You are on page 1of 25

TUGAS RESUME FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

OLEH

TOMI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2016
A. Pengertian, ruang lingkup, dan kegunaan filsafa pendidikan islam
1. Pengertian filsafat pendidikan islam

Abudin Nata merumuskan bahwa filsafat pendidikan islam merupakan kajian

mendalam, sistematik, radikal, dan universal mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam

kegiatan pedidikan yang didasarkan pada Alquran dan hadis sebagai sumber primer dan

pendapat para filosof muslim sebagai sumber sekunder

Definisi yang lain, filsafat pendidikan islam adalah konsep berpikir tentang pendidikan yang

bersumber atau berlandaskan ajaran agama islam, tentang hakikat kemampuan manusia

dalam mengembangkan potensinya sebagai individu yang dijiwai oleh ajaran-ajaran islam1

Kemudian pengertian filsafat pendidikan islam dari beberapa orang lain seperti :

a. John dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan

dasar yang fundamental, baik menyangkut daya piker (intekektual) maupun daya

perasaan(emosional), menuju karah tabiat manusia dan manusia biasa. Dari itu maka

filsafat pendidikan dapat juga diartikan sebagai teori umum pedidikan


John dewey juga memandang bahwa ada hubundan yang erat antara filsafat dengan

pendidikan.Menurut Thomson , filsafat berarti melihat seluruh masalah tanpa ada

batas atau implikasinya, ia melihat tujuan-tujuannya tidan hanya melihat metodenya

atau alat-alatnya serta meneliti dengan seksama hal-hal yang diseut kemudian dalam

kaitan arti dengan yang terdahulu. Jadi disini, filsafat dipandang sebagai suatu bentuk

pemikiran yang konsekuen, tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang harus

diungkap secara menyeluruh dan bulat


b. Van cleve morris menyatakan, secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan

adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat social semata untuk

mengalikan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga

1 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2013,hal.2-5


menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan

mencapai hari depan yang lebih baik


c. Brubacher, ahli filsafat pendidikan amerika berpendapat bahwa ada pendapat bahwa

tidak ada filsafat pendidikan sama sekali. Oleh karena itu jelaslah pendidikan itu

adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena itu ada

kaitan dengan pendidikan, filsfat diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala

tingkat2
Filsafat pendidikan merupakan peranan suatu analisis terhadap masalah-masalah yang

ada dalam dunia pedidikan. Sedangkan filsafat pendidikan isalam merupakan kajian

filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang

didasarkan pada ajaran Alquran dan al hadis sebagai sunber primer, dan pendapat para

ahli, dan khususnya para filosof muslim sebagai sumber sekunder. Secara singkat

dapat dikatakan filsafat pendidikan islam adalah filsafat pendidikan islam yang

didasarkan pada ajaran islam atau filsafat yang dijiwai oleh islam3
2. Ruang lingkup filsafat pendidikan islam

Ada tiga pokok yang menjadi bahasan filsafat ilmu pada umumnya, yakni tentang

ontology yang berbicara tentang wujud ataukan berorientasi pada pertanyaan apa,

epistimologi yang berbicara tentang sumber atau prosedur atau berorientasi pada pertanyaan

untuk apa dalam artian nilai. Demikian halnya dengan filsafat pendidikan islam sebagai

filsafat terapan mempunyai objek yang menjadi wilayah kajian atau ontology dari filsafat

pendidikan itu sendiri

Ruang lingkup dari filsafat pendidikan islam menurut Hasan Langgulung, dalam

bidang ontology, yang dikaji dalam filsafat pendidikan islam adalah manusia dan masyarakat

2 Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan islam,2010, hal 3-5

3 M. Arifin, filsafat pendidikan islam, 2010, hal. 5-8


apa yang ingin dicapai oleh pendidikan dalam artian tujuan pendidikan itu sendiri yang

membedakan dengan pemikiran pada madzhab-madzhab pendidikan yang lainnya.

Menurut Abudin Nata bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah masalah

masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, sperti tujuan, kurikulum, metode, serta

lingkungan pendidikan. Namun dari Muzayyin Arifin memeberikan penekanan bahwa yang

menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah pemikiran mengenai konsep-konsep; tujuan

pendidikan, kurikulum pendidikan, pendidik,peserta didik , metode, lingkungan pendidikan

dan kondisi masyarakat dunia4

3. Kgunaan filsafat pendidikan islam

Menurut Omar Mohammad al-Taumy al-syaibani, Bahwa filsafat pendidikan islam

harus mampu memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan islam berupa:

a. Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk

pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan


b. Memeberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus
c. Menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh
d. Memeberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidika untuk

menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaba

dari setiap permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan


e. Memberikan pendalaman pendalanman pemikiran tentang pendidikan dan

hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan

berbagai kehidupan lainnya5


B. Ontologi, Epistimologi, Aksiologi filsafat pendidikan islam
1. Ontologi pendidikan islam
Ontologi berasal dari kata ontos yang berarti sesuatu yang berwujud, ontologi:

teori atau ilmu tentang hakikat yang ada. Argumen ontologi pertama kali dipelopori

