You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. Air juga
merupakan bahan pelarut paling baik karena air adalah pelarut yang
universal, karena hampir semua jenis zat dapat larut dalam air. Air
merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air dalam keadaan
normal tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan bersih. Namun, air
dapat menjadi sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan jika tersedia dalam
kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya.

Pada saat sekarang, kualitas air yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari
menjadi masalah yang serius. Karena untuk mendapatkan air yang sesuai
dengan standar tertentu sudah sangat sulit. Hal in dikarenakan air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai kegiatan
manusia. Sehingga menyebabkan buruknya kualitas dari air itu sendiri.

Salah satu contoh limbah yang telah mencemari air saat ini adalah limbah
tahu. Limbah tahu berasal dari proses produksi pabrik tau yang terkadang air
sisa hasil produksinya langsung dibuang ke sungai secara langsung tanpa
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Keadaan ini diperparah lagi
dengan masih banyaknya pengusaha tahu yang belum mengerti akan
kebersihan dan pencemaran lingkungan. Disamping itu, tingkat ekonomi
yang masih rendah sehingga pengolahan limbah akan menjadi beban yang
cukup berat bagi mereka.

Tidak hanya berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan saja,


pencemaran juga berdampak terhadap makhluk yang hidup didalam air.
Limbah yang dibuang langsung keperairan dapat berdampak langsung
terhadap kehidupan biota air seperti ikan. Apabila sumber air tempat

1
kehidupan biota air tercemar, maka siklus makanan didalam air akan
terganggu dan ekosistem air akan terganggu pula. Sehingga oraganisme-
organisme seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan
bahan tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton banyak yang mati karena
kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih besar pemakan
ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan mati.

Oleh karena itu pada praktikum kali ini, akan dilakukan pengamatan
mengenai dampak yang akan ditimbulkan bagi biota air (ikan mas hias) yang
hidup di dalam air yang tercemar dengan limbah tahu.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui dampak limbah industri tahu terhadap kehidupan biota air.
2. Mengetahui berapa lama ikan bisa bertahan dalam perairan yang
tercemar oleh limbah tahu.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan biota air.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Limbah


Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang
dapat membahayakan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya yang
muncul karena hasil aktivitas atau kegiatan manusia. Untuk mengetahui
lebih luas tentang air limbah maka perlu diketahui kandungan apa saja yang
terdapat didalam air limbah dan bagaimana sifat-sifatnya. Pada intinya air
limbah dapat dikelompokan menjadi 3 sifat yaitu sifat fisik, sifat kimia dan
sifat biologis. Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Sifat fisik
Penentuan tercemar atau tidaknya air limbah sangat dipengaruhi oleh
sifat fisik yang mudah dilihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah
kandungan zat padat yang berefek estetika, kejernihan, warna, bau dan
temperatur. Zat organik yang ada pada air limbah sebagian besar mudah
terurai (degradable) yang merupakan sumber makanan dan media yang
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu faktor yang
mempengaruhi sifat fisik tersebut adalah turbiditas atau kekeruhan.
2. Sifat kimia
Sifat kimia dari air limbah dapat diketahui dengan adanya zat kimia
dalam air buangan. Zat kimia yang terpenting dalam air limbah pada
umumnya dapat diklasifikasikan menjadi bahan organik dan pH.
3. Sifat bakteriologis
Sifat bakteriologis pada air buangan perlu diketahui untuk menaksir
tingkat kekotoran air limbah sebelum di buang kebadan air.
Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dan air permukaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Protista, meliputi jamur, bakteri dan algae
2. Binatang dan tanaman (Sumarwoto, 1984).

2.2 Ciri-ciri Air Limbah


Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih
air limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk

3
keperluan rumah tangga, komersial dan industri. Beberapa analisis yang
dipakai untuk penentuan ciri-ciri fisik, kimiawi dan biologis dari kotoran
yang terdapat dari air limbah.
a. Ciri-Ciri Fisik
1. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan
padat yang terapung serta senyawa-senyawa yang larut dalam air.
Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan
serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
2. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji
kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur
air kurang dari 6 jam. Warna abu-abu muda sampai setengah tua
merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukan
atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila
warnanya abu-abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk
setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.
3. Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat
mempunyai kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik
pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa utama yang berbau
adalah hidrogen sulfida, senyawa-senyawa lain seperti indol skatol,
cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan
menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau hidrogen
sulfida.
4. Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena
adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air
limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim dan juga
tergantung pada letak geografisnya.

b. Ciri-ciri Kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama
adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik,

4
Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor
sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum di
identifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian-
pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan
untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai
kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan
(Sugiharto, 1994).

