Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Dosen Penguji :
Residen Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul Adiposera yang merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi Dokter
Kariadi.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak
yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Adiposera
Disusun oleh:
Mengetahui:
Dokter Penguji
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan adiposera dalam bidang forensik dan sebagai pemenuhan syarat
untuk mengikuti ujian kepaniteraan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang
telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca mengetahui
mengenai adiposera forensik secara menyeluruh.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
1. Dapat menambah ilmu mengenai adiposera dalam bidang ilmu kedokteran
forensik.
2. Dapat memahami lebih spesifik mengenai adiposera dalam bidan ilmu
kedokteran forensik.
3. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk
diimplentasikan.
4. Dapat memahami cara-cara penulisan makalah yang benar.
1.4.2 Bagi Pembaca
1. Dapat membantu dalam menambah wawasan mengenai adiposera dalam
bidang ilmu kedokteran forensik.
2. Dapat menjadi sumber informasi mengenai adiposera dalam bidang ilmu
kedokteran forensik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
Dulu disebut sebagai saponifiikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena
penunjukan sifat- sifat di antara lemak dan lilin. Fenomena ini terjadi pada mayat
yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa, melainkan mengalami
pembentukan adiposera.1
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk
oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam
lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat,
jaringan saraf yang termumifikasi dan kristal-kristal sferis dengan gambaran
radial. Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair dan terbakar dengan
nyala kuning, larut dalam alkohol dan eter.1
Adiposera dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam
hati, tetapi lemak superficial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan
berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau
ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera. Adiposera
akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-
tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih
dimungkinkan.
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah
tergantung dengan kelembaban, lemak tubuh, sedangkan yang menghambat
adalah kadar air, udara, dan invasi bakteri endogen.
.
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Organisme pembusuk seperti Clostridium perfringens yang paling aktif,
sangat penting dalam pembentukan adiposera. Hal ini difasilitasi oleh invasi
bakteri endogen pada jaringan postmortem. Adanya konversi asam lemak tubuh
yang tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh menyebababkan penurunan pH, dan
menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan terbentuknya zat semacam lilin
tersebut, maka proses pembusukan akan tertahan, oleh karena kuman-kuman tidak
dapat masuk. Sehingga, jaringan lunak tubuh dapat bertahan untuk beberapa
tahun. Adiposera mempunyai bau asam yang khas (rancid odour).
Clostridium perfringens (sebelumnya dikenal sebagai (Clostriudium
welchii) adalah, kuman Gram- positif berbentuk batang, anaerobik, bakteri
pembentuk spora dari genus Clostridium. Clostridium perfringens mudah
ditemukan di alam dan dapat ditemukan sebagai komponen normal pembusukan
vegetasi, sedimen laut, saluran usus manusia dan vertebrata lain, serangga, dan
tanah.
Tipe adiposera:
Adiposera segar memiliki gambaran lembut dan basah, gambaran seperti pasta
lembut dan warna keabu-abuan, menghasilkan bau khas yang kuat, yang dapat
dideteksi oleh anjing yang terlatih untuk mendeteksi mayat sisa-sisa manusia. Ini
adalah proses dekomposisi awal yang berarti bahwaasam lemak dipecah dan telah
terikat dengan ion natrium atau kalium. Ketika adiposera menjadi lama (tua) itu
akan berubah menjadi lebih kering, rapuh, seperti zat sabun dengan warna
keputihan. Ketika pemecahan asam lemak terjadi, ion natrium dan ion kalium
dengan ion kalsium atau magnesium. Ini biasanya lebih umum terjadi pada
individu dengan kandungan lemak tinggi, khususnya pada wanita dan anak-anak.
Nushida dkk. membagi jenis adiposera yaitu, tipikal dan atipikal. Adiposera
tipikal terbentuk dalam tubuh di kuburan basah, kubah basah dan tubuh direndam
dalam air sementara adiposera atipikal terbentuk dalam tubuh disimpan di tempat
yang kering.Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebuah wadah yang kedap air,
yang ditutupi dengan kantong plastik. Adiposera atipikal mengandung asam 10-
hydroxyoctadecanoic yang juga hadir dalam adiposera tipikal, tetapi juga asam
cis-12 octadecenoic. Senyawa terakhir ini tidak ada dalam adiposera tipikal.
