You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN ADSORPSI ISOTERMIS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII

1. SRIMULIANI ARBIE 15 01 376


2. EMILIA AUDREY TUNMAS P 15 01 235
3. ANGGUN EKA PUTRI ADDI 15 01 279
4. PUTU PUTRIYANI 15 01 266
5. IMROATUL KHATIMAH 15 01 248
6. NUR HAERIA 15 01 364
7. MUHAMAD EKO PRANOTO 15 01 264

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam segi ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang sudah
banyak para peneliti yang menemukan berbagai penemuan baru,
penemuan baru ini kemudian di kembangkan menjadi produk yang
bermanfaat. Salah satu bidang ilmu yang banyak menemukan banyak
penelitian-penelitian terbaru yaitu bidang ilmu farmasi.
Dalam Ilmu farmasi mempelajari tentang berbagai ilmu salah
satunya ilmu kimia fisika. Dimana ilmu kimia fisika mempelajari
fenomena makroskopik, mikrokroskopik, atom, subatom dan partikel
dalam sistem dan proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep fisika. Salah satunya pada kimia fisika ini membahas
suatu adsorpi isotermis.
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat
pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-
gaya pada permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah
adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang
terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang
dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Dewasa ini, semakin banyaknya industri maka semakin banyak
limbah yang dihasilkan dari industri tersebut. Limbah industri apabila
dibiarkan akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang berakibat
fatal bagi kelangsungan makhluk hidup. Limbah yang beracun dapat
mengganggu kesehatan manusia dan makhluk hidup lain bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
Salah satu limbah yang beracun dan berbahaya adalah limbah
fenol. Fenol bersifat korosif dan iritatif terhadap kulit. Upaya untuk
menanggulangi limbah fenol adalah dengan proses adsorpsi. Adsorpsi
adalah proses penyerapan adsorbat dari suatu adsorben. Adsorbat
yang umum digunakan adalah karbon aktif, karena karbon aktif
memiliki adsorpsi yang besar, mudah diaplikasikan, dan harganya
relatif murah. Karbon aktif yang digunakan dapat berupa sabut kelapa,
tempurung kelapa, dan kulit ubi kayu. Proses adsorpsi akan
memisahkan limbah fenol dengan zat lain sehingga limbah yang
dihasilkan tidak merusak dan berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah percobaan ini untuk
melihat adsorbs isotherm yang terjadi.
1.2 Maksud dan Tujuan percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara adsorbi isoterm asam
asetat pada arang
1.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan adsorpsi isoterm bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang.
1.3 Prinsip percobaan
Proses adsorpsi isoterm didasarkan pada pengukuran
banyaknya zat yang teradsoprsi pada suatu adsorben pada suhu
tetap, yaitu dengan cara mengaktifkan karbon lalu
mencampurkannya dengan asam dan dikocok pada selang
waktu tertentu. Setelah itu disaring dan diambil filtratnya. Filtrat
kemudian ditambah indikator pp dan dititrasi dengan NaOH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat
pada permukaan lain sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya
pada permukaan tersebut. Untuk adsoprsi dalam larutan, jumlah zat
yang teradsorpsi bergantung pada bebrapa faktor : jenis adsorben,
jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi, luas permukaan adsorben,
konsentrasi zat terlarut, dan temperatur. Bagi suatu sistem adsorpsi
tertentu hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan
luas atau per satuan berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut
pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi. Oleh Freundlich,
adsorpsi dinyatakan sebagai : (Bird, 1993)
1
x
=k C n .... (1)
m
x 1
=log k + log c
log m n . ... (2)

