You are on page 1of 28

Riwayat Psikiatrik,

Pemeriksaan Status Mental


(Status Psikiatrikus) dan
Psikopatologi
Dr.Manoe Bernd P. SpKJ. MKes

MODUL 3
01/2014

[Bahan ini sebagai acuan belajar psikiatri Fakultas Kedokteran UNCEN, namun
demikian sangat baik untuk membaca kembali dari sumber-sumber lain sebagai
pembanding. Sebagian besar tulisan ini diambil dari Kaplan & Sadock's Synopsis
of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. 2007)
Riwayat Psikiatrik, Pemeriksaan Status Mental (Status Psikiatrikus)
dan Psikopatologi

Riwayat Psikiatrik
Riwayat Psikiatrik adalah rekaman perjalanan kehidupan pasien; dari riwayat
psikiatrik seorang dokter dapat mengerti siapa pasien, asal pasien, dan
kecenderungan seperti apa yang akan dihadapi pasien pada masa mendatang.
Riwayat perjalanan kehidupan pasien menjabarkan kepada dokter bagaimana
kehidupannya sesuai sudut pandang pasien. Seringkali riwayat kehidupan pasien
didapatkan dari keluarga, seperti pasangan atau orang tua. Mendapatkan riwayat
kehidupan pasien secara baik dan benar, sangat penting dalam menentukan
diagnosis yang tepat, dan formulasi rencana terapi yang efektif. Riwayat psikiatri
akan memberikan gambaran sesungguhnya hubungan pasien terhadap orang-
orang terdekatnya, termasuk orang2x terpenting dalam kehidupannya. Dari
riwayat psikiatri dan riwayat pengobatan, seorang dokter harus berusaha
menentukan gambaran umum ciri kepribadian pasien baik kelebihan maupun
kekurangannya, sebagai kelengkapan data faktual menentukan kronologi
terbentuknya gejala.

Cara yang paling penting dalam mendapatkan riwayat psikiatrik, adalah dengan
membiarkan pasien menceritakan yang mereka rasakan paling penting, sesuai
kata-kata mereka. Sesuai cerita yang diutarakan pasien, seorang dokter harus
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan sesuai garis beasr anamnesis
yang diutarakan pasien dan riwayat status kesehatan jiwa pasien.

Struktur riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada tulisan ini tidak
bersifat kaku dalam wawancara pasien. Format standart riwayat psikiatrik
didapatkan pada tabel berikut :

Outline Riwayat Psikiatrik


1 Identitas Pasien (demografi)
2 Keluhan Utama
3 Riwayat Penyakit 1. Onset
Sekarang (RPS) 2. Faktor Presipitasi

4 Riwayat Penyakit 1. Psikiatrik


Dahulu (RPD) 2. Medis
3. Penyalahgunaan zat
5 Rwayat keluarga
6 Riwayat Pribadi 1. Prenatal
2. Kanak-kanak awal (0-3)

2|Page
3. Kanak-kanak pertengahan (3-11)
4. Kanak-kanak akhir (pubertas-remaja)
5. Dewasa A. Riwayat pekerjaan
B. Riwayat pernikahan & hubungan
C. Riwayat militer
D. Riwayat pendidikan
E. Agama
F. Aktivitas sosial
G. Keadaan kehidupan saat ini
H. Riwayat yang berhubungan
dengan hukum
6. Riwayat seksual
7. Fantasi dan mimpi
8. Nilai-nilai

I. Data Identitas Pasien


Data identitas pasien, berisi data demografi yaitu :

Nama Jenis kelamin


Usia Marital
Pendidikan Pekerjaan
Suku Agama
kebangsaan Alamat
Informasi dapat mencakup tempat maupun situasi saat wawancara dilakukan,
sumber informasi, dan reliabilitas sumber informasi. Harus diperhatikan apakah
pasien datang atas keinginan sendiri atau tidak. Data identitas pasien bertujuan
memberikan gambaran awal ciri potensial dari pasien yang dapat mempengaruhi
diagnosis, prognosis, terapi, dan kepatuhan. Sebagai contoh :

Tn. X usia 25 tahun, belum menikah, Sarjana, PNS, Suku Sulawesi, Agama Kristen,
tinggal di Biak. Saat ini tinggal dengan orang tua, ia dibawa ke poliklinik atas
rujukan dokter penyakit dalam untuk menajalani evaluasi psikiatrik.

II. Keluhan Utama


Keluhan utama adalah keluhan yang diutarakan oleh bahasa pasien, merupakan
alasan pasien dibawa/datang untuk mendapatkan bantuan. Walaupun pasien
tidak mampu berbicara, atau keterangan pasien terdengar aneh atau janggal, hal
tersebut harus di tuliskan secara keterangan verbal pada keluhan utama pasien.
Keluhan utama dapat pula dituliskan sebagai keluhan yang dirasakan oleh

3|Page
pengantar/ keluarga pasien, sehingga membawa pasien untuk mendapatkan
bantuan.

Memiliki keinginan untuk mati


Ada orang yang mau membunuh saya
Merasa sangat sedih
Marah-marah sepanjang waktu

III. Riwayat penyakit sekarang (RPS)


Riwayat penyaki t sekarang memberikan gambaran kronologis kejadian-kejadian
saat ini yang berhubungan dengan keluhan utama. Pada bagian ini menjabarkan
faktor presipitasi atau faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan saat ini.
Beberapa pertanyaan yang dapat membentuk RPS diantaranya adalah;

Mengapa mengalami sakit sekarang ?,


Mengapa pasien datang ke dokter sekarang?,
Bagaimana keadaan kehidupan pasien pada onset gejala (perubahan perilaku)?
Bagaimana gejala-gejala yang dirasakan pasien berdampak terhadap aktivitas
sehari-hari dan hubungannya dengan orang lain?
Bagaimana gejala mengakibatkan disfungsi memori, bicara, pikiran, maupun
perubahan kepribadian?
Seluruh gejala-gejala yang diperoleh harus dijabarkan secara waktu, intensitas,
fluktuasi, dan kualitasnya. Segala hal yang berhubungan dengan gangguan saat ini
baik psikologis maupun fisiologis, harus tercatat lengkap. Selain hal-hal tersebut
diatas, hal terpenting lainnya adalah bagaimana pasien menghadapi gejala-
gejala yang dirasakannya, hal-hal yang memperberat gejala, maupun yang
meringankan gejala harus diketahui dengan baik.

Bentuk pertanyaan sangat baik dalam bentuk pertanyaan terbuka, namun pada
pasien-pasien yang mengalami disorganisasi yang berat sebaiknya dilakukan
pertanyaan closed-ending, dan sebaiknya dilakukan anamnesis kepada keluarga
untuk mengklarifikasi yang diceritakan oleh pasien.

Perjalanan perubahan-perubahan gejala pasien harus ditentukan dan disimpulkan


dengan cara yang sistematis. Semakin rinci RPS, semakin besar kesempatan klinisi
memberikan diagnosis yang tepat.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


RPD berisi transisi dari riwayat sakit saat ini dan riwayat kehidupan pasien. Pada
bagian ini dijabarkan Gangguan psikiatrik pada masa sebelumnya dan gangguan
Medis umum lainnya. Idealnya pada bagian ini berisi substrat psikologis dan

4|Page
biologis yang berlangsung sebelumnya, serta dijelaskan hal-hal penting tentang
bagian-bagian fungsi pasien yang rentan membuat pasien sakit. Gejala-gejala
pasien, beratnya inkapasitas, jenis pengobatan, derajat kepatuhan, tempat
perawatan sebelumnya, harus dilengkapi.