Jumlah asam cis-12-octadecenoic hampir sama dengan hilangnya asam linoleat,
yang dapat disimpulkan bahwa di bawah penyembunyian kering asam linoleat
dapat dihidrogenasi menjadi asam cis-12 octadecenoic. Seperti telah disebutkan,
adiposera atipikal bukan tidak mengandung asam 10-hydroxyoctadecanoic tapi
konsentrasinya jauh lebih rendah daripada adiposera tipikal. Nushida dkk. juga
menarik kesimpulan bahwa pembentukan adiposera atipikal lebih dari 10 kali
lebih lambat dari pembentukan adiposera tipikal.
Asam lemak jenuh kemudian bereaksi dengan alkali membentuk sabun yang
tak larut. Selama proses pembentukan ini, asam lemak bereaksi dengan Sodium
(Natrium) yang berasal dari cairan intestinal membentuk sapodurus atau sabun
yang keras. Membran sel akan bereaksi dengan Potassium (Kalium) membentuk
sapo domesticus atau sabun lunak. Sabun keras bersifat mudah rapuh sedangkan
sabun lunak tadi akan berbentuk seperti pasta.2
Gambar 3. Proses reaksi kimiawi adiposera asam lemak jenuh dengan Natrium
Gambar 4. Proses reaksi kimiawi adiposera asam lemak jenuh dengan Kalium
Asam lemak yang rendah dalam tubuh (sekitar 0,5%), pada saat kematian
akan meningkat menjadi 70% sehingga pembentukan adiposera dapat terlihat
jelas. Tetapi perlu diketahui bahwa, lemak dan air sendiri tidak bisa menghasilkan
adiposera. Organisme pembusuk seperti Clostridium welchii yang paling aktif,
sangat penting dalam pembentukan adiposera. Hal ini difasilitasi oleh invasi
bakteri endogen pada jaringan post mortem.
Adanya konversi asam lemak tubuh yang tidak jenuh menjadi asam lemak
jenuh menyebabkan penurunan pH, dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Dengan terbentuknya zat semacam lilin tersebut, maka proses pembusukan akan
tertahan, oleh karena kuman-kuman tidak dapat masuk. Sehingga, jaringan lunak
tubuh dapat bertahan untuk beberapa tahun. Adiposera mempunyai bau asam yang
khas (rancid odour).2,3
Meskipun dekomposisi jaringan lemak hampir terjadi beberapa saat
setelah kematian, tapi pembentukan adiposera umumnya terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun setelah kematian. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor antara lain; tipe tanah, pH, kelembaban, temperatur, pembalseman, kondisi
terbakar, dan material-material yang ada di sekitar mayat. Suhu panas, kondisi
yang lembab, dan lingkungan anaerob dapat memicu pembentukan adiposera.
Sebab pada dasarnya pembentukan adiposera membutuhkan kondisi yang lembab
atau dengan dicelupkan ke dalam air. Dengan demikian, maka adiposera biasanya
terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Tetapi, air yang
terdapat dalam tubuh pada jasad yang disimpan dalam peti sudah cukup untuk
menginduksi terbentuknya adiposera.