2.3 Karakter limbah


a. Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek,
rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang secara kuantitatif
limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa zat padat ataupun cair,
bahan berbahaya dan beracun, garam terlarut, lemah dan bakteri
terutama golongan fekal coli, jasad pathogen dan parasit.
b. Non domestik
Limbah non domestik sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah
industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas
tanaman yang besifat organis, bahan pemberantas hama dan penyakit
(pestisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, sulfur,
mineral, dan sebagainya). Dalam air buangan terdapat zat organik yang
terdiri dari unsur karbon, hydrogen dan oksigen dengan unsur tambahan
yang lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung
menyerap oksigen (Sastrawijaya, 2000).

Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini
diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang
sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan
pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih
kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organik yang dapat

5
diuraikan maupun senyawa organik yang tidak dapat terurai (Sugiharto,
1994).

2.4 Ikan sebagai Alat Memonitor Pencemaran


Efek racun dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji
dengan menggunakan spesies ysng mewakili lingkungan yang ada di
perairan tersebut. Spesies yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan
biokemis dan fisiologis dari spesies dimana hasil percobaan digunakan.
Kriteria organisme yang cocok untuk digunakan sebagai uji hayati
tergantung dari beberapa faktor :
a. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan
lingkungan.
b. Penyebanya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
c. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara
daerah maupun nasional.
d. Mudah dipelihara dalam laboratorium.
e. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit.
f. Sesuai untuk kepentingan uji (Indra Cahaya, 2011).

2.5 Bahan Pencemar Ekosistem Perairan


Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami (yaitu iklim, musim, mineralogi
dan vegetasi) dan kegiatan manusia. Bilamana air di alam (di sungai-sungai,
danau-danau dan lain-lain) dikotori oleh kegiatan manusia, sedemikian rupa
sehingga tidak memenuhi syarat untuk suatu penggunaan yang khusus maka
disebut terkena pencemaran (Suin, 1994).

Tanpa adanya tindakan kebijaksanaan untuk mencegah dan mengendalikan


pencemaran perairan sungai, kemungkinan besar menyebabkan persediaan
sumber daya air untuk segala kehidupan tidak dapat dipenuhi. Keadaan
demikian akan menyebabkan terganggunya suatu faktor ekosistem
kehidupan manusia yaitu faktor kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
hidup manusia itu sendiri. Dalam sebuah daerah aliran sungai, terdapat

6
berbagi penggunaan lahan, seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering
dan persawahan, pemukiman, perikanan, industri dan sebagainya. Beban
bahan pencemar yang menyebabkan penurunan kualitas air pada sebagian
sungai, berasal terutama dari limbah domestik, limbah industri, kegiatan
pertambangan dan limbah dari penggunaan lahan pertanian (Anwar dan
Husin, 1990).

Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas


limbah organik, logam berat dan minyak. Masing-masing kelompok ini
sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan
bahan pencemar yang paling banyak ditemukan diperairan akibat limbah
industri dan limbah perkotaan (Suin, 1994).

Secara alamiah, unsur logam berat terdapat dalam perairan, namun dalam
jumlah yang sangat rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang
banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan perairan
sehingga akan terjadi racun bagi organisme perairan. Logam berat hampir
selalu ada dalam setiap pencemaran oleh limbah industri karena selalu
diperlukan dalam setiap proses industri. Manifestasi dari keracunan logam
berat adalah diare denan fesis biru kehijauan dan kelainan fungsi ginjal. Bila
kadarnya tinggi dalam tubuh dapat merusak jantung, hati dan ginjal.
Absorbsi logam berat masuk ke dalam darah dapat menimbulkan hemolisis
yang akut, karena banyak sel darah yang rusak. Akibat yang serius dari
keracunan logam berat dapat menimbulkan kematian (Sastrawijaya, 2000).

