You are on page 1of 30

MAKALAH PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Pembangkit Listrik Tenaga Uap

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK V

EKORISKIYANTO (521412061)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pembangkit listrik tenaga uap .
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti mata kuliah
Pembangkit Tenaga Listrik. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan penulis pada
umunya. Dan untuk perbaikan makalah ini selanjutnya diharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Gorontalo,20 Desember 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI . 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 3


1.2 Ruang Lingkup ........... 3
1.3 Manfaat dan Tujuan ... 3

BAB II Pembahasan

2.1 Perkembangan PLTU di Indonesia ................... 5

2.2 Perkembangan PLTU di Indonesia ........................................................................ 5

2.3 Bagian-Bagian PLTU ..................................................................... 8

2.4 Siklus PLTU .... 19

2.5 Sistem Bahan Bakar PLTU Batu Bara . 20

2.6 Sistem Bahan Bakar Minyak PLTU 22

2.7 Keuntungan dan Kerugian PLTU .... 24

2.8 Daftar PLTU di Indonesia ... 25

2.9 Permasalahan Utama PLTU . 26

2.10 Prospek di Indonesia .................................................... 27

BAB III Penutup

Kesimpulan ........................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ..... 10

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama berabad-abad, manusia telah mengamati tentang proses terjadinya listrik. Merka
telah beberpa kali melakukan percobaan guna mendapatkan pemecahan taka-teki tentang
kelistrikan.Banyak tkoh-tokoh yang berhasil mengungkap dan membuat suatu penemuan
yang erat kaitannya fengan dunia listrik diantaranya Michael Faraday dengan salah satu hasil
kegiatannya adalah tentang rotasi electromagnetik. Hasil penemuannya ini merupakan dasar
terpentin dari perkembangan dunia listrik berikutnya.Penemuan tersebut terus dikembangkan
dalam berbagai alat listrik seperti transformator dan generator. Generator yang pertama kali
menggunakan sistem rotasi ditemukan oleh H.M. Pexii ari Paris pada tahun 1832. Generator
pertama ini menggunakan sebuah magnet permanen berbentuk tapal kuda diputar
mengelilingi sebuah inti besi yan berlilitan yang dihubungkan dengan sebuah komutator dan
bila diputar mengasilkan bunga api.
Sejarah tentang listrik komersial pertamakali beroperasi pada tahun 1882 bulan januari di
London inggris, kemudian di New York pada bulan September tahun yang sama. Listrik
komersial ini menggunakan arus searah dengan tegangan rendah. Di Indonesia, sejarah
penyediaan listrik pertama kali diawali oleh sebuah embangkit tenaga listrik di Gambir,
Jakarta pada bulan Mei 1897, Surakart pada tahun 1908, Bandung pada tahun 1906, Surabaya
pda tahun 1912 dan Banjarmasin pada tahun 1992. Pada awalnya pusat-pusat tenaga listrik
ini menggunakan tenaga termis.
Kelangsungan hidup manusia di muka bumi tidak bisa lepas dari kebutuhan akan enegi
listrik. Saat sekarag ini kebutuhan akan listik semakin hari semakin meningkat seiring
kemajuan teknologi yang ssemakin maju. Denga kemajuan teknolgi yang semakin maju
akan sangat membutuhan kebutuhan akan energi listrik yang semakin banyak pula. Dapat
dikatakan kemajuan teknologi akan berbanding lurus dengan konsumsi energi listrik.
Oleh sebab itu dibutuhkan pembangkit listrik yang lebih banyak lagi untuk mmenuhi
kebutuhan listrik tersebut.Dengan menggunakan segala sumber daya alam yang ada sebgai
pembengkitnya. Salah satu pembangkit yang paling banyak beropersi untuk memenuhi
kebutuhan listrik dunia dan termasuk di Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga uap.
Sumber daya yang paling banyak digunakan sebagai pembangkit pada pembangit listrik

4
tesebut adalah energi yang tidak dapat diperbaharui seperti batubara maupun bahan bakar
minyak lainnya.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan penulis bahas meliputi PLTU, perkembangan PLTU di Indonesia,
perbedaan PLTU yang menggunakan Batu Bara, dan PLTU yang Menggunakan BBM.

