You are on page 1of 8

ALCHEMY, Vol. 3 No.

1 Maret 2014, hal 93 - 100

FERMENTASI TETES TEBU DARI PABRIK GULA PAGOTAN MADIUN


MENGGUNAKAN Saccharomyces cerevisiae UNTUK MENGHASILKAN
BIOETANOL DENGAN VARIASI pH DAN LAMA FERMENTASI

Fitri Hartina, Akyunul Jannah, Anik Maunatin

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
Cane molasses is a sugar processing waste that contains high sugar concentration so it is very potential
used as fermentation media. Fermentation of cane molasses to produce bioethanol becomes an alternative to
decrease of waste and sufficient fuel that increase every years. The purpose of this study is to know the influence
of pH and fermentation period towards bioethanol production from cane molasses by fermentation process used
Saccharomyces cerevisiae. The sequence of this research were fermentation process and separation of bioethanol
from the media. Fermentation process was achieved with two variations i.e pH (pH 4, 4,5, and 5) and
fermentation period variations (3, 4, 5, and 6 days). Bioethanol separated from fermentation media used
fractional distillation and pure bioethanol concentration can be measured by gas cromatography. The data
obtained was analyzed using ANOVA and will be tested by LSD (Least Significant Difference) 5 %. The
highest concentration of bioethanol was 7,76 %, yield value was 89,89 %, and efficiency value was 78,62 %.
The result of ANOVA (=5 %) test showed the treatment of pH and fermentation period effect bioethanol
concentration was produced. The LSD test showed the treatments pH 5 and 6 days fermentation period given
concentration of bioethanol 7,76 %, efficiency value 78,62 % and residual sugar 5,52 % was the significant
different of treatments.

Keywords: Cane Molasses, Saccharomyces cerevisiae, pH, Fermentation Period, and Bioethanol

Abstrak
Tetes tebu merupakan limbah pengolahan gula yang mengandung gula cukup tinggi sehingga sangat
potensial dimanfaatkan sebagai media fermentasi. Fermentasi tetes tebu untuk menghasilkan bioetanol menjadi
salah satu upaya megurangi jumlah limbah dan memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH dan lama fermentasi
terhadap produksi bioetanol dari tetes tebu (molase) dengan cara fermentasi menggunakan Saccharomyces
cerevisiae. Penelitian ini meliputi proses fermentasi dan pemisahan bioetanol dari media fermentasi. Proses
fermentasi dilakukan dengan variasi pH 4, 4,5, dan 5, sedangkan variasi lama fermentasi dilakukan selama 3, 4,
5, dan 6 hari. Bioetanol hasil fermentasi dipisahkan dari media fermentasi dengan metode destilasi fraksinasi dan
untuk mengukur kadar bioetanol digunakan metode kromatografi gas. Data yang diperoleh pada setiap perlakuan
dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5 %.
Kadar bioetanol tertinggi diperoleh sebesar 7,76 %, nilai yield tertinggi 89,89 %, dan nilai efisiensi 78,62 %.
Hasil analisis menggunakan uji ANOVA (=5 %) menunjukkan bahwa pH dan lama fermentasi berpengaruh
nyata terhadap kadar bioetanol hasil fermentasi. Uji BNT menyatakan bahwa perlakuan A3T4 (pH 5 dan lama
fermentasi 6 hari) dengan kadar bioetanol 7,76 % , nilai efisiensi 78,62 %, dan kadar gula sisa 5,52 %
merupakan perlakuan yang berbeda nyata.

Kata Kunci: Tetes tebu, Saccharomyces cerevisiae, pH, lama fermentasi, Bioetanol

I. PENDAHULUAN fosil semakin lama semakin berkurang


Kebutuhan masyarakat akan Bahan (Azizah, 2012). Pembakaran BBM juga
Bakar Minyak (BBM) yang semakin menghasilkan gas berbahaya seperti CO,
meningkat dari tahun ke tahun berbanding NOx, dan UHC (Unburn Hydro Carbon).
terbalik dengan ketersediaannya. Gas buang ini menyebabkan gangguan
Menurunnya total cadangan bahan bakar kesehatan serta mempercepat pemanasan
minyak tersebut, salah satunya global (Toharisman, 2008). Keadaan ini
dikarenakan sumber penghasil BBM yaitu mendorong negara-negara industri mencari

