliknya apabila
lahan usahatani dipergunakan untuk bertanam lahan basah maka diolah secara
kombinasi tenaga manusia dan peralatan mesin pertanian, maka petak-petak lahan
usahatani perlu dibentuk ukuran kecil serta petak-petak lahan usahatani tersebut
harus diratakan sedemikian rupa agar dapat memenuhi tuntutan teknik bercocok
tanam yang dikehendaki (Sosroatmodjo, 1980:6).
1.3.3 Keberhasilan Pekerjaan Proyek
Keberhasilan pekerjaan proyek dapat ditentukan oleh tiga hal yaitu
macam-macam tenaga ahli yang sesuai bidangnya, waktu untuk membutuhkan
tenaga ahli dan jumlah tenaga ahli. Tiga hal tersebut dapat disebut dengan
4

Network planning yang bertujuan sebagai rencana kerja dan untuk mengontrol
agar pekerjaan proyek berhasil dan selesai tepat waktu(Sosroatmodjo, 1980:6).
Berikut gambar jadwal kerja dan kebutuhan tenaga ahli dalam suatu
kegiatan pembukaan lahan dan penyiapan lahan.
Kedudukan Jabatan Bulan Tenaga Man Month
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (orang)
12
1.Pemimpin Proyek 1 15
2.Wk pemimpin proyek 1 15
3.Insinyur civil jalan 1 11
4.insinyur civil irigasi 1 15
5. insinyur civil jembatan 1 11
6. insinyur geodesi 1 9,5
7. insinyur mekanika tanah 1 8
8. insinyur 2 21
pertanian(agronomist)
9. insinyur tanah pertanian 1 11
10.insinyur kehutanan 1 13
11.ahli idrologi 1 7
12.ahli mesin-mesin berat 1 9
13.ahli administrasi 1 14
Total 14 159,5
Keterangan:
Macam dan jumlah tenaga ahli yang perlu terlihat dalam pekerjaan pembukaan
lahan baru untuk pemukiman dan tempat usaha tani selalu 1 SKP (satuan kawasan
pengembanagan kira-kira meliputi luas 6000-8000 ha. Rintisan jalan-penghubung
dan jalan poros bisa dimulai bulan oktober/November-maret. Penyiapan lahan
usaha tani dikerjakan mulai31 April-oktober (selama musim kemarau).

BAB 2. Pengumpulan Data Dasar, Perencanaan Tata Ruang dan Tata


Letak Lahan

2.1 Faktor-faktor Sumber Daya Alam


5

Faktor sumberdaya alam meliputi, keadaan topografi yang keadaan derajat


kemiringan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan rencana lay-
out kerja ataupun pada pekerjaan-pekerjaan kontruksi selanjutnya, keadaan iklim
mempunyai faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap pekerjaan- pekerjaan
pembukaan tanah, penyiapan dan pengolahan tanah untuk keperluan pertanian
maupun pekerjaan-pekerjaan konstruksi sipil, keadaan status dan tataguna tanah,
jenis dan kepadatan tanaman, kondisi tanah, struktur tanah, warna tanah,
keasaman dan salinitas tanah, air tanah, jaringan saluran air dan sungai dan
jaringan jalan.
2.1.1 Keadaan Topografi
Keadaan terrein dan derajat kemiringan lahan besar pengaruhnya pada
pembuatan rencana lay out area kerja atau pun pada pekerjaan-pekerjaan kontruksi
selanjutnya. Pada umumnya, peta topografi dengan skala besar selalu diperlukan
untuk perencanaan lay out area kerja. Cara terbaik untuk memperolehnya adalah
dengan mengerjakan survei topografi apabila hal ini memungkinkan, tergantung
dari kebutuhan dan waktu yang tersedia. Pada setiap tingkat pekerjaan, beberapa
pengukuran lapangan/medan akan diperlukan untuk menemukan derajat lereng
atau kemiringan lahan yang mendekati kebenaran (Sosroatmodjo, 1980:8).
2.1.2 Keadaan Iklim
Di daerah iklim tropis, faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
pekerjaan-pekerjaan pembukaan tanah, penyiapan dan pengolahan tanah untuk
keperluan pertanian maupun pekerjaan-pekerjaan kontruksi sipil adalah curah
hujan termasuk didalamnya adalah lamanya hujan berlangsung, distribusi hari
hujan dalam bulan-bulan hujan dan juga intensitas curah hujan. Untuk mengetahui
keadaan iklim khususnya faktor curah hujan berikut ciri-ciri karakteristiknya
dalam suatu daerah, diperlukan catatan curah hujan bulanan (Sosroatmodjo,
1980:10).
2.1.3 Keadaan Status dan Tataguna Tanah
Jika suatu lahan pernah diolah atau dibuka sebelumnya seperti tanah tanah
alang-alang, maka diatas lahan itu akan lebih sedikit memerlukan tindakan-
tindakan teknis pembukaan tanah, dibanding misalnya dengan lahan yang masih
6