1.3 Manfaat dan Tujuan


Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami pengertian PLTU,
perkembangan PLTU di Indonesia, dan perbedaan PLTU yang menggunakan Batu Bara
dengan yang menggunakan BBM. Dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangkit
Tenaga Listrik.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari
uap untuk menghasilkan energi listrik.Bentuk utama pembangkit listrik jenis ini adalah

5
Generator yang di hubungkan ke turbin dimana untuk memutar turbin diperlukan energi
kinetik dari uap panas atau kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai
macam bahan bakar terutama batu-bara dan bahan bakar minyak serta MFO untuk start awal.
2.2 Perkembangan PLTU di Indonesia
PLTU yang pertama kali beroperasi di Indonesia yaitu pada tahun 1962 dengan kapasitas
25 MW, suhu 500 Co, tekanan 65 Kg/cm2, boiler masih menggunakan pipa biasa dan
pendingin generator dilakukan dengan udara. Kemajuan pada PLTU yang pertama adalah
boiler sudah dilengkapi pipa dinding dan pendingin generator dilakukan dengan hidrogen,
namun kapasitasnya masih 25 MW. Bila dayanya ditingkatkan dari 100 - 200 MW, maka
boilernya harus dilengkapi super heater, ekonomizer dan tungku tekanan.Kemudian
turbinnya bisa melakukan pemanasan ulang dan arus ganda dan pendingin generatornya
masih menggunakan hidrogen. Hanya saja untuk kapasitas 200 MW uap yang dihasilkan
mempunyai tekanan 131,5 Kg/cm2 dan suhu 540Co dan bahan bakarnya masih
menggunakan minyak bumi.
Ketika kapasitas PLTU sudah mencapai 400 MW maka bahan bakarnya sudah tidak
menggunakan minyak bumi lagi melainkan batu bara. Batu bara yang dipakai secara garis
besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batu bara berkualitas tinggi dan batu bara berkualitas
rendah. Bila batu bara yang dipakai kualitasnya baik maka akan sedikit sekali menghasilkan
unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari lingkungan. Sedang bila batu bara yang
dipakai mutunya rendah maka akan banyak menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur,
Nitrogen dan Sodium. Apalagi bila pembakarannya tidak sempurna maka akan dihasilkan
pula unsur beracun seperti CO, akibatnya daya guna menjadi rendah.

PLTU batu bara di Indonesia yang pertama kali dibangun adalah di Suryalaya pada
tahun1984 dengan kapasitas terpasang 4 x 400 MW. Kemudian PLTU Bukit Asam dengan
kapasitas 2 x 65 MW pada tahun 1987. Dan pada tahun 1993-an beroperasi pula PLTU Paiton
1 dan 2 masing-masing dengan kapasitas 400 MW. Kemudian PLTU Suryalaya akan
dikembangkan dari unit 5 - 7 dengan kapasitas 600 MW/unit. PLTU batu bara pada tahun
1994 kapasitasnya sudah mencapai 2.130 MW (16% dari total daya terpasang). Pada tahun
2003 kapasitasnya diperkirakan sekitar 12.100 MW (37%), tahun 2008/09 mencapai 24.570
MW (48%) dan pada tahun 2020 sekitar 46.000 MW. Sementara itu pemakaian batu bara
pada tahun 1995 tercatat bahwa untuk menghasilkan energi listrik sebesar 17,3 TWh

6
dibutuhkan batu bara sebanyak 7,5 juta ton. Dan pada tahun 2005 pemakaian batu bara
diperkirakan mencapai 45,2 juta ton dengan energi listrik yang dihasilkan mencapai 104
TWh.
Banyaknya pemakaian batu bara tentunya akan menentukan besarnya biaya
pembangunan PLTU. Harga batu bara itu sendiri ditentukan oleh nilai panasnya (Kcal/Kg),
artinya bila nilai panas tetap maka harga akan turun 1% pertahun. Sedang nilai panas
ditentukan oleh kandungan zat SOx yaitu suatu zat yang beracun, jadi pada pembangkit harus
dilengkapi alat penghisap SOx. Hal inilah yang menyebabkan biaya PLTU Batu bara lebih
tinggi sampai 20% dari pada PLTU minyak bumi. Bila batu bara yang digunakan rendah
kandungan SOx-nya maka pembangkit tidak perlu dilengkapi oleh alat penghisap SOx
dengan demikian harga PLTU batu bara bisa lebih murah. Keunggulan pembangkit ini adalah
bahan bakarnya lebih murah harganya dari minyak dan cadangannya tersedia dalam jumlah
besar serta tersebar di seluruh Indonesia.