Kerusakan ekosistem akibat pencemaran logam berat sering dijumpai


khususnya untuk ekosistem perairan. Hal ini terjadi karena adanya logam
berat yang bersifat racun bagi organisme dalam perairan. Akibat organisme
yang paling sensitif pertama kali mengalami akibat buruk dan juga
organisme yang tidak mampu bertahan akan musnah, sehingga
keseimbangan rantai makanan dan ekosistem perairan akan mengalami
kerusakan (Wardhana, 1995).

7
Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa kematian
sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor tunggal tetapi karena beberapa
faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
1. Fenomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat
memperkuat daya racun.
2. Fenomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang
saling menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil
dikurangi dinetralisir daya racunnya sehingga tidak membahayakan.
3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta
adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri
(Wardhana, 1995).

2.6 Limbah Tahu


Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut
jenis industrinya. Contohnya adalah industri tahu. Industri tahu mengandung
banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu
dihasilkan limbah sebanyak 3.000-5.000 Liter. Industri tahu merupakan
industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan juga di pedesaan.
Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai (Glycine spp)
dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu
kondisi dimana telah terbentuk gumpalan (padatan) protein yang sempurna
pada suhu 50OC dan cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau
dengan penambahan zat lain yang diizinkan antara lain, bahan pengawet dan
bahan pewarna (Hartati, 1994).

Proses pembuatan tahu relatif sederhana, protein-nabati dalam bahan baku


diekstraksi secara fisika dan digumpalkan dengan koagulan asam cuka
(CH3COOH) dan batu tahu (CaSO4 nH2O). Limbah industri tahu terdiri dari
dua jenis, yaitu limbah cair dan padat. Dari kedua jenis limbah tersebut,
limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari

8
lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan bersumber dari
cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap proses
penggumpalan dan penyaringan yang disebut air dadih atau whey. Sumber
limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi dan pembersih, pengupasan
kulit, pencucian, penyaringan, penyucian peralatan proses dan lantai. Jumlah
limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebanding dengan
penggunaan air untuk pemrosesannya. Jumlah kebutuhan air proses dan
jumlah limbah cair yang dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan
43.5 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa
industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair tersebut (khususnya air dadih)
dimanfaatkan kembali sebagai bahan penggumpal (Dhahiyat, 1990).

Limbah cair yang dikeluarkan oleh industri tahu masih menjadi masalah
bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri rumah tangga ini
mengalirkan air limbahnya langsung ke selokan atau sungai tanpa diolah
terlebih dahulu. Keadaan ini disebabkan masih banyak pengrajin tahu yang
belum mengerti akan kebersihan lingkungan, disamping tingkat ekonomi
yang masih rendah sehingga pengolahan limbah akan menjadi beban yang
cukup berat bagi mereka. Limbah industri tahu dapat menimbulkan
pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang
cukup tinggi (Sugiharto, 1994).

BAB III
METODE KERJA

9
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada Hari Jumat tanggal 25 November 2011
sampai Hari Kamis tanggal 1 Desember 2011. Pada pukul 15.00-16.30
WITA di lantai 2 Laboraturium Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Aerator
b. Selang
c. Aquarium
d. Timbangan digital
e. Penggaris
f. Plastik
g. Stopwatch
h. Gelas erlenmeyer 700 ml
i. Gelas ukur 100 ml
j. Alat tulis
k. Baterai 3 buah

3.2.2 Bahan
a. Air kolam
b. Air limbah tahu
c. Ikan mas hias 6 ekor berumur 3 bulan dengan panjang 11-13.5 cm
d. Pakan ikan

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan aquarium untuk dipakai.