tertutup hutan primer ataupun hutan sekunder, karena akan memerlukan


pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat. Peralatan berat yang dipaki pun akan
berbeda, baik dalam jenis macam peralatan maupun daya tenaganya
(Sosroatmodjo, 1980:10-11).
2.1.4 Jenis dan Kepadatan Tanaman
Pada jenis tanaman terdapat beberapa jenis yaitu tanaman usaha tani, padi
sawah, rumput-rumputan, tanaman perdu liar, tanaman semak belukar, tanaman
kayu-kayuan, tanaman keras tahunan. Kepadatan atau kerapatan tanaman
dibedakan menurut keadaan lahan. Berikut tanaman yang tumbuh berada
diatasnya yaitu lahan yang sudah diolah, lahan dengan semak belukar, lahan hutan
dengan tanaman keras (Sosroatmodjo, 1980:12).
Cara menentukan jenis dan kepadatan tanaman yaitu dengan cara
mengambil sampel dengan panjang 100 x 10 meter. Sampel yang diambil harus
lebih dari satu dan dari tempat yang berbeda. Setelah itu dilakukan pengukuran
diameter pohon dan menghingtung jumlah pohon yang ada. Pengukuran tersebut
untuk mendapatkan data jumlah pohon, diameter pohon, sifat kayu, jenis kayu,
sistem perakaran, dan tanaman lain yang tumbuh dibawah pohon tersebut
(Sosroatmodjo, 1980:14).
2.1.5 Kondisi Tanah
Dalam program pembukaan dan penyiapan tanah, kondisi tanah
mengambil peranan yang besar dan menentukan. Hal ini bukan saja dikaitkan
kepada faktor-faktor kesuburan tanah, yang akan menetukan sekali bagi
kelangsungan dan kelestarian usahatani yang bakal dikembangkan pada tahun-
tahun berikutnya, tetapi juga akan berkaitan dengan cara atau metode serta
peralatan mekanis yang akan dipilih untuk dipakai dalam proses pembukaan dan
penyiapan tanah. Kondisi tanah meliputi lapisan tanah atas, tipe atau jenis tanah,
kelembapan tanah, solum atau ketebalan tanah dan tekstur tanah (Sosroatmodjo,
1980:16).
2.1.6 Struktur Tanah
Pengertian struktur tanah berkenaan dengan gejala penggumpalan partikel-
partikel tanah. Penggumpalan tanah memberi pengaruh nyata terhadap sifat-sifat
7

alami tanah antara lain seperti hal-hal yang berkaitan dengan daya tahan tanah
terhadap pengikisan dan penghanyutan tanah, daya lolos air, permeabilitas dan
daya infiltrasi tanah terhadap air maupun kapasitas daya memegang air. Tanah
yang memiliki daya penggumapalan yang sedang baik dipertimbangkan akan
mempermudah pekerjaan-pekerjaan bertani atau bercocok tanam (Sosroatmodjo,
1980:19).
2.1.7 Keasaman dan Salinitas tanah.

Kemasaman dan salinitas tanah berpengaruh pada tujuan pemakaian akhir


daripada tanah yang disiapkan. Jika Ph tanah tidak netral maka diperlukan
tindakan-tindakan untuk memperbaiki keadaan tanah tersebut (Sosroatmodjo,
1980: 21).

2.2 Faktor-faktor Sumber Daya Manusia


Factor sumberdaya manusia meliputi, perkampungan dan penduduk, adat
istiadat dan aspek hukum dan lain-lain. Faktor sumber daya manusia merupakan
faktor penting kedua yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan setelah faktor
sumber daya alam karena subjek yang merencanakan, mengoperasikan, dan
mengolah setiap pekerjaan mulai dari penyiapan hingga tata ruang lahan baru
adalah manusia. Selain faktor-faktor diatas yang merupakan faktor sumber daya
alam, juga diperlukan faktor-faktor dari sumber daya manusia, antara lain:
a. Perkampungan dan penduduk
Data mengenai desa, kampung, perumahan dan kota ataupun pusat-pusat
pemukiman penduduk diperlukan untuk mengetahui apakah tingkat akomodasi
dan penyediaan barang keperluan sehari-hari akan bisa diperoleh (Sosroatmodjo,
1980:22).

