You are on page 1of 17

PENUNTUN CLINICAL SKILL LAB

ANAMNESIS DAN KONSELING


PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Tim Clinical Skill Lab


Fakultas Kedokteran Unpatti

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2013/2014
ANAMNESIS DAN KONSELING
PENYAKIT KARDIOVASKULAR

I. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung sangat sering ditemukan. Pasien dengan penyakit kardiovaskular dapat
ditemukan tanpa gejala ataupun dapat bergejala dan mungkin berhubungan dengan penyakit
nonkardiak lainnya. Oleh karena itu, teknik anamnesis yang tepat, spesifik dan terarah
sangat penting dalam penegakan diagnosis.

II. TUJUAN
Tujuan umum
Pada akhir latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis
terpimpin dari pasien dengan keluhan penyakit kardiovaskular.
Tujuan Khusus
1. Menggali informasi dari keluhan utama penyakit kardiovaskular
2. Melakukan anamnesis terpimpin yang mengarah ke diagnosis penyakit kardiovaskular
3. Mencatat hasil anamnesis (resume) dengan jelas dan sistematis
4. Melakukan edukasi tentang penyakit kardiovaskular

III. TEORI
ANAMNESIS
Dalam anamnesis, penting untuk menanyakan:
- Lokasi, - Kuantitas (berat, durasi, frekuensi)
- Onset dan perkembangan - Faktor yang memperberat atau meringankan gejala
- Gejala yang menyertai - Respon terhadap pengobatan
Gejala-gejala yang umumnya ditemukan pada kelainan sistem kardiovaskular, antara lain:
- Nyeri dada atau discomfort - Sesak nafas, ortopneu, atau dispneu paroksismal
- Palpitasi - Edema
- Fatigue - Sinkop
- Nyeri tungkai - Sianosis
Nyeri dada
Nyeri dada merupakan gejala penyakit jantung yang penting namun tidak patognomonik,
dapat disebabkan gangguan paru-paru, usus, kandung empedu, gangguan saraf dan
muskuloskeletal.

1. Nyeri yang berasal dari jantung


Nyeri dada yang berasal dari jantung umumnya adalah rasa nyeri yang timbul karena
iskemia miokardium. Saat mendengarkan, keluhan pasien dengan nyeri dada, anda harus
memikirkan adanya angina pectoris, infark miokard, atau bahkan dissecting aortic
aneurysm (diseksi aorta).
Untuk nyeri dada, perlu ditelusuri:
Apakah nyeri berhubungan dengan aktivitas dan aktivitas seperti apa yang dapat
mencetus nyeri,
Seberapa parah nyeri yang dirasakan dari skala 1 sampai 10,
Apakah nyeri menjalar ke leher, bahu, pundak atau lengan,
Apakah terdapat keluhan atau gejala lain yang berhubungan seperti sesak,
berkeringat, palpitasi atau mual,
Apakah nyeri itu pernah menyebabkan pasien terbangun di malam hari,
Apa yang pasien lakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri seperti
beristirahat atau mengonsumsi obat tertentu.
Biasanya angina pektoris tipikal mempunyai beberapa karakter yaitu:
Biasanya di daerah substernal, dapat menjalar ke dada kiri atau kanan, bahu, leher,
mandibula, lengan, epigastrium, dan kadang ke punggung bagian atas.
Sifat nyerinya dalam, visceral, dan intens.
Kadang pasien merasakan sensasi seperti ditekan.
Durasi nyerinya berlangsung dalam dalam hitungan menit atau lebih.
Nyerinya biasanya dipresipitasi oleh aktivitas atau stress emosional.
Nyerinya berkurang atau hilang jika beristirahat atau dengan pengobatan nitrat.
Nyerinya tidak dipengaruhi oleh pernafasan dan pergerakan.
Kadang diikuti sesak nafas.
Gejala yang menyertai: mual, muntah, sesak, keringat dingin, cemas dan lemas.

