Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
1. Dapat mengetahui teori belajar bermakna menurut David Paul Ausubel.
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar bermakna
David Paul Ausubel.
3. Dapat mengetahui cara menerapakan teori belajar bermakna David Paul
Ausubel dalam bidang pembelajaran.
1.1 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah
ini, yaitu:
1. Bagi pembaca, yaitu menambah wawasan pembaca mengenai pemahaman
tentang teori belajar bermakna dan menghafal, serta dapat mengetahui
beberapa tokoh pengemuka mengenai tentang berbagai teori belajar
bermakna.
2. Bagi penulis, yaitu belajar meningkatkan kemampuan dalam menulis
karya ilmiah yang baik dan benar serta yang bermanfaat untuk pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2
University of Pennsylvania. Pendidikan atasnya dilalui setelah lulus dari
sekolah medis di Middlesex University. Sementara, gelar Ph.D.. di bidang
psikologi perkembangan diraihnya di University Columbia.
Selama studi, Ausubel banyak membaca karya Piaget, sehingga
pemikirannya banyak dipengaruhi oleh karya-karya Piaget. Selain itu, ia
tercatat pernah bekerja di beberapa universitas, dan kemudian pensiun dari
kehidupan akademik pada tahun 1973. Usai pension, ia mulai menekuni
praktik psikiatri.
Sebagai doctor, Ausubel berhasil menerbitkan beberapa karya
tentang tema psikologi perkembangan dan pendidikan dalam bentuk buku
pelajran serta menulis lebih dari 150 artikel. Ia pernah dianugrahi
penghargaan Thorndike untuk Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan
Distinguished oleh American Psychological Association (1976). Sampai
saaat ini, ia tetap dikenal sebagai ahli psikologi pendidikan, biarpun ia
meninggal pada tahun 2008 yang lalu.
3
Mengenai model pembelajaran Ausubel, Novik, seperti dikutip
Dahar, menguraikan secara gamblang proses belajar bermakna dan hafalan
sebagai berikut.
1. Belajar Bermakna
Menurut Ausubel, bahan subjek yang dipelajari peserta didik
haruslah bermakna (meaningful). Belajar bermakna merupakan
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses pembelajaran yang
terjadi bila informasi baru dapat dihubungkan dengan struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik. Informasi disimpan di
daerah-daerah tertentu dalam otak dan banyak sel otak terlibut dalam
penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya proses belajar
maka berpengaruh terhadap perubahan dalam sel-sel yang telah
menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang
dipelajari. Jadi, belajar bermakna itu mengandung informasi baru yang
diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam
struktut kognitif.
2. Belajar Hafalan
Jika dalam struktur kognitif seseorang tidak dapat menanamkan
konsep-konsep yang relevan, maka informasi baru tersebut dipelajari
dengan cara hafalan. Pada kenyataannya, banyak pendidik dan bahan-
bahan pelajaran yang tidak bias menolong peserta didik untuk
menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam struktur
kognitif. Sehingga, peserta didik tidak bias mengasimilasikan
pengetahuan baru tersebut. Jika sudah demikian, maka yang terjadi
ialah belajar hafalan.
4
tanpa mengubah artinya; (b) gagasan-gagasan yang relevan harus
terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dalam hal ini, pendidik
mesti memerhatikan pengalaman anak-anak, tingkat perkembangan
intelektual dan usia mereka.
2. Dalam belajar bermakna peserta didik harus bertujuan untuk
melaksanakan belajar bermakna. Dengan demikian, peserta didik
memiliki kesipana serta niat dalam belajar bermakna. Jadi factor utama
dalam mendukung belajar bermakna yaitu tujuan dari peserta didik.
2) Diferensiasi Progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Caranya, unsure yang paling umum dan
inklusif diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian diperkenalkan
pula secara lebih mendetail. Dalam hal ini, proses pembelajaran
dilakukan dari umum ke khusus.
3) Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami pertumbuhan kea rah diferensiasi, terjadi sejak
perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung
hingga pada saat ditemukan hal-hal yang baru. Belajar superordinat
akan terjadi bila konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
4) Penyesuaian Integratif
Pada suatu waktu, peserta didik kemungkinan akan menghadapi
kenyataan bahwa dau atau lebih nama konsep digunakan untuk
menyatakan konsep yang sama, atau apabila nama yang sama
5
diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan
kognitif itu, Ausubel mengajukan konsep pembelajaran
penyesuaian integratif. Caranya, materi pelajaran disusun
sedimikian rupa, sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-
hierarki konseptual ke atas dan bawah selama informasi disajikan.
6
bermakna. Sebab, belajar bermakna ditentukan oleh dua faktor yaitu,
materi pelajaran harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan yang
relevan dalam struktur kognitif peserta didik. Peserta didik akan
memiliki potensi untuk melakukan belajar bermakna jika di struktur
kognitifnya terdapat gagasan yang relevan.
Agar peserta didik memiliki peluang atau potensi untuk dapat
melakukan belajar bermakna, maka para pendidik harus memerhatikan
pengalaman, tingkat perkembangan, dan intelektual peserta didik
terkait materi yang disampaikan. Jika peserta didik tidak memiliki
pengalaman yang diperlukan untuk mengaitkan atau menghubungkan
isi pelajaran, maka peserta didik tersebut harus mempelajarinya secara
hafalan.
Kesimpulannya, agar terjadi belajar bermakna. Maka materi
pelajaran harus bermakna secara logis, peserta didik mesti memiliki
tujuan untuk memasukkan materi belajar ke struktur kognitifnya, dan
dalam struktur kognitif peserta didik harus terdapat unsur-unsur yang
cocok untuk mengaitkan atau menghubungkan materi baru secara
nonarbitrer dan substantif. Jika salah satu komponen tersebut tidak
ada, maka tidak akan terjadi belajar bermakna dan hanya bisa
dipelajari secara hafalan.
Kegiatan Belajar
Prinsip Belajar
Pendidik Peserta Didik
Pengaturan Awal Pendidik Peserta didik menjelaskan
menyampaikan materi yang telah diterima
materi yang akan pada pertemuan sebelumnya
dibahas, mengenai ikatan kimia,
kemudian larutan, dan sifat-sifatnya.
menanyakan Peserta didik mendapat
materi yang telah penjelasan bahwa di larutan
7
dibahas pada elektrolit terdapat ion yang
pertemuan bergerak bebas, yang
sebelumnya, berperan menghantar arus
yaitu mengenai listrik.
ikatan kimia,
larutan, dan sifat-
sifatnya.
Pendidik
Peserta didik menjelaskan
menyajikan
pengertian larutan,
konsep yang
menyebutkan contoh-contoh
umum, yaitu
larutan, menjelaskan larutan
pengertian
senyawa ion, dan
Diferensiasi larutan, contoh-
menyebutkan contohnya,
Progresif contoh larutan,
menjelaskan larutan senyawa
larutan senyawa
kovalen, menyebutkan
ion, larutan
contohnya, dan menjelaskan
senyawa kovalen,
larutan kovalen polar, serta
dan kovalen
menyebutkan contohnya.
polar.
8
Peserta didik memahami
keluasan konsep sebelumnya
melalui percobaan dengan
tahap sebagai berikut
berikut :
Peserta didik berdiskusi
tentang daya hantar listrik
dari senyawa-senyawa
yang tidak dalam bentuk
larutan.
Peserta didik menenukan
larutan yang telah tersedia
sebagai senyawa ion,
kovalen, atau kovalen
Mendorong dan polar.
membimbing Menuliskan reaksi
peserta didik ionisasi, peserta didik
Belajar untuk memahami mengidentifikasi larutan,
Superordinat keluasan konsep dapat atau tidak dapat
sebelumnya menghantar arus listrik
melalui (elektrolit dan
percobaan. nonelektrolit) sesuai hacil
percobaan.
Mengelompokkan larutan
dalam dua bagian yaitu :
elektrolit kuat dan
elektrolit lemah.
Peserta didik menemukan
hubungan antara daya
antar listrik dengan jenis
ikatan kimia.
Peserta didik memahami
bahwa larutan elektrolit
sebagai konduktor, dan
larutan nonelektrolit
sebagai monkonduktor.
Penyesuaian Pendidik Menghubungkan konsep-
Integratif membimbing konsep baru dengan konsep-
peserta didik konsep sebelumnya.
untuk
menghubungkan
konsep-konsep
9
baru dengan
konsep-konsep
sebelumnya.
1. Jika belajar bermakna tidak bisa, maka peserta didik akan belajar
secara hafalan. Kekurangannya, informasi yang dipelajari secara
hafalan tidak akan lama diingat.
2. Jika peserta didik ingin mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal
yang satu dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik
proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan. Sehingga, hal ini tidak akan bermakna sama sekali bagi
peserta didik.
BAB III
10
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa menurut, Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua
dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
disajikan terhadap peserta didik, melalui penemuan dan penerimaan.
Dimensi kedua berkaitan dengan cara peserta didik mengaitkan informasi
atau materi pelajaran terhadap struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari serta diingat oleh peserta didik. Teori
belajar bermakna dan menghafal David Paul Ausubel memiliki tiga
kelebihan dan dua kekurangan. Aplikasi teori belajar Ausubel dapat
dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip belajarnya.
1.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan banyak kesulitan
dalam mencari sumber atau reference. Jadi makalah ini jauh dari kata
sempurna maka dari itu untuk menyempurnakan makalah ini kritik dan saran
yang bersifat membangun diharapkan dari pembaca.
11