b. Adat istiadat dan aspek hukum


Dalam pembukaan dan penyiapan lahan, kita harus memperhatikan adat
istiadat dan aspek hukum untuk menghidari masalah yang tidak diinginkan.
Maksudnya yaitu ketika kita membuka lahan di suatu tempat kita harus melihat
apakah ada suatu suku tertentu yang ada disana. Jika ada, kita harus menghormati
8

dan menjaga sikap kita serta kita juga harus menyesuaikan adat istiadat dan aspek
hukum yang ada di suatu suku tersebut agar mereka tidak merasa terganggu
dengan adanya pembukaan lahan tersebut.Begitu juga jika pembukaan lahan
digunakan untuk para transmigran. Para transmigran harus bisa menghormati dan
mematuhi adat istiadat suku yang ada di sana dan para transmigran harus bisa
berbaur dengan penduduk suku disana (Sosroatmodjo, 1980:24).

2.3 Perencanaan Tata Ruang dan Tata Letak Lahan Usahatani


Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perencanaan tata
ruang dan tata letak (lay out plan) dimulai, yakni antar lain:
a. Pemilihan dengan seksama jenis usaha tani dan area lahan usaha tani
b. Pemilihan dengan seksama masyarakat (transmigran)
c. Meneliti dengan seksama lahan usahatani yang drainasenya baik
d. Mengakaji dan menimbang produktivitas tanah setempat
e. Meneliti kesesuaian tanah dengan usaha tani yang akan diterapkan.
f. Menetapkan jenis bangunan atau rumah dan tata letak pengaturan bangunan
g. Pemastian yang tepat atas tersedianya sumber air, termasuk untuk keperluan
air pengairan
h. Penelitian kembali tentang kondisi iklim setempat
Tindakan persiapan tersebut harus dikerjakan oleh setiap perancang ataupun
pelaksan pekerjaan pengembangan wilayah baru yang bertujuan memperluas areal
pertanian (baru), jauh sebelum perencanaan tata ruang dan tata letak usaha tani
dalam konteks tata letak pemukiman baru akan dirancang di atas peta.
Ketersediaan peta topografi dengan contour yang jelas akan memudahkan
pembuatan lay-out dan design tata ruang dan tata letak usahatani maupun pola
pemukiman yang dipilih (Sosroatmodjo, 1980:25).
2.3.7 Rancangan Tata Letak Bangunan dan Jenis Bangunan Rumah
Rancangan tata letak bangunan dan jenis bangunan rumah berfungsi untuk
mewujudkan keselarasan dan keserasian bangunan dengan bangunan, bangunan
dengan prasarana dan lingkungannya, serta menjaga keselamatan bangunan dan
lingkungannya. Rancangan tata letak bangunan dan jenis bangunan rumah baru
9

harus disesuaikan dengan desa pemukiman lama yang sudah ada sehingga bisa
dicapai suatu kesatuan pola pemukiman yang ditunjang oleh sarana serta
prasarana pemukiman yang dibutuhkan seluruh penduduk yang mendiami daerah
baru tersebut.
Letak tata bangunan dalam unit desa ada yang menganut pola mengelompok
(cluster sistem) dan ada yang menganut pola memanjang (linier sistem). Pola
mengelompok, dengan titik berat dalam pembinaan dan pengembangan
masyarakat akan lebih mudah dikerjakan, guna memudahakan partisipasi sosial
dan penyuluhan kegiatan masyarakat desa. Pola ini mengakiatkan penduduk agak
jauh dari tempat lahan usahataninya sehingga ada jarak dalam mengawasi dan
mengelola usahatani mereka. Sedangkan pola linier bertujuan mendekatkan petani
lansung berada ditengah medan usahataninya, sehingga setiap saat bisa
mengawasi dan berhadapan dengan kegiatan usaha taninya (Sosroatmodjo,
1980:28).
2.3.8 Rancangan Tata Ruang dan Tata Letak Lahan Usahatani
Rancangan suatu tata ruang dan tata letak lahan dibutuhkan untuk
mementukan tujuan akhir penggunaan dari pada lahan usaha tani yang
bersangkutan. Tata ruang dan tata letak lahan terdiri dari dua macam yaitu sebagai
berikut:
a. Tata ruang dan tata letak lahan yang belum diusahakan
Lahan yang belum diusahakan adalah lahan-lahan yang belum ditanami
atau belum pernah dibuka oleh manusia, yang biasanya masih dalam bentuk
lahan hutan asli yang kadang-kadang berbatu denngan pepohonan serta
ditutupi semak belukar atau digenang air berupa rawa-rawa. Jika lahan masih
berbentuk hutan asli perencanaan tata-ruang dan tata letak bersangkutan akan
menghadapi kesulitan tertentu serta menghabiskan biaya dan watu maupun
tenanga antara lain untuk pekerjaan survey udara maupun survey darat.
Keuntungan dari perancang tata ruang dan tata letak lahan yaitu perancang
lebih bebas merancang lay-out lahan bersangkutan dalam gaya yang
dikehendaki untuk memenuhi tuntutan kepentingan dan tujuan proyek yang
direncanakan (Sosroatmodjo, 1980:32).
10