93
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

sumber energi alternatif terbarukan yang cereviciae yang diperoleh dari Laboratorium
lebih aman dan efisien (Koesoemadinata, Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung,
2001). yeast extract, pepton, glukosa, agar,
Energi alternatif yang ramai H2SO4, urea, akuades, kapas, alkohol 70
dikembangkan saat ini adalah etanol. %, fenol, aluminium foil, dan tissue
Etanol menjadi pilihan utama dunia karena secukupnya.
senyawa ini dapat terus diproduksi baik 2. Pembuatan Media YPGA (Yeast
secara sintesis kimiawi maupun secara Extract Pepton Glucose Agar)
fermentasi (Koesoemadinata, 2001). (Thontowi dkk., 2007)
Bioetanol hasil fermentasi merupakan Media YPGA dibuat dengan
bahan campuran (aditif) dari BBM yang menimbang 1 g pepton, 0,5 g yeast extract, 2
ramah lingkungan karena hasil g glukosa, dan 3 g agar, bahan-bahan
pembakarannya hanya menghasilkan H2O tersebut kemudian dilarutkan dengan
dan CO2 (Azizah, 2012). Selain itu bahan akuades 100 mL dan dipanaskan hingga
baku yang dibutuhkan pada proses mendidih. Selanjutnya media YPGA
fermentasi tersedia secara melimpah salah disterilisasi dengan autoclave pada suhu
satunya yaitu limbah pabrik gula berupa 121 C dan tekanan 15 psi selama 15
tetes tebu. Tetes tebu menjadi pilihan menit. Larutan tersebut kemudian
utama karena mengandung gula cukup didinginkan dalam tabung reaksi pada
tinggi mencapai 34-54 %, selain itu harga keadaan miring hingga memadat. Media
tetes juga relatif murah. YPGA ini digunakan untuk regenerasi
S.cerevisiae.
Efisiensi fermentasi dipengaruhi oleh
3. Pembuatan Media YPGB (Yeast
kadar gula tetes, aerasi, suhu, mikroba, pH,
Extract Pepton Glucose Broth)
dan lama fermentasi. Mikroba yang
(Thontowi dkk., 2007)
digunakan pada penelitian ini adalah
Media YPGB dibuat dengan
Saccharomyces cerevisiae karena mikroba
menimbang 2 g pepton, 1 g yeast extract,
tersebut bersifat fermentatif kuat dan
dan 4 g glukosa, kemudian bahan-bahan
mempunyai resistensi tinggi terhadap tersebut dilarutkan dengan akuades 200 mL
bioetanol. Parameter yang diamati pada dan dipanaskan hingga mendidih.
penelitian ini adalah pengaruh pH dan Selanjutnya media YPGB disterilisasi
lama fermentasi terhadap produksi dengan autoclave pada suhu 121 C dan
bioetanol hasil fermentasi. tekanan 15 psi selama 15 menit. Media
YPGB ini digunakan untuk pembuatan stok
II. METODOLOGI inokulum.
1. Alat dan Bahan 4. Regenerasi S.cereviciae
Peralatan yang digunakan pada Biakan S.cereviciae diambil sebanyak
penelitian ini adalah neraca analitik, gelas dua ose dan dimasukkan ke dalam media
arloji, pengaduk gelas, beaker glass, YPGA, kemudian diinkubasi selama 2 hari
jirigen, erlenmeyer, autoclave, hot plate, pada suhu ruang. S.cereviciae yang telah
jarum ose, tabung reaksi, rak tabung diregenerasi digunakan untuk pembuatan
reaksi, shaker, pipet volume, pipet ukur, stok inokulum.
mikropipet, blue tip, vortex, pH meter, 5. Pembuatan Stok Inokulum (Kultsum,
penangas air, termometer, seperangkat alat 2009)
destilasi, gelas ukur 50 mL, botol kecil, Pembuatan inokulum ini dilakukan
laminar air flow, lemari asam, hand brix dengan cara memindakan 2 ose
refaktrometer, spektrofotometer Uv-vis, S.cereviciae ke dalam 100 mL media
seperangkat alat kromatografi gas, plastik YPGB, kemudian dishaker pada kecepatan
wrap, bunsen, dan korek api. 150 rpm selama 32 jam pada suhu 30 C.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Stok inokulum digunakan untuk
sebagai berikut; Tetes tebu, Saccharomyces
94
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

