You are on page 1of 12

MAKALAH ZOOLOGI VERTEBRATA

MORFOLOGI AMPHIBIA

Nama Kelompok:
Listina Sekar Taufiqa (13222057)
Nur Afifah (13222072)
Rabeta Ayu Susanti (13222080)

Dosen Pembimbing:
Ike Apriani, M. Si

PROGRAM STUDI TAFRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nama kelas ini berasal dari bahasa Yunani (Amphi=rangkap,bios=
hidup). Sebagian besar dari kelas ini menunjukan bahwa, mempunyai fase
kehidupan di air dan kemudian mempunyai fase kehidupan di darat. Pada ke
dua fase itu struktur dan fungsinya menunjukan sifat antara ikan dan reptilia
serta menunjukan bahwa amphibian merupakan suatu kelompok chordata yang
pertama kali keluar dari kehidupan dalam air. Amphibia merupakan makanan
bagi berbagai macam vertebrata lainnya. Beberapa spesies digunakan untuk
pengajaran dan penelitian dalam biologi dan tak ketinggalan paha katak
menjadi sumber protein. Termasuk dalam kelas amphibia ialah; salamander,
katak kintel, Ichthyosis sebagai amphibian daerah tropis yang tidak berkaki dan
beberapa hewan lain yang tinggal fosil (Jasin, 1984).
Kelas Amphibia ini dapat ditemukan pada daerah yang lembab seperti
daerah persawahan atau rawa-rawa. Pada dasarnya katak dan kodok berbeda
memiliki bentuk tubuh atau morfologi yang berbeda, oleh sebab itu makalah ini
akan membahas morfologi dari kelas Amphibia ini, agar mahasiswa dapat
mengetahui bentuk tubuh luar atau morfologi dari kelas Amphibia ini.

B. Rumusan Masalah
1. Kelas Amphibia
2. Habitat Amphibia
3. Ciri-ciri khusus kelas Amphibia
4. Morfologi Amphibia
5. Penyebab penurunan populasi Amphibia
6. Sistematika Amphibia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelas Amphibia
Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti
hidup. Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam,
yakni dunia darat dan air. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang
yang suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan
berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota gerak
dengan jari (Andrean, 2011).
Nama kelas ini berasal dari kata Yunani (Amphi = rangkap + bios =
hidup). Sebagian besar dari kelas ini menunjukkan bahwa mempunyai fase
kehidupan di air dan kemudian mempunyai fase kehidupan di darat. Pada
kedua fase itu struktur dan fungsinya menunjukkan sifat antara ikan dan
reptilian dan menunjukkan bahwa amphibia merupakan suatu kelompok
Chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air. Beberapa pola
menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya:
kaki, paru-paru, nares (nostril) yang mempunyai hubungan dengan cavum oris,
dan alat penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat (udara).
Amphibia merupakan makanan bagi berbagai macam vertebrata lainnya.
Termasuk dalam kelas Amphibia adalah salamander, katak, kintel, ichthyosis
sebagai amphibia daerah tropis yang tidak berkaki, dan beberapa hewan lain
yang hanya tinggal fosilnya (Jasin, 1984).
Sebagian besar amibia ditemukan ditempat yang lembab seperti rawa-
rawa dan hutan hujan, bahkan amfibia yang telah teradaptasi terhadap habitat
yang lebih kering masih menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di
bawah dedaunan lembab yang tingkat kelembabannya tinggi. Amfibia
umumnya sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk pertukaran gas
dalam lingkungan. Beberapa spesies terrestrial tidak memiliki paru-paru dan
hanya bernafas melalui kulit dan rongga mulutnya (Campbell, 2008).
Amfibia (amphibian), kini diwakili oleh sekitar 6.150 spesies
salamander (Ordo Urodela, yang berekor), katak (Ordo Anura, yang tak
berekor) dan sesilia (Ordo Apoda,yang tak berkaki). Hanya terdapat 550
spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun yang lain hidup
di daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar
salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke
kiri dan kanan, ciri yang diwarisi dari tetrapoda darat awal (Campbell, 2008).