b. Tata ruang dan tata letak lahan yang sudah diusahakan


Lahan yang diusahakan adalah lahan yang sudah pernah dibuka dan sudah
ditanami untuk produksi pertanian. Perancangan lay-out dari lahan yang sudah
diusahakan pada prinsipnya tidak terlalu sulit dikerjakan. Tetapi aka nada
perubahan system yang harus dilakukan secara efisien dan seekonomis mungkin
dengan pemakaian sarana-sarana yang sudah ada secara maksimal. Perencanaan
lay-out yang baru pada lahan yang sudah diusahakan dikerjakan dengan investasi
yang minimal agar tidak memberatkan beban petani (Sosroatmodjo, 1980:32).
2.3.9 Rancangan Jaringan Jalan
Jaringan jalan dalam suatu daerah penghasil bahan-bahan pertanian
merupakan hal utama dalam kehidupan daerah bersangkutan. Karena jalan
menyediakan jasa marga terbesar bagi kelangsungan proses produksi dan proses
pemasaran serta tumbuhnya industry setempat. Jalan juga berfungsi sebagai batas
kepemilikan suatu tanah, batas pemukiman penduduk dan pengendali erosi tanah
atau gejala run off (Sosroatmodjo, 1980:35).
Rancangan,desain dan konstruksi jalan dibuat seekonomis mungkin dan
lebih sederhana tetapi harus memenuhi keuntungan dari tuntutan kebutuhan
pengelolaan yang dikembangkan setempat. Rancangan jalan harus disesuaikan
dengan standart jalan umum baik dari segi teknis maupun ekonomis. Rancangan
desain jaringan jalan perlu mempertimbangkan beberapa hal yang mempengaruhi
suatu jaringan jalan tersebut berjalan dengan baik. Beberapa hal tersebut yaitu
penampang lintang jalan, kelokan jalan, profil jalan, Lay-out arah jalan.
2.3.10 Rancangan Jaringan Saluran Pengairan dan Drainase
Rancangan system jaringan pengairan dan drainase akan berkaitan dengan
masalah-masalah penyediaan air dan air buangan. Jaringan pengairan dan drainase
akan mencakupi saluran induk, saluran pembagi (saluran sekunder dan tersier),
dan saluran-saluran yang lebih kecil (kuarter) yang berada disekitar petak-petak
sawah. Pembuatan rancangan system jaringan pengairan harus diperhatikan
terlebih dahulu tingkat penggunaan akhir daripada lahan yang akan dibuka, di
samping harus memperhatikan pula segi-segi teknis ekonomis.
11

System drainase mempunyai peranan melindungi lahan pertanian terutama


pada daerah basah (humid regions ) yang sering terlanda banjir, maupun didaerah
dengan lahan berbukit hal-hal yang tidak diharapkan harus dicegah atau setidak-
tidaknya harus diringankan oleh suatu system drainase yang layak untuk
menjamin tanah tetap produktif sekalipun di area lahan padi basah. Pada
umumnya terdapat dua macam system jaringan pengairan yang sering digunakan
yaitu system random dan system parallel. Setiap system harus dirancang dengan
baik guna menyesuaikan terhadap cara-cara pemberian air pada area lahan yang
dikehendaki.
Dalam pengembangan rencana pengairan disuatu daerah harus dibuat sesuai
dengan faktor pertanian yang akan dikembangkan setempat. Pertimbangan-
pertimbangan ekonomi merupakan faktor penentu dalam memilih alternatif-
alternatif untuk memilih hasil-hasil yang diharapkan, penghematan air,
pengawetan tanah, penurunan kerusakan-kerusakan akibat tingginya ketersediaan
air, derajat keasaman, kebasaan tanah, ataupun ketersediaan tenaga kerja, dan
ongkos-ongkos operasi yang dapat dibandingakan merupakan faktor-faktor
penting dalam memilih alternatif-alternatif rancangan untuk pengembangan faktor
pengairan (Sosroatmodjo, 1980:41).
12

