Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
minggu. Kadang-kadang pijatan atau menggoyang-goyangkan tangan dapat
mengurangi gejalanya, tetapi hila diabaikan penyakit ini dapat berlangsung terus
secara progresif dan semakin memburuk. Keadaan ini umumnya terjadi karena
ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya dan sering dikacaukan
dengan penyakit lain seperti 'rematik'.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan
di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang
tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan
pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot otot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol
dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut
ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.4
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan
cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian
atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor
polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2 % dari
penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus .
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke
permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf
median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat
bagian distal sendi interphalangeal proksimal.4
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya
ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya
(pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon tendon fleksor) atau
keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran
3
canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin
masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi
eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens
pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya
kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh
bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang
mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang
berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.4
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat
motorik pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak
variasi anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam
kasus Capal Tunnel Syndrome.10
4
Gambar 1.1 Saraf Medianus
5
retinakulum (ligamentum carpal transversum dan ligamentum calpar palmar)
yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap
perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan
pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.6
6
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Faktor stress
12. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome.
D. Gejala Klinis
1. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam atau pagi hari.
Penderita sering terbangun karena rasa nyeri ini.
2. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada jari-jari. Biasanya jari ke
1,2,3, dan 4.
3. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan atas dan leher,
tetapi rasa kebas hanya terbatas di distal pergelangan tangan saja
4. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika menyulam atau memungut
benda kecil.
5. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak tangannya
mengecil dan makin lama semakin menciut.
E. Patofisologi dan Patogenesis
7
dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan,
hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau berulang.7,8,9
Hipotesis lain dari CTS adalah bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi
secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-
ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intravesikuler.
Akibatnya aliran darah vena intravesikuler melambat. Kongesti yang terjadi
ini akan mengganggu nutrisi intrvesikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
8
protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan
bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam atau
pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakkan atau diurut,
mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila
kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut
saraf. Semakin lama hal itu terjadi, saraf dapat mengalami atrofi dan
digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu secara menyeluruh.7,8,9
F. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.6
Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan
9
atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari
disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis
mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin
ada dalam CTS.6
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya
adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang
lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak
mengistirahatkan tangannya.11
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar (Oppones Pollicisdan Abductor Pollicis Brevis) dan otot-
otot lainnya yang diinervasi oleh nervus medianus.11
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik.
10
Gambar 2.1 Phalens Test
b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan
sedikit dorsofleksi.
11
menggerak- gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120
jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan
apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang
12
terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah
test
yang patognomonis untuk CTS.
b. Tatalaksana
Terapi
Selain ditujukan langsung terhadap CTS, terapi juga harus diberikan
terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya CTS.
a. Terapi langsung terhadap CTS
Terapi konservatif:12,13
1) Istirahatkan pergelangan tangan,
2) Obat anti inflamasi non steroid,
3) Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu,
4) lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25
mg 8 atau metilprednisolon 20 mg 14 atau 40 mg 12 diinjeksikan ke
dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan
dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3
kali suntikan,
13
5) Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika,
6) Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa
salah satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan,
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar,
7) Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif
Tindakan operasi pada CTS disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada
CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila
terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan
indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten.9,13 Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara
terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan
teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan
mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal,
tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering
menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada safar. Beberapa
penyebab CTS seperti adanya massa atau anomali maupun
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara
terbuka.12
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan
CTS kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan
tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun
pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
14
mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara
lain:13
1) Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral,
2) Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda.
Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah
benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk,
3) Batasi gerakan tangan yang repetitif,
4) Istirahatkan tangan secara periodik,
5) Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat,
6) Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada
pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang
sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat
tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit
kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan,
obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau
menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.12
c. Pencegahan
Untuk pencegahan, hal yang perlu dilakukan adalah penerapan prinsip-
prinsip ilmu ergonomi pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur kerja dan
lingkungan kerja sehingga dapat diperoleh penampilan pekerja yang
optimal. Rotasi kerja pada jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu
dengan merotasi pekerja pada tugas dengan risiko yang berbeda.
Penyesuaian peralatan kerja dapat meminimalkan masalah yang terjadi
contohnya penyesuaian peralatan yang ergonomik kepada pekerja.
Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan pekerjaan sedemikian rupa,
sehingga pekerja tidak perlu bekerja dengan rangsangan berulang pada
tangan dan pergelangan tangan. Untuk mengurangi efek beban tenaga pada
pergelangan maka alat dan tugas seharusnya dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit dengan
kuat. Perancangan alat kerja contohnya tinggi meja kerja yang dipakai
sesuai dengan ukuran antropometri pekerja, penggunaan alat pemotong
15
atau gunting yang tajam sehingga mengurangi beban pada pergelangan
tangan dan tangan.14 Pekerjaan dengan memegang suatu alat seperti pensil,
stir mobil, atau alat lain untuk waktu yang lama, maka pekerja harus
menggenggam alat tersebut senyaman mungkin. Pegangan alat-alat seperti
pemutar sekrup, peraut atau peruncing dan penahannya dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga kekuatan genggaman dapat disalurkan melalui
otot di antara dasar ibu jari dan jari kelingking, tidak hanya pada bagian
tengah telapak tangan. Alat dan mesin seharusnya dirancang untuk
meminimalkan getaran. Pelindung alat seperti pemakaian shock absorbers,
dapat mengurangi getaran yang ditimbulkan.14 Postur kerja yang baik
sangat penting untuk mencegah CTS, contohnya pada pengetik dan
pengguna komputer. Operator keyboard seharusnya duduk dengan tulang
belakang bersandar pada kursi dengan bahu rileks, siku ada di samping
tubuh dan pergelangan lurus. Kaki menginjak lantai pada footrest. Materi
yang diketik berada pada ketinggian mata sehingga leher tidak perlu
menunduk saat bekerja. Usahakan leher lentur dan kepala tegak untuk
mempertahankan sirkulasi dan fungsi saraf pada lengan dan tubuh.
Buruknya desain perabot kantor adalah penyumbang utama terhadap
postur buruk. Kursi harus dapat diatur tingginya dan mempunyai
sandaran.13,15 Latihan berguna bagi pekerja yang bekerja dengan gerak
berulang. Latihan pada tangan dan pergelangan tangan yang sederhana
selama 4-5 menit setiap jam dapat membantu mengurangi risiko
berkembangnya atau mencegah CTS. Peregangan dan latihan isometrik
dapat memperkuat otot pergelangan tangan dan tangan, leher serta bahu,
sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah tersebut. Latihan harus
dimulai dengan periode pemanasan yang pendek disertai periode istirahat
dan bila mungkin menghindari peregangan berlebihan pada otot tangan
dan jari-jari.15 Memberlakukan periode istirahat saat bekerja dan
memodifikasi pekerjaan dapat membantu memecahkan permasalahan
CTS. Pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan khusus yang
terbuat dari karet elastis, agar dapat menyangga dan membatasi pergerakan
pergelangan tangan.14
16
BAB III
KESIMPULAN
rasa,atau beberapa kombinasi dari gejala ini pada aspek palmar ibu jari, jari
telunjuk, jari tengah, dan setengah radial dari jari manis. CTS dapat disebabkan
karena kondisi kerja atau karena suatu penyakit. Beberapa penyebab dan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian carpal tunnel syndrome antara lain :
17
DAFTAR PUSTAKA
18
12. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome);
2004. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1
penysaraf-aidil2.pdf.
13. Franklin GM, Javaher SP, Kearney RN. Medical Treatment Guidelines
Work-Related Carpal Tunnel Syndrome Diagnosis and Treatment
Guideline. Washington: Washington State Department of Labor and
Industries. 2009.
14. Tana, Lusyanawati. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Puslitbang Pemberantasan Penyakit. 2004. vol. 32, no. 2. P:73-82.
15. Fisher B, Gorsche R, Leake P. Diagnosis, Causation and Treatment of
Carpal Tunnel Syndrome: An Evidence-Based Assessment; 2004.
Available at: http://www.wcb.ab.ca/pdfs/providers/CTS_Bkg_Paper.pdf.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2013.
19
20
21
22