pembuatan kurva pertumbuhan dan fermentasi selanjutnya dilakukan proses


produksi bioetanol. destilasi.
5. Pembuatan Kurva Pertumbuhan 8. Destilasi Bioetanol Hasil Fermentasi
(Sari dkk., 2013) (Kultsum, 2009)
Sebanyak 25 mL stok inokulum Sampel yang telah difermentasi
dipindahkan dalam 225 mL media YPGB diambil sebanyak 100 mL dan ditampung
kemudian 4 mL inokulum diambil setiap 8 dalam labu destilasi. Labu destilasi
jam sekali sampai jam ke-72, diukur dipasang pada alat destilasi dan dilakukan
absorbansinya pada panjang gelombang proses destilasi dengan suhu berkisar 0-85
600 nm dengan menggunakan C dan destilat ditampung dalam gelas
spektrofotometer Uv-vis sehingga ukur 50 mL. Destilat yang didapat
didapatkan nilai Optical Density (OD). dimasukkan dalam botol kecil dan ditutup
Kurva pertumbuhan ditentukan dengan rapat. Selanjutnya destilat diukur kadar
membuat plot antara waktu inkubasi dan bioetanolnya dengan metode kromatografi
absorbansi yang dihasilkan. gas.
6. Preparasi Sampel (Wahyudi, 1997) 9. Analisis Kadar Bioetanol dengan
Tetes yang telah diencerkan hingga 20 Kromatografi Gas (KG)
% Brix diambil sebanyak 300 mL Proses analisis kadar etanol dengan
kemudian dipanaskan dengan suhu 70 C KG yaitu sebagai berikut; masing-masing
selama 30 menit dan disaring dengan destilat hasil destilasi diambil 1L dan
kertas saring. Filtrat yang diperoleh diinjeksikan ke dalam alat melalui tempat
ditambahkan urea sebanyak 0,3 %, injeksi. Luas puncak etanol dari
kemudian filtrat dibagi menjadi 3 masing- kromatogram dihitung. Kadar bioetanol
masing 100 mL. Ditambahkan larutan dalam destilat ditentukan dengan membaca
H2SO4 0,1 N untuk mengatur pH yang hasil kromatogram.
dikehendaki yaitu pH 4, 4,5, dan 5. 10. Pengukuran Brix (Kultsum, 2009)
Selanjutnya sampel disterilisasi ke dalam Tetes dipipet sebanyak 3 mL dan
autoclave pada suhu 121 C dan tekanan dimasukkan ke dalam alat pengukur hand
15 psi selama 2 jam. Sampel yang telah brix refaktrometer, yaitu pada celah antara
dipreparasi dianalisis kadar total gulanya prisma penutupnya yang kering dan basah.
dengan metode fenol H2SO4 dan Diamati dengan cermat batas tajam antara
selanjutnya digunakan untuk fermentasi garis terang dan gelap tepat pada titik
produksi bioetanol. potong sumbunya. Dengan mengatur
7. Produksi Bioetanol dari Tetes Tebu ketepatan batas tersebut hingga jelas, maka
Menggunakan S.cereviciae dengan dapat diketahui skala (berupa angka) dan
Variasi pH dan Lama Fermentasi tidak boleh terlihat garis pelangi di
Tetes yang telah dipreparasi dengan antaranya. Tetes yang telah diketahui nilai
variasi pH 4, 4,5, dan 5 dengan volume % Brixnya diencerkan dengan akuades
100 mL ditambahkan inokulum hingga mencapai 20 % Brix.
S.cereviciae yang telah mencapai fase log 11. Pembuatan Kurva Standar Glukosa
sebanyak 10 mL, kemudian erlenmeyer dengan Metode Fenol H2SO4
ditutup dengan kapas dan dishaker dengan (Dubois dkk., 1956)
kecepatn 150 rpm selama waktu fermentasi Sebelum melakukan pengujian sampel
yang dikehendaki yaitu 3, 4, 5, dan 6 hari. maka perlu diketahui kurva standar fenol
Setelah proses fermentasi selesai, yang digunakan. Pembuatan kurva standar
dilakukan penyaringan untuk memisahkan fenol adalah sebagai berikut: 1 mL larutan
kotoran yang ada, selanjutnya kadar total glukosa standar yang mengandung 0, 1, 2,
gula yang terpakai pada proses fermentasi 3, 4, dan 5 ppm glukosa masing-masing
dianalisis dengan metode fenol H2SO4, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
untuk memisahkan bioetanol dari media ditambahkan 0,5 mL larutan fenol 5 % dan
95
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