Penyakitnya:
Stable Angina Pectoris
- Gejala hanya dirasakan saat aktivitas dan segera berkurang saat istirahat.
- Nyeri yang pertama timbul biasanya terasa beberapa menit sampai kurang dari
20 menit. Kalau lebih dari 20 menit dan berat maka harus dipertimbangkan
sebagai Unstable Angina Pectoris (UAP).
- Nyeri dapat dihilangkan dengan nitrat sublingual dalam hitungan detik sampai
menit.
- Nyeri tidak terus menerus, tapi hilang timbul dengan intensitas makin
bertambah atau berkurang. Nyeri yang berlangsung terus-menerus sepanjang
hari, bahkan sampai berhari-hari biasanya bukanlah nyeri angina pectoris.
- Faktor resiko dapat berupa: Dislipidemia, DM, hipertensi, obesitas, kurangnya
latihan, dll.
Unstable Angina Pectoris (UAP)
- Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup
berat dan frekwensi cukup sering, lebih dari 3 kali perhari
- Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil,
lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat nyeri dadanya,
sedangkan faktor presipitasi semakin ringan
- Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
- Faktor resiko penyakit jantung koroner.
Non- ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)
Perbedaan antara UAP dan NSTEMI adalah iskemia yang timbul cukup berat
sehingga menimbulkan kerusakan pada miokardium, sehingga adanya patanda
kerusakan miokardium dapat diperiksa (troponin, CK-MB)
ST- Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
Nyeri dada tipikal angina, gambaran ST elevasi pada EKG, dan kenaikan penanda
enzim jantung (troponin, CK-MB).

2. Diseksi Aorta
Nyeri pada diseksi aorta biasanya tanpa didahului gejala awal dan onsetnya mendadak,
dan sangat intens, tidak seperti pada angina pectoris yang berangsur-angsur dalam
hitungan menit. Intensitasnya sangat berat dan dirasakan seperti dirobek-robek.
Kebanyakan pasien menjelaskan nyeri ini merupakan intensitas nyeri ini yang paling
berat yang pernah dialami selama hidupnya
Lokasi nyeri tergantung pada daerah diseksi dan penyebaran nyeri menunjukkan bidang
diseksi sepanjang aorta. Pada diseksi aorta asendens biasanya di dada anterior, terjadi
sangat cepat (kurang dari beberapa menit), bergerak ke arah leher kemudian ke
punggung. Pada diseksi arkus aorta, nyeri mula-mula dirasakan di leher. Dan pada diseksi
aorta descendens, nyeri dirasakan di daerah interscapula atau bahu.

3. Nyeri Pleuritik
Nyeri pleuritik adalah nyeri dada yang tajam, menjepit, di eksaserbasi oleh respirasi,
khususnya inspirasi dalam, bila berat pasien harus bernafas pendek-pendek untuk
mengurangi nyeri. Ada 2 penyebab:
Nyeri pleural
- Terjadi karena pleuritis dan biasanya dirasakan di salah satu dada
- Tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh
- Kadang terdengar pleural rub
- Sering disertai dengan pneumonia (demam, batuk, takipneu, dan pernapasan
bronkial), emboli paru (sesak napas, takikardia, sianosis, tanpa pernapasan
bronkial) dan pneomothoraks (tidak terdengar suara napas).
Nyeri perikardial
- Seperti pleuritis, juga dipengaruhi oleh inspirasi dalam, namun lokasinya
biasanya di dada bagian tengah
- Dipengaruhi oleh posisi tubuh, biasanya lebih berat bila berbaring dan
berkurang bila duduk
- Dapat terdengar perikardial rub pada auskultasi
- Biasanya terjadi pada infeksi virus, pasca infark miokard dan pada penyakit
autoimun.
4. Nyeri dada muskuloskeletal
- Sangat sering dijumpai dan biasanya disertai riwayat cedera fisik atau latihan berat.
- Nyeri dipicu oleh pergerakan lengan/dada.
- Bisa berlangsung sampai berjam-jam.
- Istirahat tidak segera mengurangi nyeri.
- Pada pemeriksaan fisik bisa dijumpai nyeri lokal.
5. Nyeri gastroesofagus
Kunci diagnosis nyeri gastrointestinal adalah adanya hubungan yang jelas dengan
makanan, dan tidak ada hubungan antara onset nyeri dengan aktivitas
Refluks esofagus
- Rasa terbakar di retrosternal, berjalan dari epigastrium ke atas.
- Bisa disertai dengan sering bersendawa, odinofagi, dan disfagi jika terjadi stiktur.
- Biasanya nyeri menghilang dengan pengobatan dengan obat untuk gastritis
Spasme esofagus
- Sering diawali dengan refluks esofagus.
- Sulit dibedakan dengan nyeri jantung karena menyebabkan perasaan sesak/berat
di retrosternal.
- Biasanya nyeri berkurang setelah pemberian antasid atau minuman dingin.
6. Penyakit kandung empedu
- Kolik empedu biasanya dirasakan di epigastrium, dan kolesistitis di kuadran kanan
atas abdomen.
- Serangan nyeri intermitten, tidak berhubungan dengan aktivitas, dan bisa menjadi
berat.
- Makanan berlemak bisa memicu terjadinya nyeri.
- Lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria.

Sesak Napas
Sesak napas merupakan keluhan yang umumnya muncul dari pasien dan dapat berupa
dispneu, ortopneu, atau paroksismal nokturnal dispneu. Ortopneu biasanya dikuantitasi
berdasarkan jumlah bantal yang pasien gunakan agar merasa nyaman saat bernapas dan
tidur. Paroksismal nokturnal dispneu atau PND dideskripsikan sebagai episode dispneu atau
ortopneu yang tiba-tiba muncul dan membangunkan pasien dari tidur, biasanya 1-2 jam
setelah pasien tidur, memaksa pasien untuk duduk, berdiri, atau mencari udara segar.
Kondisi ini dapat disertai wheezing dan batuk.
Penyakit kardiovaskular yang umumnya menjadi penyebab sesak napas adalah:
1. Gagal jantung
- Sesak napas tidak berhubungan dengan mengi (wheezing), inilah yang membedakan
dengan PPOK (kecuali jika terjadi asma kardial- bronkospasme akibat edema paru)
- Ditemukan gejala penyakit jantung sebagai penyakit yang mendasari:
Pada gagal jantung ringan sesak hanya terjadi saat aktivitas (exertional dyspnea)
Pada gagal jantung yang lebih berat sesak juga terjadi bila berbaring (ortopnea),
langsung menghilang bila duduk atau berdiri (<5-10 menit), bila gejala ini berat
disebut paroxismal nocturnal dyspnea
Sering disertai edema ditungkai bawah.
Etiologi Gagal jantung
Penyakit yang menyebabkan kerusakan atau beban berlebih pada kemampuan pompa
jantung menyebabkan gagal jantung, seperti:
- Aritmia (misalnya fibrilasi atrium) - Iskemi dan infark miokard

- Infeksi, (misalnya pneumonia, ISK) - Anemia


- Penyakit tiroid - Emboli paru
2. Diagnosis Differensial Sesak Napas
Palpitasi
Palpitasi adalah kesadaran subyektif berupa sensasi tidak nyaman di dada (merasakan
jantung berdebar) yang berkaitan dengan berbagai macam aritmia. Keadaan lain yang
berkaitan dengan palpitasi adalah tirotoksikosis, hipoglikemia, demam, anemia,
feokromositoma, dan ansietas. Kafein, tembakau dan obat-obatan tertentu juga dapat
menjadi penyebab palpitasi. Perubahan frekwensi denyut jantung (takiaritmia, bradiaritmia
tidak menimbulkan palpitasi), irama, dan kekuatan kontraksi dapat menyebabkan palpitasi.
Untuk membantu menegakkan diagnosis perlu diketahui onsetnya (mendadak atau dalam
beberapa menit), kecepatan serta ritmenya.

