You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Euthanasia adalah suatu opsi yang ada dalam dunia medis dimana seorang

tenaga medis memiliki hak untuk menentukan kelanjutan hidup dari seorang

pasien. Euthanasia sudah dilegalkan oleh beberapa negara di dunia salah satunya

adalah Belanda. Euthanasia dianggap sebagai usaha untuk meringankan beban

dari pasien dan sebagai pemenuhan hak asasi manusia dengan memberikan

kebebasan untuk menentukan cara kematian dari diri sendiri.

Euthanasia memang jarang sekali terdengar di Indonesia namun kasus ini

sendiri sering kali menjadi hal yang diperdebatkan ketika muncul didalam

kehidupan masyarakat. Salah satu contoh kasusnya di Indonesia adalah

permohonan Hasan Kusuma pada tanggal 22 Oktober 2004 yang meminta untuk

dilakukannya euthanasia kepada istrinya yang bernama Agian Isna Nauli dan

permohonannya ini ditolak.

Dengan adanya euthanasia terjadi perbedaan pendapat di kalangan

masyarakat mengenai euthanasia. Apakah euthanasia dapat dibenarkan atau

tidak? Selain dikalangan masyarakat, di dunia medispun juga terjadi perdebatan

karena euthanasia bertolak belakang dengan tujuan adanya tenaga medis yang

seharusnya mengobati pasien dengan segala kemampuan yang ada sehingga

pasien dapat sembuh dan dapat melanjutkan kehidupannya kembali.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang telah disusun oleh penulis susun sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan euthanasia?


2. Apa saja yang menjadi pro dan kontra mengenai euthanasia?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan penulisan adalah untuk mengetahui apakah yang

disebut euthanasia dan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi pro dan

kontra mengenai euthanasia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Euthanasia

Euthanasia adalah salah satu opsi yang terdapat dalam dunia medis.

Euthanasia () berasal dari bahasa Yunani yang berarti kematian yang

baik dan secara umum dipahami sebagai pengambilan tindakan untuk mengakhiri

hidup secara sengaja yang biasanya dilakukan untuk mengakhiri penderitaan yang

disebabkan oleh penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

2.2 Perspektif Masyarakat

Adalah suatu pandangan atau asumsi masyarakat terhadap suatu topik,

permasalahan, dan hal-hal yang beredar di masyarakat secara umum. Masyarakat

akan memandang sesuatu dengan cara-cara tertentu yang memiliki hubungan

dengan asumsi dasar dan unsur-unsur pembentuk serta aturan-aturan yang beredar

di tengah masyarakat.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Euthanasia dari Sudut Pemberian Izin

Euthanasia dapat dilakukan secara sukarela dimana individu yang ingin

melakukan euthanasia mampu secara mental dan telah meminta kematiannya. Hal

ini dapat dilakukan jika pasien sendirilah yang memberikan pernyataan dalam

kondisi sadar untuk dilakukannya euthanasia kepada dirinya. Sebagai contoh,

seseorang dengan penyakit kanker yang parah dan merasakan rasa sakit yang

hebat mungkin akan meminta seorang dokter untuk memberikan dosis obat yang

dapat mematikan untuk mengakhiri penderitaannya.

Euthanasia dapat dilakukan secara tidak sukarela atau diluar keinginan

pasien. Kasus seseorang yang berada dalam keadaan koma dapat dijadikan

sebagai contoh karena orang tersebut sedang berada dalam keadaan tidak sadar

dan tidak mampu memberikan persetujuan megenai pilihan yang diajukan kepada

dirinya. Hal ini diambil alih oleh keluarga dari pasien yang seharusnya tidak

berhak untuk menentukan pilihan tersebut.

3.2. Cara Kerja Euthanasia

Euthanasia dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan dalam

dosis besar kepada seorang pasien atau dengan tidak melanjutkan tindakan-

tindakan pengobatan dengan tujuan untuk mempercepat kematian dari pasien

tersebut. Tindakan-tindakan ini dapat dikatakan sebagai euthanasia jika hal ini

dilakukan secara sadar dan disengaja oleh dokter, pasien, maupun keluarga pasien.

4
3.3. Dapatkah Euthanasia Secara Sukarela Dibenarkan?

