You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa air
manusia tidak dapat melaksanakan aktivitas mereka sehari-hari. Dalam
usaha memenuhi kebutuhan akan air bersih maka diperlukan tata cara
pendistribusian air bersih tersebut agar sampai ke pelanggan. Untuk itu
diperlukan sistem perpipaan.

Umumnya bagian perpipaan dan detailnya merupakan standar dari unit,


seperti ukuran diameter, jenis katup yang akan dipasang, baut dan gasket
pipa, penyangga pipa dan lain-lain. Dalam merancang suatu jalur pipa yang
tersusun dari beberapa buah pipa yang disusun secara seri maupun paralel
maka persoalan yang dihadapi belumlah begitu rumit, namun banyak juga
jalur pipa yang ada bukanlah suatu rangkaian yang sederhana melainkan
suatu jaringan pipa yang sangat kompleks, sehingga memerlukan
penyelesaian yang lebih teliti. Dalam perencanaan itu hal-hal yang perlu
diperhitungkan diantaranya besarnya kapasitas dan kecepatan aliran dari
fluida yang melalui jalur pipa dan hal-hal lain yang diperlukan dalam hal
perencanaan.

Selain itu kebocoran dan kerugian yang terjadi dalam perancangan dan
pemasangan pipa juga merupakan hal yang harus diperhitungkan. Pada
belokan pipa terjadi penurunan tekanan (pressure drop) yang lebih besar
daripada pipa lurus untuk panjang yang sama. Semakin besar pressure drop
tersebut dapat menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk mengalirkan
fluida juga meningkat. Penurunan tekanan yang terlalu besar dapat
menyebabkan terjadinya kavitasi dan getaran pada instalasi pipa, karena
adanya katup, belokan atau akibat sambungan pipa adalah dengan
pemasangan suatu flow conditioner (alat pengkondisi aliran).

Belokan pipa menyebabkan hilangnya energi pada aliran yang cukup besar,
hal ini dikarenakan pada belokan terjadi pemisahan aliran dan turbulensi.

47
Kerugian (Losses) pada belokan semakin meningkat dengan bertambah
besarnya sudut belokan. Sudut belokan adalah sudut antara saluran arah
masuk aliran terhadap negatif saluran arah keluar aliran. Losses yang terjadi
pada belokan disebabkan oleh adanya aliran sekunder (twineddy/pusaran
ganda).

Oleh karena itu, pada praktikum kali ini akan dilakukan untuk mengukur
tekanan dan debit aliran air serta kerugian head pada pipa menggunakan
pompa baik dengan rangkaian seri maupun paralel.

1.2 Maksud
1. Agar mengukur tekanan dengan menggunakan Manometer.
2. Dapat mengerti penggunaan pompa dengan rangkaian seri maupun
paralel.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengukur tekanan pada titik yang telah ditentukan dengan
menggunakan Manometer dan mengetahui keluaran debit aliran (Q) dari
percobaan yang akan dilakukan dengan menggunakan pompa.
2. Untuk mengetahui kecepatan aliran dengan pengukuran menggunakan
satu pompa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Bernoulli


Hukum Bernoulli adalah hukum kekekalan energi mekanis didalam fluida
ideal. Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus

48
didasarkan pada hukum Newton II tentang gerak (F = M.a). Persamaan ini
diturunkan berdasarkan anggapan sebagai berikut ini (Munson, 2003).
a. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan
energI akibat gesekan adalah nol).
b. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair
adalah konstan).
c. Aliran adalah kontinyu dan sepanjang garis arus.
d. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
e. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.

Dari penurunan tersebut didapat rumus umum persamaan Bernoulli yaitu:


P2 22
1= + + Z2
2g
P1 21 ............................. (1)
+ +Z
2g

Inilah persamaan Bernoulli yang terkenal itu, sebuah alat yang sangat
berdaya guna dalam mekanika fluida. Pada tahun 1738, Daniel Bernoulli
(1700-1782) mempublikasikan Hydrodinamik yang memuat sebuah bentuk
ekivalen dari persamaan yang terkenal ini untuk pertama kalinya. Untuk
menggunakan persamaan tersebut dengan tepat, kita harus selalu mengingat
asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk menurunkaannya :
1. Efek-efek viskos dapat diabaikan,
2. Alirannya diasumsikan tunak,
3. Alirannya diasumsikan tak mampu-mampat,
4. Persamaan tersebut dapat diterapkan hanya sepanjang sebuah garis arus.

Di dalam penurunan persamaan diatas, kita mengasumsikan bahwa aliran


berlangsung pada sebuah bidang (bidang x-z). Secara umum, persamaan ini
berlaku untuk aliran bidang atau non-bidang (tiga-dimensi), asalkan
diterapkan disepanjang sebuah garis arus (Munson, 2003).

2.2 Saluran tertutup

49
Saluran tertutup adalah yang adalah saluran yang seluruh sisinya ditutup
tidak ada kontak langsung dengan tekanan atmosfer tetapi hanya dengan
tekanan hidrolis (White, 1997).

Sesi berikut meperkenalkan konsep dasar dari saluran terbuka dengan aliran
dalam saluran tertutup. Pembahasan tentang rumus-rumus berikut
dipergunakan untuk menggambarkan kondisi aliran stasioner
(tetap/seragam) dan instasioner (tidak tetap/tidak seragam), energi aliran dan
efek backwater dalam saluran terbuka. Persamaan dalam saluran tertutup,
Rumus Hazen William (dipergunakan untuk pipa (mm) 50) (Munson,
2003).
Q = 0,27853 C0,38 D 2,63 h 0,54 Ll -0,54 .................... (2)

Dimana : Q = debit atau alira ) m3 /det )


D = diameter pipa (m)
C = koefisien kecepatan
h = kehilangan tekanan
L = panjang pipa

2.3 Aliran Fluida


Aliran fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup atau pipa
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar
yang berkaitan dengan sistem perpipaan adalah meliputi pipa-pipa itu
sendiri, sambungan pipa (fitting) yang digunakan untuk menyambung
masing-masing pipa guna membentuk sistem yang diinginkan, peralatan
pengatur laju aliran (katup-katup) dan pompa-pompa atau turbin-turbin yang
menambah energi atau mengambil energi dari fluida. Pada aliran fluida di
dalam pipa, lapisan fluida pada dinding mempunyai kecepatan nol. Lapisan
fluida pada jarak yang semakin jauh dari dinding pipa mempunyai kecepatan
yang semakin besar, dengan kecepatan maksimum terbesar terjadi pada
pusat pipa (Munson, 2003).

50
Gambar Aliran Fluida

2.4 Aliran Laminar dan Turbulen


Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, grafitasi dan
kekentalan dikenal sebagai bilangan Reynolds seperti persamaaan dibawah
ini :
UD UD
=
Re= ...............................(3)

Dimana :
U = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
D = Diameter pipa (m)
= Massa jenis fluida (kg/m3)
= Viscositas dinamik (m2/s)

Aliran fluida mengikuti bentuknya, sewaktu mengalir aliran fluida


membentuk suatu jenis/bentuk jenis dan bentuk dari pergerakan fluidanya.
Dalam hal ini, jika nilai Re kecil, partikel-partikel fluida bergerak sepanjang
lintasan-lintasan yang halus atau lapisan-lapisan dengan satu lapisan
meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan yang dikenal sebagai
aliran laminar, sedangkan jika partikel-partikel fluida bergerak secara acak
(random) baik arahnya maupun kecepatannya tidak terdapat garis edar
tertentu yang dapat dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen (Munson, 2003).

51
Pada pipa:
1. Aliran laminer terjadi jika Re< 2100
2. Aliran transisi terjadi jika Re> 2100
3. Aliran turbulen terjadi jika Re> 4000

2.5 Debit aliran


Untuk mengukur debit aliran dapat diketahi dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Q = Debit aliran (L/jam)
K = Koofisien Gesekan (0.8251)
A = Luas penampang (m2)
P = Perbedaan tekanan (mmHg)
g = Gravitasi bumi (m/sec2)
= density (kg/cm3)

Luas penampang :
A = x d2 .............................. (4)
Dimana :
A = Luas penampang (m2)
= 3, 14 (radian/m)
d = diameter plat orifice (m)

Maka kecepatan atau laju aliran dapat dihitung :


Q = V x A ............................. (5)

Dimana :
Q = debit aliran (m3/sec)
V = kecepatan atau laju aliran (m/sec)

52
A = Luas penampang (m2)

2.6 Tinggi tekan (head) pompa


Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi
instalasi pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang
umumnya dinyatakan dalam satuan panjang. Menurut persamaan Bernoulli,
ada tiga macam head (energi) fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu, energi
tekanan, energi kinetik dan energi potensial. Hal ini dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut :
P V2
H= + Z+ .............................. (6)
2g

Dimana:
H = Head total pompa (m)
P
= Head tekanan (m)

Z = Head statis total (m)


V2
2g = Head kecepatan (m)

2.7 Kerugian Head


Kerugian head yang terjadi pada instalasi pompa terjadi pada pipa dan
perlengkapan pipa. Kerugian head pada pipa karena adanya turbulensi air
dan gesekan pada sepanjang pipa hal ini disebut sebagai kerugian mayor.
Kerugian minor terjadi pada perlengkapan pipa termasuk adanya belokan,
penyempitan maupun pembesaran penampang secara mendadak pada pipa,
katup dan sambungan sehingga menimbulkan turbulensi sepanjang pipa isap
dan pipa tekan. Kerugian energi persatuan berat fluida dalam pengaliran
cairan dalam sistem perpipaan disebut sebagai kerugian head (head losses).
Head losses terdiri dari mayor head losses (hfs), minor head losses (hm) dan
total losses (htot) (White, 1997).

53
1. Kerugian head minor (hm)
Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang
sistem perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
2
V
hm= f 2 g .............................. (7)

Dimana:
hm = Minor losses (m)
f = Koefisien kerugian dari elbow dan valve
Koefisien f tergantung pada bentuk belokan, penyempitan, katup dan
sambungannya (Munson, 2003).

2. Kerugian head mayor (hfs)


Besarnya kerugian Head sepanjang pipa isap dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
L V2
hf= f D 2 g .............................. (8)

Dimana:
hf = Mayor losses (m)
f = Koefisien gesek pipa PVC
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)

Pipa PVC adalah termasuk pipa licin (smooth) sehingga koefisien gesek
untuk pipa licin adalah :
0,316
f= R1e /2 .............................. (9)

Sedangkan besarnya Reynolds Number (Re) dapat dihitung dengan


persamaan:

54
VD
Re = .............................. (10)

Dimana:
Re = Reynold Number
= Massa jenis fluida (air) (kg/m3)
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
= Viscositas absolut cairan (N.s/m2)

Apabila aliran laminar (Re < 2000), faktor gesekan (f) dapat dicari
dengan pendekatan persamaan:
64
f= R e .............................. (11)

Apabila aliran turbulen (Re > 2000), faktor gesekan (f) dapat dicari
dengan Moody Diagram. Metode yang umum digunakan untuk
menentukan kerugian-kerugian head atau penurunan tekanan adalah
dengan menentukan koefisien kerugian :
V2
hL= KL 2 g .............................. (12)

3. Total losses
Total losses merupakan kerugian total sistem perpipaan dapat dihitung
dengan pendekatan persamaan :
Le V 2
htot= f D 2 g .............................. (13)

Dimana:
htot = Total losses (m)

55
hf = Total mayor losses (m)
hm = Total minor losses (m)
Le/D = Panjang ekivalen dari fitting dan valve ditambah panjang
pipa
f = Faktor gesekan

BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan pada hari Sabtu tanggal 19 November 2011 pukul
10.30-12.00 WITA bertempat di Laboraturium Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Pompa air listrik otomatis SHIMIZU

Spesifikasi Pompa :
V = 1 x 22 V, 50 Hz
H = 20-5 m
Q = 10-28 L/menit
n = 2900 min-1
Hs = max 9 m
Hisap 1 25 mm

56
Dorong 1 55 mm
Model : PS-135E
b. Manometer

c. Selang dan Pipa

d. Bendungan dengan luas penampang berbentuk V dengan sudut 90O

e. Katup
f. Bak penampung air
g. Obeng (+)
h. Serbet
i. Kamera
3.2.2 Bahan
a. Air
b. Alat tulis

3.3 Cara kerja


3.3.1 Pengukuran tekanan menggunakan manometer

57
1. Dipilih lubang dengan no 4, 5, 8, 9, 10, 12 yang akan diukur
tekanannya menggunakan Manometer
2. Dihidupkankan pompa listrik untuk mengalirkan air dan untuk
membuang angin yang tersisa di Manometer
3. Dimatikan pompa listrik dan diukur tekanan awal yang ada pada
Manometer
4. Dihidupkan kembali pompa listrik untuk mengukur tekanan akhir yang
ada dan setelah pompa dihidupkan, dicatat angkanya

3.3.2 Pengukuran kecepatan menggunakan bendungan berbentuk (V)


1. Disiapkan bejana bendungan berbentuk V untuk membendung air yang
mengalir dari pompa listrik
2. Dihidupkan pompa untuk mengalirkan air ke bendungan
3. Dicatat angka ketinggian air yang ada pada bejana bendungan berbentuk V
dengan sudut 90O

58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran


Tabel Hasil Pengukuran

Titik h1 (Awal) h2 (Akhir) h (h2 h1)

4 489 494 5
5 484 690 206
8 470 625 155
9 470 588 118
10 463 521 58
12 464 733 269

Ketinggian air pada bendungan (H) = 4cm = 0,004 m

4.2 Perhitungan
4.2.1 Rumus
a. Selisih Head
h = (h2 h1)
b. Tekanan (P)
P = x g x h

c. Debit Aliran (Q) untuk luas penampang berbentuk (V)


Q = 1,4 x H2,5

Dimana :
= 1000 kg/m3
g = 9,81 m/s
H = 4cm = 0,04m

59
4.2.2 Perhitungan Tekanan (P)
a. Titik 4
P = x g x h4
= 1000 (kg/m3) x 9,81(m/s) x 5
= 49050 Pa
b. Titik 5
P = x g x h5
= 1000 (kg/m3) x 9,81(m/s) x 206
= 2020860 Pa
c. Titik 8
P = x g x h8
= 1000 (kg/m3) x 9,81(m/s) x 155
= 1520550 Pa
d. Titik 9
P = x g x h
= 1000 (kg/m3) x 9,81(m/s) x 118
= 1157580 Pa
e. Titik 10
P = x g x h
= 1000 (kg/m3) x 9,81(m/s) x 58
= 568980 Pa
f. Titik 12
P = x g x h
= 1000 (kg/m3) x 9,81(m/s) x 269
= 2638890 Pa

4.2.3 Perhitungan Debit Aliran (Q) untuk luas penampang berbentuk (V)
Q TOTAL = 1,4 x H2,5
= 1,4 x (0,04)2,5
= 4,48 x 10-4 Ltr/Jam
= 4,48 x 10-4 m3/s

60
= 26,88 Ltr/m
Head Loss = Qpompa Qperhitungan
= (28-26,88) Ltr/m
= 1,12 Ltr/m
4.2.4 Perhitungan VOutput
d = inch = 0,019 m
Q
VOutput = Q/A A A = d2

2 m /menit
7,4 x 10
= 0,00028 m2 4,48 x 10-4 (m3/s)/0,00028 (m2) =

(3,14) (0,019)2
= 1,6 m/s = 0,00028 m2

4.3 Pembahasan
Pada praktikum mekanika fluida ini, dilakukan pengukuran kecepatan fluida
air pada rangkaian 1 pompa yang mengalir pada pipa dengan melewati
beberapa titik dengan lekukan-lekukan pada alirannya. Pada aliran fluida ini
ingin diketahui debit aliran, kecepatan aliran dan tekanan pada beberapa titik
yang telah disiapkan. Berdasarkan percobaan didapat debit aliran sebesar
26,88 L/m. Pada percobaan ini menggunakan sistem bendungan berbentuk
segitiga yang mempunyai persamaan sebagai berikut:
Q TOTAL = 1,4 x H2,5
Kecepatan aliran yang didapat jika debit aliran (Q) diketahui. Rumus untuk
mendapatkan kecepatan aliran adalah:
Q
v=
A

Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran tekanan yang mengalir dari
pompa ke rangkaian pipa yang ada, yang kemudian akan dilihat besarnya
tekanan di water manometer setiap titik yang telah ditentukan. Titik yang
diamati untuk pengukuran tekanan adalah titik 4, 5, 8, 9,10 dan 12. Masing-
masing titik didapat tekanan sebagai berikut; Titik 4 didapat tekanan sebesar
49050 Pa, Titik 5 didapat tekanan sebesar 2020860 Pa, Titik 8 didapat

61
tekanan sebesar 1520550 Pa, Titik 9 didapat tekanan sebesar 1157580 Pa,
Titik 10 didapat tekanan sebesar 568980 Pa dan Titik 12 didapat tekanan
sebesar 2638890 Pa tekanan Dari data tersebut maka dapat diketahui debit
aliran dan kecepatan rata-rata aliran tersebut yaitu untuk debit aliran adalah
4,48 x 10-4 m3/s atau 26,88 L/menit dan untuk kecepatan rata-rata aliran
adalah 1,6 m/s. Dari perhitungan yang ada didapat perbedaan tekanan
dimasing-masing titik. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya
adalah akibat adanya belokkan pada pipa, adanya turunan/naikkan pada
pipa, dan besar/ kecilnya luas penampang pipa.

Terjadi perbedaan debit aliran yang berasal dari pompa dengan debit aliran
hasil perhitungan. Hal ini disebabkan karena debit aliran dari pompa
merupakan kapasitas pompa yang memang sudah ditentukan, sedangkan
debit aliran tersebut berubah ketika aliran tersebut sudah memasukki suatu
rangkaian pipa, dimana dalam rangkaian pipa tersebut memiliki berbagai
macam instrument, seperti perbedaan luas penampang antar pipa, head loss,
percabangan dan belokkan pada pipa, dan panjang rangkaian pipa dalam
aliran. Sehingga pada saat perhitungan nilai debit aliran berbeda dengan
debit aliran dalam pompa.

Pada titik 4,5,8,9,10, dan 12 tidak terjadi penurunan ketinggian, dimana h 2


lebih besar dibanding dengan h1 dan tidak terjadi peristiwa Pressure Drop.
Pressure drop digunakan untuk menggambarkan penurunan tekanan dari
satu titik dalam pipa ke titik lainnya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
tekanan pada aliran pompa dalam keadaan stabil.

P4

P5

P9 P8 output
input
62
P10 P12
Gambar Rangkaian Pipa

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang didapat yaitu :
1. Tekanan (P) dan debit aliran (Q) yang didapatkan yaitu :
a. Tekanan (P)
Titik 4 : 49050 Pa
Titik 5 : 202860 Pa
Titik 8 : 152550 Pa
Titik 9 : 1157580 Pa
Titik 10 : 568980 Pa
Titik 12 : 2638890 Pa
b. Debit Aliran yang didapatkan (Q) adalah :
QTOTAL= 26,88 Ltr/m
2. Kecepatan aliran yang didapatkan pada pengukuran dengan
menggunakan satu pompa adalah Voutput = 1,6 m/s

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum ini kita bisa menguji beberapa pompa yang
memiliki spesifikasi berbeda-beda, sehingga kita mengetahui pompa mana
yang memilki tekanan yang stabil.

63

You might also like