You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apa itu anemia? Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila
terdapat gangguan terhadap keseimbangan antara pembentuk darah pada masa
embrio dan pada masa anak atau dewasa. (Ngastiyah, 2005)
Mengapa terjadi anemia? Penyebab umum dari anemia antara lain:
kekurangan zat besi, pendarahan usus, pendarahan dan genetik. Siapa yang
terkena anemia? Anemia dapat menyerang orang dari segala usia, namun
yang paling sering terjadi pada anak terutama usia < 2 tahun.
Kapan terjadi anemia? Anemia terjadi bila terdapat gangguan terhadap
keseimbangan antara pembentuk darah pada masa embrio daripada masa anak
atau dewasa. Dimana sel-sel darah dibuat? Pada masa embrio, setelah
beberapa minggu dari masa konsepsi terjadi, sel-sel darah primitif telah
dibentuk oleh jaringan mesenkim embrional kandung kuning telur (yolk sac)
dan selanjutnya pembentukan sel darah dilanjutkan oleh hati, limpa, sumsum
tulang, dan kelenjar-kelenjar limfoid. Setelah bayi lahir hingga dewasa, sel
darah dibuat oleh sumsum tulang.
Bagaimana upaya penatalaksanaan anemia? Penatalaksanaan
anemia yaitu dengan memberikan transfusi darah, pilihan kedua yaitu
plasma (plasma expanders atau plasma substitute). Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi anemia?
2. Apa jenis-jenis anemia?
3. Apa etiologi dan manifestasi klinis anemia?
4. Apa patofisiologi dan pemeriksaan penunjang anemia?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan komplikasi anemia?
6. Bagaimana pencegahan anemia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan anemia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi anemia.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis anemia.
3. Untuk mengetahui etiologi dan manifestasi klinis anemia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pemeriksaan penunjang anemia.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi anemia.
6. Untuk mengetahui pencegahan anemia.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan anemia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin
dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed
red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan
terhadap keseimbangan antara pembentuk darah pada masa embrio dan pada
2
masa anak atau dewasa. Pada masa embrio, setelah beberapa minggu dari
masa konsepsi terjadi, sel-sel darah primitif telah dibentuk oleh jaringan
mesenkim embrional kandung kuning telur (yolk sac) dan selanjutnya
pembentukan sel darah dilanjutkan oleh hati, limpa, sumsum tulang, dan
kelenjar-kelenjar limfoid. (Ngastiyah, 2005)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl
dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada wanita.
Memungkinkan terjadinya penurunan kuantitas hemoglobin dan penurunan
komponen eritrosit. (Mansjoer, Arif. 2000)
B. Jenis-jenis Anemia
1. Anemia pasca perdarahan
Anemia pascaperdarahan adalah anemia normositik normokromik
yang terjadi akibat kehilangan darah secara mendadak pada orang sehat,
perdarahannya dapat jelas atau samar.
2. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Anemia
defisiensi yang paling sering adalah defisiensi zat besi dan asam folat.
a. Anemia defisiensi zat besi
Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi kekurangan nutrisi zat
besi yang mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah. Untuk
menghindari anemia defisiensi zat besi ke dalam susu buatan, tepung
makanan bayi dan beberapa jenis makanan lainnya ditambahkan zat
besi.
b. Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi asam folat adalah berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) atau anemia akibat kurangnya asam folat. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyribonucleic
acid) dan RNA (Ribonucleid acid) yang penting sekali untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel. Bila terjadi defisiensi asam
folat, pematangan sel terganggu.
3. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik ialah anemia yang disebabkan karena terjadinya
penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah sehingga umur
eritosit pendek. Umur eritrosit ialah 100-200 hari.
4. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kondisi dimana sumsum tulang tubuh
berhenti memproduksi sel-sel darah baru yang cukup.
C. Etiologi Anemia

3
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan,
kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab
anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan disebabkan oleh perdarahan
massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau
perdarahan menahun.
2. Anemia defisiensi disebabkan oleh kekurangan bahan
baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang,
sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3. Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran eritrosit
yang berlebihan dan faktor intrasel dan ekstrasel. Faktor intrasel:
talasemia, hemoglobinopatie,dll. Faktor ekstrasel: intoksikasi, infeksi
malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
D. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi umum pada anemia:
a. Pucat
b. Takikardi
c. Bising sistolik anorganik
d. Bising karotis
e. Pembesaran jantung

2. Manifestasi khusus pada anemia:

4
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis,
epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah,
takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat
(Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas,
anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas,
sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink, telapak tangan dan
dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang
fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus,
hepatosplenomegali.
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang,
akibatnya dapat menghambat kerja organ organ penting, salah satunya otak.
Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak
akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah
rusaktidak bisa diperbaiki.