Dalam kasus euthanasia secara sukarela, walaupun ada persetujuan dan

keinginan dari pasien, didalamnya masih terdapat pro dan kontra. Berikut

beberapa pendapat:

Dapat dibenarkan:

1. Cara dalam mengakhiri kehidupan seharusnya menjadi pilihan pribadi.

Otonomi atau hak untuk menentukan pilihan hidup adalah hak

dasar dari manusia. Beberapa kelompok masyarakat di dunia berpendapat

bahwa seseorang seharusnya diperbolehkan untuk menentukan takdir

mereka sendiri untuk hidup dan demikian pula dengan hak untuk

menentukan kematian dirinya sendiri.

2. Kebebasan untuk memilih euthanasia membuat orang tidak begitu takut


menghadapi kematian.

Dalam suatu kasus dimana ada pasien yang tidak ingin merasa
sakit lebih lama lagi dan harus menderita dalam menghadapi kematiannya.
Ketika pasien mengetahui adanya opsi euthanasia sebagai jalan
penyelesaian masalahnya dia dapat merasa tenang karena mengetahui ada
jalan dimana dia tidak harus melewati penderitaan yang panjang.

5
Tidak dibenarkan:

1. Mengakhiri hidup secara sengaja secara moral adalah salah.

Menurut mayoritas agama di dunia, megakhiri kehidupan manusia

secara sengaja apapun kondisinya secara moral adalah tindakan yang

salah. Hal ini disebabkan karena tuhan yang memberikan kehidupan maka

dia jugalah yang berhak mengambilnya. Manusia tidak mempunyai hak

untuk mengatur kehendak tuhan.

2. Kebebasan personal seharusnya tidak menyangkut tentang pilihan untuk

mengakhiri hidup seseorang.

Kebebasan untuk menentukan jalan hidup seseorang tidak

memiliki kaitan dengan pilihan untuk menentukan kapan dan bagaimana

kematian tersebut seharusnya terjadi. Kebebasan tersebut memiliki

batasan yang mengatur agar manusia tidak melampaui batas sehingga

melanggar hak-hak yang lain.

3. Adanya permasalahan dalam sistem medis.

Kebanyakan pasien yang mengungkapakan keinginannya untuk

melakukan euthanasia telah menerima diagnosa yang membuat mereka

depressi dan mengalami masalah mental lainnya. Selain itu sistem medis

dan penanganan terhadap orang yang sakit juga harus diperhatikan dan

dikembangkan karena sistem medis yang mudah penanganan suatu

penyakit dengan baik dan tidak menyakitkan dapat menurunkan keinginan

seseorang untuk melakukan euthanasia.

6
3.5. Dapatkah Euthanasia Secara Tidak Sukarela Dibenarkan?

Tidak adanya persetujuan langsung dari pasien dikarenakan konsdisi yang

tidak mungkin untuk meminta pendapat mereka membuat persoalan semakin

rumit. Berikut beberapa pendapat:

Dapat dibenarkan:

1. Mengakhiri perawatan medis dapat menjadi alternatif untuk mengakhiri

penderitaan.
Memperpanjang kehidupan orang yang sekarat dan tidak dapat

disembuhkan dapat menyebabkan penderitaan dan mengambil tindakan

untuk mempercepat kematiannya dianggap hal yang lebih baik. Bagi

beberapa orang, membiarkan orang tersiksa oleh penyakitnya dan

ditambah mengetahui bahwa ia tidak dapat disembuhkan adalah hal

menyakitkan.

2. Memutus tabung makanan pasien yang sekarat termasuk hal yang etis.
Ketika seseorang tidak dapat untuk makan dan minum, dokter

biasanya akan menggunakan tabung makanan agar pasien mendapat nutrisi

dari makanan sehingga dapat bertahan hidup lebih lama. Namun, disisi

lain hal ini dianggap beberapa orang sebagai tindakan yang menyiksa

karena menyebabkan proses kematian lebih lama. Hal ini disebabkan oleh

hormon endorphin yang tidak dikeluarkan oleh tubuh. Hormon endorphin

dikeluarkan oleh tubuh ketika seseorang tidak mendapat asupan makanan

sehingga rasa sakit dapat dikurangi saat proses kematian.


3. Euthanasia untuk mengakhiri hidup bayi yang sakit parah dan kondisi

vegetatif persisten (PVS) dapat dibenarkan.

7
Terkadang seorang bayi lahir dengan permasalahan medis yang

cukup parah dan terkadang tidak memiliki harapan untuk disembuhkan.

Agar tidak mengalami penderitaan yang berat selama hidupnya,

euthanasia dianggap sebagai salah satu jalan keluar. Begitu juga dengan

pasien yang mengalami PVS karena mereka dianggap berada diambang

kematian.