B. Habitat Amphibia
Amfibi dikenal dengan makhluk dua alam. Amfibi tersebar di semua
benua kecuali benua Antartika, umumnya dijumpai pada malam hari atau
pada musim penghujan seperti di kolam, aliran sungai, pohon-pohon maupun
di gua. Amfibi selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu
hidup pada dua alam (di air dan di darat). Selanjutnya dijelaskan bahwa
sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan hutan karena di samping
membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi (75-
85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Sewaktu bereproduksi amfibi
membutuhkan air atau tempat untuk meletakkan telur hingga terbentuknya
larva dan juvenile (Andrean, 2011).
Menurut Andrean (2011), Berdasarkan kebiasaan hidupnya amfibi dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yakni :
a. Teresterial, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya berada di lantai hutan,
jarang sekali berada pada tepian sungai, memanfaatkan genangan air atau
di kolam di lantai hutan serta di antara serasah daun yang tidak berair
tetapi mempunyai kelembaban tinggi dan stabil untuk meletakkan telur.
Contohnya Megophrys aceras, M. nasuta dan Leptobracium sp.
b. Arboreal, spesies-spesies amfibi yang hidup di pohon dan berkembang biak
di genangan air pada lubang-lubang pohon di cekungan lubang pohon,
kolam, danau, sungai yang sering dikunjungi pada saat berbiak. Beberapa
spesies arboreal mengembangkan telur dengan membungkusnya dengan
busa untuk menjaga kelembaban, menempel pada daun atau ranting yang
di bawahnya terdapat air. Contohnya seperti Rhacophorus sp, Philautus sp
dan Pedostibes hosii.
c. Aquatik, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya selalu berada pada badan
air, sejak telur sampai dewasa, seluruh hidupnya berada pada perairan
mulai dari makan sampai berbiak. Contohnya antara lain Occidozyga
sumatrana dan Rana siberut.
d. Fossorial, spesies yang hidup pada lubang-lubang tanah, spesies ini jarang
dijumpai. Amfibi yang termasuk dalam kelompok ini adalah suku
Microhylidae yaitu Kaloula sp dan semua jenis sesilia.

C. Ciri-ciri Khusus
Menurut Jasin (1984), amphibia memiliki ciri-ciri khusus yaitu sebagai
berikut:
1. Kulit selalu basah dan berkelenjar (yang masih senang di air atau dekat
dengan air, tidak bersisik luar.
2. Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4-5 atau
lebih sedikit, tidak bersirip.
3. Memiliki dua buah nares (lubang hidup sebelah luar) yang menghubungkan
dengan cavum oris. Padanya terdapat klep untuk menolak air (waktu dalam
air). Mata berkelopak yang dapat digerakkan. Memiliki lembar gendang
pendengar terletak di sebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah yang dpat
dijulurkan ke muka.
4. Skleton sebagian besar berupa tulang keras, bila memiliki costae (tulang
rusuk) tidak menempel pada sternum (tulang dada).
5. Suhu tubuh tergantung pada lingkungannya (poikilothermis).
6. Kebanyakan dari kelas Amphibia ini ovipar.

Amphibia merupakan Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah.


Amphibia tidak diragukan lagi barasal dari satu nenek moyang dengan ikan.
Transisi dari air ke darat tampak pada:
1. Modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki
kemampuan berenang dalam air.
2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
4. Penggantian insang oleh paru-paru.
5. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan
kulit.
6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik diudra maupun di air.

Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak
lebih pipih dorso ventral dan mempunyai cauda yang panjang. Kintel dan katak
mempunyai caput dan truncus tanpa cervix dan cauda. Extrimitas muka kecil,
sedang yang belakang panjang. Selaput gendang pendengar tampak dari luar.
Caecikan tidak berkaki dan berbentuk seperti cacing, badannya seolah-olah
tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya mengandung sisik dalam (Jasin,
1984).
Semua spesies amfibi dewasa tergolong dalam karnivora. Namun pada
fase berudu amfibi umumnya herbivora walaupun ada yang termasuk karnivora
bergantung jenisnya. Berudu yang dikenal karnivora adalah genus Occidozyga.
Makanan amfibi umumnya adalah Arthropoda, cacing, dan larva serangga.
Spesies amfibi yang berukuran besar dapat memakan hewan yang vertebrata
kecil seperti ikan kecil, bahkan kadal kecil dan ular kecil (Andrean, 2011).