Dari riwayat medis, klinisi dapat melihat riwayat pengobatan sebelumnya, gejala,
dan riwayat gangguan medis mayor atau riwayat operasi yang pernah dialami
pasien, khusunya yang mendorong pasien pernah menjalani perawatan di RS.
Episode trauma Craniocerebral, gangguan neurologis, tumor, dan kejang,
khususnya yang berhubungan dengan riwayat psikiatrik, contohnya riwayat HIV
atau AIDS. Pertanyaan spesifik perlu ditanyakan seperti pada gangguan kejang,
episode hilangnya kesadaran, riwayat nyeri kepala, perubahan kemampuan
penglihatan, dan disorentasi. Riwayat penyakit-penyakit infeksi yang berhubungan
dengan ggn neuropsikiatrik, harus dikonfirmasi (syphililis dan lain2x). Banyak
gangguan-gangguan medis, maupun terapinya dapat mengkibatkan gejala atau
gangguan psikiatri. Endokrinopati seperti hipotiroidsme atau Addisons disease
dapat bermanifestasi dalam bentuk depresi. Terapai kortikosteroid dapat
mempresipitasi manik, dan gejala-gejala psikotik. Riwayat medis pasien,
merupakan pedoman dalam memberikan terapai pada pasien. Seorang pasien
depresi dengan gangguan jantung, tidak boleh diberikan tricyclic antidepresan.
Pada pasien gangguan bipolar dengan ganggguan ginjal, lebih baik diberikan
mood stabilizer, dibandingkan llithium.

V. Riwayat keluarga
Pada bagian ini dijabarkan Riwayat gangguan psikiatri, perawatan, dan terapi
pada keluarga terdekat pasien. Apakah keluarga memiliki riwayat PGZ (alkohol
atau zat lainnya). Pada riwayat keluarga harus dideskripsikan personality dan
intelegensia, dari setiap anggota keluarga yang tinggal dengan pasien, baik dari
masa kecil pasien hingga saat ini. Dalam wawancara psikiatrik harus dijabarkan
pula peran dan hubungan dari setiap anggota2x keluarga dalam kehidupan
pasien. Klinisi harus menentukan sikap dan pandangan keluarga terhadap pasien
saat belum mengalami gangguan, maupun pada saat ini. Selain dari sudut
pandang keluarga, harus dinilai pula pandangan pasien terhadap keluarga,
apakah ia merasakan keluarga bersifat suportif, indiferent, atau destruktif. Pada
bagian ini, untuk mempermudah dapat digambarkan genogram, dengan
penggambaran sebagai berikut :

:pria : wanita : meninggal : pasien

:sakit serupa

5|Page
: garis hubungan :bercerai : batasan keluarga
dekat

Dengan penggambaran genogram dapat terlihat riwayat sakit serupa dalam


keluarga, sehingga dapat ditentukan peran faktor genetik dan pada gangguan
yang dialami pasien saat ini.

Hal penting yang dapat ditanyakan pada bagian ini adalah :

Bagaimana hubungan pasien terhadap orang tua dan saudara-saudaranya


(kakak/adik)? Dokter dapat meminta pasien menyebutkan anggota keluarga
pasien, dari hal ini dapat dinilai siapa yang disebutkan pertama? Siapa yang
cenderung dilupakan? Apa yang pekerjaan ayah/ibu atau anggota keluarga
lainnya? Bagaimana pekerjaan siblings dibandingkan pasien? Dan bagaimana
tanggapan pasien akan hal tersebut?

VI. Riwayat hidup Pasien


Untuk lebih mendalami kondisi gangguan pasien dan situasi kehidupannya, klnisi
harus memahami perjalanan kehidupan pasien pada masa lalu dan hubungannya
dengan gangguan saat ini. Anamnesis atau riwayat kehidupan pasien umumnya
dibagi sebagai berikut :

Outline anamnesis Riwayat Kehidupan Pasien


A Prenatal dan perinatal
Matur/prematur/post term
Persalinan normal/ sectio
Obat/zat2x tertentu yang digunakan ibu
selama kehamilan
Komplikasi persalinan
Masalah2x dalam kehamilan
(biologis/psikologis)
Cacat lahir

B Infancy dan kanak-kanak awal


Hubungan infant dan ibu
Masalah makan / tidur
Milestones : merangkak/duduk/berjalan,
Kata-kata pertama, Bowel-Bladder control
Bentuk pengasuhan
Perilaku tidak wajar lainnya (head
banging)
Gangguan Medis ~ggn
perkembangan/ggn pertumbuhan

6|Page
C Kanak-kanak menengah
Keadaan pasien pada masa sekolah dan
prasekolah
Hobi
Saat perpisahan dengan Pengasuhan
Pertemanan/ bermain
Metode dalam membentuk disiplin
Sakit ttt, operasi, atau trauma
(biologis/psikologis)

D Remaja
Onset pubertas
Prestasi akademik
Aktivitas hobi
Hubungan peer
Romantic involvement & sexual experience
Pengalaman kerja
PGZ
Symptomps (moodiness, ggn tidur/makan,
pertengkaran fisik/verbal)

E Dewasa awal
Meaningful long term relationship / marital
Penentuan karir dan akademik
Pengalaman militer
Riwayat pekerjaan

F Dewasa pertengahan dan usia tua


Peruban struktur keluarga
Aktivitas sosial
Perubahan pekerjaan
Kejadian2x bermakna dlm kehidupan
pasien
Usia tua dan pensiun
A. Riwayat perinatal dan prenatal

Pada bagian ini ditentukan faktor biologis maupun psikologis pada


masa prenatal maupun perinatal yang berdampak pada perkembangan
janin dan perjalanan persalinan. Apakan didapatkan masalah kesehatan
selama kehamilan dan persalinan?, bagaimana emosi dan kondisi ibu
setelah masa persalinan? Apakah pasien merupakan anak yang
diinginkan? Bagaimana hubungan orang tua pada masa kehamilan dan

7|Page
persalinan? Apakah didapatkan riwayat PGZ pada ibu/ayah/ anggota
keluarga lainnya.

B. Riwayat Kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Masa ini dinilai kualitas hubungan pengasuh dan pasien pada usia
0-3 tahun. Interaksi pada waktu memberi makan, toilet training, dan
keseharian pasien. Hal2x tertetntu yang dapat dideteksi pada masa ini
adalah adanya gangguan pola tidur, episode head banging atau body
rocking, dapat merupakan tanda adanya keterlambatan perkembangan
mental atau disabilitas perkembangan. Pada masa ini harus dinilai pula
human constancy dan attachtment yang terbentuk pada usia 3 tahun. Selain
itu, apakah didapatkan gangguan psikiatrik atau gangguan medis pada
orang tua yang berdampak terhadap hubungan pasien dan orang tua?.
Apakah ada pemberi pengasuhan lain selain orang tua? Apakah pasien
mengalami gangguan pada masa ini seperti gangguan cemas perpisahan?
Dalami hubungan pasien dengan siblings. Munculnya ciri kerpribadian
tertentu pada masa anak adalah topik yang krusial dan sangat penting.
Apakah anak cenderung malu, overaktif, gelisah,? Tentukan kemampuan
anak dalam dalam berkonsentrasi, kemampuan mentoleransi stress, dan
kemampuan menunda keinginan. Pada masa ini penting untuk mengetahui
kemampuan anak dalam permainan fisik secara akftif atau pasif. Permainan
favorit anak, apakah games atau boneka? Apakah anak lebih nyaman
bermain sendirian atau dengan orang lain? Apakah ada fantasi atau cita2x
tertentu.

