You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

Sejumlah aktivits pekerjaan yang rentan terkena sindroma terowongan karpal


diantaranya, mengetik computer, pekerjaan pengemasan, pengecoran, pengeboran,
jasa pengantaran barang, pekerja pos, para pekerja yang mobilitasnya memakaii
motor dll. Di pergelangan tangan nervus medianus berjalan melalui terowongan
karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung
tangan di daerah ibujari, telunjuk,jari tengah dan setengah sisi radial jari manis.
Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering
mengalami tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal
dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal/STK (Carpal Tunnel
Syndrome/CTS).
Di Indonesia, prevalensi STK dalam masalah kerja belum diketahui karena
sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Berbagai
penelitian melaporkan bahwa STK merupakan salah satu jenis CTD yang paling
cepat menimbulkan gejala pada pekerja. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko
tinggi di pergelangan tangan dan tangan mendapatkan prevalensi STK antara
5,6%-14,8% (Lusianawaty Tana, 2003:99). Penyebab dari STK dapat terjadi
karena trauma langsung pada carpal tunnel, posisi pergelangan fleksi dan ekstensi
berulang, edema, kelainan sistemik.1
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tekanan neuropati terhadap
nervous medianus dalam trowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di
bawah fleksor retinakulum. CTS merupakan kondisi dimana nervous medianus
terjadi penekanan di bagian trowongan karpal dan menggangu fungsional umum.
Carpal Tunnel Syndrome umumnya menghasilkan rasa sakit, kesemutan, terbakar,
mati rasa,atau beberapa kombinasi dari gejala ini pada aspek palmar ibu jari, jari
telunjuk, jari tengah, dan setengah radial dari jari manis.2
Gejala ini dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di rumah
maupun di luar rumah. Seringkali gejala yang pertama timbul di malam hari yang
menyebabkan penderita terbangun dari tidurya. Sebagian besar penderita biasanya
baru mencari pengobatan setelah gejala yang timbul berlangsung selama beberapa

1
minggu. Kadang-kadang pijatan atau menggoyang-goyangkan tangan dapat
mengurangi gejalanya, tetapi hila diabaikan penyakit ini dapat berlangsung terus
secara progresif dan semakin memburuk. Keadaan ini umumnya terjadi karena
ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya dan sering dikacaukan
dengan penyakit lain seperti 'rematik'.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan
di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang
tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan
pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot otot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol
dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut
ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.4
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan
cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian
atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor
polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2 % dari
penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus .
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke
permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf
median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat
bagian distal sendi interphalangeal proksimal.4
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya
ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya
(pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon tendon fleksor) atau
keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran

3
canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin
masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi
eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens
pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya
kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh
bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang
mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang
berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.4
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat
motorik pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak
variasi anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam
kasus Capal Tunnel Syndrome.10

4
Gambar 1.1 Saraf Medianus

Gambar 1.2 Gambar Tangan Yang Dipersarafi Oleh Saraf Medianus


B. Definisi Carpal Tunnel Syndrome

Carpal tunnel syndrome adalah gangguan umum dengan gejala yang


melibatkan nervus medianus. Nervus medianus rentan terhadap kompresi dan
cedera di telapak tangan dan pergelangan tangan, di mana dibatasi oleh tulang
pergelangan tangan (karpal) dan ligamentum karpal transversal. CTS
merupakan kombinasi dari kelainan jari, tangan dan lengan dengan gejala
yang mencerminkan kompresi sensoris atau motoris, paling sering terjadi pada
orang dewasa di atas 30 tahun, khususnya perempuan.5

Dahulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,


median thenar neuritis atau partial thenar atrophy. Carpal Tunnel Syndrome
pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada
kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel Syndrome
spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C. Foix pada tahun
1913.6

Istilah CTS diperkenalkan oleh Moersch pada tahun 1938. Terowongan


karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan dimana tulang dan
ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa
tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang carpal membentuk dasar dan sisi-
sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor

5
retinakulum (ligamentum carpal transversum dan ligamentum calpar palmar)
yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap
perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan
pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.6

C. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab utama STK sering sangat sukar ditentukan, apakah karena


kondisi kerja atau karena suatu penyakit. Pada banyak pasien dengan STK,
penyebab dasar dari keluhan tidak dapat ditemukan.Terowongan karpal yang
sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon
fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini
dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga
timbullah CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama
pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang
berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko
menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS.6,8

Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap


kejadian carpal tunnel syndrome antara lain :

1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,


misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja
kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama
pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan,
khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen,
dan tendon dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.

6
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Faktor stress
12. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome.

D. Gejala Klinis

Keluhan-keluhan yang timbul pada carpal tunnel syndrom yang


umumnya terjadi secara berangsur-angsur dan spesifik adalah:7,8,9

1. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam atau pagi hari.
Penderita sering terbangun karena rasa nyeri ini.
2. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada jari-jari. Biasanya jari ke
1,2,3, dan 4.
3. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan atas dan leher,
tetapi rasa kebas hanya terbatas di distal pergelangan tangan saja
4. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika menyulam atau memungut
benda kecil.
5. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak tangannya
mengecil dan makin lama semakin menciut.
E. Patofisologi dan Patogenesis

Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan


untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling
populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori
getaran. Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi
nervus medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah
bahwa teori ini menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak
menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik. Kompresi diyakini

7
dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan,
hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau berulang.7,8,9

Teori insufisiensi mikro-vaskular mennyatakan bahwa kurangnya


pasokan darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang
menyebabkan saraf secara perlahan kehilangan kemampuan untuk
mengirimkan impuls saraf. Scar atau luka parut dan jaringan fibrotik akhirnya
berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan cedera, perubahan saraf
dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS terutama kesemutan,
mati rasa, dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan konduksi saraf akut dan
reversible dianggap gejala untuk iskemia. Sebuah studi oleh Seiler (dengan
Doppler laser flow metry) menunjukkan bahwa normalnya aliran darah
berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat
ligamentum karpal transversal dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental
mendukung teori iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan
karena peningkatan tekanan di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai
dengan integritas suplai darah dari saraf dan tekanan darah sistolik. Hasil studi
Kiernan menemukan bahwa konduksi melambat pada median saraf dapat
dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak selalu disebabkan
myelinisasi yang terganggu (Bahrudin, 2011). Menurut teori getaran, gejala
CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang alat yang
bergetar pada saraf median di karpal tunnel. Lundborg mencatat edema
epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut paparan alat getar
genggam. Selanjutnya, terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik,
dan trauma kimia.7,8,9

Hipotesis lain dari CTS adalah bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi
secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-
ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intravesikuler.
Akibatnya aliran darah vena intravesikuler melambat. Kongesti yang terjadi
ini akan mengganggu nutrisi intrvesikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran

8
protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan
bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam atau
pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakkan atau diurut,
mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila
kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut
saraf. Semakin lama hal itu terjadi, saraf dapat mengalami atrofi dan
digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu secara menyeluruh.7,8,9

Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler


akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intravesikuler
yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu
yang berkibat terjadi kerusakan pada saraf tersebut (Tana, 2004). Penelitian
yang telah dilakukan Kouyoumdjian menerangkan bahwa CTS terjadi karena
kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversal berhubungan
dengan naiknya berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT yang rendah
merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus
medianus. Pekerja dengan IMT minimal25 lebih mungkin untuk terkena CTS
dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping.
American Obesity Association menemukan bahwa 70% dari penderita CTS
memiliki kelebihan berat badan. Resiko CTS meningkat setiap peningkatan
IMT sebanyak 8%.7,8,9

F. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.6
Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan

9
atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari
disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis
mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin
ada dalam CTS.6
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya
adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang
lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak
mengistirahatkan tangannya.11
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar (Oppones Pollicisdan Abductor Pollicis Brevis) dan otot-
otot lainnya yang diinervasi oleh nervus medianus.11

b. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita

dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan

otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat

membantu menegakkan diagnosa CTS adalah :6,7

a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan

secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti

CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat

bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

10
Gambar 2.1 Phalens Test
b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan

tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan

tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul

gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul

parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika

dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan

sedikit dorsofleksi.