dikocok. Kemudian 2,5 mL asam sulfat menyebabkan S.cerevisiae tersebut


pekat ditambahkan dengan cepat. Biarkan mengalami stress dan pada akhirnya akan
selama 10 menit, kocok lalu tempatkan mempengaruhi kinerja fermentasi
dalam penangas air selama 15 menit dan (Bafrncov dkk., 1999 dalam Ishmayana
diukur absorbansinya pada panjang dkk., 2011). Wanto dan Soebagyo (1980)
gelombang 490 nm. mengatakan bahwa tetes tebu harus
12. Menghitung Kadar Total Gula diencerkan terlebih dahulu sehingga kadar
Sampel dengan Metode Fenol gulanya 12-17 % atau dengan
H2SO4 (Dubois dkk., 1956) menambahkan air sebanyak empat kali
Total gula sampel dapat dihitung volume tetes tebu.
sebagai berikut: 1 mL sampel dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 Tabel 1 Hasil Analisa Bahan Baku
mL larutan fenol 5 % dan dikocok. Komponen Hasil
Kemudian 2,5 mL asam sulfat pekat Nilai % Brix 90 % Brix
ditambahkan dengan cepat. Biarkan selama Kadar total gula 42,62 %
10 menit, kocok lalu tempatkan dalam pH 5,5
penangas air selama 15 menit.
Absorbansinya diukur pada panjang Tetes harus diencerkan terlebih dahulu
gelombang 490 nm. sebelum digunakan pada proses fermentasi
13. Analisis Data sehingga nilai % Brix menjadi lebih kecil
Data yang diperoleh dalam penelitian dan tidak terlalu kental. Hasil analisa
ini adalah kadar bioetanol hasil fermentasi. bahan baku tetes tebu setelah diencerkan
Data dianalisis dengan analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 2.
varian (One Way ANOVA). Apabila
terdapat adanya pengaruh, maka Tabel 2 Hasil Analisa Bahan Baku Setelah
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Pengenceran
Terkecil (BNT) dengan tingkat signifikasi Komponen Hasil
5 % untuk mengetahui perlakuan yang Nilai % Brix 20 % Brix
berpengaruh atau berbeda nyata di antara Kadar total gula 14,15 %
perlakuan yang lain. pH 5,2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tetes tebu yang telah diencerkan
1. Preparasi Sampel menjadi 20 % Brix diatur pHnya sesuai
Preparasi sampel yang dilakukan dengan pH yang dikehendaki, yaitu pH 4,
meliputi pengukuran kadar total gula, dan 4,5, dan 5. Setelah pengaturan pH, media
pengukuran nilai % Brix. . Kandungan siap digunakan untuk media fermentasi
gula dan % Brix tetes tebu dipengaruhi dengan menambahkan inokulum
oleh varietas tebu, kematangan tebu, S.cerevisiae yang berada pada fase
kondisi iklim, dan kondisi tanah. Selain eksponensial sesuai dengan kurva
itu, proses di dalam pabrik gula juga sangat pertumbuhan.
mempengaruhi. Hasil analisa bahan baku 2. Kurva Pertumbuhaan S.cerevisiae
tetes tebu dapat dilihat pada Tabel 1. Kurva pertumbuhan merupakan kurva
Tabel 1 menunjukkan bahwa tetes yang menggambarkan fase pertumbuhan
tebu mempunyai nilai % Brix dan dari mikroorganisme. Kurva pertumbuhan
kandungan gula cukup tinggi. Dengan ini digunakan untuk mengetahui fase
konsentrasi gula yang masih cukup tinggi, eksponensial S.cerevisiae yang akan
tetes tersebut kurang baik apabila langsung digunakan pada proses pembuatan
digunakan sebagai media fermentasi, inokulum. Fase-fase pertumbuhan
karena S.cerevisiae akan mengalami
tekanan osmotik yang tinggi dan akan
96
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