Dimana x adalah jumlah zat teradsorpsi m jumlah adsorben


dalam gram, C konsentrasi zat terlarut dalam larutan tercapai
kesetimbangan adsorpsi , k tetapan, n tetapan. (Bird, 1993)
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan
suatu zat oleh adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada
permukaan zat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada zat
padat. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair.
Mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi yang diserap hanya pada
permukaan saja. (Sukardjo, 1990)
Ada dua macam adsorpsi, yaitu : (Sukardjo, 1990)
a. Adsorpsi fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan adanya gaya van
der waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi
fisika biasanya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan
adsorben biasanya lebih dari satu molekulnya.
b. Adsorpsi kimia, yaitu adsorpsi yang terjadi karena reaksi antara zat
yang diserap dengan adsorben. Lapisan molekul pada permukaan
adsorben hanya satu lapis panas adsorpsinya tinggi.
II.2 Adsorpsi Isotermal
Isoterm adsorpsi merupakan keadaan kesetimbangan yaitu
tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap
maupun fase gas atai cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan
dalam bentuk kurva berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat
antara fase padat dengan fase gas atau cair pada suhu konstan.
(Kundari, et al, 2008)
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat
pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia dan cenderung
mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya
dengan substrat. Peristiwa ini disebabkan oleh gaya tarik molekul-
molekul di permukaan adsorbens. (Keenan, 1999)
II.3 Persamaan Adsorpsi
Model isoterm Freundlich digunakan untuk permukaan energi
sistem yang heterogen dan untuk multi lapisan adsorpsi dengan
interaksi antara molekul adsorbat. Isoterm Freundlich dapat
digambarkan dengan persamaan : (Piccin,et al, 2011)
1
ln (Ce)
ln (qe) = ln (Kf) + n ..... (3)

Model isoterm Langmuir adalah pengenmbangan dari


gambaran untuk gas padat pada fasa adsorpsi menjadi karbon aktif.
Langmuir isoterm merujuk ke arah adsorpsi homogen yang masing-
masing molekul mempunyai entalpi dan tenaga pengaktifan. (Foo, et
al, 2010)
II.4 Adsorben dan Adsorbat
Adsorben adalah zat yang mengadsorpsi zat lain. Adsorben
memiliki ukuran partikel seragam, kepolarannya sama dengan zat
yang diserap dan mempunyai berat molekul yang lebih besar. Arang
yang digunakan untuk penyerap non polar. Arang digunakan untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. (Khopkar, 1990)
Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan
makin banyak yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan
sehingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa adsorben.
Daya serap zat padat terhadap gas dapat tergantung jenis adsorben,
jenis gas, dan lain-lain. (Atkins, 1990).
II.5 Titrasi asam basa
Titrasi adalah proses pencampuran larutan yang kosentrasinya
telah diketahui dengan larutan yang kosentrasinya belum diketahui.
Analisa titrimetri mencakup asidimateri-alkalimetri. Asidimetri adalah
penitrasian larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam
yang konsentrasinya diketahui. Alkalimetri adalah penitrasian larutan
asam dengan menggunakan larutan basa standar yang
konsentrasinya telah diketahui. (Basset, 1994)
Reaksi penetrlan asam basa paling umum dilakukan apabila
menggunakan prosedur titrasi. Percobaan titrasi suatu larutan yang
diketahui secara pasti konsentrasinya disebut larutan standar.
Ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya
belum diketahui sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsung sempurna. (Chang, 2005)
II.6 Karbon Aktif
Karbon aktif atau arang aktif terbuat dari karbon yang
dihasilkan melalui penyulingan memusnah (destruktif) bahan organik,
bentuknya berporipori. Arang aktif ialah arang yang telah diaktifkan
untuk penyerapan, diolah dengan memberi uap atau memansakannya
dalam vakum. (Wertheim, 2000)
Arang merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk
menyerap zat-zat di dalam larutan. Zat ini banyak digunakam untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan zat dari
larutan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut dan pelarut.
Bila di dalam larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan
diserap lebih kuat dari yang lain. Makin kompleks zat yang terlarut,
maka makin kuat diserap oleh adsorpsi. (Sukardjo,1990).
II.7 Uraian Bahan
1. NaOH (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrium Hydroxydium
Nama Lain : Natrium hidroksida
Rm/Bm : NaOH/40.00
Pemerian : Bentuk batang,massa hablur atau
keeping-keping ,rapuh dan mudah meleleh
basah,sangat Alkalis dan korosif,
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%)
Penyimpanan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali
jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak
lebih dari 2,5% NaCO3
2. Asam Asetat (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : Acidum Aceticum Glaciale
Nama lain : Asam asetat glacial
Rumus molekul : C2H2O2
Berat molekul : 60,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,
tajam, jika diencerkan dengan air, rasa
asam
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%) P dan dengan gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Indikator PP (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : FENOLFTALEIN
Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP
RM : C20H14O4
BM : 318,33
Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan
lemah, tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
BAB III

METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas
saring, labu Erlenmeyer, corong, pipet ukur, buret, statif dan
klem, gelas ukur
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu NaOH
0,1 N, Asam Asetat, Karbon aktif, indicator PP
III.2 Prosedur Kerja
1. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin juga jangan sampai
membara, kemudian didinginkan pada aksikator. Masukan dalam
enam buah labu erlenmeer dengan berat karbon masing-masing 1
gram
2. Di buat larutan asam dengan konsentrasi 0,15,0,12,0,09,0,06, dan
0,03 dengan volume masing-masing 100 mL. larutan ini dibuat
dari pengenceran larutan 0,15 N
3. Di iisi 100 mL Erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya, 0,03 M
larutan asam asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol
4. Di tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodic selama
30 menit, kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar
terjadi kesetimbangan.
5. Di saring masing-masing larutan memakai kertas saring halus,
buang 10 mL pertama dari filtrate untuk menghindarkan kesalahan
akibat adsorbs karena kertas saring
6. Di titrasi 25mL larutan filtrate dengan 0,1 N NaOH baku dengan
indicator PP. lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAAN
IV.1 Hasil
No Konsentra Volume Massa Volume Perubahan Warna
si Adsorbe Karbo Titrasi
CH3COO n n Aktif (mL)
H (mL)
1 0,15 M 25 mL 1 gram 23 mL Bening -> Ungu Pucat
2 0,12 M 25 mL 1 gram 4,2 mL Bening -> Ungu Pucat
3 0,05 M 20mL 1 gram 19,7 mL Bening -> Ungu Pucat
4 0,06 M 25mL 1 gram 15,10 mL Bening -> Ungu Pucat
IV.2 Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai adsorpsi isotermis
pada suatu larutan dengan menggunakan sampel larutan asam
asetat. Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan suatu zat pada
pada permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap
(adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Zat
penyerap dapat berupa zat padat maupun zat cair. Untuk proses
adsorpsi pada larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis adsorben, luas permukaan adsorbat,
konsentrasi zat terlarut dan temperatur. Apabila adsorben dan
adsorbat berinteraksi cukup lama maka akan terjadi kesetimbangan
antara jumlah adsorben-adsorbat. Hubungan kesetimbangan ini
disebut isotermis.