2.3 Bagian Bagian PLTU

Boiler

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan
memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari hasil
pembakaran bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar
dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar.

Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur
yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju
aliran, dan panas pembakaran yang diberikan.Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-
pipa berisi air disebut dengan water tube boiler.

7
Water tube boiler

Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam generator (pembangkit uap)
mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara pada kenyataannya dari boiler
dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi.

Ditinjau dari bahan bakar yang digunakan, maka PLTU dapat dibedakan menjadi :

PLTU Batubara

PLTU Minyak

PLTU gas

PLTU nuklir atau PLTN

Jenis PLTU batu bara masih dapat dibedakan berdasarkan proses pembakarannya, yaitu
PLTU dengan pembakaran batu bara bubuk (Pulverized Coal / PC Boiler) dan PLTU
dengan pembakaran batu bara curah (Circulating Fluidized Bed).

Perbedaan antara PLTU Batu bara dengan PLTU minyak atau gas adalah pada peralatan
dan sistem penanganan dan pembakaran bahan bakar serta penanganan limbah abunya.
PLTU batubara mempunyai peralatan bantu yang lebih banyak dan lebih kompleks
dibanding PLTU minyak atau gas. PLTU gas merupakan PLTU yang paling sederhana
peralatan bantunya.

8
Tata letak Pulverized Coal (PC) Boiler Batubara

Tata letak Circulating Fluidized Boiler (CFB)

Ditinjau dari tekanan ruang bakar boilernya, PLTU dapat dibedakan menjadi:

PLTU dengan PressurisedBoiler

9
PLTU dengan Balanced Draft Boiler

PLTU dengan Vacuum Boiler

Sistem pengaturan tekanan ruang bakar (furnace pressure) biasa disebut draft atau tekanan
statik didalam ruang bakar dimana proses pembakaran bahan bakar berlangsung. PLTU
dengan pressurised boiler (tekanan ruang bakar positif) digunakan untuk pembakaran
bahan bakar minyak atau gas. Tekanan ruang bakar yang positif diakibatkan oleh
hembusan udara dari kipas tekan paksa (Forced Draft Fan, FDF).Gas buang keluar dari
ruang bakar ke atmosfer karena perbedaan tekanan.

Jenis-jenis Tekanan (Draft) Boiler

10
Skema Balanced Draft Boiler

PLTU dengan Balanced Draft Boiler (tekanan berimbang) biasa digunakan untuk
pembakaran bahan bakar batubara.Tekanan ruang bakar dibuat sedikit dibawah tekanan
atmosfir, biasanya sekitar 10 mmH2O.Tekanan ini dihasilkan dari pengaturan dua buah
kipas, yaitu kipas hisap paksa (Induced Draft Fan, IDF) dan kipas tekan paksa (Forced
Draft Fan, FDF).FDF berfungsi untuk menyuplai udara pembakaran menuju ruang bakar
(furnace) di boiler, sedangkan IDF berfungsi untuk menghisap gas dari ruang bakar dan
membuang ke atmosfir melalui cerobong.Sedangkan PLTU dengan vacum boiler tidak
dikembangkan lagi, sehingga saat ini tidak ada lagi yang menerapkan PLTU dengan boiler
bertekanan negatif.

Siklus Air di Boiler

Siklus air merupakan suatu mata rantai rangkaian siklus fluida kerja. Boiler mendapat
pasokan fluida kerja air dan menghasilkan uap untuk dialirkan ke turbin.Air sebagai fluida
kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi dengan melalui economiser dan
ditampung didalam steamdrum.

11
Peralatan yang dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down comer, header
bawah (bottom header), dan riser. Siklus air di steam drum adalah, air dari drum turun
melalui pipa-pipa down comer ke header bawah (bottom header). Dari header bawah air
didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun membentuk dinding ruang
bakar boiler.Didalam riser air mengalami pemanasan dan naik ke drum kembali akibat
perbedaan temperatur.

Perpindahan panas dari api (flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boiler terjadi secara
radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik hingga mendidih
juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni dari drum turun melalui down comer ke
header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-pipa riser. Adanya sirkulasi ini
sangat diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap pipa-pipa pemanas dan mempercepat
proses perpindahan panas. Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap
dan kenaikan tekanan serta temperaturnya.