Gambar 2.2 Tinels Test

d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau

11
menggerak- gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau

menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa

tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan

adanya atrofi otot-otot thenar.

f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara

manual maupun dengan alat dynamometer

g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan

secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua

tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul

gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.

h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal

dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120

detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu

jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan

penderita idak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes

dinyatakan positif dan mendukung diagnose

j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat

membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak

lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif

dan menyokong diagnose

k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan

apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang

12
terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan

mendukung diagnose CTS.

Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah
test
yang patognomonis untuk CTS.

Tabel 1.1 Pemeriksaan fisik pada Carpal Tunnel Syndrom

b. Tatalaksana
Terapi
Selain ditujukan langsung terhadap CTS, terapi juga harus diberikan
terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya CTS.
a. Terapi langsung terhadap CTS
Terapi konservatif:12,13
1) Istirahatkan pergelangan tangan,
2) Obat anti inflamasi non steroid,
3) Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu,
4) lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25
mg 8 atau metilprednisolon 20 mg 14 atau 40 mg 12 diinjeksikan ke
dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan
dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3
kali suntikan,

13
5) Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika,
6) Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa
salah satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan,
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar,
7) Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif
Tindakan operasi pada CTS disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada
CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila
terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan
indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten.9,13 Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara
terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan
teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan
mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal,
tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering
menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada safar. Beberapa
penyebab CTS seperti adanya massa atau anomali maupun
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara
terbuka.12
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan
CTS kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan
tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun
pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk

14
mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara
lain:13
1) Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral,
2) Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda.
Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah
benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk,
3) Batasi gerakan tangan yang repetitif,
4) Istirahatkan tangan secara periodik,
5) Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat,
6) Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada
pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang
sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat
tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit
kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan,
obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau
menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.12
c. Pencegahan
Untuk pencegahan, hal yang perlu dilakukan adalah penerapan prinsip-
prinsip ilmu ergonomi pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur kerja dan
lingkungan kerja sehingga dapat diperoleh penampilan pekerja yang
optimal. Rotasi kerja pada jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu
dengan merotasi pekerja pada tugas dengan risiko yang berbeda.
Penyesuaian peralatan kerja dapat meminimalkan masalah yang terjadi
contohnya penyesuaian peralatan yang ergonomik kepada pekerja.
Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan pekerjaan sedemikian rupa,
sehingga pekerja tidak perlu bekerja dengan rangsangan berulang pada
tangan dan pergelangan tangan. Untuk mengurangi efek beban tenaga pada
pergelangan maka alat dan tugas seharusnya dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit dengan
kuat. Perancangan alat kerja contohnya tinggi meja kerja yang dipakai
sesuai dengan ukuran antropometri pekerja, penggunaan alat pemotong

