Professional Documents
Culture Documents
1) Kasus Baru
Penderita yang belum pernah dapat pengobatan OAT atau pernah
menelan OAT < 1 bulan (30 dosis harian)
2) Kasus kambuh (Relaps)
Penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TBC yang telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil per dahak BTA (+)
atau biakan (+).
3) Kasus Pindahan (Transfer)
Penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu Kabupaten
lain yang kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.
5) Kasus gagal
Penderita BTA (+) yang masih tetap positif atau kembali jadi (+)
pada akhir bulan ke 5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan)
/lebih.
Penderita yang belum pernah dapat pengobatan OAT atau pernah
menelan OAT < 1 bulan (30 dosis harian)
6) Kasus kronik
Penderita dengan hasil px dahak BTA masih (+) setelah selesai
pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
7) Kasus bekas TB
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) (-)
- Gejala klinik (-) atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
yang ditInggalkan
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran
menetap.
- Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, akan lebih
mendukung.
TB Ekstra Paru
1. TB Ekstra paru ringan
TB Kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral.
2. TB Ekstra paru berat
Meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB sal. kencing dan alat
kelamin.
Ingat !
- TB paru adalah TB parekim paru, TB pada pleura atau
pada kelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik paru dianggap
penderita TB eksra paru.
- Bila seseorang penderita TB paru juga mempunyai TB
ekstra paru, maka untuk kepentingan pencatatan penderita tersebut
harus dicatat sebagai penderita TB paru.
- Bila seseorang penderita TB ekstra paru pada beberapa
organ, maka dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang
penyakitnya paling berat.
Metode konvensional
Biakan - Egg base media : Ogawa, lawenstein
Jansen Kudh
& - Agarbase media : Middle Brook
Metode Radiometrik
- BACTEC
Uji resistensi
Interpretasi :
- Biakan (+) : bila terdapat pertumbuhan M. tuberculosis
- Biakan (-) : bila tidak terdapat pertumbuhan M.
Tuberculosis
Hasil Uji resistensi : Sensitif atau resisten terhadap OAT
D. Px Radiologik
Lesi tuberculosis aktif
- Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan
posterior lobus atas dan segmen sup lobus bawah paru.
- Kaviti, terutama lebih dari 1, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau noduler.
- Bayangan bercak millier
- Efusi pleura unilateral
Lesi TB Inaktif
- Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior
lobus atas dan atau segmen superior lobus bawah paru.
- Kalsifikasi
- Penebalan pleura.
Luluh paru (destroyed lung)
kerusakan jaringan paru yang berat.
E. Pemeriksaan Penunjang
- Px LED Jam I dan II pada proses aktif.
LED sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk
salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan
sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penyakit.
- Px Serologi :
1. ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay)
Uji serologi yang dapat mendeteksi respon homoral berupa
proses antigen-antibodi yang terjadi.
2. Mycodot
Mendeteksi antimikrobacterial dalam tubuh manusia.
3. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
- Uji Tuberkulin
Pengobatan Tuberculosis :
- Terbagi 2 fase :
1. Fase intensif 2 3 bulan
2. Fase lanjutan 4 7 bulan
- Obat Utama
1. Rifampisin : 10 mg/kgBB, max 600 mg 2-3 / minggu, atau
* BB > 60 Kg : 600 mg
* BB 40-60 Kg : 450 mg
* BB > 60 Kg : 300 mg
Dosis intermiten : 600 mg/kali
* BB > 60 kg = 1500 mg
* BB 40-60 6g = 1000 mg
* BB < 40 kg = 750 mg
* BB > 60 kg = 1500 mg
* BB 40-60 6g = 1000 mg
* BB < 40 kg = 750 mg
Dosis Intermiten 40 mg/kgBB / kali
I : 5 mg/kg
R : 10 mg/kg
S : 15 mg/kg
E : 20 mg/kg
P : 25 mg/kg
Kombinasi dosis tetap WHO 1999
1. Fifampisin 150 mg
2. INH 75 mg
3. Pirazinamid 400 mg
4. Etambutol 275 mg
Kombinasi 3 obat :
- Rifampisin
- INH
- Pirazinamid
2. Rifampisin :
- Tidak nafsu makan, mual, sakit perut
- Warna kemerahan pada air kencing
- Hepatitis
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok
- Sesak napas
3. Pirazinamid :
- Hepatitis
- Nyeri sendi
4. Etambutol :
- Gangguan penglihatan : (hati-hati beri pada anak)
1) Berkurangnya ketajaman
penglihatan
2) Buta warna merah dan hijau
Komplikasi TB :
1. Batuk darah
2. Pneumothoraks
3. Luluh paru
4. Gagal napas / sesak napas
5. Gagal jantung
6. Efusi pLeura
7. Empiema
1. Resistensi Primer
Apabila penderita sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB.