S.cerevisiae pada penelitian ini dapat secara produktif ditandai dengan nilai
dilihat pada Gambar 1. absorbansi yang tinggi. Oleh sebab itu,
pada penelitian ini pembuatan inokulum
dilakukan selama 32 jam, dan inokulum
Kurva Pertumbuhan
siap diinokulasikan pada media fermentasi.
1.5 3. Fermentasi Bioetanol
Absorbansi

Proses fermentasi dilakukan dengan


1
menambahkan S.cerevisiae sebanyak 10
0.5 mL ke media fermentasi (sampel) yang
telah dipreparasi dan diinkubasi selama
0 waktu 3, 4, 5, dan 6 hari. Pada proses
0 8 16 24 32 40 48 56 64 72
fermentasi terjadi konversi sukrosa
Waktu inkubasi (jam) menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim
invertase yang dihasilkan oleh
Gambar 1 Kurva Pertumbuhan S.cerevisiae. Glukosa dan fruktosa yang
Saccharomyces cerevisiae telah terbentuk selanjutnya digunakan
untuk proses metabolisme S.cerevisiae
Kurva pertumbuhan di atas tidak dengan hasil samping berupa bioetanol.
mengalami fase adaptasi. Hal ini 4. Destilasi Bioetanol dengan Destilasi
disebabkan karena inokulum yang Fraksinasi
diinokulasikan ke dalam media Destilasi yang dilakukan pada
pertumbuhan merupakan kultur yang penelitian ini adalah destilasi fraksinasi.
berada dalam fase eksponensial dan media Destilasi fraksinasi merupakan salah satu
baru yang digunakan komposisisnya sama dari proses penyulingan yang dilakukan
dengan media yang lama sehingga fase dengan refluks parsial karena luas
adaptasi dapat dihindari. permukaan dalam kolom fraksinasi yang
Fase eksponensial terjadi pada jam ke- digunakan memungkinkan terjadinya
0 hingga awal jam ke-40. Pada fase keseimbangan uap-cair. Uap hasil destilasi
eksponensial sel mulai membelah dan pertama akan mengembun kembali dan
masuk ke dalam periode pertumbuhan, melewati sel berikutnya, kemudian
reproduksi sel paling aktif dan waktu menguap kembali. Proses ini berlangsung
regenerasinya konstan, ini dibuktikan berulang-ulang. Semakin banyak kolom
dengan nilai absorbansi yang meningkat. fraksinasi, maka pemisahan semakin
Fase stasioner S.cerevisiae terjadi pada sempurna. Senyawa yang berada pada
awal jam ke-40 hingga jam ke-64. Menurut puncak kolom adalah senyawa paling
Tortora dkk., (2001) pada fase stasioner volatil/titik didih paling rendah. Destilat
laju pertumbuhan lambat sehingga jumlah hasil destilasi fraksinasi selanjutnya
S.cerevisiae yang hidup dan mati seimbang dianalisis dengan metode Kromatografi
dan populasinya stabil. Sedangkan fase Gas (KG) dengan tujuan untuk mengetahui
kematian terjadi pada awal jam ke-64 kemurnian dan kadar bioetanol hasil
hingga jam ke-72. Penyebab terhentinya fermentasi.
pertumbuhan S.cerevisiae pada fase ini 5. Pengukuran Kadar Bioetanol
adalah ketika konsentrasi sel sangat besar dengan Metode Kromatografi Gas
kekurangan nutrisi, akumulasi produk Pengukuran kadar bioetanol dengan
limbah dan lain-lain. metode KG menggunakan baku internal
Waktu inkubasi optimum acrylonitril. Pemilihan acrylonitril sebagai
S.cerevisiae pada penelitian ini didapatkan baku internal karena acrylonitril
pada jam ke-32, diasumsikan bahwa pada mempunyai titik didih yang hampir sama
jam ke-32 pertumbuhan sel S.cerevisiae dengan etanol yaitu 77,3 C, mempunyai
mengalami peningkatan dan pembelahan waktu retensi yang hampir sama,
97
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