Selain sirkulasi alami, juga dikenal sirkulasi paksa (forced circulation).Untuk


sirkulasi jenis ini digunakan sebuah pompa sirkulasi (circulation pump). Umumnya pompa
sirkulasi mempunyai laju sirkulasi sekitar 1,7, artinya jumlah air yang disirkulasikan 1,7
kali kapasitas penguapan. Beberapa keuntungan dari sistem sirkulasi paksa antara lain :

Waktu start (pemanasan) lebih cepat

Mempunyai respon yang lebih baik dalam mempertahankan aliran air ke pipa-pipa pemanas
pada saat start maupun beban penuh.

Mencegah kemungkinan terjadinya stagnasi pada sisi penguapan

12
Siklus air

Turbin uap

Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap
menjadi energi putar (energi mekanik).Poros turbin dikopel dengan poros generator
sehingga ketika turbin berputar generator juga ikut berputar.

Kondensor

Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi air.
Prinsip kerja Kondensor proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke
dalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell
side) sedangkan air sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side).
Kondensor seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Kebutuhan air untuk
pendingin di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah

13
diperhitungkan.Air pendingin diambil dari sumber yang cukup persediannya, yaitu dari
danau, sungai atau laut. Posisi kondensor umumnya terletak dibawah turbin sehingga
memudahkan aliran uap keluar turbin untuk masuk kondensor karena gravitasi.

Laju perpindahan panas tergantung pada aliran air pendingin, kebersihan pipa-
pipa dan perbedaan temperatur antara uap dan air pendingin. Proses perubahan uap
menjadi air terjadi pada tekanan dan temperatur jenuh, dalam hal ini kondensor berada
pada kondisi vakum. Karena temperatur air pendingin sama dengan temperatur udara
luar, maka temperatur air kondensatnya maksimum mendekati temperatur udara luar.
Apabila laju perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap tekanan dan
temperatur.

Prinsip kerja kondensor

Konstruksi Kondensor

Aliran air pendingin ada dua macam, yaitu satu lintasan (single pass) atau dua lintasan
(double pass).Untuk mengeluarkan udara yang terjebak pada water box (sisi air
pendingin), dipasang venting pump atau priming pump.Udara dan non condensable gas
pada sisi uap dikeluarkan dari kondensor dengan ejector atau pompa vakum.

14
Kondensor tipe permukaan (surface condenser)

Konstruksi Kondensor

Generator

15
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.

Desalination Plant (Unit Desal)

Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi).Hal ini dikarenakan
sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung masuk ke
dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan PLTU.

Economizer

Economiser adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelum masuk ke drum.
Di dalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar dari superheater
sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong.

Economiser tipe pipa bersirip (finned tubes)

16
Reverse Osmosis (RO)

Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode yang digunakan
berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeable yang dapat menyaring
garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air tawar seperti
pada desalination plant.Untuk PLTU yang menggunakan air tanah/air sungai,digunakan
pre-treatment yang berfungsi untuk menghilangkan endapan,kotoran dan mineral yang
terkandung di dalam air tersebut.

Demineralizer Plant (Unit Demin)

Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air tawar. Air
sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air masih mengandung
mineral berarti konduktivitasnya masih tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya
GGL induksi pada saat air tersebut melewati jalur perpipaan di dalam PLTU.Hal ini dapat
menimbulkan korosi pada peralatan PLTU.

Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)

Pada PLTU digunakan hydrogen (H2) sebagai pendingin Generator.

Chlorination Plant (Unit Chlorin)

Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan


untuk memabukkan/melemahkan mikro organisme laut pada area water intake. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengerakkan (scaling) pada pipa-pipa
kondensor maupun unit desal akibat perkembangbiakan mikro organisme laut tersebut.

Auxiliary Boiler (Boiler Bantu)

Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak (fuel oil), yang berfungsi untuk
menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama start up maupun
sebagai uap bantu (auxiliary steam).

17
Coal Handling (Unit Pelayanan Batubara)

Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat
kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke
bunker unit.

