You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pemetaan geologi bersistem Lembar lasusua sekala 1 : 250.000 dilakukan oleh
mahasisiwa geologi unhalu angkatan 2010, maksud dan tujuan praktek lapangan di
daerah kelurahan konawe utara adalah untuk menegetahui langsung fisiografi,
stratigrafi,bentang alam,dan struktur batuan. Praktek ini dilakukan selama 1 hari pada
tanggal 27 april tahun 2013.

Pulau Sulawesi di himpit oleh empat lempeng sehingga pulau Sulawesi seakan-akan di
robek oleh lempengyang mengimpit pulau Sulawesi. Daerah konawe merupakan daerah
yang memiliki ragam batuan yang unik sehingga batuan banyak menganduk mineral
yang bernilai ekonomis. Salah satu contoh material yangbernilai ekonomis yang terdapat
di daerah konawe utara yaitu nikel,nikel di daerah konawe utara tersebar hampir secara
merata di daerah konawe utara.

Proses tumbukan lempeng di daerah Sulawesi menyebabkan daerah sulawesi memiliki


empat buah lengan dengan proses tektonik yang berbeda-beda membentuk satu
kesatuan mosaik geologi. Di bagian tenggara Sulawesi terdapat sesar Tolo yang
merupakan tempat berlangsungnya subduksi antara lengan tenggara Pulau Sulawesi
dengan bagian utara laut Banda, dimana kedua struktur utama tersebut
dihubungkan oleh sesar Palu-Koro dan Matano. Adapun dibagian barat Sulawesi
terdapat selat Makassar yang memisahkan bagian barat Sulawesi dengan busur
Sunda yang merupakan bagian lempeng Eurasia yang diperkirakan terbentuk dari
proses pemekaran lantai samudera pada masa Miosen, sedangkan dibagian timur
terdapat fragmen-fragmen benua yang berpindah karena strike-slip faults dari New
Guinea.

Lempeng yang mengapit pulau selawesi juga menyebabkan Jenis tanah di daratan
Sulawesi Tenggara memiliki 6 jenis tanah yaitu podzolik seluas luas sekitar 2.299.729
hektar atau 60,30%, mediteran seluas 898.802 ha atau 23,57%, organosol seluas 116.099
ha atau 3,03%, grumusol seluas 20.017 ha atau 0.52%, sedangkan alluvial dan latosol
sekitar 479.353 ha atau 12,57% dari luas daratan propinsi.

Konawe utara memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan suhu udara yang juga cukup
tinggi,sedangkan kelembapan udara rata-rata 74,09%. Terbentuknya material nikel di
daerah konawe utara yang bernilai ekonomis di sebabkan juga oleh cuaca daerah konawe
utara tersebut tidak teratur sehingga material nikel terbentuk dengan baik.
Daerah konawe utara memili memiliki dataran tinggi 10 sampai 20 meter, daerah ini
juga memiliki kemiringan yang curam. Sungai di daerah ini cukup banyak, salah satu
sungai yang di kenal adalah sungai lasolo karena sungai ini sangat besar, sungai lasolo
ini karena cukup besar, ada kemungkinan ia memiliki anakan sungai yang terdapat di
daerah konawe utara.

Daerah pemetaan dapat dicapai dari Kendari dan knawe utara dengan kendaraan darat.
Sarana hubungan dari ibukota kecamatan ke tiap desa di konawe hanya dengan
kendaraan darat. Perjalan dari kota kendari ke kabupatenn konawe utara membutuhkan
waktu empat jam dengan menggunakan kendaraan darat.

Mata pencaharian penduduk pada umumnya bertumpu pada sektor pertanian selainnya
itu PNS atau pensiunan PNS, pedagang, buruh/tenaga proyek, nelayan sungai/laut,
pandai besi, dan lainnya. Sektor penunjang pendapatan penduduk yang lain adalah
beternak.

Tabel 1. Sesar-sesar di Daerah Sulawesi dan sekitarnya

(Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, 2010)

1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan di ungkap pada kuliah
lapangan ini adalah :

1. Bagaimana proses pembentukan suatu daerah yang berbatasan


dengan lempeng?
2. Bagaimana kandungan mineral atau unsure mineral pada daerah yang
berbatasan dengan lempeng?
1. Bagaimana genesa bahan galian yang terdapat dalam suatu
daerah yang berbatasan dengan lempeng?
2. Bagaimana perlapisan batuan yang terdapat dalam suatu daerah
yang berbatasan dengan lempeng?
3. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan kuliah lapangan ini adalah :
1. Menentukan proses pembentukan suatu daerah yang berbatasan
dengan lempeng.
2. Menentukan kandungan mineral atau unsur mineral pada daerah yang
berbatasan dengan lempeng.
3. Menentukan genesa bahan galian yang terdapat dalam suatu daerah
yang berbatasan dengan lempeng.
4. Menentukan perlapisan batuan yang terdapat dalam suatu daerah
yang berbatasan dengan lempeng.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kuliah lapangan ini adalah dapat memberikan informasi
mengenai geologi di daerah konawe utara yang dapat digunakan sebagai bahan acuan
bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan bidang ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. LITOLOGI BATUAN
Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi
empat, yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur
magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah
(Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan
bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi
Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera
berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang keempat adalah
Fragmen Benua.Banggai-Sula-Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara
Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-
slip faults dari New Guinea.

Daerah konawe utara berdasarkan struktur litotektonik terletak pada mandala


timur (East Sulawesi Ophiolit Belt) berupa ofilit yang segmen kerak samudra
berimbrikasi dan batuan sedimen berumur trias-miosen.

Gambar 9. Peta Geologi Mandala Timur Sulawesi

Batuan kompleks ofiolit dan sedimen pelagis di Lengan Timur dan Tenggara Sulawesi
dinamakan Sabuk Ofiolit Sulawesi Timur. Sabuk ini terdiri atas batuan-batuan mafik
dan ultramafik disertai batuan sedimen pelagis dan melange di beberapa tempat. Batuan
ultramafik dominan di Lengan Tenggara, tetapi batuan mafiknya dominan lebih jauh ke
utara, terutama di sepanjang pantai utara Lengan Tenggara Sulawesi. Sekuens ofiolit
yang lengkap terdapat di Lengan Timur, meliputi batuan mafik dan ultramafik, pillow
lava dan batuan sedimen pelagis yang didominasi limestone laut dalam serta interkalasi
rijang berlapis. Berdasarkan data geokimia sabuk Ofiolit Sulawesi Timur ini
diperkirakan berasal dari mid-oceanic ridge (Surono, 1995).

Gambar 10. Peta Geologi Sulawesi Tenggara (Surono, 1998)

Continental terrain Sulawesi Tenggara (The Southeast Sulawesi continental terrain =


SSCT) menempati area yang luas di Lengan Tenggara Sulawesi, sedangkan sabuk
ofiolit terbatas hanya pada bagian utara lengan tenggara Sulawesi. SSCT berbatasan
dengan Sesar Lawanopo di sebelah timur laut dan Sesar Kolaka di sebelah barat daya.
Dataran ini dipisahkan dari Dataran Buton oleh sesar mendatar, dimana pada ujung
timur terdapat deretan ofiolit yang lebih tua. SSCT memiliki batuan dasar
metamorf tingkat rendah dengan sedikit campuran aplitic, karbonat klastik berumur
Mesozoikum dan limestone berumur Paleogen. Deretan sedimen klastik tersebut
mencakup formasi Meluhu di akhir Triassic dan unit limestone yang berumur Paleogen
mencakup formasi Tamborasi dan formasi Tampakura.

Batuan dasar metamorf tingkat rendah membentuk komponen utama lengan Tenggara
Sulawesi. Batuan metamorf tua terkait dengan proses penguburan, sedangkan
batuan metamorf muda disebabkan oleh patahan dalam skala besar ketika continental
terrain Sulawesi Tenggara bertabrakan dengan sabuk ofiolit, Batuan metamorf ini
diterobos oleh aplite dan ditindih oleh lava kuarsa-latite terutama di sepanjang pantai
barat Teluk Bone.

Di daerah konawe utara, batuan dasar secara tidak selaras ditindih oleh formasi Meluhu
berumur Triassic, yang terdiri dari sandstone, shale dan mudstone. Fragmen batuan
metamorf di dalam sandstone mengindikasikan bahwa area sumber formasi
Meluhu didominasi oleh batuan dasar metamorfik. Batuan metamorf itu mungkin
tertutup oleh sedimen tipis. Adanya sedikit fragmen vulkanik dalam formasi
Meluhu menunjukkan bahwa batuan vulkanik juga membentuk lapisan tipis dengan
cakupan lateral terbatas di daerah sumber. Sedikit fragmen igneous rock mungkin
berasal dari dyke yang menerobos basement metamorf. Umur formasi Meluhu setara
dengan umur formasi Tinala di dataran Matarombeo dan umur formasi Tokala di
dataran Siombok, hal ini disebabkan litologi ketiga formasi tersebut serupa, dimana
terdapat deretan klastik yang dominan di bagian yang lebih rendah dan karbonat yang
dominan di bagian yang lebih tinggi dari ketiga formasi tersebut. Adanya Halobia dan
Daonella di ketiga formasi tersebut menunjukkan umur akhir Triassic, dimana
kehadiran ammonoids dan polen dalam wilayah Tuetue dari formasi Meluhu sangat
mendukung penafsiran ini. Formasi Tokala di daratan Konawe utara yang berada di
lengan timur Sulawesi, terdiri dari limestone dan napal dengan sisipan shale dan
chert (rijang). Adapun Steptorhynchus, Productus dan Oxytoma yang sekarang berada
di formasi Tokala menunjukan usia Permo-Carbonaferous. Namun, Misolia dan
Rhynchonella ditemukan dalam lapisan limestone mengindikasikan umur akhir
Triassic. Karena kesamaan litologi antara formasi ini dan bagian atas formasi Meluhu,
usia akhir Triassic mungkin yang paling tepat untuk usia formasi Tokala, sedangkan usia
Permo -Carbonaferous mungkin merupakan usia basementnya, dimana formasi Tokala
ditindih oleh batuan konglomerat pink granite dari formasi Nanaka yang mungkin
berasal dari basement granit Kepulauan Banggai-Sula.

1. PERKEMBANGAN TEKTONIK KONAWE UTARA


Banyak model tektonik yang sudah diajukan untuk menjelaskan evolusi tektonik dari
Pulau Sulawesi. Ada dua peristiwa penting yang terjadi di Sulawesi bagian barat pada
masa kenozoikum, salah satunya yang terjadi di daerah konawe utara adalah peristiwa
kompresional yang dimulai sejak miosen. Kompresi ini dipengaruhi oleh tumbukan
kontinen di arah barat dan ofiolit serta fragmen-fragmen busur kepulauan di arah
timur. Fragmen-fragmen ini termasuk mikro-kontinen Buton, Tukang Besi dan Baggai
Sula. Kompresi ini menghasilkan Jalur Lipatan Sulawesi Barat (West Sulawesi Fold
Belt) yang berkembang pada Pliosen Awal. Meskipun ukuran fragmen-fragmen ini
relatif kecil, efek dari koalisinya dipercaya menjadi penyebab terjadinya peristiwa-
peristiwa tektonik di seluruh bagian Sulawesi (Calvert, 2003).

Gambar 18. Perkembangan Tektonik Sulawesi (Hall dan Smyth, 2008)

1. JENIS SUNGAI KONAWE UTARA


Sungai yang terdapat di daerah konawe utara merupakan sungai radial sentripetal yaitu
pola aliran yang mengumpul ke suatu tempat, biasanya di daerah basin. Genetic sungai
di daerah konawe utara yaitu genetic sungai anteseden yang mempertahankan pola
aliran airnya meskipun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi
karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menenbus batuan yang merintanginya.

Perkembangan sungai di konawe utara mulai memasuki tahapan dewasa karena sungai
tersebut dataranya semakin lama semakin besar. Arus sungainya sudah mulai berbentuk
pola aliran meander, penyisiran kea rah depan dan belakang memotong suatu dataran
banjir (flood flain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan di tempati oleh aliran-
aliran meander. Aliran arus sungai memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi
vertical dan laju erosi lateral.

1. BENTANG ALAM KONAWE UTARA


Bentang alam denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti
proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan,
erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena
agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung
menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan
permukaan bumi. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi
sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil
yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah
yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan asal
denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi
ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuk lahan denudasional yaitu
pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, perbukitan terisolir, dataran nyaris,
kaki lereng, kipas rombakan lereng, gawir, lahan rusak.

Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.

1. a. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti
cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan
sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum,
pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen,
menurut Olliver (1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat
fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada
batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu
bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah
berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi
pelapukan sangat tebal.

1. b. Gerakan massa batuan (mass wasting)


Gerakan massa batuan Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang
adadi lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap Masswasting itu sebagai bagian dari padaersi dan ada pula yang
memisahkannya hal ini muda difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara
tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.Pada batuan yang
mengandung air, geraka massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering.
1. c. Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel
lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creed pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang
membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Menurut istilah ilmu geologi erosi
merupakan suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh
kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup.

1. d. pengendapan/Sedimentasi
Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebgai proses pembentukansedimen atau
batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau
asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa
sungai, muara, danau, delta,estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.

You might also like