4 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2013,hal.5-6

5 Abdul Azis, Filsafat Pendidikan islam , 2009, hal 27


oleh Plato (428-348 SM) dengan teori ideanya, menurutnya tiap-tiap yang ada dalam

alam mesti ada ideanya6


Ontologi merupakan pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta, dari

mana dan kerah mana proses kejadiannya. Pemikiran akhirnya akan menentukan

suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu

Zat(monoisme) ataukah dua zat(dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah

kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan ataukah roh. Bila mana

kekuatan it bersifat kebendaan, paham ini disebut materialisme dan bila bersifat roh,

paham ini disebut spiritualisme (serta roh)7


Ontologi pada hakikatnya membahas tentan teori ada yaitu tentang apa yang

dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Dengan demikian, pendidikan islam

sebagai ilmu menyangkut objek yang dijadikan kajian yang sangat serius dalam

disiplin ilmu pendidikan islam. Merujuk kepada terminologi oleh Omar Mohammad

al-taomi al-syaibani mengisyaratkan bahwa individu manusian sebagai inti terdalam

dari pendidikan islam


Berdasarkan pada beberapa argumen diatas, maka yang menjadi titik fokus

ontologi pendidikan islam adalah:


a. Objek formal, yaitu upaya normatif yang dapat menunjang perkembangan

peserta didik, baik dari segi makhluk individu, maupun sosial menuju

tercapainya kepribadian hidup yang baik


b. Objek kajian atau penelitian adalam wilayah kajian pendidikan islam

bermuara pada emapt problem pokok yaitu foundation problems (masalah-

masalah pondasi-filosofis), structural problems (masalah-masalah

operasional) dan historical problems (masalah historis/kesejarahan)

6 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.80-81

7 Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan islam,2010, hal 7


c. Lingkungan penyelenggara yang mencakup: lingkungan keluarga,

sekolah/madrasah, pondok pesantren, masyarakat, masjid, dan pendidikan

formal, non formal, dan informal8


2. Epistimologi pendidikan islam
Epistimologi yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan

manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme) atau dari pengenalan

panca indera (aliran empirisme) atau dari ide-ide (aliran idealisme) atau dari tuhan

(aliran teologisme). Juga pemikiran tentang viliditas pengetahuan manusia, artinya

sampai dimana kebenaran pengetahuan kita 9


Dagobert D. Runes dalam Dictionary of epistimology, sebagaimana yang

dikutip oleh Mujamil Qomar mendefinisikan epistimologi sebagai cabang filsafat

yang membahas tentang sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan

sedangkan menurut M. Arifin, merinci ruang lingkup epistimologi yang meliputi

hakikat, sumber, dan validitas pengetahuan


Dengan demikian, cakupan epistimologi meliputi upaya, cara, langkah-

langkah ataupun metode untuk mendapatkan sesuatu pengetahuan yang valid. Dengan

kata lain, epistimologi berarti bagaimana mendapatkan suatu pengetahuan dari obyek

yang dipikirkan. Tidak hanya itu, menurut beberapa ahli bahwa epistimologi tidak

hanya membahas asal-usul bahkan unsur, ragam, sasaran, batasan serta metode.10
3. Aksiologi pendidikan islam
Aksiologi yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasu nilai-nilai

tinggi dari tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).

Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau higher values of

life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf lebih tinggi)

8 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.80-81

9 Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan islam,1996, hal 7

10 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.86


Aksiologi merupakan teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat,

kegunaan maupun fungsi dari suatu obyek. Dengan demikian, aksiologi pendidiakn

isla, merupakan teori tentang nilai atau menfaat atau fungsi pendidikan islam sebagai

disiplin ilmu
Secara aksiologi, pembentukan pribadi muslim yang utuh, menjadi misi dalam

sistem pendidiikan islam, bahkan secara normatif, tujuan tersebut mendapat

pengabsahan dari perspektif hadis nabi, dimana dinyatakan bahwa keberadaan

pengutusan Muhammad adalah li utammiin makarim al-akhlaq (untuk

meyempurnakan akhlak)