Adiposera pada awalnya terbentuk pada jaringan subkutan, umumnya pada
pipi, payudara, dan pantat. Organ dalam jarang dilibatkan. Pembentukan adiposera
bercampur dengan sisa-sisa mummifikasi otot, jaringan fibrosa, dan nervus.3
Pada suhu yang ideal, kondisi yang lembab, adiposera dapat terlihat
dengan mata telanjang setelah 3-4 minggu. Lama pembentukan adiposera ini juga
bervariasi mulai 1 minggu sampai dengan 10 minggu. Umumnya, pembentukan
adiposera membutuhkan waktu beberapa bulan dan perluasan adiposera umumnya
tidak terlihat lagi sebelum 5 atau 6 bulan setelah kematian. Beberapa penulis
menyebutkan bahwa, perubahan yang ekstensif membutuhkan waktu tidak kurang
dari 1 tahun setelah perendaman atau lebih dari 3 tahun setelah pembakaran.4
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
2.8. Estimasi Waktu Kematian pada Adiposera
Jasad yang mengalami Adiposera selalu menjadi suatu masalah khusus bagi
tenaga medis. Deengan pertimbangan untuk identifikasi sebuah jenazah yang
diduga orang hilang. Pertanyaan paling utama yaitu adalah berapa lama waktu
perkiraan sejak kematian, dengan demikian dapat diperkirakan waktu kematian.
Adiposera juga dapat ditemukan pada jasad-jasad kuno. Adiposera terjadi lebih
sering pada jasad yang terpendam dalam air atau sungai gletser. Adiposera
merupakan sebuah manifestasi khusus berupa proses perubahan jaringan lemak
pada sebuah jasad. Hal ini dapat terjadi jika sebuah jasad terpapar lingkungan
yang anaerob ataupun rendah kadar oksigen dalam jangka waktu yang lama.
Jaringan lemak akan berubah menjadi substansi lilin putih keabu-abuan. Awalnya
jaringan akan membentuk konsistensi seperti pasta dan perlahan akan berubah
mengeras jika terdapat kondisi sewajarnya. Konsistensinya akan berubah dari
tektur seperti pasta basah sampai menyerupai lilin keras.
Pada beberapa literatur, dijelaskan bahwa perubahan jaringan lemak dapat terjadi
dengan waktu yang cukup singkat. Dimulai dari beberapa hari (diatas 16 hari)
sampai dengan 3 minggu. Beberapa penulis mengamati perkembagan jaringan
lemak setelah satu sampai dua bulan. Pada beberapa kasus, perubahan jaringan
lemak yang sempurna tidak dapat terjadi dalam waktu 3 bulan, bahkan dalam 2
tahun organ dalam dapat tidak mengalami perubahan. Secara umum
bagaimanapun, pembentukan lilin yang sempurna membutuhkan beberapa bulan
dalam air hangat, dan 12-18 bulan dalam air dingin. Penyebaran pembentukan
adiposera pada musculature paling cepat setelah 6 bulan. Perubahan adiposera
yang sempurna membutuhkan waktu kira-kira 2 tahun. Hal yang mempengaruhi
pembentukan adiposera antara lain suhu air, kedalaman dan pergerakan. Selain itu
konsentrasi elektrolit yang lebih tinggi dan suhu yang lebih panas dapat
mempercepat pembentukan adiposera, karena suhu yang dingin dapat
memperhambat proses tersebut. Kondisi kedalaman yang lebih dalam, dapat
secara tidak langsung memperlambat proses impregnation dan proses pengerasan
pada adiposera. Saat pembentukan adiposera telah lengkap, kondisi tersebut akan
relatif menetap selamanya, dengan catatan kondisi lingkungan saat perubahan
adiposera tidak berubah.
Jika kondisi lingkungan berubah, maka lama waktu kematian tidak dapat
ditentukan. Sebenarnya penetapan waktu kematian melalui identifikasi adiposera
sangat sulit. Semakin lama waktu lamanya kematian, semakin sulit di deteksi.
Pada awalnya memang beberapa pengamat mengatakan bahwa estimasi waktu
kematian dapat ditentukan melalui identifikasi komposisi jaringan lemak pada
jasad. Hasilnya kurang memuaskan. Menurut beberapa penelitian dan pengamatan
dengan waktu yang bervariasi dengan hasil inkorelasi dengan beberapa faktor
yang mempengaruhi adiposera. Sehingga penggunaan identifikasi jaringan lemak
untuk mentukan waktu kematian kurang ideal/kurang tepat.
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA