You are on page 1of 3

2.

3 Fisiologi Tiroid

2.3.1 Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk aktif
hormon ini adalah Triiodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4
di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Secara kualitatif, fungsi
kedua hormon tersebut sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerjanya.
Triiodotironin kira-kira empat kali lebih kuat daripada tiroksin, namun jumlahnya di dalam
darah jauh lebih sedikit dan keberadaannya di dalam darah jauh lebih singkat daripada
tiroksin.1
Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon
tiroid. Tahap pertama pembuatan hormon tiroid adalah pengangkutan iodida dari darah ke
dalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Iodida akan dipompakan secara aktif oleh membran
basal sel tiroid, kemampuan ini disebut iodide trapping. Pada keadaan normal, kelenjar tiroid
(pompa iodida) dapat memekatkan iodida 30 kali dari konsentrasinya di dalam darah. Jika
pompa menjadi sangat aktif, tingkat kepekatan dapat meningkat menjadi 250 kali lipat.
Faktor yang berperan pada kecepatan trapping adalah konsentrasi TSH (Thyroid Stimulating
Hormone). TSH merangsang pompa iodida dan hipofisektomi sangat mengurangi aktivitas
pompa iodida di sel tiroid.1,7
Retikulum endoplasma dan aparatus Golgi mensintesis dan menyekresi molekul
glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin, dengan berat molekul 335.000, ke dalam folikel.
Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70 asam amino tirosin, dan tiroglobulin merupakan
substrat utama yang bergabung dengan iodida untuk membentuk hormon tiroid. Hormon
tiroksin dan triiodotironin dibentuk dari asam amino tirosin, yang merupakan sisa bagian dari
molekul tiroglobulin selama sintesis hormon tiroid.1
Awalnya, ion yodium berbentuk nascent iodine (Io) atau I3. Bentuk ion ini harus
dioksidasi agar bisa berikatan dengan asam amino tirosin. Proses oksidasi yodium tersebut
ditingkatkan oleh enzim peroksidase dan penyertanya hidrogen peroksidase. Bila sistem
peroksidase ini terhambat, atau secara herediter tidak terdapat di dalam sel, maka kecepatan
pembentukan hormon tiroid turun sampai nol.7
Pengikatan iodium dengan molekul tiroglobulin disebut organifikasi tiroglobulin.
Iodium yang sudah teroksidasi akan berikatan langsung, meskipun sangat lambat, dengan
asam amino tirosin. Di dalam sel-sel tiroid, iodium yang teroksidasi itu berasosiasi dengan
enzim iodinase. Dengan kecepatan yang sama dengan pelpasan tiroglobulin dari aparatus
Golgi, iodium akan berikatan dengan seperenam bagian dari asam amino tirosin yang ada
pada molekul tiroglobulin.1,8
Tirosin mula-mula diiodisasi menjadi monoiodotirosin dan selanjutnya menjadi
diiodotirosin. Selama beberapa hari berikutnya, makin banyak sisa diiodotirosin yang saling
bergandengan (coupling) satu sama lainnya. Reaksi ini disebut coupling reaction. Hasil
penggabungan satu molekul monoiodotirosin dengan satu molekul diiodotirosin membentuk
3,5,3-Triiodotironin (T3). Sementara, jika dua diiodotirosin bergabung, terbentuklah
Tiroksin (T4). Sebanyak 93% tiroksin diproduksi oleh hormon tiroid, dan 7% lainnya adalah
triiodotironin. Namun, di jaringan, tiroksin akan dideionisasi menjadi triiodotironin, yakni
hormon tiroid utama yang dipakai jaringan (35 mikrogram digunakan per harinya). Kira-kira
hanya dari total hasil iodinasi tiroglobulin yang menjadi tiroksin dan triiodotironin,
selebihnya tetap menjadi diiodotirosin dan monoiodotirosin.1
Sesudah hormon tiroid disintesis, setiap molekul tiroglobulin mengandung 30 molekul
tiroksin, dan rata-rata terdapat sedikit molekul triiodotironin. Hormon tiroid disimpan di
dalam folikel dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan tubuh 2 hingga 3 bulan ke depan.
Tiroksin dan triiodotironin harus dipecah terlebih dahulu dari molekul tiroglobulin
sebelum diedarkan ke sistem sirkulasi tubuh. Awalnya, permukaan apikal sel-sel tiroid
menjulurkan pseudopodia mengelilingi sebagian kecil koloid, sehingga terbentuk vesikel
pinositik. Vesikel ini masuk ke dalam apeks sel tiroid, kemudian bergabung dengan lisosom
sel untuk mendigestikan molekul-molekul tiroglobulin menggunakan enzim protease.
Protease tersebut akan melepaskan tiroksin dan triiodotironin menjadi bentuk bebas.
Selanjutnya, kedua hormon tersebut berdifusi melalui bagian basal sel-sel tiroid ke pembuluh
kapiler di sekelilingnya.1,7
Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid
(thyroid binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding
prealbumine, TBPA). Protein plasma memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap hormon
tiroid. Akibatnya, hormon tiroid, khususnya tiroksin, sangat lambat dilepas ke jaringan.
Setiap enam hari, setengah dari jumlah tiroksin di darah dilepaskan ke jaringan, sementara
triiodotironin cukup dalam 1 hari saja. Sewaktu memasuki sel, hormon tiroid berikatan
dengan protein intrasel, tiroksin sekali lagi berikatan lebih kuat daripada triiodotironin.1,7
Hormon-hormon di atas memiliki onset yang lambat dan masa kerja yang lama.
Setelah penyuntikan dosis besar tiroksin, misalnya, efek metabolisme belum muncul dalam 2-
3 hari pertama. Namun, ketika tiroksin sudah beraktivitas, akan terjadi progresivitas yang
sangat tinggi, dan mencapai puncak hingga 10-12 hari. Aktivitas hormon kemudian akan
menurun setelah 15 hari, namun tetap bertahan selama kira-kira 1,5-2 bulan. Triiodotironin
lebih cepat berespon dibanding tirosin, dengan periode laten 6-12 jam pertama penyuntikan.
Aktivitas selular maksimum akan didapatkan pada 2-3 hari. Periode laten ini terjadi akibat
ikatan yang kuat antara hormon dengan protein intrasel.1

Gambar 2.4. Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid1

You might also like