Ash Handling (Unit Pelayanan Abu)

Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun
abu terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag
Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley)

2.4 Siklus PLTU

Keterangan gambar :

1. Stack 6. Primary Superheater


2. Boiler 7. Economizer
3. FD Fan 8. Header
4. Air Heater 9. Water Wall
5. Steam Drum 10. Secondary Superheater

18
11. Reheater 24. Distillate Water Pump
12. Wind Box 25. Make Up Water Tank
13. HP Turbine 26. Make Up Water Pump
14. IP Turbine 27. Demin Water Tank
15. LP Turbine 28. Demin Water Pump
16. Generator 29. Condensate Pump
17. Condenser 30. LP Heater
18. MFO Tank 31. Deaerator
19. MFO Pump 32. Boiler Feed Pump
20. MFO Heater 33. HP Heater
21. Burner 34. 18 kV/150kV Switch Yard
22. Circulating Water Pump 35. Transmission
23. Desalination Plant

19
Siklus Rankine Ideal

Siklus di PLTU menggunakan siklus rankine dengan superheater dan reheater.

Keterangan gambar :
a) Proses 1 1 : Penaikan tekanan pada air menggunakan condensate extraction pump.
b) Proses 1 2 : Pemanasan air pada low pressure heater.
c) Proses 2 2 : Penaikan tekanan air menggunakan boiler feed pump.
d) Proses 2 3 : Pemanasan air pada high pressure heater dan pada economizer.
e) Proses 3 4 : Pemanasan air menjadi uap air pada wall tube dan downcomer di dalam
boiler.
f) Proses 4 5 : Pemanasan uap air menjadi uap panas lanjut (superheated steam) pada
superheater.
g) Proses 5 6 : Ekspansi uap di dalam high pressure turbine.
h) Proses 6 7 : Pemanasan kembali uap yang keluar dari high pressure turbine yang
terjadi dalam reheater.
i) Proses 7 7 : Ekspansi uap yang keluar dari reheater di dalam intermediate pressure
turbine.
j) Proses 7 8 : Ekspansi uap di dalam low pressure turbine tanpa mengalami pemanasan
ulang.
k) Proses 8 1 : Pendinginan uap menjadi air di dalam condenser.

2.5 Sistem Bahan Bakar PLTU Batu Bara


Bahan bakar batubara pada PLTU batubara adalah sebagai bahan bakar utama. Persediaan
batubara ditampung di lapangan terbuka (coal stock area) dan untuk melayani kebutuhan
pembakaran di boiler, batubara ditampung pada bunker (silo) di tiap boiler. Pemasokan
batubara dari bunker ke burner ruang bakar dilakukan melalui coal feeder, mill / pulveriser
(PC Boiler), dan coal pipe. Pengaturan dan pencatatan jumlah aliran batubara dilakukan
dengan coal feeder.

Gb 1. Belt feeder

Mill (pulverizer) berfungsi untuk menggerus batu bara sehingga menjadi serbuk ( 200
mesh). Sedangkan untuk membawa serbuk batu bara ke burner, dihembuskan
udara primer ke mill. Udara primer dihasilkan oleh Primary Air Fan (PAF) dan sebelum
masuk ke mill dipanaskan terlebih dahulu pada pemanas udara primer (Primary Air Heater)
sehingga cukup untuk mengeringkan serbuk batu bara.

Gb 2. Sistem suplai bahan bakar batu bara ke burner


Gb 3. Sistem bahan bakar batu bara
Gb 4. Mill Pulverizer

2.6 Sistem Bahan Bakar Minyak PLTU


Sistem Bahan bakar minyak pada PLTU yang digunakan terdiri dari minyak HSD /
High SpeedDiesel (solar) dan minyak MFO / Marine Fuel Oil (residu). Fungsi minyak HSD
pada PLTU batubara maupun PLTU minyak adalah sebagai bahan bakar penyala awal dan
pembakaran awal. Sedangkan fungsi minyak MFO pada PLTU minyak adalah sebagai bahan
bakar utama.
High Speed Diesel
Persediaan minyak HSD (High Speed Diesel) ditampung dalam tangki atau bunker.
Untuk menyalurkan minyak HSD ke alat penyala (ignitor) digunakan pompa dengan melalui
filter, katup penutup cepat, katup pengatur dan flow meter.
Untuk kesempurnaan proses pembakaran, maka HSD yang disemprotkan ke ruang bakar
diatomisasi (dikabutkan) dengan menggunakan uap atau udara. Pengaturan pembakaran atau
panas yang masuk boiler dapat dilakukan dengan mengatur aliran HSD dan dengan
menambah atau mengurangi ignitor yang operasi.
Marine Fuel Oil
Persediaan minyak MFO (Marine Fuel Oil) di PLTU ditampung dalam tangki persediaan
(storage tank), sedangkan untuk penggunaan sehari-hari dilayani dengan tangki harian (day
tank). Untuk mengalirkan MFO dari day tank ke burner (pembakar) digunakan pompa
dengan melalui filter, katup penutup cepat, pemanas (oil heater), katup pengatur dan flow
meter.
Pemanas berfungsi untuk menurunkan kekentalan MFO agar dapat disemprotkan oleh
burner. Sebagaimana pada minyak HSD untuk kesempurnaan reaksi pembakaran, maka pada
burner minyak MFO dikabutkan dengan menggunakan uap atau secara mekanik. Pengaturan
aliran MFO ke burner dengan menggunakan katup pengatur aliran.
Gb 1. Diagram sistem BBM

