Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar bagi
bangsa secara keseluruhan. Beberapa indikator yang sangat menonjol adalah angka kematian
ibu melahirkan, angka kematian bayi dan angka kematian anak. Survei Demografi dan
Kesehatan (SDKI) tahun 1994 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu atau MMR di
Indonesia 390 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 1997 terjadi penurunan menjadi 334
per 100.000 kelahiran hidup.
SDKI tahun 2009 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia 226 per
100.000 kelahiran hidup dan dari 5 juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya
diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Sebagai
penyebab utama kematian ibu tersebut adalah perdarahan, dan kira-kira 90 % terjadi di saat
sekitar persalinan yang sebagian besar disebabkan oleh retensi plasenta, hal ini menunjukkan
adanya manajemen persalinan kala III yang kurang adekuat.
Target yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2010 meliputi target dampak kesehatan
yang diantaranya : 1) menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup, 2) menurunkan Angka Kematian Neonatal menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, serta
target proses dan output diantaranya: meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan terampil menjadi 85%. Untuk itu diharapkan bahwa setiap persalinan
normal adalah mengacu pada standar Asuhan Persalinan Normal (APN). Dalam hal ini telah
dilakukan pelatihan Asuhan Persalinan Normal yang bertujuan untuk meningkatkan
pertolongan persalinan normal.
Asuhan Persalinan Normal ini merupakan asuhan yang bersih dan aman dari setiap
tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan
hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir. Beberapa alasan yang melandasi dirancangnya
pelatihan Asuhan Persalinan Normal diantaranya adalah berdasarkan fakta yang
menunjukkan bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu,
fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu
pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian
besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan
penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
tersebut masih belum memadai.
Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagai berikut.2
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1 Pengumpulan Data
a Data Subjektif
b Data Objektif
2 Diagnosis
3 Penatalaksanaan asuhan dan perawatan
a Membuat rencana
b Melaksanakan rencana
4 Evaluasi
b Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu
adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka
terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Antara
lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan
dengan tindakan, seperti ekstraksi vakum, forseps dan seksio sesarea.
1 Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2 Jelaskan asukan dan perawatan yang akan diberikan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3 Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4 Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
5 Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6 Berikan dukungan, bersarkan hatinya, dan tentramkan perasaan ibu berserta
anggota keluarga lainnya.
7 Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lain.
8 Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9 Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten.
10 Hargai privasi ibu.
11 Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran
bayi.
12 Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13 Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi
pengaruh merugikan.
14 Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma.
15 Anjurkan ibu untuk memelukbayinya segera setelah lahir.
16 Membantu memulai ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
17 Siapkan rencana rujukan.
18 Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan,
perlengkapanm dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu pada masa pascapersalinan:
1 Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2 Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan ASI sesuai
permintaan.
3 Ajarkan kepada ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4 Anjurkan suami dan anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-tanda
bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan
jika terdapat masalah atau kekhawatiran.
c Pencegahan Infeksi
1 Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang
terjadi bersifat asimptomatik.
2 Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3 Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan
dan telah bersentuhan dengan kulit tidak utuh/selaput mukosa atau darah, harus
dianggap terkontaminasi, sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4 Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap terkontaminasi.
5 Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.
1 Alkohol (60 90 %)
2 Setrimid berbagai konsentrasi : Savlon
3 Klorheksidin glukonat (4 %) : Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens
4 Heksakloforen (3 %) : Phisohex
5 Iodine
6 Iodofor, berbagai konsentrasi: Betadine
Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan adalah untuk memastikan bahwa petugas kesehatan
dapat menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan (seperti meja pemeriksaan)
harus didekontaminasikan segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh. Larutan
yang digunakan adalah Klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci dan Membilas
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan
tubuh, atau benda asing dari kulit atau instrumen.
Disinfeksi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
Larutan yang digunakan adalah Klorin 0,5%.
