You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar bagi
bangsa secara keseluruhan. Beberapa indikator yang sangat menonjol adalah angka kematian
ibu melahirkan, angka kematian bayi dan angka kematian anak. Survei Demografi dan
Kesehatan (SDKI) tahun 1994 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu atau MMR di
Indonesia 390 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 1997 terjadi penurunan menjadi 334
per 100.000 kelahiran hidup.
SDKI tahun 2009 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia 226 per
100.000 kelahiran hidup dan dari 5 juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya
diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Sebagai
penyebab utama kematian ibu tersebut adalah perdarahan, dan kira-kira 90 % terjadi di saat
sekitar persalinan yang sebagian besar disebabkan oleh retensi plasenta, hal ini menunjukkan
adanya manajemen persalinan kala III yang kurang adekuat.
Target yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2010 meliputi target dampak kesehatan
yang diantaranya : 1) menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup, 2) menurunkan Angka Kematian Neonatal menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, serta
target proses dan output diantaranya: meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan terampil menjadi 85%. Untuk itu diharapkan bahwa setiap persalinan
normal adalah mengacu pada standar Asuhan Persalinan Normal (APN). Dalam hal ini telah
dilakukan pelatihan Asuhan Persalinan Normal yang bertujuan untuk meningkatkan
pertolongan persalinan normal.
Asuhan Persalinan Normal ini merupakan asuhan yang bersih dan aman dari setiap
tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan
hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir. Beberapa alasan yang melandasi dirancangnya
pelatihan Asuhan Persalinan Normal diantaranya adalah berdasarkan fakta yang
menunjukkan bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Asuhan Persalinan Normal

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu,
fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu
pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian
besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan
penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
tersebut masih belum memadai.

B. Tujuan Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan


mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
yang terintergrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.2

Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagai berikut.2

1 Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, misalnya


mencuci tangan dengan rutin, menggunakan sarung tangan yang sesuai dengan yang
diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran
bayi, serta menerapkan standar proses peralatan.
2 Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir,
termasuk penggunaan partograf. Partograf digunakan sebagai alat bantu untuk
membuat suatu keputusan klinik, berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang
mungkin terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai.
3 Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pascapersalinanm
dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenai proses
kelahiran bayi dan meminta para suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam
proses persalinan dan kelahiran bayi.
4 Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.
5 Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti episiotomi rutin,
amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lendir secara rutin sebagai upaya untuk
mencegah perdarahan pascapersalinan.
6 Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan menghangatkan
tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenal sejak dini komplikasi dan
melakukan tindakan bermanfaat secara rutin.
7 Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk dalam masa
nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan memastikan ibu dan bayinya berada dalam
kondisi aman dan nyaman, mengenal sejak dini komplikasi pascapersalinan dan
mengambil tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.
8 Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru lahir.
9 Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a Membuat Keputusan Klinik


Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini
merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan menganalisis
informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana tindakan yang sesuai
dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil
asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayi baru lahir.

Empat langkah proses pengambilan keputusan klinik:

1 Pengumpulan Data
a Data Subjektif
b Data Objektif
2 Diagnosis
3 Penatalaksanaan asuhan dan perawatan
a Membuat rencana
b Melaksanakan rencana
4 Evaluasi
b Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu
adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka
terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Antara
lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan
dengan tindakan, seperti ekstraksi vakum, forseps dan seksio sesarea.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:

1 Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2 Jelaskan asukan dan perawatan yang akan diberikan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3 Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4 Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
5 Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6 Berikan dukungan, bersarkan hatinya, dan tentramkan perasaan ibu berserta
anggota keluarga lainnya.
7 Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lain.
8 Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9 Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten.
10 Hargai privasi ibu.
11 Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran
bayi.
12 Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13 Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi
pengaruh merugikan.
14 Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma.
15 Anjurkan ibu untuk memelukbayinya segera setelah lahir.
16 Membantu memulai ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
17 Siapkan rencana rujukan.
18 Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan,
perlengkapanm dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu pada masa pascapersalinan:
1 Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2 Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan ASI sesuai
permintaan.
3 Ajarkan kepada ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4 Anjurkan suami dan anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-tanda
bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan
jika terdapat masalah atau kekhawatiran.

c Pencegahan Infeksi

Tujuan Pencegahan Infeksi dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lainnya


dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan
dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan
transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Juga upaya-
upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara
pengobatannya, seperti hepatitis dan HIV/AIDS.

Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan


1 Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
2 Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa, seperti
hepatitis dan HIV/AIDS.
3 Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya
melalui :
a Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (misalnya luka atau lecet yang kecil).
b Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaminasi atau oeralatan
tajam lainnya, baik pada saat prosedur dilakukan maupun pada saat
memproses peralatan.
Memakai sarung tangan, menggunakan perlengkapan pelindung pribadi (kaca
mata, masker, celemek dan lain-lain) dapat melindungi penolong terhadap
kemungkinan terkena percikan. Berhati-hati saat menangani benda tajam dan
melakukan dekontaminasi, serta memproses peralatan yang terkontaminasi secara
benar merupakan cara-cara efektif untuk meminimalkan resiko infeksi, tidak hanya
bagi ibu/bayi baru lahir, tapi juga terhadap penolong persalinan dan staf kesehatan
lainnya.

Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang


diberikan pada ibu dan bayi baru lahir, saat memberikan asuhan dasar selama
kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana
penyulit.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi :

1 Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang
terjadi bersifat asimptomatik.
2 Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3 Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan
dan telah bersentuhan dengan kulit tidak utuh/selaput mukosa atau darah, harus
dianggap terkontaminasi, sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4 Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap terkontaminasi.
5 Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.

Definisi Tindakan-Tindakan dalam Pencegahan Infeksi


Asepsis atau Teknik Aseptik
Ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya organisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan
infeksi. Teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan
penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,
jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat yang aman atau dengan
menghilangkannya secara keseluruhan.
Antiseptik
Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan kulit lainnya.
Larutan yang sering digunakan :

1 Alkohol (60 90 %)
2 Setrimid berbagai konsentrasi : Savlon
3 Klorheksidin glukonat (4 %) : Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens
4 Heksakloforen (3 %) : Phisohex
5 Iodine
6 Iodofor, berbagai konsentrasi: Betadine

Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan adalah untuk memastikan bahwa petugas kesehatan
dapat menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan (seperti meja pemeriksaan)
harus didekontaminasikan segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh. Larutan
yang digunakan adalah Klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci dan Membilas
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan
tubuh, atau benda asing dari kulit atau instrumen.
Disinfeksi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
Larutan yang digunakan adalah Klorin 0,5%.

Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)


Tindakan yang digunakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali endospora bakteri adalah dengan cara merebus atau secara kimiawi.
Perebusan dalam air mendidih selama 20 menit
Klorin 0,5% selama 20 menit dan glutaraldehid 2 % (cydex).
Sterilisasi
Tindakan yang digunakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit, virus) termasuk endospora pada benda-benda mati atau instrumen.
Tindakan-tindakan pebcegahan infeksi
Terdapat berbagai praktik pencegahan infeksi yang membantu mencegah
miroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya dan menyebarkan
infeksi.

Mencuci tangan
Memakai sarung tangan
Memakai perlengkapan pelindung (celemek, kaca mata, sepatu tertutup)
Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
Memproses alat bekas pakai
Menangani perlatan tajam dengan aman
Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah
secara benar.

d Pencatatan (Dokumentasi)

Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika
asuhan tidak dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan yang
dimaksud. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji
ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan
dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis serta membuat rencana
asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.

e Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan
atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa
para ibu dan bayu baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan
normal, sekitar 10 15 % di antaranya akan mengalami masalah selama proses
persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas terdekat yang mampu
untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti:
Pembedahan
Transfusi darah
Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forseps
Antibiotika
Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir.
C. Identifikasi Persalinan
Salah satu diagnosis paling kritis dalam obstetri adalah keakuratan diagnosis
persalinan. Jika persalinan salah didiagnosis, mungkin akan dilakukan intervensi yang
tidak tepat untuk mempercepat persalinan. Sebaliknya, jika persalinan tidak didiagnosis,
janin bayi berada dalam bahaya akibat penyulit tak terduga. Walaupun diagnosis banding
antara persalinan palsu dan persalinan sejati kadang-kadang sulit ditentukan , diagnosis
biasanya dibuat dengan melihat kontraksi yang terjadi.