D. Morfologi Amphibia
Amfibi memiliki beragam bentuk dasarnya tergantung ordonya. Ordo
Anura (jenis katak-katakan) secara morfologi mudah dikenal karena tubuhnya
seperti berjongkok di mana ada empat kaki untuk melompat, bentuk tubuh
pendek, leher yang tidak jelas, tanpa ekor, mata melotot dan memiliki mulut
yang lebar. Tungkai belakang selalu lebih panjang dibanding tungkai depan.
Tungkai depan memiliki 4 jari sedangkan tungkai belakang memiliki 5 jari.
Kulitnya bervariasi dari yang halus hingga kasar bahkan tonjolan-tonjolan
tajam kadang ditemukan seperti pada famili Bufonidae. Ukuran katak di
Indonesia bervariasi mulai dari yang terkecil yakni 10 mm hingga yang
terbesar mencapai 280 mm. Katak di Sumatera diketahui berukuran antara 20
mm 300 mm (Andrean, 2011).
Umumnya ordo Anura memiliki selaput (webbing) walaupun sebagian
didapatkan tidak berselaput seperti genus Leptobrachium dan Megophrys. Ada
tidaknya selaput sangat sesuai dengan habitat yang ditempatinya. Ordo Anura
memiliki warna bervariasi berdasarkan familinya seperti famili Rhacophoridae
cenderung berwarna terang sedangkan famili Megophrydae cenderung
berwarna gelap sesuai habitatnya di serasah (Andrean, 2011).
Ordo Gymnophiona (sesilia) merupakan satu-satunya ordo dari amfibi
yang tidak mempunyai tungkai. Sesilia sangat mirip dengan cacing tapi
mempunyai mulut dan mata yang jelas. Kemudian ordo ketiga adalah ordo
Caudata (salamander) mempunyai empat tungkai, mempunyai mata yang jelas
dan mulut yang jelas (Andrean, 2011).
Menurut Campbell (2008), apoda, atau sesilia tidak berkaki dan hampir
buta. Sekilas mereka mirip cacing tanah, ketiadaan kaki merupakan adaptasi
kedua, saat mereka berevolusi dari nenek moyang yang berkaki. Sesilia
menghuni daerah tropis , tempat sebagian besar spesies meliang di dalam tanah
hutan yang lembab. Beberapa spesies Amerika Selatan hidup di kolam air
tawar dan sungai kecil. Amfibia (berasal dari kata amphibious, berarti kedua
cara hidup) mengacu dari tahap-tahap kehidupan dari spesies katak yang
awalnya hidup di air dan kemudian di daratan. Tahap larva katak disebut
kecebong, biasanya merupakan herbivor akuatik dengan insang, sistem
gurat sisi yang menyerupai vertebrata akuatik, dan ekor yang panjang dan
bersirip.
Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki succus vocalis (saku
suara) yang terbuka di sebelah muka dari ostium pharyngeum auditivae
eustachil. Saku suara itu dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan
suara (Jasin, 1984).

Sumber: (Andrean, 2011)

Katak dewasa menggunakan kaki belakangnya yang kuat untuk


melompat-lompat di lapangan. Katak menangkap serangga dan mangsanya
yang lain dengan menjulurkan lidahnya yang panjang dan lengket, yang
melekat kebagian depan mulut. Katak menunjukkan berbagai macam adaptasi
yang membantunya untuk menghindari pemangsaan oleh predator yang lebih
besar. Kelenjar-kelenjar kulitnya mensekresikan mucus yang tidak enak atau
bahkan berbisa. Banyak spesies yang beracun memiliki warna cerah, yang
tampaknya di asosiasikan dengan bahaya oleh predator. Katak-katak yang lain
memiliki pola-pola warna yang dapat menyamarkan mereka (Campbell, 2008).
Penutup tubuh berupa kulit tubuh yang lemas (fleksibel) sebagai penutup
tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis. Disamping itu
sebagai alat untuk menghisap air karena katak tidak minum (Jasin, 1984).
Kulit tersusun atas: epidermis, dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada
epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel yang selalu menghasilkan
lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim
hujan di bawah lapisan jangat dibentuk bahan lapisan yang baru, sehingga
setiap waktu lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya (Jasin,
1984).
Menurut Jasin (1984), pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah
luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti busa yang mengandung banyak
kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-
jaringan padat berupa jaringan ikat yang berserat-serat. Selanjutnya di sebelah
bawah jaringan dermis terdapat syaraf dan pembuluh darah yang mempunyai
peranan penting dalam proses pernafasan melalui kulit. Kelenjar kulit
menghasilkan sekresi yang berupa cairan untuk membasahi kulit luar. Kelenjar
kulit terbagi atas dua macam yaitu:
1. Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang pada
tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.