C. Aliran-aliran dalam filsafat pendidikan


1. Progressivisme
Meskipun pragsitisme-progressivisme sebagai aliran pikiran baru muncul

dengan jelas pada pertengahan abad ke 19, akan tetapi garis perkembangannya

dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman yunani purba. Misalnya

Heraclitus (544-484) Socrates (469-399), Protagoras (480-410), dan aristoteles

mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsure-unsur yang ikut

menyebabkan terjadinya sikap jiwa yang disebut pragmatism-progressivisme,

Heraclitus mengemukakan, bahwa sifat yang terutama dari realita ialah

perubahan, tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah,

kecuali atas perubahan itu sendiri. Socrates berusaha untuk mempersatukan

epistimologi dengan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci

intelek, dan pengetahuan yang tidak menjadi pedoman bagi manusia untuk

melakukan kebijakan (perbuatan yang baik). Ia percaya bahwa manusia sanggup

melakukan yang baik. Protagoras seorang sophis, mengajaarkan bahwa kebenaran

dan norma atau nilai (value) tidak bersifat mutlak, melainkan relative, yang
bergantung pada waktu dan tetmpat. Arostoteles menyarankan moderasi dan

kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan11


2. Esensialisme
Dalam perspektif pendidikan, pengertian esensial berkait dengan pendidikan

sebagai pemeliharaan kebudayaan. Aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan

lama karena kebudayaan tersebut telah membuktikan kebalikannya dengan

kehidupan manusia 12
Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan cirri utamanya yang

berbeda dengan proggressivisme perbedaan ini terutama dalam memberikan

dasarberpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka

untuk perubaahan, toleran dan tidak ada keterikatan dengan doktrin tertentu. Bagi

esensealisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah

dan kurang terarah. Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus

berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga

memeberikan kestabilam dan arah yang jelas.13


Esensialisme berpandangan bahwa tugas pendidikan adalah melestarikan

warisan nilai dan budaya Indonesia termasuk didalamnua agama. Esensialisme

memandang bahwa nilai pendidikan harus bertumpu pada nilai-nilai yang jelas

dan tahan lama sehingga memeberikan kestabilam dan arah yang jelas. Niali-nilai

humanism yang dipegangi oleh esensialisme dijadikan tumpuan hidup untuk

menentukan kehidupan yang materialistis, sekuler, dan scientific, yang gersang

dari nilai-nilai kemanusiaan. Jadi esensialisme lebih dekat kepada pelestarian

danpewarisan nilai-nilai budaya14


3. Perenealisme

11 Zuhairini, dkk. filsafat pendidikan islam, 2004. Hal 22-23

12 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.245-246

13 Zuhairini, dkk. filsafat pendidikan islam, 2004. Hal 25


Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam oxford advanced leaners

dictionary of current English diartikan sebagai continuing throughout the whole

year atau lasting for a very long time abadi atau kekal. Dari makna yang

terkandung dalam kata itu, aliran perennalisme mengandung kepercayaan filsafat

yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi15
Perenealisme adalah aliran dalam filsafat pendidikan yang bersifat regresif.

Aliran ini berusaha memecahkan dan menjelaskan persoalan dewasa ini dengan

terjun kealam intelektual yang kesempurnaan aksiomatis tidak terikat waktu.

Mereka mengajak kembali ke prinsip-prinsip aksiomatis kebudayaan yang telah

lewat yakni kebudayaan yunani-romawi dan abad tengah. Perenialisme berusaha

meletakkan dasar dan asas pendiri yang serba mutlak dan serba pasti16
4. Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang lahir setelah

perang dunia II. Aliran ini awalnya berkembang dieropa yang kemudian menyebar

ke Amerika. Kata eksistensialisme berasal dari kata latin exitere dari ex yang

berarti keluar, sitere yang berarti membuat berdiri. Artinya apa yang ada dan yang

memiliki aktualitas, atau apa saja yang dialami. Konsep ini memekankam bahwa

sesuatu itu ada.17


Sebagai aliran filsafat eksisstensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi.

Paham eksistensisalisme secara radikal mengahadapkan manusia pada dirinya

sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya,

yaitu: filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral. Maka,

14 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.246

15 Zuhairini, dkk. filsafat pendidikan islam, 2004. Hal 27

16 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.248

17 Prof. Dr. H. Nasir A baki. Filsafat pendidikan islam, 2103,hal.246


disini letak kesuitan merumuskan pengertian eksistensialisme sebagai aliran

filsafat. Bahkan para filosof esksistensialis sendiri tidak memperoleh perumusan

yang sama tentang eksistensialisme itu perdefinisi18


D. Pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia, masyarakat dan lingkungan
Manusia menurut Islam dilahirkan dengan potensi dan bakat
yang di bawanya sejak lahir secara fitrah. Fitrah yang berarti
manusia membawa sifat dasar kebaikan, keimanan, dan potensi
dasar tauhid yang kemudian menjadi perilakunya di kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, manusia sebenarnya terus memerlukan
pengayoman spritual, agar tidak tercabut dari watak keimanannya.
1. Proses Penciptaan Manusia

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, tinggi


derajatnya serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dilihat dari
proses penciptaanya manusia dalam pandangan Al-Quran
diciptakan disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama, Adam
as diciptakan dari At-tiin (tanah), Al-turob (tanah debu), Min shal
(tanah liat), Min hamain masnun (tanah lumpur yang hitam.

Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi


yang dapat dipahami sains-empirik. Didalam proses ini, manusia
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nutfah) yang
tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nutfah itu
dijadikan darah beku (Alaqoh) yang mengantung dalam rahim.
Darah beku tersebut kemudian dijadikannya segumpal danging
(mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang (idzom)
lalu kepadanya ditiupkan ruh. Selaras dengan Al-Quran surat Al-
Mukminun ayat 12 samapai 14 yaitu :







18 Zuhairini, dkk. filsafat pendidikan islam, 2004. Hal 30




Artinya Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari


suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian
kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. (QS.Al Muminun. 23:12-14)

2. Kedudukan Manusia
Kesatuan wujud manusia antara badan dan ruh serta didukung
oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia
sebagai ahsan at-taqwin dan merupakan manusia pada posisi
yang strategis yaitu: Hamba Allah (abd Allah) dan Khalifah Allah
(khalifah fi al-ardh)
a. Manusia Sebagai Hamba Allah (abd Allah)
Jin dan manusia diciptakan melainkan hanya untuk beribadah
kepada allah. Maka dalam hal ini manusia berkedudukan sebagai
hamba yang wajib mentaati seluruh perintah-Nya, sebaliknya
manusia juga harus menjauhi seluruh larangan-Nya,
b. Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh.
Manusia adalah wakil Allah dibumi yang merupakan pelaksana
dari kekuasaan dan kehendak Allah
Namun masih ada juga kedudukan Manusia yang terdapat dalam
al quran diantaranya :
a. Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al-Jumuah:
10; Al-Baqarah: 60).
b. Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al-Anam:168).
c. Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At-Tin:4,
Al-Isra:70).
3. Manusia Dalam Islam
Menurut Al Quran, Manusia adalah Mahluk ciptaan Tuhan.
Manusia berasal dan datang dari Tuhan. Al Quran menyatakan
bahwa manusia itu mempunyai unsure Jasmani (material).
Sebagaimana diisyaratkan dalam Al Qurann :







Artinya Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan(QS : Al Qashash:
77).
Di dalam surat Al Araf Ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa makan
dan minum bagi manusia adalah suatu keharusan. Ini suatu indikasi
bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani. Pentingnya unsure jasmani
dalam islam terlihat juga di dalam Al Quran surat Al Baqarah 57,60,168 ;
Begitu juga di dalam surat al Araf 31-32. Kesimpulannya Adalah unsur
jasmani merupakan salah satu esensi(hakikat) manusia.
Akal Adalah salah satu aspek penting dalam hakekat manusia. Ini
dielaskan dalam banyak tempat didalam Al Quran . akal adalah alat untuk
berfikir. Jadi, salalh satu hakekat manusia ialah ia ingin, ia mampu, ia
berfikir.
Aspek lainnya ialah ruh atau ruhani. Penjelasan al Quran tentang
aspek ini terdapat di dalam al Quran antara lain dalam surat al Hijr ayat
29. Ayat yang sama terdapat dalam surat shad ayat 72. Ayat-ayat ini
menjelaskan bahwa manusia memiliki ruh. Dan ruh itu adalah unsure
hakiki pada manusia.
QS: AL Hijr :29



Artinya Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan
Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud[796].

[796] dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi


sebagai penghormatan.

QS: Shaad : 72



Artinya Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur
dengan bersujud kepadanya".
a. Manusia di diberikan Oleh Allah kelebihan[5]. Kelebihan manusia adalah :
1) Dijadikan Allah sebagai khalifah(wakil)dibumi(surat 2:3; surat 6:122) ;
2) Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh mahluk lain
(surat :17:70) ;
3) Diberi alat indera atau akal (suat 17:78 ; dan surat 30:8);
4) Tempat tinggal yang baik dibandingkan dengan mahluk lain dan diberi
rezeki( surat 70;10);
5) Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan ;
6) Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (surat 53:79);

b. Adapun kelemahan manusia[6] ialah sebagai berikut :


1) Manusia adalah mahluk yang lemah (surat 4 :28)
2) Manusia memiliki kecendrungan nakal ;
3) Manusia itu sombong, tidak mau berterimakasih, dan mudah putus asa
4) Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri;
5) Manusia itu senang membantah (QS. 16:4; QS. 18:54);
6) Manusia itu bersifat tergesa-gesa;
7) Manusia itu pelit;
8) Manusia itu adalah suka mengeluh;
9) Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat maksiat terus
menerus dan bertindak malampaui batas (surat 75:5)

2.2.Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat


Masyarakat adalah sekumpulan manusia atau sekumpulan dari
beberapa keluarga yang hidup dilingkungan tertentu. Jika kita berbicara
tentang masyarakat yang berkaitan dengan sudut pandang islam maka
pembahasan kita tidak keluar dari bidang pendidikan islam atau falsafah
pendidikan islam. Masyarakat merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi pendidikan, disamping masyarakat itu tempat kembalinya
out-put pendidikan. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat, bahwa
kerja-kerja pendidikan lebih bersifat sosial dan merubah serta memajukan
masyarakat merupakan tujuan yang paling menonjol bagi pendidikan
islam. Disamping itu pendidikan adalah wadah atau tempat mencetak
generasi mudah, yang pada akhirnya generasi mudah itu menjadi
berkualitas, dan dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Disamping hal diatas, Perlu diungkapkan pula pendapat beberapa
ahli tentang masyarakat sebagai Berikut[7] :
a. Menurut Selo Sumardjan Masyarakat Adalah Orang-orang yang hidup
bersama menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut Karl Mark Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
c. Menurut Emile Durkheim Masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif (mandiri, hidup Bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu, Mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan kelompok/kumpulan manusia
tersebut.
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat
tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesame
untuk mencapai tujuan. Anggota masyarakat terdiri berbagai ragam
pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, agama, maupun lapisan social
sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Secara langsung dan tidak
langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin komunikasi,
mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi dalam rangka
mencapai tujuan.
Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Lingkungan
A. Manusia Dan Alam
Sejak kelahiran manusia, muncul jenis-jenis baru tumbuhan dan
hewam yang telah disediakan untuk leingkungan hidup manusia agar
sejahtera hidupnya. Lingkungan itu perlu diolah dan dimanfaatkan
manusia sebaik-baiknya, supaya sesuai dengan maksud Allah
menciptakan manusia dimuka bumi ini sebagai khalifah. Kita harus
mencintai lingkungan, artinya memperlakukan bermacam ragam benda,
baik biotik (yang dapat diperbaharui) maupun abiotik (yang tidak dapat
diperbaharui), agar lingkungan hidup dapat berfungsi dan dapat untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir dan batin. Bumi dan isinya
adalah bahan mentah yang harus diolah dan dilestarikan manusia agar
bumi dan isinya selalu terlestarikan dan terolah secara baik, Allah SWT
berfirman:



[10]
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di
muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur (Q.S Al-Araff: 10)
B. Memanfaatkan Lingkungan
Manusia terhadap ligkungannya sangatlah dominan selaku subjek
penentu, yang dapat menentukan apakah lingkungan itu dapat
bermanfaat atau tidak. Namun manusia tentulah sangat mengiginkan
kehidupannya selalu bermanfaat. Pemanfaatan alam sebesar-besarnya
bagi kehidupan dan kesejahteraannya harus di sertai upayamenjaga
keseimbangan ekologi dan mempertahankan kelestariannya. Akal
manusia terus berkembang, dan manusia terus memahami alam. Secara
berangsur dengan akal pikirannya, manusia berhasil menggali hukum
alam yang mencerminkan kekuasaan dan kebesaran penciptanya, Allah
swt. Akan tetapi manusia selalu mencari rahasia alam, sehingga manusia
menemukan alat-alat untuk melestarikan alam dengan praktis tanpa
menegeluarkan otot atau tenaga yang ekstra. Dengan penemuannya,
pengguanaan energi baru maka kehidupan ekonomi masyarakat dan
tingkat reproduksi pertanian semakin meningkat.seharusnya sikap
manusia terhadap lingkungan bersifat akti memanfaatkannya seperti
tanah, air dan udara.
E. Pendekatan dalam kajian filsafat pendidikan islam
1. Pengertian Pendekatan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah (1). Proses perbuatan,
cara mendekati, (2) Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang
masalah penelitian.19 Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan
approach dalam bahasa Arab disebut dengan madkhal;.
Pendekatan (approach) adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu.20 Atau juga mengandung
pengertian suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah
studi atau penelitian.
Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena
tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan
langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau
penelitian itu sendiri.21
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode dan teknik.
Karena teknik yang bersifat implementasional dalam pengajaran tidak
terlepas dari metode apa yang digunakan.
F. Pendekatan dalam kajian filsafat pendidikan islam
2. Pengertian Pendekatan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah (1) Proses perbuatan,
cara mendekati, (2) Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang
masalah penelitian.. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan
approach dalam bahasa Arab disebut dengan madkhal;.
Pendekatan (approach) adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu. Atau juga mengandung pengertian

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :


Balai Pustaka, 1995), h. 652.

20 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2004),


h. 28.

21 Jamali Sahrodi,Metodologi Studi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 64.


suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah studi atau
penelitian.
Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena
tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan
langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau
penelitian itu sendiri.
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode dan teknik.
Karena teknik yang bersifat implementasional dalam pengajaran tidak
terlepas dari metode apa yang digunakan.