BAB 3. PEMBUKAAN LAHAN DAN PERALATANNYA

3.1 Pembukaan Lahan


Pembukaan lahan (land clearing) secara garis besar dapat dibagi dalam
berbagai cara sebagai berikut:
a. Pembukaan lahan, khususnya yang tertutup oleh vegetasi hutan, berarti akan
membersihkan keseluruhan tegakan pohon-pohonan yang ada dari permukaan
tanah termasuk tunggul-tunggul berikut akar-akarnya, serta menumpuknya
sebagai suatu onggokan sisa-sisa pohon untuk dimusnahkan lebih lanjut baik
dengan cara pembakaran ataupun cara-cara lain yang dapat di pertanggung
jawabkan.
b. Pembukaan lahan, khususnya lahan yang tertutup vegetasi pohon-pohonan,
berarti akan membersihkan pohon-pohonan yang ada dengan memotongnya
pada permukaan tanah dengan alat yang dikenal sebagai cutting blade, serta
menumpukkannya ditempat tertentu sebagai jalur-jalur pembatasan lahan atau
untuk dibakar.
c. Pembukaan lahan, khususnya lahan yang tertutup vegetasi pohon-pohonan,
berarti akan merobohkan semua pohon-pohon yang ada dan
menghancurkannya di atas permukaan tanah untuk kemudian dilakukan
pembakaran di tempat.
d. Pembukaan lahan, khususnya lahan yang tertutup vegetasi pohon-pohonan
berarti akan di ikuti oleh suatu operasi pembajakan (plowing) dan meremukkan
sisa-sisa bagian tanaman kedalam lapisan atas tanah setebal 15-20 cm didalam
suatu gerakan operasi pembajakan (Sosroatmodjo, 1980:58).

3.2 Peralatan Pembukaan Lahan


3.2.1 Pembongkaran pohon sampai dengan akar-akarnya
a. Bulldozer Balde
Traktor rantai (crawler tractor) dilengkapi dengan sebilah pisau pemotong
yang dipasang lurus mendatar di depan atau dengan alat pisau berkait (angling
blade) seperti pada setiap mesin. Traktor bulldozer adalah jenis peralatan berat
13

yang umum dipakai dalam operasi pembukaan lahan diseluruh bagian dunia.
Peralatan ini lebih ekonomis dipakai didaerah-daerah lahan yang mempunyai
terrain (medan) dataran tinggi, tertutup pohon-pohonan berukuran sedang maupun
lahan tertutup pohon semak belukar.
b. Menggaruk (raking)
Alat penggaruk ini ada berbagai jenis atau tipe yang dikonstruksi khusus,
dipasang dibagian depan traktor. Dipakai untuk membuka lahan yang tertutup
pohon-pohonan maupun tertutup batu-batuan. Alat ini tidak dapat bekerja baik
pada tanah-tanah lempung yang basah, sebab gumpalan tanah akan menempel dan
lengket diantara gigi-gigi alat.
c. Knockdown beam
Alat ini biasa dipasang di bagian atas depan kepala traktor yang menghadap
kedepan. Alat ini berfungsi sebagai kekuatan pengungkit dalam mendorong
pohon-pohon berukuran besar. Alat ini efektif untuk pekerjaan penjebolan akar
dan mendorong untuk merobohkan pohon berukuran sedang sampai besar.
d. Rantai-rantai jangkar (anchor chains)
Cara chaining, yaitu proses pembukaan lahan dimana digunakan suatu alat
rantai yang di tarik kebelakang oleh dua buah traktor yang berjalan berdampingan.
Cara ini merupakan cara yang paling mudah merobohkan pohon pada suatu area
operasi yang luas.
e. Bajak akar (root plow)
Alat yang berfungsi sebagai pembongkaran atau pemotong vegetasi atau
bagian-bagian tanaman yang berada di bawah permukaan tanah. Akar-akar yang
besar didorong atau ditekan kearah permukaan tanah oleh pisau-pisau horizontal
tajam yang bersirip. Alat ini juga meremukkan permukaan tanah yang keras dan
dangkal.
f. Grubber
Alat ini mempunyai fungsi yang hampir sama dengan bajak akar, serta
merupakan suatu variasi dari bajak akar. Alat ini digunakan untuk membongkar
semak belukar yang berukuran sedang sampai ringan atau lahan (Sosroatmodjo,
1980:60-69).
14