1. Palpitasi karena sinus takikardia


- Denyut jantung normal, namun lebih kuat dari biasanya.
- Bisa terjadi saat istirahat, takut atau tekanan psikologis, termasuk kecemasan
- Palpitasi dimulai dan berhenti dalam beberapa menit, tidak seperti takiaritmia yang
muncul mendadak.
- Manuver vagal tidak membantu dan tidak pernah terjadi sinkop.
- Penyebab sinus takikardia:
Fisiologis: olah raga, kecemasan
Patologis: demam, nyeri, gagal jantung, anemia, tirotoksikosis, dsb.
2. Palpitasi yang berhubungan dengan takiaritmia
- Denyut jantung lebih cepat dari biasanya atau adanya denyut tambahan
- Onset mendadak, yang berlangsung beberapa menit dan biasanya berhenti mendadak.
- Bisa disertai kecemasan, namun terjadi selama serangan, bukan sebelumnya
- Manuver vagal biasanya membantu (misalnya pada PSVT)
- Biasanya ada riwayat penyakit jantung
- Bisa disertai sinkop (VF, VT)

Differensial diagnosis palpitasi:


Edema
Edema berhubungan dengan akumulasi cairan di ruang interstitial dan bermanifestasi
sebagai pembengkakan. Edema dapat disebabkan karena proses lokal atau general karena
beberapa penyebab termasuk gangguan jantung dan pembuluh darah atau gangguan pada
pembuluh limfe atau gangguan pada ren atau liver. Perhatikan lokasi edema, kapan muncul
edema, kapan pembengkakan berkurang atau bertambah, apakah sepatu atau ikat pinggang
semakin sempit atau kelopak mata membengkak pada saat bangun tidur.

Fatigue
Kelelahan adalah gejala umum berkurangnya curah jantung. Pasien dengan gagal jantung
kongestif dan penyakit katup mitral sering kali mengeluh lelah. Tetapi kelelahan tidak
spesifik untuk penyakit jantung. Penyebab tersering kelelahan adalah ansietas dan depresi.
Keadaan lain yang berkaitan dengan kelelahan adalah anemia dan penyakit kronis.

Sianosis
Sianosis dapat terjadi secara sentral ataupun perifer. Sianosis sentral terjadi karena tidak
memadainya pertukaran gas di dalam paru-paru yang menyebabkan penurunan oksigenasi
srterial secara bermakna. Ini disebabkan oleh adanya penyakit paru atau jantung kongenital.
Sianosis perifer disebabkan ekstraksi oksigen yang berlebihan di bagian perifer, misalnya
jari tangan dan kaki.
Sianosis sejak lahir berkaitan dengan penyakit jantung kongenital. Sianosis yang timbul akut
dapat terjadi pada penyakit saluran napas yang berat terutama obstruksi akut saluran napas.

Sinkop

Nyeri pada tungkai


Deskripsi yang jelas tentang lokasi, sifat dan durasi nyeri, faktor yang memicu dan
meringankan, dan pemeriksaan fisis yang teliti biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis.
Penyebab umum nyeri pada tungkai adalah seperti tersebut di bawah ini.
1. Trombosis vena dalam /deep vein thrombosis (DVT)
- Nyeri pada betis unilateral (jarang di paha) yang semakin bertambah (biasanya dalam
hitungan jam) dan sering disertai bengkak betis (paha)
- Faktor resiko:
Riwayat pembedahan dalam 12 minggu terakhir.
Imobilisasi selama lebih dari 3 hari dalam 4 minggu terakhir.
Pernah mengalami atau memiliki riwayat keluarga dengan DVT atau embolo paru.
Fraktur ekstremitas bawah.
Keganasan
Pasca persalinan.
- Diagnosis dengan: laboratorium (D-dimer), venografi dan USG.

Differensial Diagnosis:
1. Selulitis
2. Penyakit arteri
- Insufisiensi arteri kronis disertai klaudikasio intermiten, yaitu: nyeri yang dirasakan
di kedua betis dan/atau pantat, timbul dengan cepat karena olah raga (kurang dari 1
menit), bisa dihilangkan dengan istirahat
- Pada pemeriksaan fisis ditemukan denyut arteri yang menurun atau menghilang.
3. Ulkus pada tungkai.
4. Artritis.
5. Penekanan serabut saraf.

