You are on page 1of 2

Best friends,saat darah remaja menggejolak

Kehidupan remaja memang menarik untuk diangkat. Gita mencampuradukkan


konflik-konflik yang terjadi di kalangan remaja SMA dengan arti persahabatan
yang sesungguhnya. Otak kreatifnya berhasil menciptakan konflik-konflik yang
cukup menggugah minat pembaca.

Judul : Best Friends


Pengarang : Gita Juwita
Penerbit : Kompas, Agustus 2009
Isi : 128 halaman B/W

Cerpen ini mengisahkan persahabatan antara Fifi, Uli, dan Icha, siswi kelas 2 SMA yang
selalu bersama saat suka dan duka. "Be thankful when it comes into your life, not riches nor
diamonds but the love of true friends." Kata-kata bijak itulah yang selalu mereka pegang. Tak
jarang masalah-masalah pun muncul membuat gejolak dalam persahabatan mereka.

Kisah pertama datang dari Fifi, putri tunggal dari Dirut PT Mono yangg termasuk dalam
10 perusahaan terbesar di Indonesia. Ia berpacaran dengan Erik, cowok yang playboy dan matre.
Dengan berpedoman pada "three wise monkey: see no evil, hear no evil, speak no evil", Fifi tetap
mempertahankan hubungannya dengan Erik walaupun banyak gosip miring tentang Erik. Ia terus
berusaha membela Erik sampai-sampai hampir merusak hubungan persahabatan mereka. Namun,
pada akhirnya Fifi sadar bahwa Erik bukan cowok yang baik untuknya.

Bagian kedua menceritakan tentang Uli si penyendiri yang dikeluarkan dari lapangan
basket oleh pelatihnya yang sangat galak namun sangat ia kagumi. Saat pertandingan, ia kurang
konsentrasi karena Fifi dan Icha tidak datang menyemangatinya padahal mereka sudah janjian.
Di sisi lain, ia juga sedih karena Gamas, sang pelatih, merasa kecewa dengan permainannya tadi.
Suatu hari ia memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Gamas, namun Gamas tidak
menjawab cintanya. Fifi dan Icha yang selalu menemani Uli, membuat Uli sadar bahwa
persahabatan mereka lebih penting daripada cowok manapun.
Pada bagian terakhir dikisahkan konflik antara Icha si cewek super gaul dengan ayahnya
yang melarangnya merayakan pesta ulang tahun yang ke-17. Ayahnya trauma karena semua
saudara perempuannya meninggal ketika merayakan pesta ulang tahun ke-17. Tidak terpengaruh
larangan ayahnya, Icha tetap teguh pada pendiriannya untuk merayakan pesta ulang tahun.

Hampir seminggu, Icha terus bermimpi buruk tentang suatu kejadian yang tidak pernah
dibayangkannya. Entah ulang tahun itu nyata atau hanya mimpi, yang pasti Icha mendapatkan
perayaan sweet seventeen yang tak terlupakan terutama karena ada sahabat-sahabat yang tak
tergantikan di sampingnya.

Kisah-kisah dan permasalahan-permasalahan yang diciptakan dalam cerpen ini dikemas


secara ringan dan mudah untuk dicerna. Setiap karakter dibuat sama kuat. Tidak ada yang terlalu
mendominasi cerita. Sehingga cerpen ini sangat menarik untuk di baca oleh setiap kalangan.

Sebagai anak bangsa, tidak ada salahnya kita turut berbangga dengan karya cerpenis asli
Indonesia. Semoga cepenis Indonesia terus maju dengan karya-karyanya.

Anita Dwi Rachmawati {XI IA5/05}

You might also like