Kebiasaan makan :
Asi, atau menggunakan botol, apakah ada masalah makan?
Perkembangan awal (Milestones) :
Berjalan, bicara, pertumbuhan gigi, perkembangan bahasa,
perkembangan motorik,
Toilet training :
Usia mulai toilet training, sikap orang tua
Gejala dan Masalah perilaku :
Thumb Sucking, temper tantrums, tics, head bumping, rocking, night
terrors, fears, bed-wetting, bed-soilling, nail bitting, excessive
masturbation
Personality as a child :
Shy, restless, overactive, patterns of play

8|Page
C. Usia anak pertengahan (3-11 tahun)

Klinis memfokuskan pada perkembangan identitas seksual, jenis hukuman


yang diberlakukan di rumah. Pengalaman awa sekolah, khususnya
berhubungan dengan pengalam terpisah dari pengasuhan. Pada masa ini
juga harus dituliskan pengalaman pertemanan pertama pada pasien,
menilai peran pasien dalam pertemanan atau permainan yaitu sebagai
pemimpin atau pengikut. Apakah anak dapat bergabung dengan peer
groupnya, bisa merasa nyaman, menggambarkan peran pasien dalam
kelompok sosialnya, mampu memahami aturan-aturan dan
mengembangkan rasa percaya diri. Apakah didapatkan bentuk awal
asertif, impulsif, agresif, pasifitas, kecemasan, atau perilaku antisosial yang
muncul dalam bentuk pertemanan sekolah. Hal penting lainnya adalah
riwayat kemampuan belajar untuk membaca dan mengembangkan
kemampuan intelektual lainnya, serta kemampuan motorik pasien. Riwayat
gangguan belajar, dan penanganannya, serta dampaknya terhadap
pasien. Pada usia ini seringkali didapatkan Mimpi buruk, fobia, bed
wetting, excesive masturbasi, yang harus dikenali oleh klinisi.

D. Masa kanak-kanak akhir (remaja awal-akhir)

Pada masa remaja akhir, akan mulai terbentuk independensi,


peralihan dari kedekatan terhadap orang tua kepada hubungan dengan
Peer groups, dan aktivitas kelompok. Klinisi harus mampu menilai hal-hal
yang dirasakan pasien terhadap kelompok sosialnya, serta menentukan
figur idealnya. Informasi ini dapat menjadi dasar terhadap terbentuknya
gambaran diri pasien (self-image). Sangat penting mendalami riwayat
sekolah pasien, hubungannya dengan guru, dan pelajaran favorit atau
kegiatan yang paling menarik bagi pasien. Tanyakan mengenai
keterlibatan pasien dalam olahraga dan hobi tertentu, serta hal-hal penting
yang berhubungan dengan gangguan fisik maupun emosi yang mungkin
muncul pada fase ini.

Contoh pertanyaan
Apa yang pasien rasakan tentang identitas diri pasien ?
Seberapa sering pasien menggunakan alkohol atau zat lainnya?
Apakah pasien seksual aktif pada usia ini? Bagaimana pandangan pasien terhadap
hubunngan ini?
Apakah pasien terlibat dalam kegiatan2x peer groupnya ? atau kegiatan sosial
lainnya?
Apakah ia menarik diri secara sosial ?

9|Page
Bagaimana self esteem pasien ? apakah ada bukti-bukti inferiority complex ?
Bagaimana pandangan pasien terhadap keadaan fisik nya ?
Episode bunuh diri (percobaan / ide)
Masalah disekolah (sering membolos/masalah lainnya)
Bagaimana ia menggunakan waktu luangnya
Bagaimana hubungan pasien dengan orang tua
Bagaimana perasaan pasien dengan pertumbuhan seksual sekunder
Jika wanita bagaimana responnya terhadap menstruasi
Bagaimana pandangannya terhadap lawan jenis
1. Riwayat Sekolah

Bagaimana kemajuan belajar pasien, kemampuan adaptasi,


hubungan dengan guru, dan teman sebayanya. Pelajaran favorit,
ketertarikan pada bidang tertentu, kemampuan atau bakat yang
dimiliki, hobi, dan olah raga.

2. Hubungan sosial

Sikap terhadap teman sebaya dan sahabat, jumlah teman


dan teman dekat, apakah menjadi pemimpin atau pengikut
,popularitas sosial, keterlibatan dalam kelompok atau gang, figur
ideal, bentuk kemarahan, pasifitas, kecemasan, perilaku antisosial.

3. Perkembangan kognitif dan motorik

Kemampuan belajar, kemampuan intelektual serta


kemampuan motorik. Jika didapatkan gangguan tertentu apakah
berdampak terhadap perkembangan pasien.

4. Masalah Fisik dan Emosional

Nightmares, Fobia, Bed-Wetting, Lari dari rumah,


Kenakalan remaja, Merokok, Penyalahgunaan zat, alkoholik,
anoreksia, bulimia, masalah berat badan, sindroma inferioritas,
depresi, ide atau percobaan bunuh diri.

5. Masalah seksualitas

Dari mana pasien mendapatkan informasi tentang seksual,


sikap orang tua terhadap seks, riwayat kekerasan seksual,
pandangan pasien tentang perkembangan seksual sekunder,
aktivitas seksual remaja (kencan, peting, masturbasi, mimpi basah)
serta sikapnya terhadap hal tersebut. Sikap terhadap lawan jenis :

10 | P a g e
takut, malu, agresif, cemas. Aktivitas seksual; parafilia, PSK.
Orientasi seksual; pengalamanan homoseksual, heteroseksual, dan
masalah identita jenis kelamin.

E. Masa Dewasa

1. Riwayat pekerjaan.

Menjelaskan pilihan pekerjaan pasien, masalah-masalah


dalam masa bekerja, dan target-target yang diharapkan dalam
kehidupan pasien. Serta hubungan pasien terhadap figur otoriter,
teman sekerja, serta peran pasien dalam pekerjaan. Bagaimana
pandangan pasien terhadap pekerjaannya.

2. Riwaya pernikahan atau kedekatan dengan lawan jenis

Menjabarkan tentang persepsi pasien terhadap hubungan


pernikahannya/berpacaran (negatif atau positif). Bagaimana
hubungan tersebut berjalan. Usia pasien saat menikah, perbedaan
umur pasien dan pasangan. Area agreement dan disagreement
terhadap pasangan. Peran masing-masing dalam penagasuhan
anak. Bagaiman kepuasan seksual terhadap pasangan?