KONSELING
Melakukan konseling pada pasien dapat mendukung usaha pengelolaan pasien dengan
penyakit kardiovaskular. Bagaimanapun, faktor kebiasaan dan gaya hidup pasien sangat
mempengaruhi perjalanan penyakit pasien dan dapat membantu mencegah penyakit
kardiovaskular dan komplikasinya. Pasien dapat memahami bagaimana mempertahankan
level kolesterol, berat badan dan aktivitas yang optimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk konseling dan pencegahan penyakit kardiovaskular
umumnya adalah tingkat kolesterol pasien, pengelolaan gaya hidup, dan tekanan darah.
Pertama, level kolesterol (LDL dan HDL) harus dikontrol pada setiap pasien dewasa usia 20
tahun ke atas setiap lima tahun untuk menilai adanya faktor risiko penyakit kardiovaskular
yang umumnya meningkat seiring dengan peningkatan LDL. LDL harus dipertahankan tidak
melebihi 100 mg/dL dan HDL di atas 40 mg/dL hingga 60 mg/dL serta kolesterol total tidak
melebihi 200 mg/dL.
Kedua, menggali faktor risik, yang perlu diperhatikan adalah:
- Merokok
- Dislipidemia (HDL kurang dari 40 mg/dL)
- Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau sedang terapi hipertensi
- Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner prematur (laki-laki pada usia
kurang dari 55 tahun, wanita pada udia kurang dari 65 tahun)
- Usia (laki-laki udia 45 tahun ke atas dan wanita udia 55 tahun ke atas)
- Menderita penyakit lain seperti diabetes mellitus, penyakit aterosklerosis lain,
penyakit vascular perifer, aneurisma aorta abdominal, penyakit arteri karotis, dll.
Ketiga, setelah mengetahui faktor-faktor risiko yang dimiliki pasien, konseling dapat
diberikan untuk mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat diubah seperti perubahan gaya
hidup termasuk diet, pengurangan berat badan dan olahraga serta medikasi.
Konseling diet:
Diet yang direkomendasikan adalah diet rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, tinggi serat.
Beritahukan pada pasien prinsip diet sehat (lebih banyak makan buah-buahan, sayuran,
konsumsi produk yang rendah lemakganti ayam dengan ikan jika memungkinkan, kurangi
makanan olahan dan makanan yang mengandung banyak garam dan gula. Telur harus dapat
dikurangi cukup 2-4 kali seminggu. Konsumsi lebih banyak sumber serat seperti pasta,
gandum, jagung, atau sereal dan sumber serat lainnya.
Konseling Berat Badan:
Beritahukan pasien bagaimana menilai indeks massa tubuh. Untuk mempertahankan berat
badan, energy yang digunakan tubuh harus sesuai dengan kalori yang dikonsumsi. Kalori
yang berlebih akan disimpan sebagai lemak. Seseorang dengan asupan lemak lebih
dibanding protein dan karbohidrat akan lebih sulit menurunkan berat badannya.
Konseling Olahraga Teratur:
Anjurkan pasien melakukan olahraga aerobik atau olahraga yang meningkatkan uptake
oksigen di otot. Pernapasan yang dalam, berkeringat pada suhu lingkungan yang dingin dan
takikardi fisiologis merupakan tanda seseorang melakukan olahraga aerobik. Olahraga yang
cukup dilakukan selama 20-60 menit setidaknya tiga kali seminggu secara teratur.

IV. PROSEDUR LATIHAN

No. Prosedur
1. Mengawali anamnesis
a. Menyapa/memberi salam
b. Melakukan jabat tangan dan memperkenalkan diri
c. Mempersilahkan duduk
2. Anamnesis umum
Data pribadi: nama, umur, alamat, pekerjaan, status keluarga
3. Anamnesis terpimpin
a. Menanyakan apa yang menyebabkan pasien datang ke dokter (keluhan utama)
b. Menggali keluhan utama:
Onset dan durasi: sejak kapan, bagaimana timbulnya, lama dan frekuensinya
Lokasi dan penyebaran
Sifat gejala dan seberapa parah (mengganggu aktivitas dan istirahat)
Faktor pencetus
c. Gejala lain yang menyertai keluhan utama
d. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya dan penyakit lain yang pernah diderita
e. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga
f. Riwayat kebiasaan (minum alkohol, merokok, konsumsi obat-obatan dsb):
frekuensi konsumsi (seberapa sering kebiasaan tersebut dilakukan)
g. Riwayat berobat dan respon pengobatan
4. Melakukan cross-check
5. Memberikan pertanyaan terbuka dan sikap mendengar
6. Membuat ringkasan (resume) hasil anamnesis
7. Menjelaskan diagnosis kerja kepada pasien
8. Memberi arahan dan nasehat kepada pasien sesuai penyakit pasien
9. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya atau mengungkapkan apa yang
belum jelas bagi pasien perihal penyakitnya
10. Melakukan konseling
- Menggali faktor risiko
- Melakukan konseling diet, berat badan dan olahraga
11. Mengakhiri anamnesis dan konseling