2. Resistensi Inisial
Apabila kita tidak tahu pasti apakah penderita sudah ada riwayat
pengobatan sebelumnya atau tidak.
3. Resistensi Sekunder
Apabila penderita telah punya riwayat pengobatan sebelumnya.
Penyebab Hemoptoe :
1. TB Paru
2. Bronkiotasi
3. Pneumoni
4. Bronkitis kronik
5. Tumor paru
6. CHF
7. MS
8. Sydroma Loefler
9. Luff. Pasteur paru ada batuk darah
- ada kencing darah
10. Abses paru
11. Karsinoma bronkus
12. Emboli paru, hipertensi pulmonal
13. Gangguan kongulasi.
TB Paru Infeksi > banyak pada pleura visceralis tapi tidak menutup
kemungkinan pada pleura parietalis.
Darah :
- Hemotoraks
- Trauma
- Keganasan
Chyl :
- Clylotoraks
- Ruptura traumatic sal. Limfe oleh karena operasi toraks
- Obstruksi duktus torakalis oleh karena neoplasma / infeksi.
PNEUMONIA
Klasifikasi Pneumonia :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia komuniti
b. Pneumonia nosokomial
c. Preumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bacterial / tipikal klebsiela, stapilococus
b. Pneumonia atipikal mycoplasma, legionella, chlamidia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris Sering pada pneumonia bacterial :
1) Step. Pneumoniae; 2) pseutomonas aeroginosa.
b. Bronkopreumonia bakteri/virus, >> bayi dan orang tua
c. Pnemonia interstisial
Diagnosis :
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
Demam, menggigil, suhu >>, s.d 40 0C, batuk dengan dahak mukoid
atau purulen, kadang darah (+), sesak napas & nyeri dada.
b. Px Fisik
I : Bagian sakit tertinggal waktu bernapas
Pa : SF mengeras
Pe : Redup
A : Sp. Bronkovasikuler bronchial, Rh basah halus Rh
basah kasar pada stadium resolusi.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis :
Infitrat konsolidasi dengan air bronchogram penyebaran broncos dan
interstitial serta gambaran kaviti.
b. Laboratorium :
Lekosit meningkat 10.000 s/d 30.000
DT sift to the left
LED meningkat
Komplikasi :
- Efusi pleura
- Empiema
- Abses paru
- Pneumotoraks
- Gagal napas
- Sepsis
Pneumonia Komuniti
Pnemonia yang didapat di masyarakat.
* Pemeriksaan Fisik
- Perubahan status mental + 20
- Pernapaan > 30 x/m + 20
- TD Sistol < 90 + 20
- Suhu tubuh < 35 / > 40 + 15
- Nadi > 25 x/m + 10
Kriteria Minor :
1. Frekuensi napas > 30 x/m
2. PaO 2 < 250 mmHg
3. Foto thorax paru kelainan bilateral
4. Foto thorax paru melibatkan > 2 lobus
5. Tekanan sistolik < 90
6. Tekanan diastole < 60
Kriteria Mayor :
1. Butuh ventilasi mekanik
2. Infiltrat bertambah > 50%
3. Butuh vasopresor > 4 jam (syok septik)
4. Kreatinin serum > 2 mg / dl atau peningkatan > 2 mg/dl pada riwayat
penyakit ginjal yang membutuhkan dialysis.
Gejala :
- Bila sedikit : Gejala (-)
- Nyeri dada akut, terlokalisir
- Dispnea (pada pneumonia ventil : tiba-tiba makin hebat)
- Batuk
- Hemoptisis
- Takipneu
Diagnosis Banding :
1. Penyakit Tromboemboli paru
2. Pneumonia
3. Infark miokardium
4. PPOK eksaserbasi akut
5. Efusi pleura
6. Kanker paru
Komplikasi
1. Gagal napas
2. Tension pneumotoraks
3. Hemopnemotoraks
4. Piopnemotoraks
5. Penebalan pleura
6. Ateletaksis
7. Pnemotoraks rekurens
8. Emfisema Mediastinum
9. Edema paru reekspansi
Terapi :
PneumoniaUnilateral kecil & asimtomatik : Observasi
Aspirasi : anestesi lokal di sela iga II anterior (mid Clavicula line).
Aspirasi dengan kateter / dispo
Jika tidak resolusi dengan aspirasi / volume udara besar
WSD / pasang torakostomy tube.
EMFISEMA PARU
Manifestasi Klinik :
- Dispnea, sionosis (pada keadaan berat)
I : Frek. Napas >> dan gerak napas berkurang pada sisi sakit, RIC >
Pa : SF menurun
Pe : Hipersonor
A : Ekspirasi memanjang, kadang Rh basah
Fototoraks : - RIC
- Diafragma letak lebih rendah / datar
- Radiolusen (hitam)
Terapi :
- Faktor penyebab
- Bronkoskopi keluarkan secret sumbatan mucus corpus alienum.
EMFISEMA KULIT
PPOK adalah penyakit Obstruksi jalan napas karena bronchitis kronik atau
emfisema (American Thoracic Society 1995). Obstruksi umumnya bersifat
progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat
reversibel.
Bronkitis Kronik (BK) adalah ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari
disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam
1 tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun.
Etiologi :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran napas
5. Genetik yaitu defisiensi - l antitripsin
Patofisiologi :
Pada BK/E terjadi penyempitan saluran napas Obstruksi jalan napas +
timbul sesak.
Diagnosa :
Ax : Keluhan + Faktor resiko (+) + riwayat keluarga PPOK
PF : I : - Pasien biasanya tampak kurus
dengan barrel- shaped chest.
- Takipneu
- Pernapasan pursed lips.
Pa : SF menurun atau (-)
Pe : Hipersonor, batas paru hati lebih rendah,
peranjakan paru mengecil, pekak jantung berkurang.
A : Suara napas berkurang, ekspirasi memanjang,
wh +/+, bunyi jantung jauh.
Px. Gas darah : - Semua pasien dengan VEP 1 pasca bronkodilator <
80% prediksi.
- Secara klinis diperkirakan gagal napas atau payah
jantung kanan
Komplikasi :
- Gagal napas
- Kor pulmonal
- Sptikemia
- Pneumotoraks spontan
- Infeksi yang berulang
- Eritrostosis karena keadaan hipoksia kronik.
Pengobatan :
- Bronkodilator
- Steroid
- Mukolitik
- Antitusif
- O2
Klasifikasi :
I. Asma Intermiten
- Gejala Intermiten (< 1 kali / minggu)
- Serangan singkat
- Gejala asma malam < 2 kali/bln
- Diantara serangan pasien bebas gejala dan Fungsi paru normal, APE >
80%.
- Nilai APE & KVP1 > 80% dari nilai prediksi variabilitas < 20%.
* Berat *
- Sesak pada istirahat Terbaik :
- Bicara dalam kata- - Agonis 2 hirup, dapat
kata terputus. diulangi s.d 3 x dalam 1 jam I,
- Denyut nadi > 120 / m selanjutnya dapat diulangi setiap
- APE < 40% atau 100 1 4 jam kemudianemia
l/m - Teofilin IV dan Infus
- Steroid IV dapat diulangi / 8-
12 jam
- Agonis 2 SK / IV / 6 jam
- Oksigen 4 L/M
- Pertimbangkan nebulisasi
ipratropium bromide 20 tetes.