CASE 1
Seorang wanita 35 tahun, bercerai dengan suaminya yang
berusia 50 tahun. Perceraian terjadi setelah ia mengetahui
suaminya berselingkuh dengan wanita yang lebih muda
darinya. Sejak perceraian tersebut ia berulangkali membentuk
hubungan baru dengan beberapa pria. Hubungan yang dijalin
pada umumnya dengan pria beristri, sehingga membentuk
permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan pasien.
Karena masalah ini pasien seringkali sulit tidur, cemas, dan
agresif terhadap pasangannya. Karena keluhan-keluhannya
semakin berat dan menyulitkan pasien dalam bekerja, pasien
berkonsultasi dengan psikiater.
Dari Case diatas, dapat terlihat masalah muncul sejak
perceraian pasien dengan suaminya. Ketidakmampuan pasien
menerima perselingkuhan suaminya, membawa pasien
mengulangi siklus kehidupan pasien setiap kali memulai
hubungan baru dengan pria beristri. Namun secara asadar ia
merubah perannya dari istri sebagai wanita simpanan.
3. Riwayat Pendidikan

11 | P a g e
Latar belakang pendidikan sangat penting untuk menentukan
latarbelakang intelegensia, budaya, motivasi, dan pencapaian-
pencapaian tertentu dalam kehidupan pasien.

4. Agama

Klinisi harus menjabarkan latarbelakang agama pasien


maupun orang tuanya secara detil. Bagaimanakah sikap pasien
terhadap agama apakah kaku atau permisif, dan apakah ada
konflik antara anak dan orangtua sehubungan pendidikan agama
yang dijalani pasien. Perlu dipasitikan bagaimana persepsi pasien
terhadap agama, apakah agama berhubungan dengan gangguan
yang dialami pasien saat ini? Bagaimana pandangan agama yang
dianut pasien terhadap gangguan jiwa atau terapi yang harus
dijalani pasien?

5. Aktivitas sosial

Bagaimana kehidupan sosial pasien, dan pertemanan yang


pasien jalani? Bagaimana bentuk interaksi sosial pasien baik secara
kualitas maupun kuantitas?. Bagaimana kecenderunagn pasien
untuk membetnuk interaksi apakah dengan lawan jenis atau sesama
jenis?. Apakah ia lebih nyaman terisolasi atau ia terisolasi karena
kecemasan, atau takut terhadap orang lain? Siapa yang
mengunjungi pasien selama masa perawatan? Dan seberapa sering
?

CASE 2
Seorang pria 25 tahun belum menikah, bekerja di sebuah
perusahaan sebagai sales. Sejak awal bekerja pasien nampak
kesulitan dalam melayani kliennya serta kurang mampu bergaul
dengan teman2x nya. Ia nampak seringkali menarik diri saat
waktu jam istirahat, hal ini semakin memburuk jika ia
mendapatkan teguran dari atasan berhubungan dengan target
yang belum tercapai. Karena hal ini ia berkonsultasi ke
psikiater.
Dari pemeriksaan didapatkan ia memiliki kecemasan yang
cenderung semakin berat saat berhadapan dengan orang baru,
hal ini terjadi sejak ia SMA karena seringkali ditertawakan oleh
teman-teman sebayanya.
6.Keadaan hidup sekarang

12 | P a g e
Menggambarkan keadaan kehidupan pasien sekarang, baik
dari tempat tinggal, lingkungan, jumlah keluarga yang tinggal
bersama pasien. Bagaimana hubungan pasien dengan setiap
anggota keluarga. Bagaimana keadaan status ekonomi pasien dan
keluarganya saat ini, siapa yang menanggung kebutuhan sehari-
hari, dan peran pasien dalam membantu kebutuhan keluarga.

7. Riwayat Hukum

Apakah pasien pernah terlibat masalah hukum. Alasannya


apa? Berapa kali? Apakah didapatkan riwayat kekerasan, jika iya
terhadap siapa?. Bentuk-bentuk riwayat masalah hukum dan sikap
pasien terhadap masalah tersebut, dapat mengindikasikan
kecenderungan antisosial. Adanya riwayat kekerasan harus menjadi
peringatan bagi klinisi akan kemungkinan terjadinya kekerasan
dimasa yang akan datang.

8. Riwayat Seksual

Bagaimana persepsi pasien terhadap lawan jenis. Apakah


didapatkan gangguan2x tertentu, anorgasme, vaginismus, erectile
disorder, prematur atau retarded ejaculation, lack of sexual desire,
dan paraphilliia. Apakah didapatkan riwayat masturbasi,
bagaiamana persepsi pasien terhadap hal tersebut.

CASE 3
Seorang wanita 23 tahun, belum menikah, pendidikan S1,
Bekerja swasta, melaporkan dirinya mengalami ketergantungan
dalam penggunaan parfume secara berlebihan. Ia berkonsultasi
setelah rekan-rekan kerjanya merasakan bahwa ia telah
menggunakan Parfum secara berlebihan sehingga
mengganggun aktivitas pekerjaan teman-teman dikantornya.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan Pasien merasakan dirinya
sangat bau setelah ia melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya, dan ia berharap bau badannya berkurang
dengan penggunaan parfum tersebut. Dari pemerikasaan dapat
disimpulkan adanya perasaan bersalah berhubungan dengan
hubungan seksual yang dilakukan pasien, mendorong ia
menggunakan parfum secara eksesif.

9. Nilai-Nilai

13 | P a g e
Bagian ini berhubungan dengan sistem nilai yang dianut
pasien baik secara sosial maupun moral, termasuk nilai-nilai dalam
pekerjaan, pengelolaan keuangan, hubungan dengan anak, istri,
orangtua, dan isu-isu budaya tertentu. Sebagai bentuk pertanyaan
dapat dilakukan sebagai contoh berikut: anak : kebahagiaan atau
beban ? pekerjaan : kebutuhan-tidak terhindarkan atau
kesempatan, bagaimana konsep pasien terntang benar dan salah

Pemeriksaan Status Mental (Status Psikiatrikus) dan Psikopatologi


Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang
menggambarkan keseluruhan observasi pemeriksa dan kesan terhadap pasien
psikiatrik pada saat wawancara. Walaupun Riwayat pasien tidak berubah, namun
status mental pasien dapat berubah dari waktu ke waktu. Pemeriksaan status
mental adalah gambaran tentang penampilan, bicara, tindakan, dan pikiran
pasien selama wawancara. Walaupun pasien mutisme, inkoheren, atau
negativisme, klnisi dapat mengumpulkan data pemeriksaan dari observasi yang
teliti.

Gejala psikiatrik selalu memiliki arti, melambangkan ketegangan-ketegangan jiwa,


usaha pasien secara asadar untuk tidak melihat realita, merupakan bagian dari
kompensasi neurosis pasien untuk merasa lebih baik. Hasil akhir dari gejala bersifat
egoistik, dan merupakan usaha pasien dalam melawan penyakitnya. Gejala
psikiatrik berdasarkan asalnya, terbagi pada organogenik dan psikogenik.
Organogenik adalah akibat perubahan tertentu yang dialami tubuh, dapat dari
luar otak (sekunder) maupun dalam otak (primer). Gejala psikogenik adalah gejala
yang timbul akibat stressor psikologis tertentu. Gejala memiliki ciri; Primary gain
(Menjaga konflik psikologik internal, diluar kesadaran pasien. Sehingga gejala
memiliki nilai-nilai simbolik yaitu representasi konflik asadar) dan secondary gain
(keuntungan-keuntungan akibat peran sakit; contohnya, dibebasikan dari
kewajiban-kewajiban atau situasi sulit tertentu, mendapatkan dukungan dan
bantuan yang mungkin orang lain tidak dapatkan, dan mengendalikan orang
disekitar pasien akibat sakit yang ditampikannya).