10
2. Kemudian aquarium diisi dengan air kolam sebanyak 7000 ml dengan
menggunakan gelas erlenmeyer 700 ml.
3. Pertama-tama ikan diidentifikasi terlebih dahulu, yaitu ciri-ciri ikan,
panjang dari ikan yang diukur dengan menggunakan penggaris.
4. Ditimbang ikan dengan menggunakan timbangan digital.
5. Dimasukkan ikan ke dalam aquarium.
6. Dipasang aerator ke dalam aquarium.
7. Dibiarkan ikan beradaptasi selama 4 hari.
8. Setelah 4 hari, dihitung respirasi ikan dengan melihat pergerakkan mulut
ikan selama 3 menit.
9. Dimasukkan 300 ml air limbah tahu kedalam aquarium disalah satu
sudutnya.
10. Diamati selama 3 hari pergerakkan dan respirasi ikan sampai semua ikan
mati.
11. Apabila ada ikan yang mati, ikan ditimbang dan diukur panjangnya lagi.
12. Kemudian dianalisis.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

11
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Panjang Ikan Berat ikan Jumlah
Jenis Ikan Ciri- Ciri
(cm) (gr) Respirasi
Masa Adaptasi
Hari Jumat-Selasa, tanggal 25-29 November 2011, jam 15.30 WITA
Memiliki bintik hitam
Ikan 1 11 12 295 kali diatas mata sebelah
kanan
Ikan 2 12 18.9 561 kali Kepala nya hitam
Bintik hitam dari kepala
Ikan 3 13.5 18.5 550 kali
hingga sirip
Kepala dan siripnya
Ikan 4 12 23.2 392 kali
berwarna hitam
Ikan 5 13 22.3 84 kali Berwarna kuning dan putih
Ikan 6 12 21.3 - Berwarna putih dan hitam
Air Limbah Tahu telah Dimasukkan
Hari ke-5, Rabu tanggal 30 November 2011, jam 15.30
Ikan 1 11 28.4 458 kali
Ikan 2 12 41.7 457 kali Pergerakan ikan ada yang
Ikan 3 13.5 41.3 427 kali
masih aktif dan ada
Ikan 4 12 37.6 392 kali
Ikan 5 13 40.2 - yang kurang aktif
Ikan 6 - - -
Hari ke-6, Kamis tanggal 1 Desember 2011, jam 15.30 WITA
Ikan 1 11.5 26.2
Ikan 2 12.5 37.4
Ikan 3 13.5 40.3
Ikan 4 12.5 36.2 Semua Ikan Mati
Ikan 5 - -
Ikan 6
- -

Keterangan : tanda (-) berarti ikan telah mati

4.2 Grafik Hasil Pengamatan


4.2.1Grafik Berat Ikan

12
45
40
35
30 Berat ikan 1 Berat ikan 2 Berat ikan 3 Berat ikan 4
25
20
15
10 Berat ikan 5 Berat ikan 6

5
0
3 4 5 6

4.2.2 Grafik Respirasi Ikan


600

500

400 Respirasi ikan 1 Respirasi ikan 2 Respirasi ikan 3 Respirasi ikan 4

300

200
Respirasi ikan 5 Respirasi ikan 6
100

0
3 4 5 6

4.3 Pembahasan
4.3.1 Perbedaan Limbah Tahu Segar dengan Limbah Tahu yang lama
Perbedaan limbah tahu segar dengan limbah tahu yang lama, yaitu
limbah tahu segar yang segar adalah hasil produksi yang baru saja
seluar dari proses pembuatan tahu dan tidak memiliki endapan berupa
ampas sisa tahu. Sedangkan limbah tahu yang lama yaitu limbah tahu
yang diambil lalu didiamkan dalam waktu beberapa hari sehingga
menghasilkan endapan dari sisa ampas tahu tersebut. Semakin lama

13
didiamkan, maka proses akumulasi limbah akan semakin tinggi,
sehingga tingkat senyawa organik juga akan semakin tinggi dan akan
berpengaruh pada kehidupan biota air jika limbah tersebut dibuang
keperairan.