Kontraksi pada persalinan sejati :

1 Kontraksi terjadi dengan interval yang teratur


2 Interval secara bertahap memendek
3 Intensitas secara bertahap meningkat
4 Nyeri di punggung dan abdomen
5 Serviks membuka
6 Nyeri tidak hilang dengan sedasi

Kontraksi pada persalinan palsu :

1 Kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur


2 Interval tetap lama
3 Intensitas tidak berubah
4 Nyeri terutama diperut bawah
5 Serviks belum membuka
6 Nyeri biasanya mereda dengan sedasi

D. Jalannya Persalinan
Persalinan dibedakan menjadi 4 kala yaitu :
1 Kala 1 atau kala pembukaan
Dimulai dari his persalinan pertama sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala
pembukaan pada primigravida kira-kira 12 jam dan pada multigravida kira-kira 7
jam.
2 Kala 2 atau kala pengeluaran
Dimulai dari pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi. Lamanya kala pengeluaran
pada primigravida kira-kira 50 menit dan pada multigravida kira-kira 20 menit.
3 Kala 3 atau kala uri
Dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Lamanya kala uri kira-kira 8
menit sedang lepasnya plasenta memerlukan waktu kira-kira 2-3 menit.
4 Kala 4 atau masa nifas
Masa 1 jam atau lebih setelah lahirnya plasenta.

E. Persalinan Kala I

Tanda dan gejala inpartu


Penipisan dan pembukaan serviks
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
Fase-Fase pada Kala I Persalinan
Fase Laten pada Kala Satu Persalinan
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase Aktif pada Kala Satu Persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih
dari 1cm hingga 2 cm (multipara)
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Pada fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :
o Periode akselerasi, berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
o Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
o Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10
cm atau lengkap
Manajemen Aktif Kala I
Memantau Kontraksi Uterus
Untuk memantau kontraksi uterus dengan cara letakan tangan penolong diatas uterus
dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit, gunakan
jarum detik pada jam. Memantau tiap jam sekali pada fase aktif.
Menentukan Tinggi fundus Uteri
Lakukan pengukuran pada saat uterus tidak berkontraksi menggunkan pita pengukur
atau meteran pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita
(posisi melebar) mulai dari tepi atas simpisis pubis, kemudian rentangkan pita
mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus.
Jarak tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
Memantau Denyut Jantung Janin
Menentukan Presentasi
Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin
Periksa Dalam
Partograf pada kala 1 fase aktif (untuk menilai kemajuan persalinan)
Kontrol tanda-tanda vital ibu tiap 4 jam
Pemberian obat bila ada indikasi dan bila diperlukan

Pada kala 1 :
1 Fase laten pada nulipara kurang dari 20 jam dan pada muligravida yaitu kurang dari
14 jam.
2 Fase aktif : pada nulipara pembukaan 1,2 cm per jam dan pada multigravida
pembukaan 1,5 cm.

Pengawasan pada kala pembukaan


1 Tekanan darah, suhu badan dan laju pernapasan
Tekanan darah , suhu badan dan laju pernafasan setidaknya diperiksa setiap 4 jam.
Jika ketuban telah lama pecah sebelum persalinan atau subfebris, maka suhu badan
diperiksa tiap jam.
2 Kontraksi uterus (his)
Kontraksi uterus diperiksa sejak mulainya kontraksi sampai kontraksi berakhir dengan
cara meletakkan telapak tangan diatas uterus biasanya pada umbilicus. His ditentukan
dengan frekuensi, lamanya dan intensitas.
3 Denyut jantung janin
Denyut jantung janin normalnya berkisar antara 120-160 kali/menit. Pada kala 1,
denyut jantung janin dipantau setiap 30 menit dan pada kala 2 setiap 15 menit.