15
atau gunting yang tajam sehingga mengurangi beban pada pergelangan
tangan dan tangan.14 Pekerjaan dengan memegang suatu alat seperti pensil,
stir mobil, atau alat lain untuk waktu yang lama, maka pekerja harus
menggenggam alat tersebut senyaman mungkin. Pegangan alat-alat seperti
pemutar sekrup, peraut atau peruncing dan penahannya dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga kekuatan genggaman dapat disalurkan melalui
otot di antara dasar ibu jari dan jari kelingking, tidak hanya pada bagian
tengah telapak tangan. Alat dan mesin seharusnya dirancang untuk
meminimalkan getaran. Pelindung alat seperti pemakaian shock absorbers,
dapat mengurangi getaran yang ditimbulkan.14 Postur kerja yang baik
sangat penting untuk mencegah CTS, contohnya pada pengetik dan
pengguna komputer. Operator keyboard seharusnya duduk dengan tulang
belakang bersandar pada kursi dengan bahu rileks, siku ada di samping
tubuh dan pergelangan lurus. Kaki menginjak lantai pada footrest. Materi
yang diketik berada pada ketinggian mata sehingga leher tidak perlu
menunduk saat bekerja. Usahakan leher lentur dan kepala tegak untuk
mempertahankan sirkulasi dan fungsi saraf pada lengan dan tubuh.
Buruknya desain perabot kantor adalah penyumbang utama terhadap
postur buruk. Kursi harus dapat diatur tingginya dan mempunyai
sandaran.13,15 Latihan berguna bagi pekerja yang bekerja dengan gerak
berulang. Latihan pada tangan dan pergelangan tangan yang sederhana
selama 4-5 menit setiap jam dapat membantu mengurangi risiko
berkembangnya atau mencegah CTS. Peregangan dan latihan isometrik
dapat memperkuat otot pergelangan tangan dan tangan, leher serta bahu,
sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah tersebut. Latihan harus
dimulai dengan periode pemanasan yang pendek disertai periode istirahat
dan bila mungkin menghindari peregangan berlebihan pada otot tangan
dan jari-jari.15 Memberlakukan periode istirahat saat bekerja dan
memodifikasi pekerjaan dapat membantu memecahkan permasalahan
CTS. Pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan khusus yang
terbuat dari karet elastis, agar dapat menyangga dan membatasi pergerakan
pergelangan tangan.14

16
BAB III
KESIMPULAN

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tekanan neuropati terhadap nervous

medianus dalam trowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah

fleksor retinakulum. CTS merupakan kondisi dimana nervous medianus terjadi

penekanan di bagian trowongan karpal dan menggangu fungsional umum. Carpal

Tunnel Syndrome umumnya menghasilkan rasa sakit, kesemutan, terbakar, mati

rasa,atau beberapa kombinasi dari gejala ini pada aspek palmar ibu jari, jari

telunjuk, jari tengah, dan setengah radial dari jari manis. CTS dapat disebabkan

karena kondisi kerja atau karena suatu penyakit. Beberapa penyebab dan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kejadian carpal tunnel syndrome antara lain :

Herediter, trauma, pekerjaan, infeksi, metabolic, endokrin, neoplasma, penyakit

kolagen vascular, degenerative, iatrogenic, faktor stress atau Inflamasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Agustin M. P. C, Hubungan Masa Kerja dan Sikap Kerja dengan

Kejadian Sindrom Terowongan Karpal Pada Pembatik CV.Pusaka

Beruang Lasem, [Skripsi] : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. 2013


2. Denniel S, Mieke K, Winifred K. Inseden Carpal Tunnel Syndrome

Berdasarkan Anamnesis Pada Karyawan Bankdi Kota Bitung Sulawesi

Utara. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 3. 2015


3. Rambe A, S. Sindrom Terowongan (Carpal Tunnel Syndrome). Bagian

Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik.2004


4. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. Tunnel Syndromes: Peripheral
Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS.
2001.
5. Syahrul, Liza T. Carpal Tunel Syndrome. Jurnal Kedokteran Sylah Kuala.
2014;14 (1), 29-37
6. Abraham S. Gambaran Karakteristik Pasien Carpal Turner Sindrame
Periode Januari 2014 September 2015. [Skripsi] Universitas Sumatera
Utara Medan. 2015
7. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. Tunnel Syndromes: Peripheral
Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS.
2001.
8. Tana L. Sindrome Terowongan Karpal Pada Pekerja Pencegahan dan
Pengobatannya. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2003; 22(3), 99-104
9. Lubis HS. Sindroma Terowongan Karpal Akibat Kerja. [Skripsi]
Universitas Sumatera Utara. 2002
10. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline
on the Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. 2008.
11. Rambe, AS. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK
USU. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-
aldi2.pdf [Accesed 4 April 2015]