3.2.2 Memotong batang pohon pada permukaan tanah


Dalam metode ini pohon-pohon atau batang-batang pohon dipotong diatas
permukaan tanah, sementara itu tonggak atau tunggul-tunggul pohon dibiarkan
tertinggal ditempatnya yaitu tetap tegak diatas tanah semula sampai menjadi
busuk oleh proses alami. Metode ini, dalam praktek lapangan bisa dikerjakan
dengan menggunakan sebagai berikut :
a. Alat yang dibantu dengan tenaga manusia (hand tool)
Merupakan teknik pembukaan lahan yang tertua dan paling banyak dipakai
hingga sekarang. Peralatan yang digunakan cukup untuk melayani area yang tidak
terlalu luas.
b. Alat yang semi-mekanis
Alat ini sudah digerakkan dengan mesin, tetapi pengoperasiannya masih
harus dibantu dengan tenaga manusia, sehingga cara ini dikenal sebagai alat yang
semi-mekanis, contohnya yaitu alat gergaji rantai bermesin dan gergaji bundar
beroda.
c. Alat yang mekanisme penuh
Alat ini kebanyakan dipakai memotong batang-batang pohon berukuran
sedang. Semak belukar yang ringan dengan diameter batang kurang dari 3,8
sentimeter akan mampu dipotong oleh alat ini yang dipasang pada mesin traktor
pertanian yang khusus untuk operasi berat.
Alat lain adalah yang dikenal sebagai shearing blade. Alat ini, mungkin
merupakan alat yang paling efesien untuk pekerjaan pembukaan lahan yang
tertutup hutan dengan vegetasi pohon berukuran sedang sampai besar, serta cocok
untuk area lahan yang luasnya sedang sampai yang luas (Sosroatmodjo, 1980:69-
72).
3.2.3 Mendorong pohon-pohonan jatuh ketanah
Cara ini sangat efektif untuk pekerjaan pembersihan semak belukar dan
pohon-pohon kecil yang diameter batangnya tidak lebih besar dari 20 cm..
Beberapa jenis alat untuk pemakaian antara lain sebagai berikut :
15

a. Rotary mower
Alat ini dapat dipakai untuk memotong pohon berdiameter sampai 10 cm
dalam suatu area lahan yang tidak begitu luas. Alat ini mempunyai satu atau lebih
alat pisau yang berputar, yang berputar di sekitar tangkai vertical serta digerakkan
oleh mesin traktor.
b. Rotary cutter berbaling-baling
Alat ini mempunyai pisau-pisau pemotong yang berputar horizontal
mengelilingi suatu as vertical seperti suatu baling-baling. Pisau-pisau ini ketika
berputar dapat memangkas pohon-pohon atau menggesek batang kayu di atas
permukaan tanah.
c. Rolling chopper
Alat ini berfungsi memotong batang kayu pohon. Bentuknya seperti sebuah
drum yang menggelinding di atas permukaan tanah. Alat ini ada yang berputar
sendiri, tetapi ada yang ditarik oleh traktor. Pemakaian alat ini cocok untuk
pekerjaan pembukaan lahan yang cukup luas.
d. Rantai jangkar (anchor chain)
Alat ini ditarik oleh dua buah crawler traktor yang berfungsi merobohkan
macam-macam pohon dengan macam-macam ukuran (Sosroatmodjo, 1980:76).
3.2.4 Membenamkan pohon-pohon ke dalam tanah
Cara membenamkan tanaman atau bagian-bagian pohon ke dalam tanah
sangat dipengaruhi oleh keadaan setempat, dimana tanaman atau pohon-pohonan
yang akan diperlakukan dengan cara ini memiliki diameter batang tidak lebih dari
7,5 sentimeter sampai 10 sentimeter. Beberapa macam alat untuk keperluan ini
antara lain sebagai berikut :
a. Mold board plow
Alat ini dipakai untuk memutar dan membenamkan tanaman atau bagian-
bagian tanaman masuk kedalam tanah, terutama apabila tanah setempat tidak
terlalu keras atau terlalu padat dan tidak barbatu-batu. Agar memperoleh hasil
yang memuaskan maka piringan-piringan bajak harus dalam posisi yang kencang
pada tempat duduknya.
16

b. Disk plow
Efektif untuk dipakai dalam pekerjaan membenamkan atau menutupi
semak-semak atau belukar perdu kecil dengan gumpalan tanah yang tergeser dan
dibalikkan oleh bajak ini.
c. Offset dan gang-harrow
Alat ini mungkin bisa disamakan sebagai alat garu pada peralatan sederhana
yang biasa dipergunakan oleh petani di desa-desa Indonesia. Alat ini ditarik oleh
traktor rantai untuk menggaruk dan membenam ratakan bagian-bagian tanaman
dengan tanah (Sosroatmodjo, 1980:77-79).
17