Pemeriksaan dalam

Pada kala pembukaan, pemeriksaan dalam berikutnya menentukan keadaan serviks,


ketuban, presentasi, posisi dan turunnya bagian terendah fetus. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat pemeriksaan dalam :
1 Pemeriksaan serviks uteri
a Serviks kaku atau lembek
b Pembukaan dan pendataran serviks
c Posisi serviks
2 Pemeriksaan ketuban
3 Pemeriksaan keadaan fetus
Pemeriksaan mengenai bagian depan fetus , penurunan , presentasi, posisi, serta
menentukan ada tidaknya caput suksedaneum dan bagian fetus yang menumbung
4 Pemeriksaan keadaan panggul

Posisi ibu selama persalinan


Ibu yang dalam proses bersalin tidak perlu terus berbaring di tempat tidur pada awal
persalinan. Di tempat tidur, ibu hendaknya dieprbolehkan mengambil posisi yang
dirasanya enak, paling sering adalah berbaring miring.

Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif. Waktu


pengosongan lambung memanjang secara nyata saat proses persalinan berlangusung dan
diberikan obat analgesik. Sebagai akibatnya, makanan dan sebagian besar obat yang
dimakan tetap berada di lambung dan tidak diabsorbsi , melainkan dapat dimuntahkan dan
teraspirasi.

Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat menyebabkan persalinan


macet, dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi kandung kemih dan hipotoni. Ibu
dinasihati untung berkemih sendiri, jika tidak dapat, maka perlu dilakukan katerisasi
intermiten.

F. 60 Langkah Persalinan Normal

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1 Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.


a Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada pada rektum dan/atau
vaginanya.
c Perineum menonjol.
d Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2 Memastikan pelengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunkan. Mematahan


ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3 Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4 Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tanagn dengan
sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5 Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semya pemeriksaan dalam.
6 Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembli partus set/wadah disinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik


7 Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi disinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibum
membersihkannya dnegan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasu dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan dekontaminasi).
8 Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum
pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9 Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya ke
dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci kedua tangan.
10 Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kalli/menit).
a Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran

11 Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai de ngan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikn ia merasa nyaman).
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran:
a Membimbing ibu untuk meneran saat ibu memunyai keinginan untuk meneran.
b Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
d Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f Menganjurkaan asupan cairan per oral.
g Menilai DJJ setiap lima menit.
h Jika bati belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi dalam waktu 120 menit
(2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman.
Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
j Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm, letakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15 Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
16 Membuka partus set.
17 Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
MenolongKelahiran Bayi
Lahirnya Kepala
18 Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan
kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
19 Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dnegan kain atau kasa yang
bersih.
20 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
a Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
b Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
21 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu

22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23 Setelah kedua bahu dilahirrkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dengan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung kaki ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
25 Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami
asfiksia, lakukan resusitasi.
26 Segera membungkus kepada dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit
ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.
27 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari tali pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).
28 Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat diantara kedua klem tersebut.
29 Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah, dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering., menutupi bagian atas kepala, membiarkan si tali
puast terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30 Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin

31 Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghiangkat kemungkinan adanya bayi kedua.
32 Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33 Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di
gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali

34 Memindahkan klem tali puasat.


35 Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memedang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peneganggan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan tang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu agar ibu atas seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan putting susu.
Tanda tanda pelepasan plasenta :

a Uterus menjadi globular dan biasanya menjadi lebih kencang


b Sering ada pancaran darah mendadak
c Uterus naik keabdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun masuk
ke segmen bawah uterus dan vagina , serta massanya mendorong uterus ke atas
d Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina , yang menunjukkan bahwa plasenta
telah turun.
Mengeluarkan Plasenta

37 Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
a Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 - 10
cm dari vulva.
b Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
a Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
b Menilai kandung kemih dan melakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c Menanggulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
d Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi.
38 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan seviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.

Pemijatan Uterus

39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
40 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontaksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai
41 Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan

42 Menilai ulang uterus dab memastikannya berkontraksi dengan baik.


43 Mencelupkan kedua tangan yang memakau sarung tangan ke adalam larutan klorin
0,5%.
44 Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45 Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati
yang pertama.
46 Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 65 %.
47 Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
48 Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49 Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a 2 3 kali dalam 15 menit petama pascapersalinan.
b Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c Setiap 20 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.
e Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50 Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51 Mengevaluasi kehilangan darah.
52 Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
a Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
b Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan

53 Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang telah
sesuai.
55 Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56 Memastikan bahwa ibu nyaman. Memantau ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang diinginkan ibu.
57 Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58 Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi

60 Melengkapi partograf .
Gambar 1. Gerakan-gerakan pokok pada mekanisme persalinan

You might also like