You are on page 1of 13

SISTEM PERNAFASAN

ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut
mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup
ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam
mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke
laring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adams apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada
lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

B. Saluran Nafas Bawah


1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9
bronkus segmental
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan
ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir
dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan
PARU
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
PLEURA
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan
kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

Pernapasan adalah kegiatan makhluk hidup yang sangat penting.


Pernahkah kamu berpikir apa yang terjadi seandainya kita sulit bernapas ?
Kita tahu bahwa manusia telah dilengkapi oleh alat yang mampu menghirup udara, sehingga kebutuhan akan
oksigen terpenuhi, karena tanpa oksigen aktivitas dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berlangsung.
Organ-organ apa saja yang berperan dalam pernafasan? Bagaimana kita bernapas dan mendapatkan oksigen ?
Gangguan apa saja yang terjadi dalam sistem pernapasan? Semua akan terjawab dengan mempelajari modul ini.
Pernapasan adalah :
1. Kegiatan mengambil udara (inspirasi) dan mengeluarkan udara (ekspirasi) melalui alat pernapasan.
2. Pertukaran gas antara sel dengan lingkungan (respirasi eksternal).
3. Reaksi enzimatik, pemanfaatan oksigen memerlukan enzim pernapasan (sitokrom).
Struktur Alat-alat pernapasan
Alat-alat pernapasan pada manusia meliputi :
1. Hidung,
2. Saluran pernapasan (faring, laring, trakea, bronkhus, bronkeolus, alveolus)
3. Paru-paru
1. Hidung
Hidung merupakan organ pertama yang dilalui oleh udara. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut
dan selaput lendir, yang berfungsi sebagai penyaring, penghangat, dan pengatur kelembaban udara yang
akan masuk ke paru-paru.
Sebaiknya bernapas selalu melalui hidung. Mengapa demikian ? Pernahkah kalian merasa susahnya bernapas
lewat hidung ketika flu ?
2. Saluran Pernapasan :
Faring
Faring (tekak) merupakan persimpangan antara kerongkongan dan tenggorokan. Terdapat katup yang disebut
epiglotis (anak tekak) berfungsi sebagai pengatur jalan masuk ke kerongkongan dan tenggorokan. Pernahkah
kalian tersedak makanan ? Coba pikirkan apa penyebabnya ?
Laring
Laring adalah pangkal tenggorokan, terdiri atas kepingan tulang rawan membentuk jakun dan terdapat celah
menuju batang tenggorok (trakea) disebut glotis, di dalamnya terdapat pita suara dan beberapa otot yang
mengatur ketegangan pita suara sehingga timbul bunyi.
Trakea (Batang Tenggorok)
Berupa pipa yang dindingnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu lapisan luar terdiri atas jaringan ikat, lapisan
tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, dan lapisan dalam terdiri atas jaringan epitelium
besilia. Terletak di leher bagian depan kerongkongan
Bronkhus
Merupakan percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri. Struktur bronkhus sama dengan trakea,
hanya dindingnya lebih halus. Kedudukan bronkhus kiri lebih mendatar dibandingkan bronkhus kanan,
sehingga bronkhus kanan lebih mudah terserang penyakit
Bronkheolus
Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih tipis. Bronkheolus
kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan ini akan membentuk cabang yang lebih halus
seperti pembuluh.
Alveolus
Berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara, dindingnya tipis setebal selapis sel,
lembab dan berlekatan dengan kapiler darah.
Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x luas permukaan tubuh) cukup
untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.
3. Paru-paru
Berjumlah sepasang terletak di dalam rongga dada kiri dan kanan.
Paru-paru kanan memiliki 3 lobus (gelambir), sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus (gelambir). Di dalam
paru-paru ini terdapat alveolus yang berjumlah 300 juta buah.
Bagian luar paru-paru dibungkus oleh selaput pleura untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika bernapas,
berlapis 2 dan berisi cairan

Mekanisme Pernapasan
Pernapasan pada manusia berlangsung dengan cara mengubah tekanan udara di dalam paru-paru. Perubahan
tekanan ini menyebabkan udara dapat keluar dan masuk dari dan ke dalam paru-paru yang disebut bernapas.
Proses bernapas pada manusia melalui 2 (dua) tahap :
1. Inspirasi (penghirupan)
Tahap inspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi. Volume rongga dada dan paru-paru
meningkat ketika diafragma bergerak turun ke bawah dan sangkar tulang rusuk membesar. Tekanan udara
dalam paru-paru akan turun di bawah tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir ke dalam paru-paru.
2. Ekspirasi (penghembusan)
Tahap ekspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi. Volume rongga dada dan paru-paru
mengecil ketika diafragma bergerak naik dan sangkar tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru
akan naik melebihi tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru.
Fungsi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas sehingga oksigen dapat disuplai ke
dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh. Karena sebagian besar dari jutaan sel tubuh kita letaknya
terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah,
darah harus bersirkulasi, dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran gas. Peristiwa ini
membutuhkan fungsi dari dua sistem, yaitu sistem pernapasan dan sistem sirkulasi. Semua bagian dari sistem
pernapasan (kecuali sakus mikroskopis yang disebut alveoli) berfungsi sebagai pendistribusi udara. Hanya
alveoli dan saluran kecil yang terbuka ke dalam alveoli berfungsi sebagai penukar gas.
Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran gas, sistem pernapasan secara efektif menyaring, menghangatkan,
dan melembabkan udara yang kita hirup selama bernapas. Organ pernapasan juga mempengaruhi pembentukan
suara, termasuk berbicara yang kita gunakan dalam komunikasi verbal. Jaringan epitel khusus dalam saluran
pernapasan memungkinkan berfungsinya indera penghidu (olfaktori). Sistem pernapasan juga membantu dalam
pengaturan, atau homeostasis pH dalam tubuh.
Sketsa Struktur Sistem Pernapasan
Secara sistematis sistem pernapasan dibagi menjadi saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah.
Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks, atau rongga dada, sementara saluran pernapasan bawah
terletak hampir seluruhnya di dalam toraks (Gbr. 1-1).