E. Penyebab Penurunan Populasi Amfibia


Pada 25 tahun terakhir, para ahli zoologi telah mendokumentasikan
penurunan populas-populasi amfibia yang cepat dan mengkhawatirkan
diseluruh dunia. Tampaknya terdapat beberapa penyebab antara lain,
lenyapnya habitat, penyebaran fungi (kitrid) pathogen, perubahan iklim dan
polusi. Faktor-faktor ini tidak hanya mengurangi populasi, namun juga
menyebabkan kepunahan. Sebuah penelitian 2004 mengindikasikan bahwa
sejak 1980, setidaknya 9 spesies amfibia telah punah. Sebanyak 113 spesies
lain tidak pernah terlihat sejak saat itu, dan dianggap barangkali punah
(Campbell, 2008).
F. Sistematika Amphibi.
Menurut Andrean (2011), Amfibi merupakan salah satu kelas dari
vertebrata yang terdiri dari tiga ordo, yaitu ordo Caudata, ordo Gymnophiona,
dan ordo Anura. Dari ketiga ordo tersebut yang dijumpai di Indonesia adalah
ordo Gymnophiona dan ordo Anura. Klasifikasi amfibi sebagai berikut:
1. Ordo Urodela (Caudata), terdiri dari :
a. Famili Hynobiidae (meliputi salamander yang hidup di dataran Asia)
b. Famili Cryptobranchidae (meliputi salamander yang hidup di sungai)
c. Famili Ambystomidae (dalam keadaan larva hidup di perairan dan pada
saat dewasa ada sebagian yang tetap di perairan dan sebagian di daerah
teresterial)
d. Famili Salamdridae
e. Famili Amphiumidae
f. Famili Plethodonthidae
g. Famili Proteidae (selalu dalam stadium larva)
h. Famili Serenidae (selalu dalam stadium larva tanpa ektremitas posterior)

2. Ordo Anura (salientia) terdiri dari :


a. Famili Liopelmidae (meliputi katak yang primitif, aquatik dan
teresterial)
b. Famili Pipidae (meliputi katak yang bertubuh pipih, merupakan katak
yang melakukan penyesuaian terhadap lingkungan perairan)
c. Famili Discoglossidae
d. Famili Pelobatidae
e. Famili Brevicivitadae
f. Famili Ranidae (katak sejati)
g. Famili Rachoporidae
h. Famili Mycrohylidae
i. Famili Pseudidae (meliputi katak-katak aquatik dari Amerika Selatan)
j. Famili Bufonidae
k. Famili Hylidae
l. Famili Leptodactylidae
3. Ordo Apoda (Gymnophiona) hanya terdiri dari 1 famili, yaitu famili
Caecilidae.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulakan kelas Amphibi merupakan hewan

yang mempunyai dua alam berbeda, yaitu di darat dan di air. Amphibi dewasa

bernafas dengan paru-paru dan dan berjalan dengan empat kakinya seperti

katak.

Amphibi mempunyai cirri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang

berlendir, merupakan hewan berdarah dingin atau suhunya tubuhnya

tergantung pada lingkungannya (poikiloterm). Beberapa jenis katak,

salamander, dan caecilian ada yang hanya hidup di air dan ada yang hanya di

darat. Namun habitatnya secara keseluruhan dekat dengan air dan tempat yang

lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis. Amphibi terdiri dari tiga ordo,

yaitu anura, urodela,dan apoda.

Tubuh terbagi atas kepala, badan, dan anggota gerak, tidak mempunyai

leher dan ekor. Kepala berbentuk segitiga, dengan moncong yang tumpul, celah

mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang bawah tidak

bergigi, rahang atas bergigi atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA

Andrean. 2011. Amphibia. Website: https://andrean.files.wordpress.com/2011 /

11/5-amphibia.pdf. Diakses pada hari Rabu, tanggal 1 April 2015, pukul:

11.00 WIB.

Campbell, Neil A, dkk. 2008. Biologi, Edisi ke-8, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Jasin, Maskoari. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya:

Sinar Wijaya.

You might also like