Outline status Pemeriksaan status Psikiatrikus


Gambaran Umum Penampilan
Perilaku dan aktivitas
psikomotor
Sikap terhadap pemeriksa

14 | P a g e
Bicara
Emosi Mood
Afek
Persepsi Ilusi
Halusinasi
Pikiran Form/proscess
Isi/content
Sensorium dan kognisi Kewaspadaan dan tingkat
kesadaran
Orientasi (orang,tempat,
waktu)
Daya ingat / memori
Konsentrasi & atensi
Kalkulasi
Absrtrak
Pengendalian impuls
Pertimbangan
Tilikan

I. Gambaran Umum
1. Penampilan

Penampilan pasien, dan kesan fisik secara umum di refleksikan oleh sikap, cara
berpakaian, perawatan diri. Dengan mengenali penampilan, dokter mendapatkan
data tambahan penunjang dianosis. Istilah umum yang digunakan untuk
penampilan adalah nampak sehat, sakit, tenang, tampak lebih tua dari usianya
(pada pasien schizofrenia), tampak muda, kekanak-kanakan (retardasi mental),
aneh (psikosis). Gejala cemas, dapat nampak dari tangan basah, dahi berkeringat,
sikap tegang, dan mata melebar. Cara berpakaian yang cenderung sudukctive
pada pasien Mania.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Perilaku motorik (motor behavior/ conation) adalah aspek mental


(harapan/dorongan/instictual/impuls/motivasi) yang terekspresikan dalam
perilaku atau aktivitas motorik.

Motor behavior/ conation


1 Ekopraksia Peniruan gerak patologis terhadap gerakan orang lain
2 Katatonia
3 katalepsi Mempertahankan satu posisi tidak bergerak
4 Furor katatonik Aktivitas motorik teragitasi, tidak bertujuan, dan tidak

15 | P a g e
terpengaruh oleh stimulasi eksternal
5 Stupor katatonik Penurunan aktivitas motorik seringkali sampai titik
imobilitas dan tampak tidak menyadari sekelilingnya
6 Catatonic Posisi motorik menetap resisten terhadap perubahan
Rigidity/akinesia (Syndroma Ekstrapyramidal/GMO/skizofrenia
katatonik/depresi berat dengan ciri psikotik)
7 Cerea fleksibility Seseorang dapat diatur dalam suatu posisi yang
/ Catalepsy kemudian dipertahankannnya.
8 Cataplexy Hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang
dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional dan
seringkali diikuti keadaan tidur, umum terlihat pada
narcolepsy
9 Negativisme Resistensi nonverbal maupun verbal terhadap sugestif
maupun instruksi eksternal.
10 Stereotype Repetisi aktivitas fisik atau verbal. (nampak pada
skizofrenia katatonik)
11 Mannerisme Gerakan-gerakan yang menjadi kebiasaan / sudah
menetap
12 Automatism Kondisi yang berhubungan dengan catalepsy, yaitu
perintah instruksi yang otomatis langsung diikuti gerakan.
13 Hiperaktivitas Peningkatan aktivitas motorik, dapat berupa
kegelisahan, aktivitas destruktif, distraktibilitas . (nampak
pada ADHD)
14 Tic Pergerakan motorik spasmodik yang tidak disadari
15 Somnabulisme Aktivitas motorik saat tidur
16 Akathisia Perasaan subjektif ketegangan motorik yang nampak
dalam gerakan menetap konsiste, merupakan dampak
sekunder dari medikasi antipsikotik atau medikasi
lainnya. Seringkali disalah artikan sebagai agitasi pada
pasien psikotik.
17 Kompulsif Dorongan yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu
tindakan berulang. Umum didapatkan pada pasien2x
gangguan pengendalian impuls (kleptomania,
dipsomania, nimfomania, dan lainnya)
18 Hypoaktivitas Penurunan aktivitas motorik
19 Mimikri Aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak
20 Agresi Tindakan yang kuat dan diarahkan bertujuan dapat
bersifat verbal dan atau fisik.
21 Acting out Respon perilalku terhadap dorongan asadar yang
memberikan ketenangan sementara terhadap
ketegangan internal; atau impuls yang tidak disadari
dihidupkan secara impulsif dalam perilaku.
22 abulia Penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai
ketidakacuhan tentang akibat tindakan yang biasanya

16 | P a g e
berkaitan dengan defisit neurologis
23 apraksia Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik yang
bertujuan; bukan kondisi paralysis atau gangguan
motorik sensorik tertentu. Contoh dalam constructional
apraxia pasien tidak mampu menggambar bentuk.
24 Dyskinesia
25 Twirling Gerakan memutar kepala (umum pada autisme)
26 Chorea Gerakan involunter, tersentak-sentak, cepat, tidak
bertujuan, tanpa disengaja.
27 Dystonia Konraksi batang tubuh atau anggota tubuh yang lambat
dan dipertahankan. Umunya akibat terinduks obat.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Dapat dijabarkan dalam bentuk kontak dan rapport. Kontak adalah terbukanya
komunikasi, serta rapport adalah kualitas komunikasi pasien terhadap pemeriksa.

Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat berupa


Bekerjasama
Defensif
Apatis
Bermusuhan (hostile)
Merendahkan
atau kata sifat lainnya dapat digunakan

II. Emosi

1. Mood

Mood bersifat subjektif dilaporkan oleh pasien, Harus dijabarkan dalam intensitas,
lama, dan fluktuasinya. Kata sifat dapat digunakan untuk menggambarkan mood,
seperti sedih, kecewa, marah, cemas, senang. Intensitas dan fluktuasi mood
secara umum dapat digambarkan :

Mood
Mood disforik (tidak memyenangkan)
Mood Euthimik (mood dalam rentang normal)
Expansive Mood (Ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan)
Iritable mood (mood yang dengan mudah diganggu atau dibuat marah)
Labil Mood (pergeseran yang cepat dan tiba-tiba antara euforia dan depresi
atau kecemasan

17 | P a g e
Euforia
Elasi
Exaltasi
Ecstasy
Depresi
Anhedonia

2. Afek

Didefinisikan sebagai ekspresi eksternal dari mood. Afek adalah apa yang
disimpulkan oleh pemeriksa dari ekspresi wajah pasien, serta beragam perilaku
ekspresif . Afek dapat sejalan dengan mood atau tidak. Afek digambarkan dalam
rentang normal, terbatas, tumpul, atau datar. Dalam rentang afek yang normal
terdapat variasi ekspresi wajah, suara, gerakan tubuh. Jika afek terbatas terdapat
penurunan jelas didalam rentang dan intensitas ekpersi afek. Tumpul, datar, dan
terbatas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kedalaman emosi
yang dapat dilihat.

Gambar 1. Gambar diatas memperlihatkan beragam roman muka yang merupakan


bagian dari affect

Macam Afek
Afek sesuai (appropriate) Kondisi kesesuaian irama emosional dengan gagasan,
pikiran, atau pembicaraan yang menyertai;
Afek tidak sesuai Ketidakharmonisan antara irama emosi dengan
(inapripriate) gagasan pikiran, atau pembicaraan yang menyertai
Afek tumpul (blunted) Pnurunan afek yang berat (intensitas irama perasaan
yang diekspresikan)

18 | P a g e
Afek terbatas (restricted) Penurunan intensitas afek yang lebih ringan
dibandingkan blunted.
Afek datar Tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi
affect (suara yang monoton, wajah yang tidak
bergerak)
Afek labil Perubahan irama perasaan yang tiba2x, tidak
berhubungan dengan stimuli ekstenal

3. Kesesuaian

Kesesuaian respon emosi dapat dipertimbangkan dalam konteks kesesuaian


terhadap isi pikiran. Pasien dengan waham menakutkan dapat menjadi marah dan
takut

III. Bicara
Bicara digambarkan dalam kuantitasnya, kecepatan produksi bicara, dan
kualitasnya. Pasien dapat digambarkan talkative, lambat,spontan/ tidak spontan,
terputus-putus, emosional, irama yang tidak jelas, atau berespon normal terhadap
petunjuk dari pewawancara.

IV. Gangguan Persepsi


Persepsi adalah pemindahan stimulus fisik (melalui panca indera) menjadi informasi
psikologis (muatan-muatan emosi dan penlaian). Gangguan ini dapat berupa Ilusi
maupun hasulinasi. Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang tidak berkaitan
dengan stimuli eksternal. Ilusi adalah persepsi yang salah atau interpretasi yang
salah terghadap stimulus sensorik eksternal

Ilusi didapatkan situmulus sensorik Halusinasi tidak didaptakan


eksternal (misinterpretasi stimuslus) stimulus sensorik eksternal
Gambar 2. Perbedaan ilusi dan halusinasi

19 | P a g e
Halusinasi
1 Hipnagogik Gangguan sederhana, terjadi saat akan tidur, biasanya
nonpatologis
2 Hipnopompik Gangguan sederhana, terjadi saat terbangun dari tidur,
nonpatologis
3 Auditorik Dapat berupa suara, bunyi-bunyi lain, bentuk tersering
ggn psikiatrik. Pada skizofrenia seringkali berupa suara
lebih dari satu orang, atau suara-suara aneh seperti
serangga.
4 Visual Penglihatan suatu objek dapat berbentuk atau tidak
berbentuk seperti kilatan cahaya. Paling sering terjadi
pada GMO
5 Olfactoris Mencium bau tertentu, yang tidak menyenangkan. Dapat
terjadi pada GMO. Bau mayat/ bangkai pada pasien
depresi berat.
6 Gustatorik Perasa tidak enak. Umum pada pasien paranoid
7 Tactil Sensasi sensorik pada kulit. Contoh Formication gerakan di
bawah kulit
8 Somatik Sensasi palsu tentang sesuatu terjadi didalam tubuuh atau
terhadap tubuh. Paling sering berasal dari organ visceral
9 Liliputian Benda-benda nampak lebih kecil
10 Perintah Perseps perintah, mendorong pasien untuk patuh.
11 Halusinosis Paling sering berupa halusinasi auditorik terjadi pada
keadaan sensorium yang baik (umum pada
penyalahgunaan alkohol)
12 Command Persepsi perintah palsu pasien tidak mampu menolak atau
Hallucination menentang

Hubungannya dengan Mood


1 Mood congruent Halusinasi sejalan dengan mood. Sebagai contoh pasien
Hallucination yang mengalami depresi mendengar suara yang
mengatakan pasien adalah orang yang buruk; pada
pasien manik halusinasi mengatakan pasien adalah orang
dengan kemampuan menyembuhkan orang lain.
2 Mood Isi halusinasi tidak sesuai dengan mood. Misalnya pada
Incongruent pasien depresi namun halusinasi tidak melibatkan tema-
Hallucination tema depresi.

CASE 4
Seorang pria mendengar suara yang mendorong nya untuk menghentikan
pengobatan antipsikotik. Setelah melawan suara-suara itu selama

20 | P a g e
beberapa minggu pasien merasa ia tidak dapat lagi melawan dorongan
tersebut, dan menghentikan pengobatan. Dua bulan kemudian, ia dirawat
di RS Karena dehidrasi dan malnutrisi. Ia mengatakan, setelah ia mengikuti
halusinasinya untuk menghentikan pengobatan, suara-suara tersebut
memaksa ia untuk berhenti makan dan minum.

V. Gangguan berpikir
Berpikir adalah aliran dari suatu gagasa, simbol, dan asosiasi yang bertujuan.
Dimulai dari satu masalah/tugas dan mengarah pada suatu kesimpulan yang
berorientasi Realita (kenyataan). Saat urutan berjalan secara logis, hal tersebut
adalah berpikir normal, jika didapatkan tidak berjalan logis (Freud menyebut
sebagai Parapraxis / tergelincir dari berpikir logis) disebut berpikir tidak normal.

Gangguan berpikir terbagi atas bagian besar : Gangguan proses berpikir


(bentuk), dan Content (isi) pikiran. Proses berpikir merujuk pada bagaimana cara
seseorang menyatukan ide-ide dan asosiasi, membentuk bagaimana seseorang
berpikir. Proses berpikir dapat logis dan koheren atau samasekali tidak logis dan
bahkan tidak komperhensif. Content (isi) merujuk pada apa yang seseorang benar-
benar pikirkan : ide, keyakinan, preokupasi, obsesi, tabel berikut adalah daftar dari
gangguan berpikir.

Gangguan proses Berpikir (bentuk pikiran)

Pasien dapat memiliki ide-ide yang sangat banyak (berlebihan) atau bahkan
kekurangan (poverty of ideas). Bisa didapatkan berpikir cepat (rapid thinking), yang
ekstrem disebut flight of ideas. Atau berpikir sangat lambat (hesitant thinking).
Pikiran dapat vague atau kosong. Apakah pasien benar2x menjawab setiap
pertanyaan dan apakah pasien memiliki kemampuan untuk berpikir kearah tujuan
(goal-directed)? Apakah respon yang diberikan relevan atau irelevan? Apak
didapatkan hubungan sebab akibat dari penjelasan pasien? Apakah pasien
didapatkan asosiasi longgar (apakah nampaknya ide-ide tidak berhubungan dan
terhubung secara idiosincratic?).

Jenis Formal Thought Disorder


Circumstansiality Overinclusive dari penjelasan detail sehingga
tidak mencapai sasaran penjelasan ide.
Clang Associations Pikiran berhubungan dengan suara kata-kata
dibandingkan isi/ artinya. (selang pasang
panjang dagang yang magang setang )
Derailment/asosiasi longgar Terpecahnya hubungan logis antara ide-ide
dan keseluruhan tujuan ide. Kata-Kata

21 | P a g e
membentuk kalimat, namun kalimatnya tidak
dapat dimengerti. Merupakan bentuk yang
lebih berat dari Flight of Ideas.
Flight of ideas Didalatkan multipel asosiasi sehingga ide-ide
pikiran berpindah secara cepat dari satu ide ke
ide lainnya; seringkali nampak dalam bentuk
bicara yang cepat.
Neologisme Penggunaan kata-kata atau frase baru, atau
penggunaan kata-kata konvensional namun
idiosinkratik.
Perseveration Pengulangan kata/frase/atau ide tidak sesual
konteksnya.
Tangentiality Respon terhadap pertanyaan, pasien
menjawab pertanyaan bersifat umum, namun
sebenarnya pasien tidak menjawab inti
pertanyaan.
Contoh:
Dokter: Pernahkah anda mengalami sulit tidur
akhir-akhir ini?
Pasien: Saya biasanya tidur di tempat tidur,
namun akhir-akhir ini saya tidur di sofa.
Thought blocking Penghentian tiba-tiba arus piikiran.

Gangguan isi Pikiran

Yang termasuk dalam hal ini adalah waham (delusions), preokupasi, obsesif, fobia,
ide bunuh diri, ide membunuh, gejala hipokondrik, dan dorongan-dorongan
antisosial lainnya. Apakah pasien memliki ide-ide menyakiti diri sendiri atau orang
lain?. Waham mungkin bersesuaian dengan mood (mood congruent) atau tidak
(mood incongruent). Waham adalah keyakinan yang salah dan terpaku, tidak
dapat dipatahkan. Isi dari sistem waham harus digambarkan dengan jelas. Cara
waham mempengaruhi kehidupan pasien digambarkan dalam RPS. Bentuk yang
lebih ringan dari waham, adalah idea of references, yaitu misinterpretasi terhadap
suatu kejadiaan atau keadaan diluar pasien, yang dianggap memiliki efek
langsung terhadap dirinya; seringkali nampak pada orang normal, namun sering
pula didapatkan pada pasien paranoid. Jika keadaan ini berlangsung dalam
intensitas dan frekrwensi yang terorganisasi dan sistematis, cenderung akan
membentuk waham hubungan.

Gangguan isi pikiran


Poverty of ideas Pengertian yang memberikan sangat sedikit

22 | P a g e
informasi karena tidak ada pengertian.
Preokupasi Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu
Kompulsif
Fobia
Thought insertion (sisipan) Pikirannya dimasuki kekuatan ide/kekuatan diluar
dirinya
Thought witdrawal Pikirannya tertarik keluar/dihiilangkan oleh
(penarikan) kekuatan dilurar dirinya
Thought broadcasting (siar) Pikirannya dapat diketahui oleh orang lain (pasien
dapat membaca pikiran orang lain/ pikiran pasien
dapat diketahui oleh orang2x disekitarnya)
Waham
Bizzare Keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan
samasekali tidak masuk akal (contoh: Mahluk
angkasa luar menanamkan chips didalam otak
pasien)
Nihilistik Keyakinan palsu bahwa dirinya/orang lain/dunia
adalah tidak ada atau akan berakhir. (contoh :
karena gempa pasien meyakini dunia akan segera
kiamat/ seluruh manusia sudah mati)
Somatik Keyakinan palsu tentang fungsi organ tubuh pasien
(Contoh: Hati pasien mengalami luka dan yakin
harus menjalani operasi)
Paranoid Keyakinan palsu dengan ide curiga. Terdiri dari
waham-waham lain:
presekutorik/hubungan/kendali.
Persekutorik Keyakinan palsu pasien telah
diikuti/diganggu/disiksa
Hubungan Keyakinan bahwa perilaku orang lain ditujukan
kepada dirinya, bahwa peristiwa/benda-
benda/orang lain mempunyai makna negatif
tertentu terrhadap pasien. Merukapan kelanjutan
dari idea of refference. (seorang suami meyakini
istrinya selingkuh saat melihat istrinya menerima
makanan dari tetangganya)
Kendali Yakin dirinya dikendalikan oleh kekuatan atau
tenaga diluar dirinya. (saat pasien mengendarai
motor, ia tiba-tiba menabrakan motornya ke trotoar
hingga ia terluka. Ia mengatakan ada yang
mengendalikan dirinya sehingga hal tersebut
terjadi).
Kebesaran Gambaran kepentingan atau identitas seseorang
yang berlebihan (pasien mengakui dirinya adalah
artis indonesian idol yang harus menunda

23 | P a g e
keberangkatannya karena alasan pengobatan saat
ini)

VI. Sensorium dan Kognisi


Sensorium dan kognisi adalah bagian dari pemeriksaan status mental yang
menentukan fungsi otak, termasuk fungssi intelegensia, kapasitas berpikir abstrak,
dan kemampuan penilaian.
Kesadaran
Kesadaran adalah sutau keadaan fungsional dari individu untuk mengadakan relasi
dan limitasi terhadap dunia disekitarnya. Kesadaran yang baik adalah apabila ia
dapat mengenal, mengerti, dan mengetahui keadaan tentang dirinya atau
keadaan disekitarnya. Gangguan kesadaran adalah indikator utama terjadinya
gangguan otak (brain pathology).

Kesadaran berkabut Berkurangnya kesiagaan terhadap lingkungan. Pasien tidak


mampu mempertahankan perhatiannya terhadap stimulus
lingkungan dan tidak mampu mempertahankan arah tujuan
pikiran dan perilaku.
Somnolence
Stupor Hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan
sekitar
Koma Derajat ketidak sadaran yang berat
Lethargy
Dellirium Kebingungan, gelisah, reaksi disorientasi, yangd isertai
dengan rasa takut dan halusinasi
Alert
Twilight state Gangguan kesadaran dengan halusinasi
Dreamlike state Sinonim epilepsi parsial umum sekunder
Confusion Gangguan kesadaran yang ditandai dengan tidak
sesuainya reaksi terhadap stimulus lingkungan,
dimanifestasikan dengan adanya gangguan orientasi yang
berkaitan dengan orang/tempat/waktu.
Drowsines Suatu gangguan kesadaran berkaitan dengan suatu
keinginan atau kecenderungan untuk tidur
Sundowning Sindroma pada kaum lansia yang terjadi pada malam hari
ditandai adanya gejala drowsines, ataxia, confusion, serta
terjatuh akibar rasa kantuk yang berlebihan
Perhatian dan konsentrasi

Perhatian adalah jumlah usaha yang dilakukan seseorang untuk memusatkan pada
bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan mempertahankan perhatian pada
suatu aktivitas. Konsentrasi pasien dapat terganggu pada gangguan kognitif,

24 | P a g e
cemas, depresi, dan stimulus internal seperti halusinasi. Perhitungan digit span
dapat digunakan dalam menentukan gangguan kognitif dan konsentrasi, jika
didapatkan gangguan harus dipertimbangkan apakah pasien mengalami
gangguan perhatian/konsentrasi/akibat cemas/ atau diskalkulia. Perhatian dapat
ditentukan dengan meminta pasien mengeja kalimat tertentu seperti LEMARI dari
belakang ke depan.

Distraktibilitas Ketidakmampuan memusatkan antensi; penarikan atensi


pada situmuli eksternal yang tidak relevan.
Inatensi selektif Hambatan pemusatan atensi hanya pada hal-hal yang
menimbulkan kecemasan
Hipervigilensi Atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua
stimuli internal dan eksternal, biasanya sekunder dari
keadaan waham.
Trance Atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah,
bisasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif,
dan pengalaman religius yang luar biasa.

Berikut adalah pertanyaaan dan uji fungsi kognitif sensorium dari pemeriksaan
status psikiatrikus
Alertness Observasi
Orientasi Siapa nama anda?
Siapakah saya ?
Tempat apakah ini ?
Dimanakan anda berada saat ini ?
Di kota apakah ini ?
Konsentrasi Melakukan pengurangan angka 7 dari 100, diurutakn hingga
5 kali pengurangan. (100-7 = X-7=Y-7=L-7=Z-7=?)
Menyebutkan abjad mundur dari Z
Memori Immediate memori : ulangi angka-angka berikut setelah saya
ucapkan seluruhnya : 1...4...9...2...5.
Recent memori : Apakah yang anda makan untuk makan pagi
? Apakah yang anda lakukan sebelum anda tiba ditempat ini
?
Saya minta anda mengingat 3 benda ini : Pensil, bunga,
mobil, (setelah beberapa menit diselingi pertanyaan2x lain,
pasien diminta menyebutkan ulang ketiga benda tadi)
Longterm : Dimanakah anda tinggal saat anda kelas 3 SD ?
Siapakah guru anda ?
Siapakah teman sebangku anda saat anda SD dulu ?
Perhitungan Jika anda membeli nasi bungkus seharga Rp.6500,- dan
(kalkulasi) anda membayar dengan uang Rp.10.000,-
Abstrak reasoning Manakah dari benda ini yang Bukan merupakan bagian dari

25 | P a g e
kelompok nya : pensil-kertas-mobil.
Apakah persamaan apel dan jeruk ?
Apakah arti peribahasa panjang tangan ?
Orientasi dan Memori
Gangguan orientasi selalu di bagi menurut waktu, tempat, dan orang. Gangguan
tertentu seringkali nampak dari gangguan orentasi ini.
Memori dapat terbagi menjadi 4 bagian :
Remote memori Data masa kanak-kanak pasien, kejadian2x penting
yang terjadi saat pasien masih usia muda/anak.
Recent past memori Menanyakan kepada pasien untuk mengingat kejadian
penting dalam beberapa bulan yang lalu (kejadian
dalam beberapa bulan terakhir)
Recent memori Dapat ditanyakan pada pasien tentang sarapan yang
dimakan pagi ini (kejadian beberapa hari yang lalu, apa
yang pasien lakukan kemarin?)
Immediate memori Pengulangan 6 digit angka. Penyebutan 6 buah benda
(retention dan recall) setelah pemeriksa menentukan temanya (Kelas: pintu,
meja, bolpoin, buku, kapur, penghapus, papan tulis).
Pemeriksaan digit span
Jika diidapatkan gangguan, seringkali bentuknya adalah suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan2x tersebut; Bentuknya dapat bersifat denial, konfabulasi
(kesalahan asadar menjawab pertanyaan pada gangguan memori), sirkumstansial.
Memori lost merupakan tanda penting dari gangguan yang mendasari mekanisme
mental yang dilakukan pasien. Sebagai contoh pada seorang pasien yang
nampak mengalami gangguan memori namun sesungguhnya ia mengalami
depresi, ia akan lebih mengeluhkan keluhan gangguan memorinya, dibandingkan
seseorang yang sesungguhnya mengalami dementia.
Case 4
Seornga pria 45 tahun yang didiagnosis gangguan bipolar dengan ciri psikotik,
Pada kondisi gangguan Maniknya ia menyakini jika dapat mengendalikan lalu
lintas di sebuah kota. Satu tahun setelah kejadian tersebut, dalam keadaan
episode hipomaniknya, ia dapat mengingat dan merencanakan ulang ide-ide
kebesarannya secara detil seperti pada saat ia mengalami gangguan 1 tahun
sebelumnya.
Membaca dan menulis
Dokter harus meminta pasien membaca sebuah kalimat, pasien kemudian diminta
menuliskan rangkuman kalimat yang pasien baca.
Kemampuan Visuospatial
Pasien diminta menirukan sebuah gambar : bentuk tertentu seperti JAM, atau Segi
ENAM.
Berpikir abstrak
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan untuk menentukan sebuah konsep
berpikir. Pasien dapat mengalami gangguan dalam bentuk kegagalan menentukan

26 | P a g e
konsep maupun ide berpikir. Sebagai contoh; dapatkan pasien menentukan
persamaan antara apel dan pear atau antara Bola dan jeruk ?. Jawaban yang
diberikan pasien dapat bersifat konkret atau cenderung bersifat umum.
Case 5
Seorang pasien schizofrenia, ditanyakan apakah arti dari akibat nila setitik rusak
susu sebelanga, dia mengatakan itu mudah, ganti saja dengan susu yang baru
Informasi dan intelegensia
Jika diduga didapatkan gangguan kognitif, seperti perhitungan matematika
sederhana, (berapakah jumlah uang Rp. 50 rupiah untuk mendapatkan Rp.200,-?
Atau dapat berupa jarak; berapa jarak dari kota Jayapura ke Abepura ? ) maka
harus dipertimbangkan tingkat pendidikan pasien, dan status sosioekonominya.
Dokter harus kreatif untuk menilai kemampuan intelektual dan fungsi kapasitas
pasien pada tingkat terendah.
Pengendalian Impuls.
Pasien mampu mengendalikan dorongan; seksual, agresifitas, dan impul-impuls
lainnya. Penentuan kemampuan pengendalian impuls sangat penting dalam
menentukan apakah potensial berbahaya dalam kontak sosial terhadap dirinya
maupun orang lain? Pasien dapat mengalami kesulitan dalam mengendalikan
impulsnya sebagai dampak sekunder dari gangguan kognitif atau psikotik, dapat
pula pada defek karakter yang nampak pada gangguan kepribadia. Pengendalian
impuls dapat dinilai dari riwayat hidup pasien dan observasi selama wawancara.
Penilaian dan Tilikan
Penilaian
Pada wawancara psikiatrik, dokter harus mampu menilai berbagai aspek
kemampuan pasien dalam penialaian sosial. Apakah pasien memahami dampak
dari tingkahlakunya, dan apa ia terpengaruh oleh pengertian ini? (apakah yang
akan pasien lakukan saat menemukan sebuah dompet/ apakah yang akan pasien
lakukan saat melihat orang menjatuhkan uangnya dengan tidak sengaja dijalan?)
Tilikan
Adalah tingkatan pemahaman pasien terhadap sakit yang dialaminya. Pasien
dapat bersikap denial, atau lainnya. Tilikan terbagi 6 tingkatan yaitu
1 Penyangkalan sama sekali
2 Sedikit menyadari jika dirinya sakit, membutuhkan bantuan, namun dalam
waktu yang bersamaan pasien menyangkal sakit yang dialaminya
3 Menyadari dirinya sedang sakit namun menyalahkan pada orang lain, faktor
eksternal, atau pada faktor-faktor organik tertentu.
4 Menyadari diriinya sakit diakibatkan sesuatu yang tidak diketahui oleh diri
pasien
5 Intelektual insigjt :
Menerima bahwa pasien sakit dan gejala atau kegagalan dalam
penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan
tertentu dalam diri pasien, namun pasien tidak mampu menerapkan
pengetahuannya dan perencanaan terapi yang harus dijalan kedepan.
6 Tilikian emosional sesungguhnya :

27 | P a g e
Kesadaran emosional tentan motif dan perasan didalam diri pasien dan
orang penting dalam kehidupannya, yang dapat menyebabkan perubahan
mendasar dalam perilaku pasien .

28 | P a g e

You might also like