Saluran pernapasan atas terdiri atas hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, dan laring (Gbr. 1-2). Saluran
pernapasan bawah, atau biasa disebut divisi, terdiri atas trakhea, semua segmen dari percabanganbronkus,
danparu-paru. Berdasarkan fungsi, sistem pernapasan juga mencakup beberapa struktur aksesori, termasuk
rongga mulut, sangkar iga, dan diafragma.

Anatomi Sistem Pernapasan


Anatomi komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan pertukaran gas
pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara di
lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami
homeostasis dalam semua sistem organ tubuh diperlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem
pernapasan dan fungsinya.
Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasi struktural dari bagian-bagian sistem tetapi juga
pada inter-relasi dari komponennya dengan sistem tubuh yang lain, termasuk sistem persarafan, sirkulasi,
muskular, dan imun.
Saluran Pernapasan Atas
HIDUNG
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar sistem pernapasan
melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar
hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya.
Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lendir. Udara yang
melewati rongga hidung dihangatkan dandilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam
lendir; silia pada lapisan mukosa secara kontinu menyapu lendir ke arah faring. Sebagian besar lendir ini pada
akhirnya akan tertelan, dan setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah
lambung.
Rongga nasal berhubungan dengan beberapa rongga lain yang terdapat dalam tulang tengorak, yaitu sinus
paranasal yang fungsinya adalah untuk meringankan tulang tengkorak dan memberikan resonansi suara.
Rongga ini berhubungan dengan rongga nasal melalui saluran kecil yang juga dilapisi oleh membran mukosa.
Karena saluran ini sempit, maka ia mudah tersumbat selama proses inflamasi dan infeksi. Lendir dan cairan
lainnya menjadi terperangkap dan menumpuk di dalam sinus yang tersumbat, menimbulkan tekanan yang
terasa sangat nyeri. Kondisi ini disebut sinusitis.
FARING
Faring atau tenggorok adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di anterior
vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring dapat dibagi menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh
segmen lainnya; nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak di belakang rongga nasal. Nasofaring
berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius, yang memanjang ke telinga tengah.
Adenoid atau tonsil faringeal terletak pada dinding posterior nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung
makrofag. Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui
baik oleh udara maupun makanan, namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan.
Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka lebar adalah orofaring, terletak
di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat
pada rongga mulut. Pada
dinding lateralnya terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah,
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang masuk ke dalam
mukosa.
Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam
laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi dinding muskular orofaring dan laringofaring
merupakan bagian dari refleks menelan.
LARING
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran
pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur
ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Laring menjadi tempat pita suara, dengan
demikian laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan
(kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas sembilan
buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur seperti kotak (Gbr. 1-3) dan satu sama
lainnya dihubungkan oleh ligamen. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada
permukaan anterior leher. (Pada pria kartilago ini membesar yang disebut Adams apple atau buah jakun).

Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya
dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotig tertekan ke bawah
menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan ke dalam laring.
Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga udara
dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot-otot instrinsik laring menarik pita
suara menutupi glotis, dan udara yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi
yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata (Gbr. 1-4). Saraf kranial motorikyangmempersarafi faring untuk
berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesorius.