3. Pendekatan dalam Kajian Filsafat Pendidikan Islam


Hampir seluruh disiplin keilmuan dalam memberikan atau dalam proses belajar
mengajarnya menggunakan metode bagaimana suatu penyelidikan filsafat dilakukan dari
sudut pandang serta obyek material apa yang akan diselidiki akan menentukan metode
apa yang akan dan cocok dipakai. Tepat dan tidaknya metode yang dipergunakan akan
menentukan kebersilan penyelidikan kefilsafatan tersebut

Berkaitan dengan itu, maka menurut Jalaluddin dan Usman Said adalah pada garis
besarnya ada dua metode pokok dalam mempelajari Filsafat Pendidikan Islam.
1. Pendekatan terhadap Wahyu.
2. Pendekatan terhadap Sejarah.
Pendekatan wahyu merupakan pendekatan dalam mengkaji konsep-konsep wahyu
secara filosofis dan analisis, sedangkan pendekatan sejarah dilakukan melalui pengkajian
hasil pemikiran ulama (cendekiawan) Islam dimasa silam.
Beberapa metode pendekatan pengembangan filsafat pendidikan
Islam yaitu:
1 Pendekatan Normatif
Pendekatan Normatif dimaksudkan adalah mencari dan
menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata, dalam filsafat
Islam bisa disebut sebagai pendekatan syariah, yaitu mencari
ketentuan dan menetapkan ketentuan tentang apa boleh dan yang
tidak boleh menurut syariat Islam.
Dengan melakukan pendekatan normatif, maka berusaha
memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam kehidupan
manusia dan proses pendidikan, dan bagaimana hubungan norma-
norma tersebut dengan pendidikan dengan demikian akan dapat
dirumuskan petunjuk-petunjuk kearah usaha pendidikan di
arahkan.
2 Pendekatan Historis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengambil pelajaran dari
peristiwa dan kejadian masa lalu. Pendekatan historis digunakan
dalam filsafat pendidikan Islam dengan cara mengadopsi metode
yang digunakan dalam penelitian sejarah Islam. Maksud
pendekatan ini adalah bahwa filsafat pendidikan Islam dikaji
berdasarkan urutan dan rentang waktu yang terjadi dimasa
lampau. Histori atau sejarah memang berhubungan dengan
peristiwa masa lampau, namun peristiwa masa lalu tersebut hanya
berarti dapat dipahami dari sudut tinjau masa kini dan ahli sejarah
dapat memahami peristiwa masa lalu tersebut.
Pendekatan historis dalam pendidikan berkenaan dengan
penggambaran apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan
selama kurun waktu tertentu.
3 Pendekatan Bahasa (Linguistik)
Pendekatan bahasa yang digunakan dalam studi filsafat
pendidikan Islam biasanya menekankan pada dua kategori , yaitu
analisis bahasa dan analisis konsep. Analisis bahasa adalah suatu
usaha mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-
pendapat mengenai makna yang dimilikinya. Atau dengan kata lain
analisa bahasa digunakan untuk mengetahui arti yang
sesungguhnya dari sesuatu. Analisis bahasa dalam pendekatan
bahasa akan memfokuskan sumber-sumber tertulis sebagai
sumber pengambilan data. Tanpa adanya analisa bahasa akan sulit
bagi kita untuk mencerna maksud dan tujuan dari teori-teori
ataupun pemikiran-pemikiran filsuf sebelum kita. Dengan kejahilan
kita terhadap pemikiran-pemikiran filsuf tersebut maka akan sulit
juga bagi kita untuk mencari dan mnerapkan teori-teori mereka
dalam pendidikan kita
Adapun analisis konsep digunakan untuk menganalisis istilah-
istilah atau kata-kata yang mewakili gagasan atau konsep. Definisi
merupakan suatu yang diperlukan dalam menganlisis konsep.
4 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang mencoba
memahami filsafat pendidikan Islam dalam konteks sosial, politik,
budaya dimana pendidikan Islam itu berada. Pendekatan
kontekstual lebih mengarah kepada situasi dan kondisi sosiologis
antropologis. Pendekatan ini pada intinya mempertanyakan apakah
proses pendidikan yang dilaksanakan secara sosiologis
antropologis itu sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara filosofis ataukah tidak? Atau sebaliknya apakah
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan itu sesuai dengan
tuntutan masyarakat secara antropologis di lapangan atau tidak?
Masyarakat ingin menciptakan perkembangan lebaih baik
daripada kondisi-kondisi yang telah ada sebelumnya.
5 Pendekatan Filsafat Tradisional
Pendekatan ini adalah bahwa filsafat pendidikan itu berupaya
mengkaji sistem-sistem atau aliran-aliran yang ada didalamnya.
Filsafat tradisional adalah filsafat yang terdapat dalam sistem,
jenis, dan aliran filsafat. Jadi sebuah studi filsafat pendidikan Islam
dengan pendekatan ini senantiasa mengungkapkan aliran atau
sistem filsafat dalam filsafat pendidikan Islam. Berbagai aliran
filsafat, mulai dari yang tradisional, modern sampai yang
kontemporer, dicarikan pemikiran-pemikirannya yang berkenaan
dengan dunia pendidikan.
6 Pendekatan Filsafat Kritis
Pendekatan filsafat kritis lebih bersifat keilmuan terbuka dan
dinamis, yang berbeda dengan aliran-aliran filsafat yang ideologis.
Pendekatan ini memiliki tiga ciri utama, yaitu:
a. Kajian filsafat selalu terarah pada perumusan ide-ide dasar
terhadap objek persoalan yang sedang dikaji
b. Perumusan ide-ide dasar itu dapat menciptakan berfikir kritis
c. Kajian filsafat dapat membentuk mentalitas dan kepribadian
yang mengutamakan kebebasan intelektual, sehingga terbebas
dari dogmatis dan fanatisme.
7 Pendekatan Hermeneutik
Hermeneutika dipandang sebagai cara yang paling tepat untuk
menafsirakan dan menjelaskan makana-makna dari wacana lisan
dan bahasa gerak dalam ritual yang dipadang sebagai
sesuatu yang paling menentukan terhadap makna dan
signifikasinya. Tugas hermeneutika adalah bagaimaan manafsirkan
sebuah teks klasifk atau teks asing sehingga menjadi milik kita
yang hidup di zaman dan tempat serta suasana budaya yang
berbeda.
Jadi maksud penggunaan pendekatan hermeneutika dalam studi
filsafat pendidikan Islam adalah menginterpretasikan sebuah teks
yang berbicara mengenai pendidikan. Teks tersebut dipahami
berdasarkan konteksnya, mengapa ia muncul dan dalam situasi
apa ia lahir. Dengan pendekatan ini, pemahaman akan sebuah teks
dapat menghasilkan makan baru, yang berbeda dengan
pendekatan normatif.
8 Pendekatan Perbandingan
Pendekatan perbandingan dalam studi filsafat pendidikan Islam
digunakan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari dua buah
pemikiran filsafat pendidikan Islam yang berbeda. Juga bermaksud
mengeksplorasi aspek-aspek persamaan dan perbedaan dari
keduanya. Dengan pendekatan perbandingan ini diharapkan
konseptualisasi pemikiran filsafat pendidikan Islam yang
merupakan sintesis dari dua pemikiran yang berbeda tersebut.

Demikian beberapa pendekatan di atas yang mungkin digunakan


dalam memecahkan problematika pendidikan dikalangan umat islam.
Adapun pendekatan mana yang kiranya efektif dan efisien tentunya
tergantung pada sifat, bentuk dan ciri khusus problema yang dihadapi.
Yang jelas bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia yang
menurut ajaran islam adalah merupakan khalifah Allah yang memilki
potensi-potensi manusiawi, maka pendekatan filsafat pendidikan islam
haruslah pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi
manusia.

G. Konsep filosofis tentang tentang arti, prinsip, dasar, dan tujuan


pendidikan islam
1. Arti pendidikan islam
Komponen pendidikan yang menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pendidikan adalah
bagaimana memaknai hakikat pendidikan itu sendiri. Ahmad Tafsir (2006) menyatakan
bahwa orang Yunani (600 SM) telah mengatakan bahwa pendidikan adalah
usaha mambantu manusia menjadi manusia. Pengertian ini sesungguhnya masih sangat
relevan hingga saat ini. Juga sangat relevan dengan konsep Al-Quran.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli dari Barat mengenai pendidikan dalam
arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan? A. Yunus (1999:7) mengemukakan
beberapa definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :

a) Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup;
b) H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia;
c) Frederick J. Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk
merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan
atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang; dan
d) M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan
anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung
2. Prinsip pendidikan islam
Pada bagian terdahulu dijelaskan tentang prinsip-prinsip pendidikan

secara teoritis filosofis yang kemudian bisa ditarik bahwa prinsip-prinsip

pendidikan itu sebagaimana dikemukakan Abudin Nata dalam bukunya

Ilmu Pendidikan Islam:


a. Prinsip integrasi (tauhid)

Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah bahwa dunia ini

merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu

mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat


dihindari agar masa kehidupan ini benar-benar bermanfaat untuk bekal

diakhirat. Perilaku yang terididik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat

dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan-kelayakan

itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Pada surat Al-

Qashash:77 Allah SWT berfirman:Dan carilah pada apa yang telah

dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan

janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan

duniawi...(QS.Al-Qashash:77), ayat ini menunjukkan bahwa pendidikan

akan meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai keseimbangan

dunia dan akhirat.

b. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam

pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada kepincangan dan

kesenjangan. Keseimbangan ini diartikan sebagai keseimbangan antara

berbagai aspek kehidupan. Keseimbangan antara material dan spritual,

unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat al-Quran Allah menyebutkan

iman dan amal secara bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh

ayat yang menyebutkan iman dan amal secara bersamaan, secara implisit

menggambarkan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Diantaranya

adalah QS.Al-Ashr:1-3Demi masa sesungguhnya manausia dalam

kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh.


c. Prinsip kesetaraan
Prinsip ini menekankan agar di dalam pendidikan Islam tidak

terdapat ketidakadilan perlakuan, atau diskriminasi. Tanpa membedakan

suku, ras, jenis kelamin, status sosial, latar belakang, dsb. Karena manusia

diciptakan oleh tuhan yang sama yaitu Allah SWT.


d. Prinsip Pembaharuan
Prinsip pembaharuan merupakan perubahan baru dan kualitatif yang

berbeda dari hal sebelumnya. Serta diupayakan untuk meningkatkan

kemampuan guna mencapai tujuan tertentu pendidikan. Menurut

H.M,Arifin dalam proses pembaharuan umat Islam harus mampu

menciptakan model-model pendidikan yang dapat menyentuh beberapa

aspek, yaitu yang mampu mengembangkan agent of technology and

culture.
e. Prinsip Demokrasi
Berasal dari kata demos; rakyat, cratein: pemerintah, prinsip ini

mengidealkan adanya partisipasi dan inisiatif yang penuh dari

masyarakat. Segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pendidikan seperti

sarana prasarana, infrastruktur, administrasi, penggunaan sarjana dan

sumber daya manusia lainnya hanya akan diperoleh dari masyarakat.

Prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat ini sejalan dengan undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan

merupakan tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat.


f. Prinsip kesinambungan
Prinsip yang saling menghubungkan antara berbagai tingkat dan

program pendidikan
g. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
Prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar

manusia dalam kaitan keterbataan manusia di mana manusia dalam

sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan

yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri kejurang kehinaan. Dalam hal

ini dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui

dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang dilakukan, di samping selalu

memperbaiki kualitas dirinya, sebagaimana firman Allah:Maka siapa


yang bertaubat sesudah kezhaliman dan memperbaiki dirinya maka Allah

menerima tubatnya...(QS.Al-Maidah:39).
Dari prinsip-prinsip tersebut bisa ditambahkan lagi dengan prinsip

persamaan yang berakar dari konsep dasar tentang manusia yang

mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik anatar

jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa maupun suku, ras, atau warna

kulit. dan prinsip keutamaan ditegaskan bahwa pendidikan bukanlah

hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh

di mana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-

keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nilai moral

yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling buruk

dan rendah adalah syirik. Sehingga dengan prinsip ini pendidik bukan

hanya bertugas menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi

lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan

keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut.


4. Dasar pendidikan islam
Menurut John Dewey, tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan
dalam dua kategori, yaitu means dan ends. Means merupakan tujuan
yang berfungsi sebagai alat yang dapat mencapai ends. Means adalah
tujuan antara, sedangkan ends adalah tujuan akhir. Dengan kedua
kategori tersebut, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria, yaitu:
pertama: tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih
baik daripada kondisi yang sudah ada; kedua: tujuan harus fleksibel,
yang dapat desesuaikan dengan keadaan; ketiga: tujuan itu harus
mewakili kebebasan aktivitas. Pada akhirnya setiap tujuan harus
mengandung nilai yang dirumuskan melalui observasi, pilihan dan
perencanaan yang dilakukan dari waktu ke waktu.
Sementara itu, Mahmud al-Sayyid Sultan dalam Mafahim
Tarbawiyyah al-Islam menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dalam
islam haruslah memenuhi beberapa karakteristik, seperti kejelasan,
keumuman, universal, integral, rasional, aktual, ideal dan mencakup
kangkauan untuk masa yang panjang. Dengan karakteristik tersebut,
tujuan pendidikan islam mencakup aspek kognitif (fikriyyah
marafiyyah), afektif (khuluqiyyah), psikomotorik (jihadiyyah), spiritual
(ruhiyyah), dan sosial kemasyarakatan (ijtimaiyyah).
Laporan hasil Word Conference on Muslim Education yang
pertama di Makkah pada tanggal 31 Maret 08 April 1977
menyebutkan bahwa pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan
pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui
latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan
tubuh manusia. Oleh katena itu, pendidikan seharusnya menyediakan
jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual,
intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, linguistic baik secara individual
maupun secara kolektif, dan memotivasi semua aspek tersebut guna
mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan islam
terletak pada relisasi penyerahan mutlak kepada Allah pada tingkat
individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.

You might also like