2.7 Keuntungan dan Kerugian PLTU


Keuntungan PLTU :
Kapasitas bisa sampai ratusan MW
Effisiensi tinggi jika beban mendekati full load.
Efisiensi tinggi dengan memggunakan waste heat utilization
Hasil pembangkitan steam dapat digunakan untuk proses produksi
Biaya bahan bakar lebih murah
Biaya pemeliharaan lebih murah
Kerugian PLTU :
o Respon beban lambat.
o Start-up lama dan harus ada cadangan berputar spining reserve utuk mempercepat start-
up
o Tidak ramah lingkungan.
o Investasi mahal.
o Pembangunan konstruksi yang lama
o Membutuhkan penanganan air umpan yang akan masuk ke dalam boiler
o Menghasilkan limbah batu bara yang memerlukan penanganan khusus
o Menghasilkan polutan-polutan yang lebih tinggi
o Membutuhkan area yang lebih luas
o Kurang terhadap fluktuasi beban
2.8 Daftar PLTU di Indonesia

No Pembangkit Tempat Kapasitas Keterangan


PLTU Batubara seharga US $ 428,794,037 yg menghemat BBM
1 x 625
[1] PLTU 1 Banten Suralaya /tahun Rp.4,3 Triliun & menyerap tenaga kerja masa konstruksi
MW
2.500 orang[2]
PLTU Batubara seharga US $ 492,940,279 yg menghemat BBM
2 x 300
2 PLTU 2 Banten Labuhan /tahun Rp.4,15 Triliun & menyerap tenaga kerja masa konstruksi
MW
1.700 orang
3 x 315
3 PLTU 3 Banten Lontar
MW
PLTU 1 Jawa 3 x 330
4 Indramayu
Barat MW
PLTU 2 Jawa Pelabuhan 3 x 350
5
Barat Ratu MW
PLTU Batubara seharga US $ 558.005.559 yg menghemat BBM
PLTU 1 Jawa 2 x 315
6 Rembang /tahun Rp.4,15 Triliun & menyerap tenaga kerja masa konstruksi
Tengah MW
1.700 orang
PLTU 2 Jawa 1 x 600
7 Cilacap
Tengah MW
PLTU 1 Jawa 2 x 315
8 Pacitan
Timur MW
PLTU Batubara seharga US $ 466.257.004 yg menghemat BBM
PLTU 2 Jawa 1 x 660
9 Paiton /tahun Rp.4,4 Triliun & menyerap tenaga kerja masa konstruksi
Timur MW
1.700 orang
PLTU 3 Jawa Tj. AwarAwar 2 x 350
10 Selengkapnya Lihat di [3]
Timur Tuban MW
Selengkapnya lihat di
PLTU Tanjung 2 x 661
11 Jepara
Jati B MW [4]

Untuk diluar pulau jawa dan bali dibangun 25 PLTU, rinciannya sebagai berikut :

No Pembangkit Kapasitas Keterangan


1 PLTU NAD 2 x 100 MW
2 PLTU 2 Sumatra Utara 2 x 200 MW
3 PLTU Sumatra Barat 2 x 100 MW
4 PLTU 3 Bangka Belitung 2 x 25 MW
5 PLTU 4 Bangka Belitung 2 x 15 MW
6 PLTU 1 Riau 2 x 10 MW
7 PLTU 2 Riau 2 x 7 MW
8 PLTU Kepulauan Riau 2 x 7 MW
9 PLTU Lampung 2 x 100 MW
10 PLTU 1 Kalimantan Barat 2 x 50 MW
11 PLTU 2 Kalimantan Barat 2 x 25 MW
12 PLTU 1 Kalimantan Tengah 2 x 60 MW
13 PLTU Kalimantan Selatan 2 x 65 MW PLTU Asam-asam unit III dan IV
14 PLTU 2 Sulawesi Utara 2 x 25 MW
15 PLTU Sulawesi Tenggara 2 x 10 MW
16 PLTU Sulawesi Selatan 2 x 50 MW
17 PLTU Gorontalo 2 x 25 MW
18 PLTU Maluku 2 x 15 MW
19 PLTU Maluku Utara 2 x 7 MW
20 PLTU 1 NTB 2 x 15 MW
21 PLTU 2 NTB 2 x 25 MW
22 PLTU 1 NTT 2 x 7 MW
23 PLTU 2 NTT 2 x 15 MW
24 PLTU 1 Papua 2 x 7 MW
25 PLTU 2 Papua 2 x 10 MW

2.9 Permasalahan Utama PLTU


PLTU minyak mempumyai emisi yang tinggi dan biaya untuk pembangkitan mahal. Harga
minyak bumi yang semakin mahal, dikarenakan cadangannya mulai menipis dan
mengakibatkan besarnya subsidi dari pemerintah.
Gas hasil pembuangan pada PLTU mengakibatkan pencemaran udara, terutama pada PLTU
batubara seperti sulfur dioksida (SO2) ,abu terbang, nitrogen oksida (NOx), karbon dioksida
(CO2) yang bisa mengakibatkan hujan asam. Berbagai kerusakan lingkungan serta gangguan
terhadap kesehatan dapat muncul karena terjadinya hujan asam tersebut.

2.10 Prospek PLTU di Indonesia


Gambar 3 Rencana tambahan kapasitas pembangkit listrik Indonesia dalam rentang waktu 2010-
2030

Menurut Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasioanl (RUKN) 2010-2030, dalam


kurun 20 tahun ke depan Indonesia memerlukan tambahan tenaga listrik kumulatif
sebesar 172 GW. Dari jumlah itu, 82% (sekitar 142 GW) diantaranya adalah untuk
memenuhi kebutuhan Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Tambahan kapasitas PLTU
Batubara mencapai pangsa sekitar 79% atau mendominasi dengan total penambahan
kapasitas sebesar 116,4 GW.

Sedangkan untuk PLTU BBM lama-kelamaan mulai di hilangkan/ kurangi,


dikarenakan ketersediaan minyak bumi nasional yang semakin sedikit dan pembengkakan
pada subsidi BBM oleh pemerintah.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PLTU minyak dengan biaya pembangkitan yang mahal serta emisi tinggi perlu
digantikan dengan PLTU batubara, atau pada PLTU minyak existing digantikan
dengan bahan bakar cair alternatif seperti batubara cair atau DiMethil Ether (DME)
yang berasal dari batubara.
Pengembangan lebih lanjut gasifikasi batubara yang dapat mensuplai PLTGU
(IGCC) dan gasifikasi batubara untuk bahan bakar cair seperti DME, agar dapat
mengurangi pemakaian BBM dan gas alam yang cadangannya semakin menipis,
untuk sektor kelistrikan.
Program PLTU batubara 10.000MW serta program PLTU batubara lanjutan harus
memasukkan PLTU ultra/supercritical khususnya pada PLTU skala besar (400-
600MW),agar diperoleh PLTU dengan efisiensi tinggi dan emisi yang rendah
terutama pengurangan emisi CO2. Pemerintah perlu menjaga sumberdaya batubara,
agar ekspor dapat dibatasi dan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri, karena cadangan gas alam dan minyak bumi tidak dapat mencukupi kebutuhan
dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

http://rakhman.net/2013/07/sistem-bahan-bakar-minyak-pada-pltu.html
http://rakhman.net/2013/07/sistem-bahan-bakar-pltu-batu-bara.html
https://chekaproject.wordpress.com/2010/05/25/sistem-pltu-berbahan-bakar-gasoil/
http://rakhman.net/2012/12/siklus-kerja-pltu.html
http://indone5ia.wordpress.com/2012/06/02/pembangkit-listrik-tenaga-uap-pltu-
batubara-4-2/

http://teguhadipoernomo.blogspot.com/

You might also like