Mencuci tangan
Memakai sarung tangan
Memakai perlengkapan pelindung (celemek, kaca mata, sepatu tertutup)
Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
Memproses alat bekas pakai
Menangani perlatan tajam dengan aman
Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah
secara benar.
d Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika
asuhan tidak dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan yang
dimaksud. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji
ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan
dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis serta membuat rencana
asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.
e Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan
atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa
para ibu dan bayu baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan
normal, sekitar 10 15 % di antaranya akan mengalami masalah selama proses
persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas terdekat yang mampu
untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti:
Pembedahan
Transfusi darah
Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forseps
Antibiotika
Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir.
C. Identifikasi Persalinan
Salah satu diagnosis paling kritis dalam obstetri adalah keakuratan diagnosis
persalinan. Jika persalinan salah didiagnosis, mungkin akan dilakukan intervensi yang
tidak tepat untuk mempercepat persalinan. Sebaliknya, jika persalinan tidak didiagnosis,
janin bayi berada dalam bahaya akibat penyulit tak terduga. Walaupun diagnosis banding
antara persalinan palsu dan persalinan sejati kadang-kadang sulit ditentukan , diagnosis
biasanya dibuat dengan melihat kontraksi yang terjadi.
D. Jalannya Persalinan
Persalinan dibedakan menjadi 4 kala yaitu :
1 Kala 1 atau kala pembukaan
Dimulai dari his persalinan pertama sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala
pembukaan pada primigravida kira-kira 12 jam dan pada multigravida kira-kira 7
jam.
2 Kala 2 atau kala pengeluaran
Dimulai dari pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi. Lamanya kala pengeluaran
pada primigravida kira-kira 50 menit dan pada multigravida kira-kira 20 menit.
3 Kala 3 atau kala uri
Dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Lamanya kala uri kira-kira 8
menit sedang lepasnya plasenta memerlukan waktu kira-kira 2-3 menit.
4 Kala 4 atau masa nifas
Masa 1 jam atau lebih setelah lahirnya plasenta.
E. Persalinan Kala I
Pada kala 1 :
1 Fase laten pada nulipara kurang dari 20 jam dan pada muligravida yaitu kurang dari
14 jam.
2 Fase aktif : pada nulipara pembukaan 1,2 cm per jam dan pada multigravida
pembukaan 1,5 cm.
Pemeriksaan dalam
Asupan oral
11 Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai de ngan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikn ia merasa nyaman).
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran:
a Membimbing ibu untuk meneran saat ibu memunyai keinginan untuk meneran.
b Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
d Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f Menganjurkaan asupan cairan per oral.
g Menilai DJJ setiap lima menit.
h Jika bati belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi dalam waktu 120 menit
(2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman.
Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
j Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm, letakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15 Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
16 Membuka partus set.
17 Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
MenolongKelahiran Bayi
Lahirnya Kepala
18 Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan
kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
19 Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dnegan kain atau kasa yang
bersih.
20 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
a Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
b Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
21 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23 Setelah kedua bahu dilahirrkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dengan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung kaki ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
25 Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami
asfiksia, lakukan resusitasi.
26 Segera membungkus kepada dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit
ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.
27 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari tali pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).
28 Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat diantara kedua klem tersebut.
29 Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah, dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering., menutupi bagian atas kepala, membiarkan si tali
puast terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30 Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
31 Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghiangkat kemungkinan adanya bayi kedua.
32 Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33 Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di
gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
37 Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
a Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 - 10
cm dari vulva.
b Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
a Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
b Menilai kandung kemih dan melakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c Menanggulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
d Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi.
38 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan seviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
40 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontaksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai
41 Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
53 Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang telah
sesuai.
55 Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56 Memastikan bahwa ibu nyaman. Memantau ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang diinginkan ibu.
57 Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58 Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60 Melengkapi partograf .
Gambar 1. Gerakan-gerakan pokok pada mekanisme persalinan