You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Teori merupakan
pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan serta didukung oleh
data dan argumentasi. Teori merupakan landasan dasar seseorang untuk
melakukan sesuatu agar nantinya didalam suatu metode yang akan dilakukan
berjalan dengan lancar, sama halnya mengenai teori di bidang pendidikan.
Teori pendidikan merupakan suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana
sesuatu terjadi dan atau digunakan dalam proses belajar mengajar. Teori
dibidang pendidikan sangatlah dibutuhkan karena pendidikan dalam praktik
yang akan dilakukan haruslah bisa dipertanggungjawabkan.
Seiring berjalannya waktu, teori-teori dibidang pendidikan mengalami
perkembang pesat. Beberapa tokoh di dunia mengemukakan ide-ide mereka
beserta aliran-aliran yang dianutnya. Dari keberagaman teori-teori itulah yang
mewarnai pelaksanaan dan pengembangan pendidikan di berbagai model
lembaga pendidikan yang ada di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, berikut rumusan masalah


yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :

1. Bagaimana belajar menurut teori belajar bermakna David Paul Ausubel?


2. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari teori belajar bermakna David Paul
Ausubel?
3. Bagaimana menerapkan teori belajar bermakna David Paul Asubel dalam
proses pembelajaran?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin


dicapai dalam pembuatan makalah ini diantaranya :

1
1. Dapat mengetahui teori belajar bermakna menurut David Paul Ausubel.
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar bermakna
David Paul Ausubel.
3. Dapat mengetahui cara menerapakan teori belajar bermakna David Paul
Ausubel dalam bidang pembelajaran.

1.1 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah
ini, yaitu:
1. Bagi pembaca, yaitu menambah wawasan pembaca mengenai pemahaman
tentang teori belajar bermakna dan menghafal, serta dapat mengetahui
beberapa tokoh pengemuka mengenai tentang berbagai teori belajar
bermakna.
2. Bagi penulis, yaitu belajar meningkatkan kemampuan dalam menulis
karya ilmiah yang baik dan benar serta yang bermanfaat untuk pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Singkat David Paul Ausubel


David Paul Ausubel ialah tokoh kognitif yang mengagas teori
belajar bekmakna. Ia lahir di New York pada tahun 1918. Ia bekerja di

2
University of Pennsylvania. Pendidikan atasnya dilalui setelah lulus dari
sekolah medis di Middlesex University. Sementara, gelar Ph.D.. di bidang
psikologi perkembangan diraihnya di University Columbia.
Selama studi, Ausubel banyak membaca karya Piaget, sehingga
pemikirannya banyak dipengaruhi oleh karya-karya Piaget. Selain itu, ia
tercatat pernah bekerja di beberapa universitas, dan kemudian pensiun dari
kehidupan akademik pada tahun 1973. Usai pension, ia mulai menekuni
praktik psikiatri.
Sebagai doctor, Ausubel berhasil menerbitkan beberapa karya
tentang tema psikologi perkembangan dan pendidikan dalam bentuk buku
pelajran serta menulis lebih dari 150 artikel. Ia pernah dianugrahi
penghargaan Thorndike untuk Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan
Distinguished oleh American Psychological Association (1976). Sampai
saaat ini, ia tetap dikenal sebagai ahli psikologi pendidikan, biarpun ia
meninggal pada tahun 2008 yang lalu.

2.2 Belajar Menurut David Paul Ausubel


Menurut, Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua
dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
disajikan terhadap peserta didik, melalui penemuan dan penerimaan.
Dimensi kedua berkaitan dengan cara peserta didik mengaitkan informasi
atau materi pelajaran terhadap struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari serta diingat oleh peserta didik.
Ditingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan
terhadap peserta didik dalam dua bentuk: belajar penerimaan atau belajar
penemuan. Di belajar penerimaan, informasi dapat disajikan dalam bentuk
final, sedangkan pada belajar penemuan, peserta didik diharuskan
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Ditingkat kedua, peserta didik mengaitkan informasi itu dengan
pengetahuan (berupa konsep-konsep atau hal lain) yang telah dimilikinya.
Ini dinamakan dengan belajar bermakna. Peserta didik juga dapat
mencoba-coba untuk menghafalkan informasi baru tersebut, tanpa
menghubungkan terhadap konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya. Hal ini dinamakan sebagai belajar hafalan.

3
Mengenai model pembelajaran Ausubel, Novik, seperti dikutip
Dahar, menguraikan secara gamblang proses belajar bermakna dan hafalan
sebagai berikut.
1. Belajar Bermakna
Menurut Ausubel, bahan subjek yang dipelajari peserta didik
haruslah bermakna (meaningful). Belajar bermakna merupakan
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses pembelajaran yang
terjadi bila informasi baru dapat dihubungkan dengan struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik. Informasi disimpan di
daerah-daerah tertentu dalam otak dan banyak sel otak terlibut dalam
penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya proses belajar
maka berpengaruh terhadap perubahan dalam sel-sel yang telah
menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang
dipelajari. Jadi, belajar bermakna itu mengandung informasi baru yang
diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam
struktut kognitif.
2. Belajar Hafalan
Jika dalam struktur kognitif seseorang tidak dapat menanamkan
konsep-konsep yang relevan, maka informasi baru tersebut dipelajari
dengan cara hafalan. Pada kenyataannya, banyak pendidik dan bahan-
bahan pelajaran yang tidak bias menolong peserta didik untuk
menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam struktur
kognitif. Sehingga, peserta didik tidak bias mengasimilasikan
pengetahuan baru tersebut. Jika sudah demikian, maka yang terjadi
ialah belajar hafalan.

2.3 Prasyarat Belajar Bermakna


Menurut Ausubel, prasyarat belajar bermakna ialah sebagai berikut :
1. Materi yang akan dipelajari harus memiliki makna secara potensial.
Kebermaknaan materi tergantung pada dua factor, yaitu (a) materi
harus memiliki makna yang logis, logis dalam artian materinya yang
nonarbitrar dan substantive. Materi yang nonarbitrar merupakan materi
yang konsisten denagn yang telah diketahui, sedangkan materi yang
substantive adalah materi yang dapat dinyatakan dalam berbagai cara

4
tanpa mengubah artinya; (b) gagasan-gagasan yang relevan harus
terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dalam hal ini, pendidik
mesti memerhatikan pengalaman anak-anak, tingkat perkembangan
intelektual dan usia mereka.
2. Dalam belajar bermakna peserta didik harus bertujuan untuk
melaksanakan belajar bermakna. Dengan demikian, peserta didik
memiliki kesipana serta niat dalam belajar bermakna. Jadi factor utama
dalam mendukung belajar bermakna yaitu tujuan dari peserta didik.

2.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran


Menurut Dahar, prinsip-prinsip pembelajaran Ausubel ialah sebagai
berikut:
1) Pengatur Awal
Pengatur awal (advance organizer) atau bahan pengait dapat
digunakan pendidik dalam membantu mengaitkan konsep lama
dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan
pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman
terhadap berbagai materi, terutama materi pelajaran yang telah
mempunyai struktur yang teratur.

2) Diferensiasi Progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Caranya, unsure yang paling umum dan
inklusif diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian diperkenalkan
pula secara lebih mendetail. Dalam hal ini, proses pembelajaran
dilakukan dari umum ke khusus.
3) Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami pertumbuhan kea rah diferensiasi, terjadi sejak
perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung
hingga pada saat ditemukan hal-hal yang baru. Belajar superordinat
akan terjadi bila konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
4) Penyesuaian Integratif
Pada suatu waktu, peserta didik kemungkinan akan menghadapi
kenyataan bahwa dau atau lebih nama konsep digunakan untuk
menyatakan konsep yang sama, atau apabila nama yang sama

5
diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan
kognitif itu, Ausubel mengajukan konsep pembelajaran
penyesuaian integratif. Caranya, materi pelajaran disusun
sedimikian rupa, sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-
hierarki konseptual ke atas dan bawah selama informasi disajikan.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna


Ada tiga faktor yang memengaruhi belajar bermakna Ausubel,
yaitu struktur kognitif, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan bidang
studi pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan
kebenaran (Validitas) dan kejelasan arti-arti yang timbul saat informasi
baru masuk ke struktur kognitifnya. Begitu pula sifat proses interaksi
yang terjadi.
Apabila struktur kognitif tersebut stabil, jelas, dan diatur dengan
baik, maka arti-arti yang valid dan jelas cenderung dapat bertahan.
Namun, Sebaliknya jika struktur kognitif tersebut tidak stabil,
meragukan, dan tidak teratur, maka akan menyebabkan arti-artinya
tidak jelas dan valid, sehingga susah bertahan atau justru menghambat
belajar. Oleh karenanya, tujuan belajar peserta didik merupakan faktor
utama dalam belajar bermakna. Akan tetapi, pada kenyataannya,
banyak peserta didik yang mengikuti pelajaran-pelajaran yang
kelihatannya tidak relevan dengan kebutuhan mereka pada saat itu.
Pelajaran-pelajaran tersebut menyebabkan mereka kurang mengetahui
tujuan belajarnya. Alhasil, mereka akan melakukan pembelajaran
hafalan, bukan bermakna.
Pada pembelajaran hafalan, para pesertaaaa didik yang
kelihatannya dapat memberikan jawaban yang benar, pada
kenyataannya justru tidak mampu menghubungkan materi tersebut
dengan aspek-aspek lain dalam struktur kognitifnya. Sebab, peserta
didik tidak sepenuhnya memahami atau memaknai materi yang telah
dihafalkannya.
Demikianlah faktor yang mempengaruhinya belajar bermakna,
yaitu peserta didik kemungkinan akan belajar hafalan jika tidak
memiliki Struktur kognitif yang mendukung terjadinya belajar

6
bermakna. Sebab, belajar bermakna ditentukan oleh dua faktor yaitu,
materi pelajaran harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan yang
relevan dalam struktur kognitif peserta didik. Peserta didik akan
memiliki potensi untuk melakukan belajar bermakna jika di struktur
kognitifnya terdapat gagasan yang relevan.
Agar peserta didik memiliki peluang atau potensi untuk dapat
melakukan belajar bermakna, maka para pendidik harus memerhatikan
pengalaman, tingkat perkembangan, dan intelektual peserta didik
terkait materi yang disampaikan. Jika peserta didik tidak memiliki
pengalaman yang diperlukan untuk mengaitkan atau menghubungkan
isi pelajaran, maka peserta didik tersebut harus mempelajarinya secara
hafalan.
Kesimpulannya, agar terjadi belajar bermakna. Maka materi
pelajaran harus bermakna secara logis, peserta didik mesti memiliki
tujuan untuk memasukkan materi belajar ke struktur kognitifnya, dan
dalam struktur kognitif peserta didik harus terdapat unsur-unsur yang
cocok untuk mengaitkan atau menghubungkan materi baru secara
nonarbitrer dan substantif. Jika salah satu komponen tersebut tidak
ada, maka tidak akan terjadi belajar bermakna dan hanya bisa
dipelajari secara hafalan.

2.6 Aplikasi Teori David Paul Ausubel


Aplikasi teori belajar Ausubel dapat dilakukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajarnya tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ialah
aplikasi teori belajar Ausubel dalam pembelajaran kimia, dengan
pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit.

Kegiatan Belajar
Prinsip Belajar
Pendidik Peserta Didik
Pengaturan Awal Pendidik Peserta didik menjelaskan
menyampaikan materi yang telah diterima
materi yang akan pada pertemuan sebelumnya
dibahas, mengenai ikatan kimia,
kemudian larutan, dan sifat-sifatnya.
menanyakan Peserta didik mendapat
materi yang telah penjelasan bahwa di larutan

7
dibahas pada elektrolit terdapat ion yang
pertemuan bergerak bebas, yang
sebelumnya, berperan menghantar arus
yaitu mengenai listrik.
ikatan kimia,
larutan, dan sifat-
sifatnya.
Pendidik
Peserta didik menjelaskan
menyajikan
pengertian larutan,
konsep yang
menyebutkan contoh-contoh
umum, yaitu
larutan, menjelaskan larutan
pengertian
senyawa ion, dan
Diferensiasi larutan, contoh-
menyebutkan contohnya,
Progresif contoh larutan,
menjelaskan larutan senyawa
larutan senyawa
kovalen, menyebutkan
ion, larutan
contohnya, dan menjelaskan
senyawa kovalen,
larutan kovalen polar, serta
dan kovalen
menyebutkan contohnya.
polar.

8
Peserta didik memahami
keluasan konsep sebelumnya
melalui percobaan dengan
tahap sebagai berikut
berikut :
Peserta didik berdiskusi
tentang daya hantar listrik
dari senyawa-senyawa
yang tidak dalam bentuk
larutan.
Peserta didik menenukan
larutan yang telah tersedia
sebagai senyawa ion,
kovalen, atau kovalen
Mendorong dan polar.
membimbing Menuliskan reaksi
peserta didik ionisasi, peserta didik
Belajar untuk memahami mengidentifikasi larutan,
Superordinat keluasan konsep dapat atau tidak dapat
sebelumnya menghantar arus listrik
melalui (elektrolit dan
percobaan. nonelektrolit) sesuai hacil
percobaan.
Mengelompokkan larutan
dalam dua bagian yaitu :
elektrolit kuat dan
elektrolit lemah.
Peserta didik menemukan
hubungan antara daya
antar listrik dengan jenis
ikatan kimia.
Peserta didik memahami
bahwa larutan elektrolit
sebagai konduktor, dan
larutan nonelektrolit
sebagai monkonduktor.
Penyesuaian Pendidik Menghubungkan konsep-
Integratif membimbing konsep baru dengan konsep-
peserta didik konsep sebelumnya.
untuk
menghubungkan
konsep-konsep

9
baru dengan
konsep-konsep
sebelumnya.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori David Paul Ausubel


Teori belajar Ausubel setidaknya memiliki tiga kelebihan, yaitu
sebagai berikut :
1. Dengan belajar bermakna, maka materi atau informasi yang
dipelajari lebih lama diingat.
2. Dengan belajar bermakna, materi atau informasi yang tersubsumsi
dapat mengakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsume-
subsumer. Hal ini akan memudahkan proses belajar peserta didik
berikutnya terhadap materi pelajaran yang mirip.
3. Dengan belajar bermakna, terdapat informasi yang dilupakan,
namun masih meninggalkan efek residual pada subsume sehingga
mempermudah belajar terhadap hal-hal yang mirip.

Adapun kekurangan teori belajar Ausubel ialah sebagai berikut:

1. Jika belajar bermakna tidak bisa, maka peserta didik akan belajar
secara hafalan. Kekurangannya, informasi yang dipelajari secara
hafalan tidak akan lama diingat.
2. Jika peserta didik ingin mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal
yang satu dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik
proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan. Sehingga, hal ini tidak akan bermakna sama sekali bagi
peserta didik.

BAB III

10
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa menurut, Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua
dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
disajikan terhadap peserta didik, melalui penemuan dan penerimaan.
Dimensi kedua berkaitan dengan cara peserta didik mengaitkan informasi
atau materi pelajaran terhadap struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari serta diingat oleh peserta didik. Teori
belajar bermakna dan menghafal David Paul Ausubel memiliki tiga
kelebihan dan dua kekurangan. Aplikasi teori belajar Ausubel dapat
dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip belajarnya.
1.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan banyak kesulitan
dalam mencari sumber atau reference. Jadi makalah ini jauh dari kata
sempurna maka dari itu untuk menyempurnakan makalah ini kritik dan saran
yang bersifat membangun diharapkan dari pembaca.

11

You might also like