18
12. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome);
2004. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1
penysaraf-aidil2.pdf.
13. Franklin GM, Javaher SP, Kearney RN. Medical Treatment Guidelines
Work-Related Carpal Tunnel Syndrome Diagnosis and Treatment
Guideline. Washington: Washington State Department of Labor and
Industries. 2009.
14. Tana, Lusyanawati. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Puslitbang Pemberantasan Penyakit. 2004. vol. 32, no. 2. P:73-82.
15. Fisher B, Gorsche R, Leake P. Diagnosis, Causation and Treatment of
Carpal Tunnel Syndrome: An Evidence-Based Assessment; 2004.
Available at: http://www.wcb.ab.ca/pdfs/providers/CTS_Bkg_Paper.pdf.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2013.

19
20
21
22

You might also like

  • Tugas Dok Bundle Kipi Revisi
    Tugas Dok Bundle Kipi Revisi
    Document9 pages
    Tugas Dok Bundle Kipi Revisi
    Syah faiza hanum
    100% (1)
  • Amsal 17 Ayat 1 17
    Amsal 17 Ayat 1 17
    Document4 pages
    Amsal 17 Ayat 1 17
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document4 pages
    Bab I
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • LEAFLET
    LEAFLET
    Document1 page
    LEAFLET
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lirik Lagu Natal Pemuda
    Lirik Lagu Natal Pemuda
    Document4 pages
    Lirik Lagu Natal Pemuda
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Kista Duktus Koledokus
    Kista Duktus Koledokus
    Document3 pages
    Kista Duktus Koledokus
    Ira Pratiwi
    No ratings yet
  • Ceklist Ujian
    Ceklist Ujian
    Document1 page
    Ceklist Ujian
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Bab II. Tinjauan Pustaka
    Bab II. Tinjauan Pustaka
    Document29 pages
    Bab II. Tinjauan Pustaka
    Ves Kris Tao
    No ratings yet
  • Spesilasisasi Dokter
    Spesilasisasi Dokter
    Document16 pages
    Spesilasisasi Dokter
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Optic Neuritis Retrobulbar
    Optic Neuritis Retrobulbar
    Document2 pages
    Optic Neuritis Retrobulbar
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Refarat
    Refarat
    Document39 pages
    Refarat
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lapkas Linggan
    Lapkas Linggan
    Document22 pages
    Lapkas Linggan
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lampiran
    Lampiran
    Document1 page
    Lampiran
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Paper
    Paper
    Document25 pages
    Paper
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Paper
    Paper
    Document25 pages
    Paper
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lapkas Panjang Bronkopneumonia-1
    Lapkas Panjang Bronkopneumonia-1
    Document29 pages
    Lapkas Panjang Bronkopneumonia-1
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Kisi Kisi PKN Kls 5
    Kisi Kisi PKN Kls 5
    Document12 pages
    Kisi Kisi PKN Kls 5
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • TuhanMnysngtknMU
    TuhanMnysngtknMU
    Document4 pages
    TuhanMnysngtknMU
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Soal Edmont.H
    Soal Edmont.H
    Document3 pages
    Soal Edmont.H
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document2 pages
    Cover
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Uji Tekstur
    Uji Tekstur
    Document1 page
    Uji Tekstur
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • No 1
    No 1
    Document1 page
    No 1
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • VBBB
    VBBB
    Document5 pages
    VBBB
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Soal Obsgyn - Bryank
    Soal Obsgyn - Bryank
    Document3 pages
    Soal Obsgyn - Bryank
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • TERAPI
    TERAPI
    Document5 pages
    TERAPI
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • No 1
    No 1
    Document1 page
    No 1
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • VBBB
    VBBB
    Document5 pages
    VBBB
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lapkas RM
    Lapkas RM
    Document26 pages
    Lapkas RM
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Rehab Medik
    Rehab Medik
    Document5 pages
    Rehab Medik
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet