Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam segi ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang sudah
banyak para peneliti yang menemukan berbagai penemuan baru,
penemuan baru ini kemudian di kembangkan menjadi produk yang
bermanfaat. Salah satu bidang ilmu yang banyak menemukan banyak
penelitian-penelitian terbaru yaitu bidang ilmu farmasi.
Dalam Ilmu farmasi mempelajari tentang berbagai ilmu salah
satunya ilmu kimia fisika. Dimana ilmu kimia fisika mempelajari
fenomena makroskopik, mikrokroskopik, atom, subatom dan partikel
dalam sistem dan proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep fisika. Salah satunya pada kimia fisika ini membahas
suatu adsorpi isotermis.
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat
pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-
gaya pada permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah
adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang
terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang
dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Dewasa ini, semakin banyaknya industri maka semakin banyak
limbah yang dihasilkan dari industri tersebut. Limbah industri apabila
dibiarkan akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang berakibat
fatal bagi kelangsungan makhluk hidup. Limbah yang beracun dapat
mengganggu kesehatan manusia dan makhluk hidup lain bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
Salah satu limbah yang beracun dan berbahaya adalah limbah
fenol. Fenol bersifat korosif dan iritatif terhadap kulit. Upaya untuk
menanggulangi limbah fenol adalah dengan proses adsorpsi. Adsorpsi
adalah proses penyerapan adsorbat dari suatu adsorben. Adsorbat
yang umum digunakan adalah karbon aktif, karena karbon aktif
memiliki adsorpsi yang besar, mudah diaplikasikan, dan harganya
relatif murah. Karbon aktif yang digunakan dapat berupa sabut kelapa,
tempurung kelapa, dan kulit ubi kayu. Proses adsorpsi akan
memisahkan limbah fenol dengan zat lain sehingga limbah yang
dihasilkan tidak merusak dan berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah percobaan ini untuk
melihat adsorbs isotherm yang terjadi.
1.2 Maksud dan Tujuan percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara adsorbi isoterm asam
asetat pada arang
1.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan adsorpsi isoterm bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang.
1.3 Prinsip percobaan
Proses adsorpsi isoterm didasarkan pada pengukuran
banyaknya zat yang teradsoprsi pada suatu adsorben pada suhu
tetap, yaitu dengan cara mengaktifkan karbon lalu
mencampurkannya dengan asam dan dikocok pada selang
waktu tertentu. Setelah itu disaring dan diambil filtratnya. Filtrat
kemudian ditambah indikator pp dan dititrasi dengan NaOH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat
pada permukaan lain sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya
pada permukaan tersebut. Untuk adsoprsi dalam larutan, jumlah zat
yang teradsorpsi bergantung pada bebrapa faktor : jenis adsorben,
jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi, luas permukaan adsorben,
konsentrasi zat terlarut, dan temperatur. Bagi suatu sistem adsorpsi
tertentu hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan
luas atau per satuan berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut
pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi. Oleh Freundlich,
adsorpsi dinyatakan sebagai : (Bird, 1993)
1
x
=k C n .... (1)
m
x 1
=log k + log c
log m n . ... (2)
METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas
saring, labu Erlenmeyer, corong, pipet ukur, buret, statif dan
klem, gelas ukur
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu NaOH
0,1 N, Asam Asetat, Karbon aktif, indicator PP
III.2 Prosedur Kerja
1. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin juga jangan sampai
membara, kemudian didinginkan pada aksikator. Masukan dalam
enam buah labu erlenmeer dengan berat karbon masing-masing 1
gram
2. Di buat larutan asam dengan konsentrasi 0,15,0,12,0,09,0,06, dan
0,03 dengan volume masing-masing 100 mL. larutan ini dibuat
dari pengenceran larutan 0,15 N
3. Di iisi 100 mL Erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya, 0,03 M
larutan asam asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol
4. Di tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodic selama
30 menit, kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar
terjadi kesetimbangan.
5. Di saring masing-masing larutan memakai kertas saring halus,
buang 10 mL pertama dari filtrate untuk menghindarkan kesalahan
akibat adsorbs karena kertas saring
6. Di titrasi 25mL larutan filtrate dengan 0,1 N NaOH baku dengan
indicator PP. lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAAN
IV.1 Hasil
No Konsentra Volume Massa Volume Perubahan Warna
si Adsorbe Karbo Titrasi
CH3COO n n Aktif (mL)
H (mL)
1 0,15 M 25 mL 1 gram 23 mL Bening -> Ungu Pucat
2 0,12 M 25 mL 1 gram 4,2 mL Bening -> Ungu Pucat
3 0,05 M 20mL 1 gram 19,7 mL Bening -> Ungu Pucat
4 0,06 M 25mL 1 gram 15,10 mL Bening -> Ungu Pucat
IV.2 Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai adsorpsi isotermis
pada suatu larutan dengan menggunakan sampel larutan asam
asetat. Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan suatu zat pada
pada permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap
(adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Zat
penyerap dapat berupa zat padat maupun zat cair. Untuk proses
adsorpsi pada larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis adsorben, luas permukaan adsorbat,
konsentrasi zat terlarut dan temperatur. Apabila adsorben dan
adsorbat berinteraksi cukup lama maka akan terjadi kesetimbangan
antara jumlah adsorben-adsorbat. Hubungan kesetimbangan ini
disebut isotermis.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa : Adsorbs isotermis asam asetat pada karbon
aktif ditandai dengan adanya perubahan warna yang dititrasi dengan
NaOH, dimana keempat konsentrasi tersebut berubah warna dari
bening manjadi ungu pucat
V.2 Saran
Percobaan selanjutnya disarankan untuk mengukur adsorpsi
dari suatu larutan basa lemah dan basa kuat. Contohnya NaOH dan
NH4OH.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Edisi 4. Penerjemah: Kartohadiprojo.
Erlangga. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Pt. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Chang,R. 2005. Kimia Dasar. Edisi 3. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Daintith,J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta
Foo,K.Y. and B.H. Hameed. Insight into the Modeling of Adsorption
Isotherm Systems. Chemical Engineering Journal. Vol.2.156.
Keenan,C.W., D.C. Kleinfelter, dan J.H. Nood. 1984. Kimia untuk
Universitas. Erlangga. Jakarta.
Khopkar,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI.Press. Jakarta.
Kundari,N.A dan Slamet Wiyuniati. 2008. Tinjauan Kesetimbangan
Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan
Zeolit.Seminar Nasional IV.ISSN 1978-0176
Piccin,J.S., G.L. Dotto, and L.A.A.Pinto.2011. Adsorption Isotherm and
Thermochemical Data of FD and C Red N 0 40 Binding by Chitosan.
Brazilian Journal of Chemical Engineering. Vol .28. No. 02,PP 295-
304
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.
Wertheim,J. 2000. Kamus Kimia Bergambar. Erlangga. Jakarta.