5
Pathway

Perdarahan masif Kurang bahan Penghancuran Terhentinya pembuatan


baku pembuat sel eritrosit yang sel darah oleh sumsum
darah berlebihan tulang

Anemia

Anoreksia Resiko gangguan Kadar HB


nutrisi kurang dari
kebutuhan
Komparten sel
Lemas penghantar oksigen/ zat
nutrisi ke sel

Cepat lelah
Gangguan perfusi
jaringan
Intoleransi
aktifitas

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Hematologi/Lab.Darah : untuk menentukan jenis dan penyebab anemia
a. Kadar Hb/Hmt
b. Indeks eritrosit, leukosit dan trombosit
c. Kadar Fe, asam folat, Vitamin B12
d. Waktu pendarahan, waktu protrombin dan waktu tromboplastin
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
3. Pada pemeriksaan laboratorium ditemui:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl )
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada
anemia aplastik )
6
G. Penatalaksanaan
a. Medik
1. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma
ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan
infus IV apa saja.
2. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg
BB/hari.dapat diberikan prepaat besi parenteral secara intramuscular atau
intra vena bila pemberian peroral tidak dapat. Transfusi darah hanya
diberikan pada Hb <5 gr/dl disertai keadaan umum buruk, misalnya gagal
jantung, broncopeneumonia dan sebgainya. Pengobatan pasien dengan
defisiensi asam folat dengan memberikan asam folat 3 X 5 mg/hari, dan
bayi 3 X 2,5 mg/hari.
3. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya.
karena reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan adalah
kortikosteroid ( Prednison, prednisolon), kalau perlu dilakukan
splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat
sitostatik seperti klorabumsil dan siklofosfamid.
4. Anemia aplastik:
b. prednison dan testosterone
predniston dosis 2-5 mg/kg BB/hari peroral, testosterone dengan dosis
1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral.
c. transfusi darah
diberikan bla perlu saja karena pemberian transfuse darah terlamapu
sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan
menimbulkan reaksi hemolitik sebagai akibat di bentuknya anti bodi
terhadap sel-sel darah tersebut.
d. pengobatan infeksi sekunder
untuk mencegah infeksi sebaiknya anak di isolasi dalam ruanagan yang
bebas hama. Pemberian obat antibiotika yang tidak menyebabkan
depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh di berikan.
e. Makanan
Makanan di berikan dalam bentuk lunak. Bila terpaksa melalui pipa
lambung dan harus hati-hati.
f. istirahat

7
untuk mencegah perdarahan terutama pada otak.
b. Keperawatan
Walaupun terdapat beberapa jenis anemia sesuai dengan
penyebabnya tetapi pada umumnya perawatan pasien tidak berbeda.
Yang perlu diperhatikan pada pasien anemia ialah:
1. Kebutuhan nutrisi
Pada umumnya pasien anemia napsu makan buruk, anoreksia sering
dijumpai. Jika tidak diatasi akan menambah buruk keadaan
pasien.diberikan makanan lunak dengan lauk pauk yang enak pula,
tetapi harus menggandung sayuran yang berserat.
2. Resiko terjadinya
gangguan pada jantung
Semua anemia apapun disebabkan karena gangguan fungsional maupun
anatomis pada jantung. Anemia akan menyebabkan keadan hiperkinetik
insufisiensi coroner dan berkurangnya cadangan jantung.mengingat hal
ini maka perawat pasien anemia berat memerlukan istirahat yang cukup
di tempat tidur selama kadar hb belum normal,paling tidak 3 kali
sehari.bila terjadi kejalatakikardia ,telapak tangan hangat dan basah,
tekanan darah sistolik meninggi segera hubungi dokter
3. Mudah mendapat
infeksi
Pasien anemia daya tahan tubuhnya sangat lemah,oleh karena itu mudah
mendapat infeksi. perawat harus selalu memperhatikan cara bekerja
yang aseptic. Terutama pada pasien anemia aplastic. Ruangan perawat
sebaiknya isolasi dan alat-alat perawatan maupun pengobatan harus
tersendiri pula. Pengunjung hendaknya dibatasi dan hanya ada seorang
saja boleh menunggu
4. Gangguan psikososial
atau rasa aman dan nyaman
Pasien anemia karena kelelahan tubuhnya menyebabkan anak tidak ada
gairah untuk apapun bahkan berbicarapun jarang. Oleh karena itu
pasien harus selalu ditolong baik makan, mandi, BAB atau BAK. Bila
kadar Hb sudah meningkat berarti anemianya berkurang, pasien
terliahat agak segar , dan biasanya pasien mau sedikit bermain.jika
pasien dipasang transfusi darah juga menimbulkan rasa tidak nyaman

8
maka pasien harus diberikan dahulu apa guna transfuse tersebut.
Ajaklah pasien berbicara untuk mengalihkan pikiranya dan ajak ia
menghitung tetesannya.jika tetesanya tidak lancar suruh ia memanggil
perawat.
5. Pemberian transfuse darah
Transfuse darah merupakan pengobatan yang penting bagi pasien
anemia tetapi tidak jarang menimbulkan reaksi yang mmembahayakan
jika terjadi kekurangan ketelitian dalam pelaksanaanya.
Hal- hal yang perlu diperhatikan:
a. Nama pasien harus benar sesuai dengan nomor regristrasinnya.
b. Golongan darah harus sesuai
c. Darh tidak boleh dikocok-kocok, dihangatkan, atau direndam
didalam air hangat walaupun baru kelua dari lemari es.
d. lihat tanngal pembuatannya dan masa habisnya
e. reaksi yangt imbul
1) reaksi pirogen sebagai akibat selang transfuse yang tidak
bebas pirogen,reaksi pasien akan menggigil.
2) Reaksi alergik, misalnya timbul urtikaria.
3) Reaksi sirkulasi. Terjadi beban volume dalam pembuluh
darah sebagai akibat tetesan terlalu cepat atau kebanyakan.
Bahaya dapat menimbulkan kematian.
4) Reaksi hemolitik dapat terjadi karena: darah rusak, darah
tidak sesuai, adanya imun antibody .
6. Kurannya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Pada umumnya orang tua tidak mengerti mengenai penyakit
anaknya dan bagaimana prognosis penyakit tersebut. Mereka hanya
melihat anaknya pucat,lemah.
Jika anaknya mendapat anemia defisiensi jelaskan orang tua bahwa
anaknya tidak mendapatkan makanan yang cukup mengandung bahan
yang diperlukan untuk membentuk sel darah.
Jiak anemia akibat cacingan jelaskan kepada orang tua anak harus
selalu menggunakan sandal saat bermain, mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah bermain, kuku harus tetap pendek dan bersih.
Selain penjelasan mengenai penyebab dan cara mencegah perlu
juga diterangkan mengenai pengobatan yang diberikan.

9
Bila pasien mendapat pengobatan yang lama, contohya pasien
prednisone perlu dijelaskan agar orang tua tidakperlu memberikannya
sesuai dengan progam pengobatan.terangkan bahayanya jika obat
tersebut di minum tidak benar misalnya dihentikan sendiri tidak atas
petunjuk dokter.

H. Komplikasi
1. Gagal jantung,
2. Parestisia
3. Kejang.
I. Pencegahan
1. Konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
Seperti: daging, kacang, sayur-sayuran yang berwarna hijau dll.
2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat
Seperti: pisang, sayuran hijau gelap, kacang-kacangan, jeruk, sereal dll.
3. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin B 12
Bisa didapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu
4. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung vitamin C
Banyak sekali manfaat vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu
penyerapan zat besi. Jenis-jenis makanan yang banyak mengandung
vitamin C seperti melon, buah jeruk dan buah beri

J. Asuhan Keperawatan Pada Anemia


1. Pengkajian
a. Biodata : Bisa terjadi pada semua anak
b. Keluhan utama : Lemah atau pusing.
c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang: Keadaan pasien pada saat dikaji dan


diperiksa.
2) Riwayat kesehatan dahulu: Apakah pasien pernah mengalami
penyakit anemia sebelumnya ?
3) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah anggota keluarga pasien
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes militus,
penyakit jantung, struk ?

10
d. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum: Keadaan umum lemah, terjadi penurunan
tekanan sistol dan diastole, pernafasan takipnea, dipsnea, suhu
normal, penurunan berat badan.
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala: Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat,
konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi
perdarahan pada gusi, telinga berdengung.
b) Leher : JVP melemah.
c) Thorax: Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung
murmur sistolik.
d) Abdomen: Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna,
hepatomegali dan kadang-kadang splenomegaly.
e) Extrimitas: Pucat, kaku mudah patah, telapak tangan basah dan
hangat.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan fungsi sumsum tulang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake kurang, akibat Hb rendah
b. Intoleransi aktivitas berdasarkan tidak seimbangnya antara 02 dan
kebutuhan.
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengoatan berdasarkan kurangnya
informasi.
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
I Keseimbangan Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang tindakan keadaan observasi pada perkembangan status
dari kebutuhan pasien membaik tanda-tanda kesehatan klien.
11
berhubungan dengan kriteria : vital pasien 2. Makan sedikit dapat
dengan 1. KU :membaik 2. Berikan menurunkan
pengurangan 2. Nafsu makan naik makan porsi kelemahan-kelemahan
jumlah sel darah dengan kecil tapi sering dan meningkatkan
merah, menghasilkan 3. Kaji pemasukan juga
kwantitas amper setengah riwayat nutrisi, mencegah distergaster.
hemoglobin, dan makanan yang termasuk makan 3. Mengindentifikasi
volume pada sel dihidangkan yang disukai. defisiensi, menduga
darah merah 3. Berat badan naik 4. Timbang kemungkinan
(homotokrit) -1 kg/46 hari berat badan tiap intervensi.
hari. 4. Mengawasi penurunan
5. Konsultasi berat badan atau
pada ahli gizi. efektivitas intervensi
nutrisi.
5. Membantu membuat
rencanan untuk
memenuhi kebutuhan
individu.

No Diangosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
II Intoleran Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk menentukan
aktifitas tindakan kemampuan pilihan
berhubungan keperawatan selama pasien untuk intervansi/bantuan
dengan ketidak 2x24 jam keadaan melakukan Manifestasi kardio
seimbangan umum pasien tugas cara-cara pulmonal dari upaya
antara suplai 02 membaik dengan kelelahan, jantung dan paru
dan kebutuhan kriteria: keletihan dan untuk membawa
1. Toleransi aktivitas kesulitan. jumlah O2 adekuat
meningkat 2. Observasi TD, kejaringan.
(kebutuhan nadi, pernafasan 2. Membantu pasien
sehari-hari) selama dan bila diperlukan.
2. Nadi N 60 x / sesudah 3. Tegangan kardio
menit aktifitas. pulmonal berlebihan
3. Pernafasan N 20- 3. Berikan bantuan dapat menimbulkan
12
24x / menit dalam aktivitas dekompensasi.
4. Tensi : N 120/80 pasien bila
mmHg perlu.
4. Anjurkan pasien
bila papirasi,
nyeri dada nafas
pendek, lemah-
lemah.
III Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji ringkas 1. Mempermudah
pengetahuan tindakan pengetahuan dalam intervensi
tentang keperawatan selama pasien tentang karena tahu tingkat
penyakit dan 1x24 jam penyakit dan pengetahuan klien.
pengobatannya pengetahuan pasien pengobatan 2. Mengurangi beban
sehubungan berubah dengan 2. Beri klien mengurangi
dengan kriteria : kesempatan rasa cemas.
kurangnya 1. Pasien tidak pasien untuk 3. Maksud dan tujuan
informasi. bertanya lagi mengekspresika klien lebih percaya
2. Ekspresi n perasaannya. dan kooperatif.
wajah tidak 3. Jelaskan tujuan 4. Membuat klien lebih
cemas lagi pemeriksaan aktif dan
3. Pasien dan pengobatan bersemangat.
bersemangat 4. Libatkan pasien
dalam dalam setiap 5. Bertambahnya
pengobaran tindakan yang informasi tentang
program. akan dilakukan penyakit membuat
5. Berikan klien lebih siap
pendidikan dalam mensikapi
kesehatan yang penyakitnya.
berhubungan
dengan anemia
khususnya
tentang anemia
defisiensi besi.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung
eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb
< 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada
wanita. Memungkinkan terjadinya penurunan kuantitas hemoglobin dan
penurunan komponen eritrosit. (Mansjoer, Arif. 2000).
Jenis-jenis anemia adalah anemia pasca perdarahan anemia
defisiensi, anemia hemolitik dan anemia aplastik. Manifestasi umum pada
anemia adalah pucat, takikardi, bising sistolik anorganik, bising karotis,
pembesaran jantung. Penyebab anemia tergantung pada jenis anemia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menentukan jenis dan
penyebab anemia. Komplikasi pada anemia antara lain: gagal jantung,
parestisia, kejang. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui.
B. Kritik dan Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita,
maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan
penyakit. Cara mengatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat
dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah
dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada kita
sudah terkena dampaknya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Ngastiyah (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Betz, Sowden (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Suriadi, Yuliani R (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta:
CV Sagung Seto.

15

You might also like