BAB 4. PENYIAPAN TANAH DAN PENGELOLAAN TANAH

4.1 Pengolahan dan Penyiapan Tanah sampai Kondisi Siap Tanam


Tanah dalam kondisi siap tanam artinya tanah yang telah berubah bentuk
menjadi bersih dari onggokan-onggokan sisa tanaman dan kondisinya dari
keadaan aslinya, siap untuk ditanami dengan tanaman-tanaman yang dikehendaki
maupun perlakuan-perlakuan lain yang dianggap perlu (Sostroatmodjo, 1980:96).
Pekerjaan-pekerjaan atau tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
mengubah bentuk lahan yang dalam kondisi siap olah menjadi lahan yang dalam
kondisi siap tanam bertujuan untuk mempersiapkan tanah sematang mungkin
sehingga setiap saat yang dikehendaki, tanah bersangkutan dalam keadaan siap
untuk ditanami (Sostroatmodjo, 1980:96).
4.1.1 Kriteria yang dipakai
Faktor-faktor yang harus diperhatikan sebelum suatu rancangan agro-
teknik penyiapan tanah dirancang adalah jenis tanah, kondisi lahan yang tersedia,
iklim dan curah hujan maupun distribusinya, macam tanaman atau usahatani yang
akan dikembangkan setempat, cara penyediaan dan pemberian air-pengairan, serta
kebiasaan atau keinginan petani (Sostroadmodjo, 1980:97).
4.1.2 Persyaratan teknis yang diperlukan sebelum penyiapan tanah
Sebelum lahan yang tersedia diolah lebih lanjut untuk dipersiapkan
menjadi lahan yang dalam kondisi siap tanam, maka masih diperlukan
persyaratan-persyaratan yang bersifat teknis, yang berkaitan dengan prosedur dan
rancangan daripada AiasAi yang hendak dipakai dalam mengolah serta
menyiapkan tanah (Sostroatmodjo, 1980:98).
Adapun persyaratan teknis yang diperlukan adalah hal-hal seperti berikut :
a. Pengenalan lahan dan penetapan patok-patok
b. Rancangan (design)
4.1.3 Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan dan Pengolahan Tanah
Pekerjaan penyiapan dan pengolahan tanah, yang umum dikenal sebagai
land grading atau land forming memerlukan tahap pengenalan lahan (land
identification) dan yang selanjutnya perlu disajikan dalam bentuk gambar peta
lahan bersangkutan. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pekerjaan dimaksud
18

(land grading, land forming, land levelling) akan dipakai berbagai macam atau
jenis peralatan, mulai mesin traktor kecil pertanian (small farm tractor) sampai
mesin traktor yang berat, yang mempunyai dayakekuatan besar. Adapun hal-hal
yang penting untuk dipertimbangkan, khususnya ketika akan menangani pekerjaan
penyiapan tanah yaitu waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan, ketrampilan
operator pelaksana, jarak angkut (Sostroatmodjo, 1980:110).
Ada banyak cara pendekatan untuk melaksanakan pekerjaan penyiapan
tanah atau pekerjaanland grading. Hal yang penting untuk diketahui jauh-jauh
sebelumnya oleh para pelaksana pekerjaan pembukaan lahan dikenal sebagai TOR
atau term of reference.

4.2 Penggunaan dan Pengelolaan Tanah


Pengelolaan tanah secara baik akan besar manfaatnya bagi terpeliharanya
kesuburan tanah serta dapat menguntungkan petani, karena produksi usahataninya
terjamin baik dalam jangka panjang. Pengertian pengelolaan tanah secara baik,
dalam hal inimencakup banyak tindakan yang bersifat agro-teknis dan mempunyai
kaitan dengan aspek agro sosio-ekonomis (Sostroatmodjo, 1980:122).
4.2.1 Pengelolaan tanah
Pengertian pengelolaan sudah mencakup semua tindakan yang bertujuan
melindungi atau mengawetkan tanah agar kesuburannya bertahan dalam jangka
panjang. Kunci penting dari usaha pengelolaan tanah dimanapun adalah
bagaimana menjaga atau memelihara sebaik-baiknya lapisan tanah atas (top soil
layer) agar tetap dalam keadaan baik serta tidak terangkut ke lain tempat
(Sostroatmodjo, 1980:122).
Tindakan-tindakan praktis untuk melindungi hilangnya lapisan top soil
dari suatu area lahan, dibawah ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:
1. Mempertahankan kandungan bahan organik supaya tetap ada di dalam
tanah.
2. Tindakan-tindakan untuk mengolah tanah seperti; membajak, menggaru,
menyiapkan bedengan pembibitan, atau membuat larikan tanaman.
19

3. Menanami lereng suatu lahan dengan cara contour-system diganti dengan


cara strip cropping merupakan tindakan melindungi lapisan top soil
setempat.
4. Membuat sengkedan-sengkedan atau teras-teras pada lahan yang miring
untuk mencegah aliran air yang keras di permukaan tanah sehingga tidak
akan menghanyutkan lapisan top soil yang berharga.
5. Mencegah timbulnya atau terjadinya alur-alur pada permukaan lahan,
dengan jalan membuat check dam, menanami permukaan lahan dengan
tanaman penutup tanah atau rumput-rumputan yang dapat mencegah aliran
air yang deras yang dapat mengikis permukaan tanah (Sostroatmodjo,
1980:123).
4.2.3 Membatasi pemrosotan kesuburan tanah akibat pertanaman
Adapun cara mempertahankan kandungan bahan organik di dalam tanah
bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menambahkan secara periodik sejumlah pupuk kandang ke dalam tanah.
2. Mengembalikan sisa-sisa bahan tanaman yang tidak terpakai setelah
selesai masa panen ke dalam tanah.
3. Menanami kembali tanah dengan berbagai jenis tanaman penutup tanah
dari famili leguminosae atau jenis tanaman pupuk hijau, kemudian
memasukkan tanaman-tanaman tersebut ke dalam tanah pada waktu
berlangsung masa pengolahan tkembali tanah bersangkutan.
4. Menyelenggarakan rotasi pertanaman atau pergiliran pertanaman secara
terus menerus dan teratur (Sostroatmodjo, 1980:124).
Tindakan-tindakan di atas merupakan cara membatasi kemerosotan
kesuburan tanah akibat pertanaman yang diusahakan setempat, sementara itu cara
pemberian pupuk buatan ke dalam tanah akan menjadi efektif apabila kandungan
bahan organik di dalam tanah cukup terjamin (Sostroatmodjo, 1980:124).
4.2.4 Penggunaan tanah
Penggunaan tanah tidak bisa dilepaskan dengan kepentingan dan tujuan
penggunaan di belakang hari. Pertambahan luas areal lahan baru tentu membawa
konsekuensi membuka daerah baru (hutan atau padang rumput) yang selama ini
belum digunakan. Pengelolaan lahan yang sesuai dengan kepentingan usaha yang
diinginkan harus benar-benar diteliti dan dipertimbangkan dari berbagai aspek
20

termasuk aspek pengendalian lingkungan hidup (Sostroatmodjo, 1980:125).


Adapun pengelolaan dan penggunaan tanah menurut tujuan dan kepentingan
usahatani adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan penggunaan tanah untuk usahatani peternakan.
2. Pengelolaan dan penggunaan tanah untuk usaha tani tanaman semusim dan
tanaman keras. (Sostroatmodjo, 1980:125-126).
4.2.5 Klasifikasi kemampuan tanah
Langkah pertama di dalam pekerjaan mengklasifikasikan tanah dalam
membuat peta lahan (land mapping). Pekerjaan pemetaan dapat dilakukan secara
aerial photography atau pemotretan dari udara, yang akan menghasilkan peta
(lahan) udara. Apabila peta udara tidak tersedia, maka peta-peta garis dapat
diadakan (Sostroatmodjo, 1980:127).
Klasifikasi tanah membagi lahan ke dalam dua kelompok lahan, yaitu
kelompok lahan yang cocok untuk ditanami dan lahan yang tidak sesuai untuk
usahatani. Kelompok I, yang terdiri atas lahan yang sesuai untuk usahatani terbagi
kedalam lahan klas I,II,III, dan IV dengan pembatasan-pembatasan dalam
penggunaan masing-masing. Kelompok II, yang terdiri atas lahan yang tidak
sesuai untuk usahatani terbagi ke dalam lahan klas V,VI,VII, dan VIII
(Sostroatmodjo, 1980:128).

DAFTAR PUSTAKA
21

Arianti, Lin.2011. Pemanfaatan Lahan Dengan Prinsip Konservasi.


http://respository.polnep.ac.id/xmlui/bitsream/handle/12345689/94/iin.pdf?
sequence=1 [11 April 2015]

Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta: Kasinius

Sostroatmodjo, P.L.A. 1980. Pembukaan Lahan Dan Pengolahan Tanah. Jakarta:


Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (LEPPENAS)

You might also like