4.3.2 Masa Adaptasi Ikan dan Perlakuan pada Ikan


Pada percobaan ini digunakan 6 ekor ikan mas hias sebagai alat
indikator pencemaran air dari limbah industri tahu. Pada masa adaptasi
selama 4 hari, semua ikan hidup dengan pergerakkan yang aktif.
Namum pada masa adaptasi ada 1 ikan yang mati karena tidak bisa
beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tersisa 5 ikan yang akan
diamati. Pada saat hari keempat adaptasi, dimasukkan limbah tahu
untuk mengetahui pergerakan ikan yang masih dalam keadaan sehat
pada masa adaptasi. Tetapi pada hari kelima atau hari pertama limbah
tahu dimasukkan, dilakukan pengamatan pada pukul 15.30 WITA,
terjadi perubahan pergerakkan baik pergerakkan tubuh ikan dan 1 ikan
mati lagi. Walau 4 ikan yang ada masih menunjukkan kesehatannya,
namun tingkat pergerakan ikan melambat. Dan pada hari keenam atau
hari kedua setelah limbah tahu dimasukkan, semua ikan yang tersisa
mati. Matinya ikan ini juga dapat dipengaruhi karena ikan tidak tahan
dengan suasana asam yang tinggi akibat air limbah tahu.

4.3.3 Respirasi Ikan kurang dari 400 kali


Berdasarkan pengamatan pada ikan mas hias saat praktikum, yang
terjadi setelah ikan dipindahkan dari tempat adaptasi ke aquarium, ikan
tampak bergerak lebih aktif dan tampak bernapas dengan cepat karna
ikan mulai menyesuaikan dirinya pada lingkungan yang baru. Dengan
proses resprirasi ikan juga bertambah lebih dari 400 kali. Namun pada
ikan pertama, ikan keempat dan kelima respirasi ikan kurang dari 400
kali atau kurang dari keadaan normalnya. Hal ini terjadi karena ikan
yang di jadikan alat indikator mengalami faktor stres yang tinggi pada

14
ikan karena perlakuan dari kita, seperti memindahkan ikan dari tempat
adaptasi ke aquarium dengan terlalu menekan bagian tubuh ikan.
Sehingga berpengaruh pada proses pernafasaan ikan. Pada
penambahan limbah tahu setelah pemindahan ikan dari tempat adaptasi
ke dalam aquarium, terjadi penurunan respirasi pada ikan-ikan
tersebut. Hal ini terjadi karena pada saat penambahan limbah tahu
sebanyak 300 ml, ikan mas hias tersebut belum mati akan tetapi ikan
sudah lemas, sehingga terkadang ikan ikan harus bernapas untuk
mempertahankan dirinya tetap hidup pada kondisi perairan dengan
kondisi zat pencemar yang terus bertambah.

4.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ikan


Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa
kematian ikan tidak selalu karena sebab faktor tunggal tetapi karena
beberapa faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
1. Fenomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang
bersifat memperkuat daya racun.
2. Fenomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih
yang salingmenetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun
berhasil dikurangi dinetralisir daya racunnya sehingga tidak
membahayakan.
3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan
serta adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu
sendiri.

4.3.5 Kandungan dalam Limbah Tahu


Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu
pada umumnya adalah senyawa-senyawa organik yang berupa protein,
karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut,
protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar, yang mencapai
40%-60% protein, 25%-50% karbohidrat dan 10% lemak. Komponen
terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06

15
sampai 434,78 mg/l. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah
adalah gas nitrogen (N2), oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia
(NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut
berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
air buangan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dampak limbah industri tahu terhadap biota air (ikan mas hias) adalah
limbah industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat
karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi dan tingkat
keasaman yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan biota air khususnya
ikan tidak dapat hidup dengan layak yang mengakibatkan ikan tersebut
mati.

16
2. Ikan tidak bisa bertahan lama terhadap perairan yang tercemar
disebabkan, kandungan perairan yang tercemar membuat ikan sulit
berkembang biak dan bernafas dengan sehingga mengakibatkan ikan
mati.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan biota air, khususnya ikan
adalah tempat ikan tersebut beradaptasi dan kandungan-kandungan
bahan berbahaya dalam air tersebut dan penambahan udara untuk ikan
bernafas.

5.2 Saran
1. Sebaiknya pada saat pengamatan waktu yang ada dapat digunakan
dengan lebih efektif, agar kita dapat mengetahui dengan jelas
perkembangan keadaan biota air (ikan mas hias).
2. Sebaiknya menggunakan berbagai macam biota air yang lain, seperti
bekicot, belut dan sebagainya agar lebih bervariasi.

17

You might also like