mempunyai respon detektor yang hampir fermentasi merupakan kadar gula yang
sama, bersifat stabil, tidak terdapat dalam belum digunakan oleh S.cerevisiae dalam
sampel, dan tidak mempunyai kemiripan proses fermentasi. Kadar gula sisa setelah
sifat secara kimiawi. Kadar bioetanol fermentasi dapat dilihat pada Tabel 4.
murni hasil fermentasi dapat dilihat pada
Tabel 3. Tabel 4 Kadar Gula Sisa Setelah
Tabel 3 menunjukkan bahwa Fermentasi
perlakuan yang mempunyai notasi yang
No Perlakuan Kadar Gula (%)
sama tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lain, akan tetapi perlakuan yang 1 A1T1 5,80
mempunyai notasi yang berbeda 2 A2T1 6,30
menunjukkan bahwa perlakuan tersebut 3 A3T1 7,19
berbeda nyata diantara perlakuan- 4 A1T2 5,84
perlakuan yang lain. Perlakuan yang 5 A2T2 5,41
berbeda nyata diantara perlakuan yang lain 6 A3T2 6,37
adalah perlakuan A3T4 (pH 5 dan lama 7 A1T3 5,80
fermentasi 6 hari) dengan notasi d. 8 A2T3 5,31
Tidak semua gula dimanfaatkan oleh 9 A3T3 5,50
S.cerevisiae untuk pembuatan boetanol 10 A1T4 5,60
11 A2T4 6,09
akan tetapi ada sebagian gula yang
12 A3T4 5,52
digunakan unyuk metabolisme intraseluler
seperti sintesis enzim, DNA, dan
7. Efisiensi Fermentasi
sebagainya. Penggunaan gula pada tiap
Efisiensi fermentasi dapat digunakan
perlakuan berbeda-beda, ini dipengaruhi
sebagai parameter keberhasilan suatu
oleh faktor pH dan lama fermentasi yang
proses fermentasi. Semakin tinggi nilai
digunakan.
efisiensi fermentasi maka akan semakin
tinggi produk yang dihasilkan (Kultsum,
Tabel 3 Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi
2009). Efisiensi fermentasi diperoleh dari
Kadar Bioetanol
No Perlakuan perbandingan bioetanol hasil fermentasi
(%)
dengan kadar etanol teoritis
1 A1T1 5,47 a
(Kumalaningsih dan Hidayat (1995) dalam
2 A2T1 6,40 bc
3 A3T1 5,87 ab
Juariah., dkk (2004)). Nilai efisiensi
4 A1T2 5,98 ab fermentasi bioetanol dapat dilihat pada
5 A2T2 6,47 bc Tabel 5.
6 A3T2 6,54 bc
7 A1T3 5,44 a Tabel 5 Efisiensi Fermentasi Bioetanol
8 A2T3 6,38 bc Perlakuan GS GT Bioetanol Yield EF
(%) (%) (%) (%) (%)
9 A3T3 7,11 cd A1T1 5,80 8,35 5,47 65,51 55,42
10 A1T4 5,32 a A2T1 6,30 7,85 6,40 81,53 64,84
11 A2T4 6,45 bc A3T1 7,19 6,96 5,87 84,34 59,47
12 A3T4 7,76 d A1T2 5,84 8,31 5,98 71,96 60,59
Ket: Notasi a, b, c, dan d menunjukkan bahwa pada A2T2 5,41 8,74 6,47 74,03 65,55
perlakuan yang mempunyai notasi huruf yang sama tidak A3T2 6,37 7,78 6,54 84,06 66,26
berbeda nyata dengan perlakuan yang lain A1T3 5,80 8,35 5,44 65,15 55,12
A2T3 5,31 8,84 6,38 72,17 64,64
A3T3 5,50 8,65 7,11 82,20 72,04
6. Analisis Kadar Gula Sisa
A1T4 5,60 8,55 5,32 62,22 53,09
Fermentasi A2T4 6,09 8,06 6,45 80,03 65,35
Faktor-faktor yang mempengaruhi A3T4 5,52 8,63 7,76 89,92 78,62
proses fermentasi salah satunya adalah Keterangan:
GS: Gula sisa EF: Efisiensi fermentasi
kadar gula. Kadar gula sisa setelah GT: Gula terpakai

