You are on page 1of 7

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH


SAKIT UMUM HARAPAN IBU
PURBALINGGA
NOMOR
184./PER/DIR/RSUHIPBG/III/2017
PANDUAN DILEMA ETIK
MANAJEMEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etika menentukan standar sejauh mana dalam tingkah laku dan pengambilan keputusan
dianggap baik atau buruk. Tanggung jawab sosial adalah bentuk kontribusi terhadap
kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri. Etika manajemen dan
tanggung jawab sosial merupakan aspek yang paling penting dalam melaksankan aktivitas
perusahaan demi terjaminnya kelangsungan perusahaan. Untuk itu, perlu adanya penerapan dari
etika manajeman dan tanggung jawab sosial. Penerapan etika manajemen dan tanggung jawab
sosial bukan hanya menjadi tanggungan bagi manajer atau pipinan melainkan juga karyawan
perusahaan. Tak hanya itu, partisipasi dari masyarakat dan pemerintah juga diperlukan dalam
lingkup ini.

B. TUJUAN
Maksud dan tujuan pembuatan buku ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
etika manajemen dengan tujuan sebagai pedoman bagi staf Rumah Sakit, sehingga terdapat
kesamaan pandangan dan tindakan dalam menjalankan upaya penerapan etika manajemen

BAB II
ETIKA MANAJEMEN
1
Etika adalah satu kepercayaan, standar, atau pemikiran yang mengisi suatu individu,
kelompok atau masyarakat. Etika juga diartikan sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau
aturan untuk bertindak. Etika menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap
peristiwa penting dalam hidupnya. Isu etika hadir dalam sebuah situasi ketika tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau sebuah organisasi dapat menimbulkan manfaat atau kerugian bagi
yang lain.
Etika dalam organisasi atau etika manajemen perhatiannya meliputi tiga hal yaitu:
1. Hubungan perusahaan dengan karyawan
2. Hubungan karyawan dengan organisasi
3. Hubungan perusahaan dengan pihak luar

A. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Etika Manajemen


Hampir semua dilema etika melibatkan suatu konflik antara kebutuhan sebagian dan
keseluruhan individu dengan perusahaan, perusahaan dengan masyarakat sebagai suatu
keseluruhan. Kadang-kadang suatu keputusan etika menimbulkan konflik antara dua pihak. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi etika manajemen dalam mengambil keputusan yaitu
hukum, peraturan pemerintah, kode etik perusahaan, dan tegangan antara standar perorangan
dan kebutuhan perusahaan. Para manajer yang menghadapi jenis pilihan etis yang sulit, sering
memanfaatkan suatu pendekatan normatif yang berdasarkan norma dan nilai-nilai untuk
membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa
pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan keputusan yang etis.
Empat diantaranya yang relevan bagi para manajer adalah pendekatan manfaat, pendekatan
individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan keadilan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Etik


1. Manajer
Manajer membawa pengaruh berupa kepribadian dan perilaku terhadap pekerjaan.
kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang agama, seluruhnya membentuk
sistem nilai seorang manajer. Karakteristik pribadi yang khusus, seperti kekuatan ekonomi,
kepercayaan diri, dan rasa kemandirian yang kuat, memungkinkan para manajer untuk
membuat keputusan yang etis. Salah satu perilaku pribadi yang penting adalah tahap
pengembangan moral. Riset telah menunjukkan bahwa nilai-nilai sebuah perusahaan sangat
mempengaruhi perilaku karyawan dan pembuatan keputusan. Sebagian besar perusahaan,
para karyawan percaya bahwa jika mereka tidak mengikuti nilai-nilai etika yang
diekspresikan pekerjaan mereka akan berada dalam bahaya atau mereka tidak akan cocok
berada di sana. Budaya merupakan suatu kekuatan yang besar karena budaya
mendefinisikan nilai-nilai perusahaan. Aspek organisasi lainnya, seperti aturan dan
kebijakan yang eksplisit, sistem penghargaan, sejauh mana perusahaan memperhatikan

2
karyawannya, sistem seleksi, penekanan pada standar hukum dan profesional serta proses
kepemimpinan dan pengambilan keputusan juga dapat mempengaruhi nilai etika dan proses
pengambilan keputusan oleh manajer