Langkah Kegiatan
1. Instruktur memberikan pengantar tentang anamnesis keluhan gastrointestinal
2. Seorang instruktur dan seorang mahasiswa berperan menjadi dokter-pasien dan
diperlihatkan kepada mahasiswa lain
3. Tanya jawab tentang anamnesis yang telah diperagakan
4. Mahasiswa dibagi berpasang-pasangan berperan menjadi dokter dan pasien untuk melatih
keterampilan anamnesis dan bertukar peran.
5. Instruktur melakukan koreksi selama proses latihan
6. Diskusi dan curah pendapat tentang latihan yang telah dilakukan
CONTOH PENCATATAN ANAMNESIS

No. Rekam medik :


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal/jam :

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Anamnesis Terpimpin:

Diagnosis :
(Nama dan ttd dokter)
V. EVALUASI

PENILAIAN KETERAMPILAN ANAMNESIS DAN EDUKASI


PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Nama :
NIM :
No Skor
Aspek yang dinilai
. 0 1 2
1. Mengawali anamnesis === === ===
a. Menyapa/memberi salam
b. Melakukan jabat tangan dan memperkenalkan diri
c. Mempersilahkan duduk
2. Anamnesis umum === === ===
Data pribadi: nama, umur, alamat, pekerjaan, status keluarga
3. Anamnesis terpimpin === === ===
a. Menanyakan apa yang menyebabkan pasien datang ke
dokter (keluhan utama)
=== === ===
b. Menggali keluhan utama:
Onset dan durasi: sejak kapan, bagaimana timbulnya,
lama dan frekuensinya
Lokasi dan penyebaran
Sifat gejala dan seberapa parah (mengganggu aktivitas
dan istirahat)
Faktor pencetus
c. Gejala lain yang menyertai keluhan utama
d. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya dan penyakit lain
yang pernah diderita
e. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga
f. Riwayat kebiasaan (minum alkohol, merokok, konsumsi
obat-obatan, dsb): frekuensi konsumsi (seberapa sering
kebiasaan tersebut dilakukan)
g. Riwayat berobat dan respon pengobatan
4. Melakukan cross-check
5. Memberikan pertanyaan terbuka dan sikap mendengar
6. Membuat ringkasan (resume) hasil anamnesis
7. Menjelaskan diagnosis kerja kepada pasien
8. Memberi arahan dan nasehat kepada pasien sesuai penyakit
pasien
9. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya atau
mengungkapkan apa yang belum jelas bagi pasien perihal
penyakitnya
10. Melakukan konseling
a. Menggali faktor risiko
b. Melakukan konseling diet, berat badan dan olahraga
11.
Mengakhiri anamnesis dan konseling

JUMLAH
JUMLAH TOTAL

Keterangan:
0: tidak dilakukan
1: dilakukan tapi tidak sempurna
2: dilakukan dengan sempurna

Nilai maksimal: 46
Perolehan Nilai: jumlah total X 100
46

VI. REFERENSI
1. Bates B. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
2. Dacre J, Kopelman P. 2005. Buku Saku Keterampilan Klinis. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
3. Delp, Manning. 1996. Major Diagnostik Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
4. Sudoyo AW,dkk. (ed). 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Pusat Penerbitan
IPD FKUI: Jakarta.
5. Swartz MH. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
6. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. 2005. Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis &
Fungsi di Bangsal. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

You might also like