98
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa Universitas Sebelas Maret (UNS)


perlakuan A3T4 (pH 5 dan lama fermentasi Surakarta.
6 hari) mempunyai nilai yield dan nilai Koesoemadinata, V, C. 2001. Pemanfaatan
efisiensi tertinggi daripada perlakuan yang Gula Hsil Hidrolisis
lainnya yaitu sebesar 89,92 % dan 78,62 Hemiselulosa Tandan Kosong
%, sehingga perlakuan tersebut dapat Sawit untuk Produksi Etanol
dikatakan perlakuan yang terbaik. Secara Fermentasi. Laporan Hasil
Penelitian, Jurusan Teknik Kimia
IV. KESIMPULAN DAN SARAN FTI, IPB.
Kesimpulan Kultsum, U. 2009. Pengaruh Variasi Nira
Berdasarkan hasil penelitian dapat Tebu (Saccharum Officinarum)
disimpulkan bahwa variasi pH (4, 4,5, dan dari Beberapa Varietas Tebu
5) dan lama fermentasi (3, 4, 5, dan 6 hari) dengan Penambahan Sumber
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar Nitrogen (N) dari Tepung Kedelai
bioetanol hasil fermentasi. Kadar bioetanol Hitam (Glycine Soja) sebagai
hasil fermentasi tertinggi diperoleh pada Substrat Terhadap Efisiensi
perlakuan pH 5 dan lama fermentasi 6 hari Fermentasi Etanol. Skripsi
dengan kadar bioetanol sebesar 7,76 % Diterbitkan. Malang: Jurusan
dengan nilai efisiensi fermentasi tertinggi Kimia Fakultas Sains dan
78,62 %. Teknologi Universitas Islam
Negeri.
Saran Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikrobia.
Penelitian lanjutan yang disarankan Jakarta: Bumi Aksara
untuk melengkapi dan menyempurnakan Toharisman, A. 2010. Sekali
penelitian ini adalah menambahkan variasi Lagi: Etanol dari Tebu.
suhu dan variasi % Brix yang digunakan, http:/sugarresearch.org. Diakses
penambahan nutrient pada media pada tanggal 6 November 2012.
fermentasi, data kurva pertumbuhan Sari, P, D., Wuryanti., dan Anam, K. 2013.
S.cerevisiae diuji dengan uji statistik. Purifikasi dan Karakterisasi -
amilase dari Saccharomyces
V. DAFTAR PUSTAKA cerevisiae FNCC 3012.
Azizah, N., Al-Baarii, A, N., dan Mulyani, Semarang: Jurusan Kimia,
S. 2012. Pengaruh Lama Fakultas Sains dan Matematika,
Fermentasi Terhadap Kadar Universitas Diponegoro.
Alkohol, pH, dan Produksi gas Thontowi, A., Kusmiati., dan Nuswantara,
pada Proses Fermentasi Bioetanol S. 2007. Produksi -Glukan
dari Whey dengan Substitusi Kulit Saccharomyces cerevisiae dalam
Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Media dengan Sumber Nitrogen
Pangan vol 1 no.2. Berbeda pada Air-Lift Fermentor.
G, E, Fogg and B, Thake. 1987. Alga Jurnal Biodiversitas Pusat
Cultur and Phytoplankton Penelitian Bioteknologi, Lembaga
Ecology, 3rd ed. Wisconsin: The Ilmu Pengetahuan Indonesia
University of Wisconsin Press. (LIPI). volume 8, no 4, Halm 253-
Juariah, S., Susilowati, A., dan 256.
Setyaningsih, R. 2004. Fermentasi Wahyudi. 1997. Produksi Alkohol oleh
Etanol Limbah Padat Tapioka Saccharomyces cerevisiae dengan
(Onggok) oleh Aspergillus niger Tetes Tebu (Molase) sebagai
dan Zymomonas mobilis. Jurnal Bahan Baku Utama. Skripsi
jurusan Biologi FMIPA Diterbitkan. Bogor: Fakultas

99
ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014, hal 93 - 100

Teknik Pertanian, Institut


Pertanian Bogor.

100

You might also like