Saluran Pernapasan Bawah


TRAKHEA
Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai 13 cm dengan
lebar sekitar 2,5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras,
kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakhea memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga toraks
tempatnya terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri.
Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos, dan serat elastik. Cincin kartilago ini berujung
terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang banyaknya sekitar 16 sampai 20 buah. Ujung terbuka
dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esofagus ketika
makanan ditelan. Cincin kartilago memberikan bentuk kaku pada trakhea, mencegahnya agar tidak kolaps dan
menutup jalan udara.
Bagian dalam trakhea dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Lapisan mukosa ini banyak mengandung sel yang
menyekresi lendir disebut PSCC, pseudostratified ciliated columnar. Seperti halnya pada laring, silia pada
trakhea juga menyapu ke arah atas raengarah ke faring. Ketika mencapai faring, mukus biasanya tertelan atau
dikeluarkan sebagai sputum.
BRONKHIAL DAN ALVEOLI
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di
dalam paru-paru, masing-masing bronkhus primer sedikit memanjang dari trakhea ke arah paru-paru
membentuk cabang menjadi bronkhus sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri
mempunyai sudut yang lebih tajam dibanding dengan cabang bronkhus kanan (Gbr. 1-5).
Sebagai akibat dari perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup biasanya akan
tersangkut pada bronkhus kanan. (Bayangkan trakhea sebagai sebatang pohon yang terbalik dengan cabang-
cabangnya yang menjalar yang makin lama makin kecil; percabangan yang paling kecil ini disebut bronkhiolus.)
Pada dinding bronkhiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma.
Brokhiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli-kantung udara di dalam paru-paru. Fungsi
percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya
untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.
Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru pada rata-rata orang
dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran
darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area permukaan yang sangat luas sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap paru mempunyai area permukaan internal sekitar 80 kali
lebih besar dari luas permukaan tubuh eksternal atau sekitar 70 m2 (Thibodeau & Patton, 1996).
Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara
mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya,
dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-
sel khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya
melapisi permukaan dalam dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan
untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui dinding
alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan permukaan, yang
menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara meninggalkan bilik alveolar selama ekspirasi.
Surfaktan melawan tekanan ini, dengan memungkinkan alveoli mengembang kembali dengan cepat setelah
ekspirasi.
Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muskular
yang sangat besar untuk mengembangkan kembali alveoli. Contoh dalam kasus ini adalah bayi prematur yang
lahir sebelum mencapai kehamilan bulan ketujuh dimana paru-paru bayi tersebut belum cukup matur sehingga
bayi yang dilahirkan ini mengalami kesulitan bernapas (tidak dapat bernapas spontan).
PARU-PARU
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga.
Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi
klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus primer
dan masuknya arteri serta vena pulmonari ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan
saluran yang membentuk pohon bronkhial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat.
Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara
dalam aliran darah.
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri
atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus (Gbr. 1-6). Lapisan yang membatasi
antara lobus disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh
jaringan ikat.

Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai segmen. Setiap
segmen terdiri atas banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai bronkhiole, arteriole, venula, dan
pembuluh limfatik.
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleurae. Lapisan terluar disebut pleura
parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang
mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan
yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedua membran
pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas. Jika cairan
yang dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi
dan terasa sangat nyeri karena membran pleural saling bergesekan satu sama lain ketika bernapas.
TORAKS
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut mediastinum. Jaringan
fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum, yang secara sempurna memisahkannya dari rongga pleura
kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri. Satu-
satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru.
Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan. Karena bentuk clips dari tulang rusuk dan sudut
perlekatannya ke tulang belakang, toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil
ketika dikempiskan. Bahkan perubahan yang lebih besar lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi dan relaksasi.
Saat diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar rongga
toraks ke arah bawah sehingga memperbesar volume toraks. Ketika diafragma rileks, diafragma kembali ke
bentuk awalnya yang seperti kubah sehingga memperkecil volume rongga toraks. Perubahan dalam ukuran
toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
Fisiologi Pernapasan
Fisiologi pernapasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang mempunyai
peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis lingkungan internal tubuh kita.
Sistem pernapasan yang berfungsi dengan baik dapat menjamin jaringan memperoleh pasokan oksigen yang
adekuat dan pembuangan karbon dioksida yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol
harus dapat memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh yang
terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang bersirkulasi adalah inti dari
fisiologi pernapasan. Fungsi yang kompleks ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya integrasi antara
berbagai sistem kontrol fisiologi yang mencakup keseimbangan asam-basa, air dan elektrolit, sirkulasi, dan
metabolisme.
Secara fungsional, sistem pernapasan terdiri atas serangkaian proses teratur yang terintegrasi yang mencakup
ventilasi pulmonal (bernapas), pertukaran gas dalam paru-paru dan jaringan, transpor gas oleh darah, dan
regulasi pernapasan secara keseluruhan.
Ventilasi Pulmonal
Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bemapas. Salah satu fase dari ventilasi pulmonal sadalah inspirasi
yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru dan fase lainnya adalah ekspirasi yaitu gerakan
perpindahan udara meninggalkan paru-paru.
Mekanisme Ventilasi Pulmonal
Udara mengalir masuk dan keluar dari paru-paru dengan dasar hukum yang sama seperti halnya cairan, baik
dalam bentuk cair maupun gas, yaitu mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya karena adanya perbedaan
tekanan. Adanya perbedaan tekanan ini (tekanan gradien) menyebabkan cairan mengalir atau berpindah. Cairan
selalu mengalir dari tempat dengan tekanan yang tinggi ke tempat dengan tekanan yang lebih rendah. Dalam
kondisi standar, udara atmosfir mengeluarkan tekanan 760 mm Hg. Udara dalam alveoli pada akhir satu
ekspirasi dan sebelum dimulai inspirasi berikutnya juga mengeluarkan tekanan 760 mm Hg. Itulah sebabnya
pada titik ini, udara tidak memasuki dan tidak meninggalkan paru-paru. Mekanisme yang menyebabkan
ventilasi pulmonal adalah mekanisme yang menimbulkan tekanan gradien antara udara atmosfir dan udara
alveolar. Mekanisme ventilasi disajikan secara singkat pada Gambar 1-7.