Pada percobaan ini terlebih dahulu dibuat larutan kontrol


(blanko) dengan cara dimasukkan larutan asam asetat konsentrasi
0,06 M ke dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N. Tujuan dibuat larutan blanko untuk mengetahui
perbandingan pada proses adsorpsi larutan asam asetat tanpa
karbon aktif dengan yang ditambahkan karbon aktif. Kemudian
dilakukan percobaan larutan asam asetat dengan penambahan
karbon aktif dengan cara 1 gram karbon aktif dimasukkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer, serta membuat larutan asam asetat
dengan berbagai konsentrasi 0,15 M, 0,06 M, agar dapat mengetahui
seberapa besar hubungan antara variasi konsentrasi dengan daya
adsorpsi. Karbon aktif yang digunakan merupakan karbon grafit yang
pori-porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk
mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak
larut atau yang terdispersi dalam cairan, sehingga karbon aktif
dijadikan sebagai zat pengadsorpsi atau adsorben pada larutan
asam asetat. Sebelum dimasukkan kedalam erlenmeyer karbon aktif
terlebih dahulu diaktifkan dengan cara dipanaskan dalam oven
selama 15menit. Tujuan diaktifkannya karbon agar karbon dapat
menjadi adsorben yang baik karena ketika karbon dipanaskan, pori-
pori pada permukaan karbon akan terbuka dan pori-pori tersebut
akan aktif menyerap secara maksimal. Setelah karbon aktif
dimasukkan, ditambahkan dengan larutan asam asetat dengan
berbagai konsentrasi pada masing-masing erlenmyer. Setelah itu
dilakukan pengadukan selama 10 menit pada temperatur konstan
(suhu kamar). Tujuan pengadukan agar penyerapan karbon aktif
terhadap larutan asam asetat semakin besar setelah dilakukan
pengadukan kemudian dilanjutkan dengan pengocokan selama 10
menit dengan tujuan agar campuran larutan asam asetat dan karbon
aktif dapat tercampur secara homogen dan proses adsorpsi dapat
berlangsung secara cepat dan merata serta menjaga kestabilan
adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat pada saat terjadi reaksi.
Setelah pengocokan selama 10 menit, campuran larutan didiamkan
selama 15 menit dengan tujuan agar penyerapan terjadi tersebut
dapat terjadi maksimal, setelah itu dilakukan penyaringan dengan
kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna hitam dan filtrat
berupa larutan tidak berwarna.
Filtrat yang diperoleh kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Pada proses titrasi, filtrat bertindak sebagai titer (zat yang dititrasi)
sedangkan larutan NaOH yang berada dalam buret bertindak
sebagai titran (zat penitrasi). Titrasi ini merupakan titrasi
netralisasi/penetralan karena larutan asam asetat merupakan asam
lemah dititrasi dengan basa kuat NaOH, sebelum dilakukan titrasi
filtrat ditambahkan larutan fenol merah sebanyak 2-3 tetes sebagai
indikator pada perubahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi
yang ditandai dengan filtrat yang semula tidak berwarna menjadi
berwarna merah muda karena sistem telah melewati titik ekivalen
yaitu berada pH>7 (pH basa).
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa semakin
rendah konsentrasi maka semakin kecil volume NaOH yang
dibutuhkan, tetapi pada percobaan yang dilakukan, filtrat larutan
asam asetat pada konsentrasi 0,12 M volume yang dibutuhkan lebih
sedikit daripada filtrat dengan konsentrasi 0,05 M dan 0,06 M.
Kemungkinan hal ini dikarenakan faktor pengocokan yang tidak
merata. Dari volume NaOH yang diperoleh dari hasil titrasi , dapat
digunakan untuk menentukan massa larutan asam asetat yang
teradsorpsi karbon aktif.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa : Adsorbs isotermis asam asetat pada karbon
aktif ditandai dengan adanya perubahan warna yang dititrasi dengan
NaOH, dimana keempat konsentrasi tersebut berubah warna dari
bening manjadi ungu pucat
V.2 Saran
Percobaan selanjutnya disarankan untuk mengukur adsorpsi
dari suatu larutan basa lemah dan basa kuat. Contohnya NaOH dan
NH4OH.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Edisi 4. Penerjemah: Kartohadiprojo.
Erlangga. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Pt. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Chang,R. 2005. Kimia Dasar. Edisi 3. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Daintith,J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta
Foo,K.Y. and B.H. Hameed. Insight into the Modeling of Adsorption
Isotherm Systems. Chemical Engineering Journal. Vol.2.156.
Keenan,C.W., D.C. Kleinfelter, dan J.H. Nood. 1984. Kimia untuk
Universitas. Erlangga. Jakarta.
Khopkar,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI.Press. Jakarta.
Kundari,N.A dan Slamet Wiyuniati. 2008. Tinjauan Kesetimbangan
Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan
Zeolit.Seminar Nasional IV.ISSN 1978-0176
Piccin,J.S., G.L. Dotto, and L.A.A.Pinto.2011. Adsorption Isotherm and
Thermochemical Data of FD and C Red N 0 40 Binding by Chitosan.
Brazilian Journal of Chemical Engineering. Vol .28. No. 02,PP 295-
304
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.
Wertheim,J. 2000. Kamus Kimia Bergambar. Erlangga. Jakarta.

You might also like