* Mengancam Jiwa*
- Kesadaran menurun Terbaik :
- Kelelahan - Lanjutkan terapi sebelumnya
- Sianosis - Pertimbangkan intubasi dan
- Henti napas ventilasi mekanik
- Pertimbangkan anestesi
umum untuk terapi pernapasan
intensif. Bila perlu dilakukan
Bronko alveolar (BAL).
b. Metilxantin
Teofilin ; Efeknya berkaitan dengan konsentrasinya di dalam serum.
5 8 mg / ml
untuk mengatasi episode spasme bronkus hebat dan status
asmatikus : beri amirofilin IV dengan loading dose : 6 mg/kgBB
setara dengan Teofilin 5 mg/kgBB beri secara infus selama 20-
40 menit.
dosis awal terapi oral : 400 mg/hr.
c. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsic dari saluran napas
2. Antiinflamasi
Menghambat inflamasi jalan napas dan punya efek supresi dan
profilaksis
Kortikosteroid : Kostison 100-200 mg. Prednison oral 40-60 mg /
hari (selama 10 hari), Metil prednisolon 60-100 mg/6 jam IV,
Dexametason 5 mg IV
Natrium kromolin anti inflamasi non steroid
Patogenesis :
Dasar gejala asma :
Inflamasi
Hiperaktivitas saluran napas
(Melalui 2 jalur yaitu : 1) Jalur imurologis oleh IgE dan 2) Jalur saraf
otonom).
Jalur IgE
Allergen masuk dalam tubuh diolah oleh APC hasilnya
dikomunikasikan ke sel Th memberi instruksi IL (sitokin membentuk
IgE dan sel-sel radang lain untuk mengeluarkan mediator-mediator
inflamasi (Histamin, PG, LT, PAF, Terapi, Bradikidin) pengaruhi organ
sasaran sebabkan peningkatan permeabilitas dinding vascular, edema
saluran napas, inflitrasi sel-sel radang, sekresi mucus, fibrosis sub epitel
sehingga menimbulkan hiperaktivitas saluran napas (HSN).
2. Emfisema Paru
Gejala utama : sesak, sedangkan batuk-batuk mengi jarang
menyertai.
Pasien biasanya kurus.
Berbeda dengan asma, pada emfisema tidak pernah ada masa remisi,
pasien selalu sesak pada kegiatan jasmani.
Pf : dada kembung, peranjakan napas terbatas, hipersonor, pekak
hati menurun, suara napas sangat lemah.
Foto Ro : hiperinflasi
4. Emboli Paru
Cause : imobilisasi, gagal jantung, tromboflebitis.
Sesak napas, pasien batuk-batuk yang dapat disertai dengan strep
darah, nyeri pleura, keringat dingin, kejang dan pingsanemia
PF : ortopena, takikardi, gagal jantung kanan, pleural friction, derap
(+), sianosis, HPT, EKG : aksis jantung kekanan.
Komplikasi Asma :
1. Pneumotoraks
2. Pneumomediastinum
3. Emfisema subkutis
4. Ateletaksis
5. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
6. Gagal napas
7. Bronkitis
8. Fraktur iga
Pemeriksaan Panunjang :
1. Spirometri
Peningkatan VEP, atau KVP sebanyak > 20% : dx asma.
3. Px Sputum
Eosinofil : Kerakteristik oleh asma.
Neutrofil : bronchitis kronik.
Juga untuk melihat kristal charcot leyden, spiral curschmann,
miselium Aspergilus fumingatus.
4. Px Eosinofil Total
Eosinofil total sering meningkat pada asma bantu bedakan
dengan broncitis kronik
Juga untuk patukan menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid
5. Uji Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam tubuh.
6. Foto Dada
Untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas dan
adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi
asma seperti pneumatoraks, pneumomediastinum, ateletaksis, dll.
DISPNOE
Etiologi :
- Jantung : MS, ggl jantung kiri (ortopnoe, PND)
- Paru : airway, intersitial disease
- Anatomical :pleura, otot, dll
- Lainnya : tirotoksikosis, ketoacidosis, anemia, dll