INSPIRASI
Tepatnya proses inspirasi adalah sebagai berikut; diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah, dan
mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga ke atas dan ke luar,
yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan serta ke depan dan ke belakang.
Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan intrapleura menjadi makin
negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura. Perlekatan yang diciptakan oleh cairan serosa,
memungkinkan pleura viseral untuk mengembang juga, dan hal ini juga mengembangkan paru-paru.
Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara
memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus
berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu
saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam. Pada napas dalam
diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru,
sehingga memungkinkan masuknya udara lebih banyak. Skema mekanisme inspirasi disajikan pada Gambar 1-8.
EKSPIRASI
Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta rileks. Karena
rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat elastiknya yang meregang selama
inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan
atmosfir, udara didorong ke luar paru-paru sampai kedua tekanan sama kembali.
Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan kontraksi otot, tetapi ekshalasi yang
normal adalah proses yang pasif, bergantung pada besarnya regangan pada elastisitas normal paru-paru yang
sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi yang normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak
untuk ekshalasi.
Namun begitu kita juga dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal, seperti ketika sedang berbicara,
bernyanyi, atau meniup balon. Ekshalasi yang demikian adalah proses aktif yang membutuhkan kontraksi otot-
otot lain. Gambar 1-9 meringkaskan tentang mekanisme ekspirasi.

Volume Pulmonal
Volume udara yang masuk dan keluar dari paru-paru dan yang tetap berada dalam paru-paru mempunyai arti
penting secara fisiologis. Gerakan masuk dan keluar udara ini harus sedemikian normal sehingga pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi secara adekuat antara udara alveolar dan darah kapiler pulmonal.
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah udara yang masuk dan keluar dari paru-paru. Kapasitas paru-paru
bervariasi sesuai dengan ukuran dan usia seseorang. Makin tinggi individu makin besar paru-parunya jika
dibandingkan dengan individu yang lebih pendek. Makin kita tua kapasitas paru-paru kita juga menurun karena
paru-paru kehi-langan day a elastisitasnya dan otot-otot pernapasan menjadi kurang efisien. Metoda yang
umum untuk memeriksa ftmgsi paru adalah dengan mengukur volume pernapasan dalam kondisi yang berbeda
dan hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata normal. Alat yang digunakan disebut spirometer, grafik yang
merekam perubahan volume pulmonal yang diamati selama pernapasan disebut spirogram (Gbr. 1-10):

1. Volume Tidal-jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi normal. Rata-rata volume tidal
adalah 500 ml, tetapi banyak orang sering mempunyai volume tidal yang lebih rendah karena napas cepat.
2. Minute Respiratory Volume (MRV)-jumlah udara yang dihirup dan diembuskan dalam 1 menit. MRV dihitung
dengan mengalikan volume tidal dengan jumlah pernapasan per menit (rata-rata 12 sampai 20 kali per menit).
Misalnya jika pernapasan per menit adalah 12 kali dan volume tidal 500 ml maka MRV adalah 6000 ml atau 6
liter udara per menit yang merupakan MRV rata-rata.
3. Inspirator? Reserve-cadangan inspirasi adalah jumlah udara di luar volume tidal yang dapat diambil dengan
inhalasi sedalam mungkin, normalnya berkisar 2000 sampai 3000 ml.
4. Expiratory Reserve-cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara di luar volume tidal yang dapat dikeluarkan
dengan ekshalasi yang paling kuat, normalnya berkisar dari 1000 sampai 1500 ml.
5. Vital Capasity-jumlah dari volume tidal, cadangan inspirasi, dan cadangan ekspirasi. Dengan kata lain
kapasitas vital adalah jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling dalam diikuti dengan ekshalasi yang
paling kuat. Rata-rata kapasitas vital berkisar 3500 sampai 5000 ml.
6. Residual Volume-jumlah udara yang tetap berada di dalam paru-paru setelah ekshalasi yang paling kuat; rata-
rata berkisar 1000 sampai 1500 ml. Udara residu sangat penting untuk memastikan bahwa selalu terdapat udara
di dalam paru-paru sehingga pertukaran gas-gas tetap dapat terjadi, bahkan di antara saat bernapas.
Kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional mempunyai makna penting dalam mendiagnosa kelainan
paru-paru. Kapasitas pernapasan (1C) adalah jumlah udara maksimal yang masih dapat dihirup oleh klien
setelah ekspirasi normal : IC = TV + IRV. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam
paru-paru pada akhir ekspirasi normal: FRC = ERV + RV. Jumlah volume udara total yang dapat ditahan oleh
paru-paru disebut kapasitas paru total (TLC, yaitu merupakan jumlah dari keempat volume paru: TLC = TV +
IRV + ERV + RV (Tabel 1-1).
Table 1.1. Volume dan Kapasitas Pulmonal (Thibodeau & Patton, 1996)

Pertukaran Gas Pulmonal


Pertukaran gas mencakup dua proses yang independen, pertukaran gas antara alveoli dengan aliran darah
danpernapasan eksternal pertukaran gas antara kapiler dalam tubuh (selain dalampernapasan internal paru-
paru) dengan sel-sel tubuh (Gbr. 1-11). Kedua proses tersebut mencakup perpindahan gas dari tempat yang
berkonsentrasiperpindahan gas melalui difusi tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih rendah. Kecepatan
perpindahan gas ini bergantung pada konsentrasi (kepekatan) atau pada tekanan yang dikeluarkan oleh gas
(tekanan parsial). Secara umum udara yang kita hirup (dari atmosfir bumi) sebenarnya merupakan campuran
yang mengandung kira-kira 21% oksigen, 0,04% karbon dioksida, dan 78% nitrogen. (Scanlon, 1995).