2. Tanggung jawab sosial


Tanggung jawab sosial berarti manajemen harus mempertimbangkan dampak sosial
dan ekonomi dalam mengambil keputusan. Tanggung jawab sosial merupakan konsep yang
sukar untuk dipahami, karena orang yang berbeda memiliki keyakinan yang berbeda
mengenai tindakan apa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Yang lebih sulit lagi,
tanggung jawab sosial mencakup sejumlah isu, kebanyakan diantaranya bersifat ambigu
terkait dengan masalah benar atau salah. Terdapat dua pandangan terhadap pelaksanaan
tanggung jawab sosial. Pertama, menganggap perusahaan bagian dari masyarakat, maka
harus melakukan tanggung jawab sosial demi kemakmuran masyarakat. Kedua, menganggap
perusahaan tidak perlu menjalankan tanggung jawab sosial karena bertentangan dengan
tujuan ekonomi perusahaan sebab mengurangi laba.

Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial ada empat strategi :


Strategi menghindari tanggung jawab sosial karena mementingkan ekonomi
Melaksanakan tanggung jawab sosial sebatas yang diisyaratkan dalam peraturan atau
undang-undang
Melakukan tanggung jawab sosial etika manajemen yang dapat diterima masyarakat
Melakukan tanggung jawab sosial secara pro-aktif agar tidak terjadi gejolak atau dampak
sosial yang buruk terhadap organisasi

Bentuk tanggung jawab sosial


Perusahaan harus memberikan perhatian terhadap masalah sosial dan lingkungan
dengan melaksanakan tanggung jawab sosial misalnya dalam bentuk program CSR
(Corporate Social Responsibility). Melaui CSR akan tercipta hubungan yang harmonis
antara perusahaan dan lingkungan sebagai syarat terjaminnya kelangsungan bisnis mereka.
Aspek-aspek yang mendukung CSR antara lain adanya etika bisnis yang dijadikan pedoman
dalam berbisnis dan adanya masalah masalah lingkungan. Apabila perusahaan membangun
suatu basis komunitas, mereka menjadi bagian dari komunitas dan mengandalkan padanya
akan pelanggan maupun karyawannya. Perusahaan menunjukan kepeduliannya kepada
komunitas dengan mensponsori event lokal atau memberikan donasi kepada kolompok
sosial lokal.

C. Mengevaluasi Kinerja Sosial Perusahaan

3
Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dibagi ke dalam empat kriteria. Semua tanggung
jawab tersebut disusun dari atas ke bawah menurut tingkat kesulitan dan frekuensi yang dialami
oleh para manajer ketika menangani permasalahan tersebut, meliputi :
Tanggung Jawab Ekonomi, pandangan ini mengatakan bahwa perusahaan harus
dioperasikan dengan basis orientasi laba, dengan misi tunggalnya yaitu meningkatkan
labanya selama berada dalam peraturan permainan
Tanggung Jawab Legal, mendefinisikan apa yang dianggap penting oleh masyarakat
sehubungan dengan perilaku perusahaan yang layak
Tanggung Jawab Etika, meliputi perilaku yang tidak perlu disusun dalam undang-undang
dan boleh tidak melayani kepentingan ekonomi langsung perusahaan
Tanggung Jawab Diskresioner, murni suka rela dan dituntun oleh keinginan sebuah
perusahaan untuk memberi kontribusi sosial yang tidak diperintahkan oleh ekonomi,
undang-undang, atau etika

D. Mengelola Etika Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Banyak manajer peduli pada perbaikan iklim etika dan tanggung jawab sosial perusahaan
mereka. Mereka tak ingin dikejutkan atau dipaksa masuk ke dalam posisi obstruktif atau
defensif. Seperti yang dikatakan salah seorang ahli pada topik etika, Manajemen bertanggung
jawab untuk menciptakan dan menopang kondisi di mana orang- orang harus menjaga kelakuan
mereka sendiri. Para manajer harus mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa
perusahaan berdiri dengan dasar etika.

E. Hasil Penerapan Etika Manajemen Dan Tanggung Jawab Sosial


Banyak perusahaan menyadari bahwa ukuran kesuksesan bukan hanya dari laporan
keuangan, melainkan dari etika dan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja
keuangannya menjadi perhatian baik bagi para manajer maupun manajemen. Salah satu hal
yang diperhatikan manajer adalah apakah menjadi warga negara yang baik akan membawa
dampak buruk bagi kinerja perusahaan. Sejumlah studi telah dilakukan untuk menentukan
apakah peningkatan etika dan respon sosial meningkatkan atau menurunkan performa
keuangan. Studi tersebut memberikan hasil yang bervariasi namun umumnya menemukan suatu
hubungan kecil yang positif antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan.

F. Isu-Isu Etika Administratif


4
Potensi isu etika administratif yang pertama terkait dengan kepemimpinan dan
manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan menentukan
obyektif, menentukan arah dan memberi pedoman pada organisasi. kegiatan-kegiatan
kepemimpinan dan manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya
seorang pemimpin manajer puncak sangat mudah disadari atau tidak melanggar asas-asas etika
beneficence, nonmaleficence, menghormati manusia dan berlaku adil. Apalagi jika Direktur
Rumah Sakit berperilaku diskrimatif dan menerapkan standar ganda. Ia menuntut orang lain
mematuhi standar-standar yang ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan
sesuai dengan standar-standar itu
Potensi isu etika administratif berikutnya adalah tentang privasi. Privasi menyangkut
hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia pribadi, kelainan atau penyakit yang
diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian
yang menjadi haknya. kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi dan
kerahasiaan pasiennya. Harus di akui, hal itu tidak selalu mudah. Misalnya kerahasiaan rekam
medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat di
dalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak
punya akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika administratif, jika
terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu sebab di satu pihak lain kewajiban
moral untuk menjaganya
Persetujuan tindakan medis (Informed consent). Masalah etika administratif dapat
terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan
yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan
tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti
olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan itu
atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak
terjadi banyak masalah etika, jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai
dengan apa yang diharapkan semua pihak.
Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin dikerjakan sehari-hari
misalnya pendektomi berakibat fatal. Kasus demikian dapat menjadi penyesalan
berkepanjangan. Dapat juga terjadi dilema etik pada dokter dirumah sakit, yang tega
mengungkapkan informasi yang selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan
pasien akan jadi bingung, panik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk mencari
pengobatan alternatif. Padahal dokter percaya bahwa tindakan medik yang direncanakan masih
besar kemungkinannya untuk menyelamatkan pasien.
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi berhubung dengan
faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini terjadi sehari-hari.
1. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor yang mutlak bagi rumah
sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya. Karena pertimbangan tertentu, pemilik atau
manajeman rumah sakit mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan

5
dengan demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak, lebih besar
manfaatnya, dan lebih efektif biaya.
2. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur
ia pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang ke rumah sakit lain. Padahal ia patient
getter yang merupakan telur emasbagi rumah sakit.
3. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi piutang periodiknya,
Padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus lanjutan.
4. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada konflik kepentingan
antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang saham yang melihat sesuatu hanya
dari perhitungan bisnis.
5. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan para klinis yang
akar masalahnya adalah soal keuangan dan pendapatan. Bagaimana sikap manajemen
terhadap dokter tertentu yang dapat diduga melakukan moral hazard dengan berkolusi
dengan PBF.
6. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi mahal; disatu pihak diperlukan untuk
meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain potensi moral hazard juga tinggi
demi untuk membayar cicilan kredit atau leasing.

BAB III

6
KESIMPULAN

Etika berhubungan dengan nilai-nilai internal yang merupakan sebagian dari budaya
perusahaan dan membentuk keputusan mengenai tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan
lingkungan eksternal. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan
dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan
masyarakat serta organisasi itu sendiri.

Etika manajemen dan tanggung jawab sosial berhubungan erat sebagaimana yang dijelaskan
di atas. Sudah banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia maupun di luar negeri yang telah
menerapkan etika manajemen dan tanggung jawab sosial. Dampaknya pun telah dirasakan, karena
dari penerapan kedua hal tersebut masyarakat semakin mengenal perusahaan tersebut dan
cenderung mengapresiasi. Untuk itu, perlu pemahaman lebih mendalam tentang etika manajemen
dan tanggung jawab sosial.

You might also like