Tidak dibenarkan:

1. Pasien yang mengalami PVS masih hidup dan berhak mendapatkan

perawatan medis
Seseorang yang mengalami kondisi vegetative persistent memang

berada diambang kematian namun mereka adalah orang yang masih hidup

dan berhak mendapat perawatan yang layak selama mereka tidak sadar.

Walaupun pasien yang mengalami PVS sering dianggap bahwa mereka

tidak menyadari keadaan disekitarnya sehingga banyak orang meminta

untuk melepas alat-alat pendukung kehidupan dari mereka. Namun, riset

telah menemukan bahwa pasien yang mengalami PVS munkin lebih

menyadari kondisi disekitar mereka lebih dari yang dipikirkan orang-

orang disekitar mereka. Di sisi lain, melakukan euthanasia diluar

persetujuan mereka adalah hal yang tidak benar.


2. Euthanasia untuk mengakhiri hidup bayi tidak pernah dibenarkan.
Sering kali orang tua orang tua dari bayi yang lahir dengan

masalah kesehatan yang parah dan memiliki harapan penyembuhan yang

kecil merasa menderita karena harus kehilangan anak. Permasalahan yang

terdapat pada bayi yang baru lahir adalah dimana tidak seorangpun

8
mengetahui bagaimana kelanjutan hidupnya. Melakukan euthanasia

terhadap seorang bayi adalah tindakan yang tidak etis dikarenakan tidak

ada seorangpun yang dapat menilai kualitas hidup sang bayi dengan tepat.

3. Tidak memberi makan dan minum adalah tindakan yang kejam dan tidak

etis.
Pada dasarnya, tidak memberi makanan dan minuman telah

melanggar hak asasi dari seseorang. Bagaimana tindakan tidak memberi

makanan dan minuman dapat dikatakan sebagai tindakan untuk

mengeluarkan seseorang dari penderitaannya? Bukankah hal itu mebuat

orang semakin menderita karena dehidrasi dan kelaparan?


2.6. Euthanasia Dalam Dunia Medis.

Walaupun euthanasia adalah suatu opsi yang terdapat dalam dunia medis,

namun hal ini tidak pernah dibenarkan dalam dunia medis. Hal ini dikarenakan

euthanasia bertentangan dengan tujuan adanya tenaga medis yaitu untuk

menolong orang-orang agar sehat kembali dan dapat beraktivitas serta

menjalankan kehidupannya dengan lebih baik dan lebih lama.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah:

1. Euthanasia, dengan segala alasan mengapa hal tersebut dilakukan, adalah

tindakan yang tidak dibenarkan secara etika, moral, agama, maupun di

9
dalam dunia medis karena dengan melakukan euthanasia maka sama saja

seseorang melakukan pembenuhan baik dengan keinginan maupun diluar

keinginan dari orang yang mendapatkan euthanasia.


2. Walaupun euthanasia dilegalkan di beberapa negara namun praktek

euthanasia sendiri sebenarnya telah melanggar hak asasi manusia dimana

manusia berhak untuk hidup.


3. Euthanasia memiliki 2 dampak terhadap perspektif masyarakat mengenai

dunia medis. Ada yang menyambut dengan baik dan mendukung adanya

opsi euthanasia tersebut dan ada juga yang menolak dengan keras dan

menganggap tenaga medis telah melanggar hak asasi manusia, norma-

norma yang berlaku di masyarakat dan kewajiban tenaga medis untuk

menolong orang-orang agar sehat kembali dan dapat menjalankan

kehidupannya lebih lama.

4.2. Saran

Euthanasia sebaiknya tidak pernah dilakukan dikarenakan akan ada rasa

penyesalan yang timbul pada diri manusia diakhir pengambilan keputusan

tersebut. Urusan hidup dan mati setidaknya diserahkan kepada tuhan karena

manusia tidak dapat mengetahui apa yang terjadi di masa yang akan datang dan

seharusnya manusia harus memiliki semangat untuk bertahan hidup dan tidak

mudah putus asa dalam menjalankan kehidupannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andrea CN. 2015. Thinking Critically: Euthanasia. San Diego: ReferencePoint


Press.

Dieter B, Edgar D. 2008. Giving Death a Helping Hand Physician-Assisted


Suicide and Public Policy. An International Perspective. Jerman: Springer.

Loreta MK, Kenneth ADV. 2001. Physician-Assisted Suicide: What Are The
Issues?. Greenville: Kluwer Academic Publisher.

Stuart JY, Gerrit KK. Physician-Assisted Death in Perspective Assessing the


Dutch Experience. Cambridge: Cambridge University Press.

11

You might also like