Tekanan parsial (yang juga dikenal dengan hukum Dalton) adalah tekanan yang dikeluarkan oleh salah satu dari
sembarang gas dalam suatu campuran gas-gas yang secara langsung berhubungan dengan konsentrasi gas
tersebut dalam campuran dan dengan tekanan total campuran gas. Tekanan parsial, kadang cukup disebut
tension mempunyai simbol P dan satuan mm Hg. Tekanan parsial suatu gas dapat dihitung dengan mengalikan
persentase gas dimaksud dengan tekanan total atmosfir dalam kondisi standar (760 mm Hg). Perhatikan contoh
berikut konsentrasi gas oksigen dalam atmosfir adalah 21 %, maka tekanan parsial oksigen [PO2] adalah 21 % x
760 mm Hg = 159,6 mm Hg. Jadi dengan demikian tekanan parsial oksigen 21 % adalah 159,6 mm Hg.
Udara di dalam alveoli mempunyai kandungan PO2 tinggi dan PCO2 rendah. Darah di dalam kapiler pulmonal,
yang berasal langsung dari tubuh, mempunyai kandungan PO2 rendah dan PCO2 tinggi. Itulah sebabnya, dalam
pernapasan eksternal oksigen akan berdifusi dari udara di dalam alveoli ke dalam darah, dan karbon dioksida
berdifusi dari darah ke dalam udara di dalam alveoli. Darah yang kembali dari jantung sekarang mempunyai
kandungan PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah dan dipompakan oleh ventrikel kiri ke dalam sirkulasi
sistemik.
Darah arteri yang mencapai kapiler sistemik mempunyai kandungan PO2 yang tinggi dan PCO2 yang rendah. Sel
tubuh dan cairan jaringan mempunyai PO2 rendah dan PC02 tinggi karena sel-sel secara kontinu menggunakan
oksigen dalam pernapasan sel (pembentukan energi) dan menghasilkan karbon dioksida. Itulah sebabnya,
dalam pernapasan internal, oksigen berdifusi dari darah ke cairan jaringan (sel-sel), dan karbon dioksida
berdifusi dari cairan jaringan ke dalam darah. Darah yang memasuki vena sistemik untuk kembali ke jantung
sekarang mempunyai kandungan PO2 rendah dan PCO2 tinggi dan dipompakan oleh ventrikel kanan ke dalam
paru-paru untuk turut serta dalam pernapasan eksternal. Kelainan pertukaran gas yang sering melibatkan paru-
paru, yaitu dalam pernapasan eksternal seperti pada edema pulmonal dan pneumonia.
Besarnya oksigen yang berdifusi ke dalam darah setiap menit bergantung pada faktor: (1) gradien tekanan
oksigen antara udara alveolar dan darah pulmonal yang masuk (PO2 alveolar-PO2 darah), (2) area permukaan
fungsional total membran pernapasan, (3) volume pernapasan satu menit, dan (4) ventilasi alveolar. Keempat
faktor tersebut mempunyai hubungan langsung dengan difusi oksigen. Apa saja yang menurunkan PO2 alveoli
cederung akan menurunkan gradien tekanan oksigen darah alveolar dan karenanya cenderung menurunkan
jumlah oksigen yang memasuki darah.
Transpor Gas dalam Darah
Sebagian besar oksigen yang diangkut dalam darah berikatan dengan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
quarterner yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berbeda yaitu dua rantai alfa (a) dan dua rantai
beta (P) yang masing-masing berikatan dengan kelompok heme yang mengandung zat besi.
Ikatan oksigen-hemoglobin dibentuk dalam paru-paru dimana P02 tinggi. Ikatan relatif takstabil, dan ketika
darah melewati jaringan dengan PO2 yang rendah, ikatan tersebut pecah, dan oksigen dilepaskan ke dalam
jaringan. Makin rendah konsentrasi oksigen dalam jaringan, makin banyak oksigen hemoglobin yang akan
dilepaskan. Hal ini menjamin bahwa jaringan aktif menerima oksigen sebanyak yang diperlukan untuk dapat
melanjutkan pernapasan sel. Faktor lain yang meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin adalah PCO2
yang tinggi (pH yang rendah) dan suhu yang tinggi.
Transpor karbon dioksida (CO2) sedikit lebih rumit. Lebih dari dua pertiga CO2 yang diangkut oleh darah
terbawa dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3~). Ketika CO2 larut dalam air (seperti dalam plasma darah),
sebagian dari molekul CO2 berasosiasi dengan H2O membentuk asam karbonat (H2C03). Ketika terbentuk,
sebagian dari molekul H2C03 berdisosiasi membentuk ion-ion H+ dan bikarbonat (HCO3-). Proses ini dikatalis
oleh enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah (Gbr 1-12).
Gbr. 1-12. Pembentukan bikarbonat. Karbon dioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang
reaksinya dikatalis oleh enzim SDM karbonat anhidrase. Asam karbonat kemudian berdisosiasi membentuk ion
bikarbonat dan hidrogen. Panah ganda menunjukkan bahwa setiap reaksi bersifat reversibel, kecepatan aktual
pada setiap arah diatur oleh konsentrasi relatif setiap molekul. (Sumber: Wingerd, 1994, him. 459)
Dari Gambar 1-12 dapat dilihat bahwa makin banyak CO2 yang ditambahkan ke dalam plasma, makin banyak
CO2 yang akan diubah menjadi asam karbonat. Sebagai akibat konsentrasi asam karbonat meningkat, yang
membuat sistem bergerak ke arah bikarbonat, sehingga meningkatkan kecepatan pembentukan bikarbonat.
Hasil akhirnya adalah molekul-molekul CO2 yang berdiftisi ke dalam plasma akan terus menerus dibuang dari
larutan dan diubah menjadi bikarbonat. Hal ini memungkinkan tempat yang lebih banyak untuk CO2 terlarut
dalam plasma, dengan demikian meningkatkan kapasitas pengangkutan CO2 darah.
Ketika ion-ion bikarbonat dibentuk, ion-ion tersebut berdifusi searah dengan gradien konsentrasinya ke dalam
plasma. Keluarnya ion-ion negatif ini (HCO3~) dari sel-sel darah merah diimbangi oleh masuknya ion negatif
lain yaitu ion klorida (Cl~). Transpor ion negatif yang saling berlawanan ini disebut sebagai perpindahan
klorida. Sesuai dengan hukum kecepatan kimia di atas, ketika CO2 dikeluarkan dari plasma maka keseluruhan
sistem berpindah ke arah yang berlawanan. Dengan demikian, reaksi yang mengubah asam karbonat untuk
membebaskan CO2 menjadi dominan. Penurunan konsentrasi asam karbonat kemudian mendorong
perpindahan ke arah pengubahan bikarbonat menjadi asam karbonat.
Pengaturan Pernapasan
Pusat Kontrol Pernapasan
Berbagai mekanisme beroperasi untuk mempertahankan kekonstanan relatif PO2 dan PCO Homeostasis gas-gas
darah ini dipertahankan oleh perubahan ventilasi yaitu frekuensi dan kedalaman pernapasan. Pusat pernapasan
dalam batang otak mengontrol saraf yang mempersarafi otot-otot inspirasi dan ekspirasi (Gbr. 1-13).
Gbr. 1-13. Pusat pernapasanpadabatang otak. (Sumber: Bulock, BL, 1996).
Irama dasar siklus pernapasan (inspirasi dan ekspirasi) tampaknya dibangkitkan oleh area medullatory
rhytmicity. Area ini terdiri atas dua pusat kontrol yang saling berhubungan: pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.
Ketika pusat inspirasi membangkitkan impuls, sebagian dari impuls tersebut akan menjalar di sepanjang saraf
ke otot-otot pernapasan untuk menstimulasi kontraksi, dan sebagian impuls ini akan menekan pusat ekspirasi.
Hasilnya adalah inhalasi. Dengan mengembangnya paru-paru, baroreseptor yang terdapat di dalam jaringan
paru mendeteksi regangan ini dan mencetuskan impuls sensori ke medulla; impuls ini mulai menekan pusat
inhalasi. Proses ini disebut refleks inflasi Hering-Breuer, yang membantu mencegah overinflasi paru-paru.
Dengan tertekannya pusat inspirasi, pusat ekspirasi menjadi lebih aktif, impulsnya makin menekan pusat
inspirasi. Hasilnya adalah penurunan impuls ke otot-otot pernapasan, yang relaksnya akan menyebabkan
ekshalasi. Kemudian pusat inspirasi menjadi lebih aktif kembali untuk memulai siklus pernapasan berikutnya.
Kedua pusat pernapasan pada pons bekerja dengan pusat medullar untuk menghasilkan irama pernapasan yang
normal. Pusat apneustik memperpanjang inhalasi, dan yang kemudian diselingi oleh impuls dari pusat
pneumotaksik, yang menyebabkan ekshalasi. Pada pernapasan normal inhalasi berlangsung sekitar 1 sampai 2
detik, diikuti dengan ekshalasi yang sedikit lebih lama (2 sampai 3 detik), menghasilkan batasan frekuensi
pernapasan yang normal sekitar 12 sampai 20 kali per menit. Meski demikian, masih mungkin terdapat variasi.
Gambar 1-14 secara skematis meringkaskan proses tersebut.
Pernapasan dapat juga dipengaruhi oleh emosi, misal ketika kita takut sehingga kita menahan napas atau
berteriak, dan marah biasanya membuat frekuensi pernapasan lebih cepat. Tahukah anda bahwa refleks
pernapasan lainnya adalah menguap. Kebanyakan dari kita akan menguap jika lelah atau mengantuk, tetapi
stimulus dan tujuan menguap itu sendiri tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa kemungkinan, seperti
kurangnya oksigen atau penumpukan karbon dioksida. Keunikan dari refleks menguap ini adalah sifatnya yang
menular. Melihat seseorang menguap secara tidak disadari kita akan ikut menguap pula. Anda bahkan mungkin
menguap saat membaca paragraf ini.
Kontrol pernapasan secara kimiawi dipengaruhi oleh pH darah, kadar O,, dan CO, darah. Penurunan kadar 0,
darah (seperti pada hipoksia) akan dideteksi oleh kemoreseptor pada korpus karotis dan aortik. Impuls sensori
yang dicetuskan oleh reseptor ini menjalar di sepanjang nervus vagus dan glosofaring sampai ke medulla, yang
berespons dengan meningkatkan frekuensi atau kedalaman pernapasan (atau keduanya). Respons ini akan
membawa lebih banyak udara ke dalam paru-paru sehingga akan lebih banyak 0, yang dapat berdifusi ke dalam
darah untuk memperbaiki keadaan hipoksik.
Gbr 1-14. Skema pengaturan pernapasan. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996).
Menurut Anda, dari kedua gas tersebut (O2 dan C02), mana yang paling penting sebagai pengatur pernapasan?
Secara spontan anda pasti akan menjawab O2, karena O2 penting untuk pembentukkan energi dalam
pernapasan sel. Tahukan anda bahwa sistem pernapasan dapat mempertahankan kadar O2 darah meski
frekuensi pernapasan turun sampai setengah dari normal atau terhenti beberapa saat. Ingat bahwa udara yang
diekshalasi mengandung 16% O2. Oksigen ini tidak masuk ke dalam darah tetapi tersedia kapan saja oksigen ini
dibutuhkan. Ingat juga bahwa udara residu dalam paru-paru mensuplai O2 ke dalam darah meski ketika
frekuensi pernapasan melambat. Dengan demikian, peranan O2 dalam pengaturan pernapasan tidak terlalu
penting.
Sebaliknya C02 merupakan pengatur penting dalam pernapasan, alasannya bahwa CO2 mempengaruhi pH
darah (jika kadar CO2 darah berlebih, akan menurunkan pH darah yang akan membahayakan tubuh). Itulah
sebabnya setiap terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah, tubuh akan segera mengompensasi dengan
meningkatkan pernapasan untuk mengeluarkan CO2 yang berlebih.
Namun demikian ada keadaan dimana O2 menjadi pengatur penting dalam pernapasan, misalnya pada
penderita penyakit paru kronis seperti emfisema yang mengalami penurunan pertukaran baik O2 maupun CO2
dalam paru-parunya. Penurunan pH yang disebabkan oleh penumpukan C02 akan dikoreksi oleh ginjal, tetapi
kadar O2 darah akan tetap menurun dan pada akhirnya kadar O2 akan turun terlalu jauh sehingga
menyebabkan stimulus yang terlalu kuat untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Pernapasan
Pernapasan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh refleks seperti refleks batuk, refleks bersin, cegukan dan
menguap. Berbagai faktor lain juga mempengaruhi pernapasan diantaranya suhu darah dan impuls sensori dari
reseptor termal kulit dan dari reseptor nyeri profunda atau superfisial: (1) stimuli nyeri hebat mendadak
menghasilkan refleks apnea, tetapi stimuli nyeri hebat yang berkelanjutan menyebabkan respirasi lebih cepat
dan lebih dalam, (2) stimuli dingin mendadak yang diberikan pada kulit menyebabkan refleks apnea, dan (3)
stimuli faring dan laring oleh iritan kimia atau sentuhan menyebabkan apnea temporer. Refleks apnea ini
merupakan alat yang sangat berguna untuk mencegah aspirasi selama menelan.
Informasi umpan balik pada area medullatory ritmicity berasal dari sensor seluruh sistem persarafan, juga dari
pusat kontrol lainnya. Sebagai contoh perubahan dalam PC02, PO2> dan pH dari darah arteri sistemik,
semuanya mempengaruhi area medullatory ritmicity. Gambar 1-15 meringkaskan respons umpan-balik ini.
Simpul umpan-balik bekerja untuk meningkatkan frekuensi pernapasan dalam merespons kadar PCO2 plasma
yang tinggi.
Peningkatan pernapasan selular selama olah raga menyebabkan peningkatan dalam PCO2 plasma, yang
terdeteksi oleh kemoreseptor pusat dalam otak dan kemungkinan kemoreseptor perifer pada sinus karotis dan
aorta. Informasi umpan-balik disalurkan ke integrator dalam batang otak yang berespons terhadap peningkatan
PCO2 di atas nilai normalnya dengan mengirimkan signal koreksi melalui saraf kepada otot-otot pernapasan,
yang bertindak sebagai efektor. Otot-otot efektor meningkatkan siklus kontraksi dan rileksasinya, dengan
demikian meningkatkan frekuensi pernapasan. Dengan meningkatnya frekuensi pernapasan, kecepatan
pelepasan CO2 dari tubuh meningkat dan sebagai hasil PC02 menurun. Hal ini membuat PCO2 kembali ke nilai
tetapnya.
Gbr. 1-15. Kontrol umpan-balik negatif pernapasan. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996)
Pernapasan dan Keseimbangan Asam-Basa
Pernapasan mempengaruhi pH cairan tubuh karena pernapasan mengatur CO2 dalam cairan tubuh. Ingatlah
bahwa C02 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3), yang akan terionisasi menjadi ion H+ dan
ion HCO3~. Makin banyak ion hidrogen terdapat dalam cairan tubuh, akan makin rendah pH, dan makin sedikit
ion hidrogen akan makin tinggi pH. Sistem pernapasan dapat menjadi sebab ketidakseimbangan pH sebaliknya
dapat pula memperbaiki ketidakseimbangan pH yang diakibatkan oleh penyebab lain.
Alkalosis dan Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik terjadi jika frekuensi atau efisiensi pernapasan menurun sehingga terjadi penumpukan
CO2 dalam cairan tubuh. Kelebihan CO2 ini mengakibatkan pembentukan ion hidrogen lebih banyak, yang
selanjutnya akan menurunkan pH. Penyebab asidosis respiratorik antara lain adalah pneumonia dan emfisema,
atau asma berat yang semua merusak pertukaran gas dan menyebabkan kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.
Alkalosis respiratorik terjadi jika frekuensi pernapasan meningkat, dan C02 diembuskan dengan sangat cepat.
Kurangnya CO2 menurunkan pembentukan ion hidrogen, yang selanjutnya akan meningkatkan pH. Contoh
untuk keadaan ini adalah, bila kita bernapas lebih cepat dari biasanya, akan menyebabkan pernapasan alkalosis
ringan. Atau bila bayi menangis dalam waktu yang cukup lama akan mengalami pernapasan alkalosis.
Secara umum respirasi alkalosis bukan merupakan kejadian yang lazim. Status mental tertentu dan/atau
ansietas emosional dapat disertai dengan hiperventilasi dan juga mengakibatkan respirsi alkalosis. Berada di
tempat yang sangat tinggi seperti di gunung (dimana O2 atmosfir rendah) dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi pernapasan sementara sebelum terjadi kompensasi (peningkatan pembentukan sel-sel darah merah).
Kompensasi Pernapasan
Jika ketidakseimbangan pH disebabkan oleh suatu sebab selain perubahan dalam pernapasan, ini disebut
asidosis atau alkalosis metabolik. Pada kedua keadaan tersebut, perubahan pH akan merangsang perubahan
pernapasan yang dapat membantu memulihkan pH cairan tubuh kembali normal.
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh diabetes yang tidak diobati (ketoasidosis) penyakit ginjal, atau diare
hebat. Dalam situasi tersebut, konsentrasi ion H+ cairan tubuh meningkat. Kompensasi pernapasan yang terjadi
adalah dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan yang ditujukan untuk menghembuskan
lebih banyak CO2 sehingga menurunkan pembentukan ion H+, yang selanjutnya akan meningkatkan
pH ke batas normalnya.
Alkalosis metabolik bukan kejadian yang umum, namun dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan alkalin
yang berlebihan seperti yang digunakan untuk menghilangkan gangguan lambung. Dalam kondisi ini
konsentrasi ion H+ cairan tubuh menurun. Kompensasi pernapasan yang terjadi adalah penurunan
pernapasan untuk menahan CO2 dalam tubuh sehingga meningkatkan pembentukan ion H+ yang
selanjutnya akan menurunkan pH ke batas normalnya.
Kompensasi pernapasan untuk ketidakseimbangan pH metabolik tidak dapat dilakukan dengan sempurna,
karena keterbatasan jumlah C02 yang mungkin dihembuskan atau ditahan. Secara keseluruhan kompensasi
pernapasan hanya efektif 75 % saja.
Rangkuman Bab
Proses pernapasan lebih dari sekadar aksi mekanik sederhana dari bernapas. Inhalasi memberi tubuh oksigen
yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam proses pernapasan sel. Ekshalasi membuang CO2 yang
merupakan hasil pernapasan sel. Bernapas juga mengatur kadar CO2 di dalam tubuh, dan hal ini mempunyai
kontribusi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dari cairan tubuh. Meskipun gas-gas pernapasan
tidak membentuk komponen struktural tubuh, perannya dalam pengaturan kadar kimia penting untuk fungsi
tubuh pada setiap tingkatan.
Sistem pernapasan terdiri atas sejumlah jalan udara dan paru-paru, yaitu organ pernapasan fungsional. Saluran
pernapasan atas terdiri atas hidung, faring, dan laring. Saluran pernapasan bawah terdiri atas trakhea, bronkhial
dan alveoli, dan paru-paru.
Sistem pernapasan membantu mempertahankan homeostasis dengan menjaga agar kadar oksigen dan karbon
dioksida dalam darah relatif konstan, meskipun terjadi perubahan kondisi dalam tubuh. Perpindahan oksigen
dan karbon dioksida antara lingkungan eksternal dengan sel-sel disebut pernapasan. Proses ini mencakup tiga
peristiwa: ventilasi pulmonal, pernapasan eksternal, dan pernapasan internal.
Ventilasi didefinisikan sebagai perpindahan udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Ventilasi ini mencakup
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah perpindahan ke dalam paru-paru akibat kontraksi otot-otot pernapasan
dan perubahan dalam tekanan toraks. Ekspirasi adalah perpindahan udara ke luar paru-paru dan merupakan
akibat relaksasi otot-otot pernapasan serta perubahan dalam tekanan toraks.Volume dan kapasitas pulmonal
merupakan ukuran klinis penting dalam mengevaluasi abnormalitas pernapasan.
Pernapasan eksternal adalah pertukaran gas antara udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler pulmonal.
Oksigen berdifusi dari alveoli ke kapiler pulmonal dan karbon dioksida berdifusi dari darah dalam kapiler
pulmonal ke dalam alveoli. Pernapasan internal adalah pertukaran gas antara darah kapilari sistemik dengan
sel-sel jaringan. Oksigen berdifusi dari kapiler sistemik ke dalam sel-sel jaringan dan karbon dioksida berdifusi
dari sel-sel jaringan ke dalam kapiler sistemik. Pernapasan dikontrol oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik.
Kontrol setempat dari pertukaran gas yang adekuat mencakup efek dari kadar karbon dioksida terhadap
bronkhiolus dan kadar oksigen terhadap arteriole pulmonal. Pusat pernapasan otak terletak di medulla dan
pons. Area yang sensitif terhadap zat kimia dari medulla sangat sensitif terhadap kadar PCO2 plasma.
Mekanisme pengaktifannya melalui ion-ion H+.
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya
(pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya.
Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di
dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.
Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat
dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral.
Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura
parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan
pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.

Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae
(iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang
belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot
yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
1. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas.
6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing
bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan
bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran
nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.

Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida
dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter
masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.

You might also like