Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Fasilitator dan Konsultan PNPM Mandiri Perdesaan adalah warga negara Indonesia
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang bersikap jujur dengan dilandasi
moral yang tinggi, luhur dan mulia, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
menjunjung tinggi Kode Etik.
Bahwa profesi Fasilitator/Konsultan Pemberdayaan Masyarakat harus menjaga citra dan
martabat kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi kode etik yang
pelaksanaannya diawasi secara bersama-sama.
Bahwa Kode Etik PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai tata-aturan dalam
menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi namun membebankan kewajiban
kepada setiap Fasilitator dan Konsultan untuk jujur dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya baik kepada masyarakat, pemberi kerja, dan terutama kepada
dirinya sendiri.
Melihat adanya konsekuensi yang dapat terjadi, maka diperlukan suatu mekanisme yang
dapat memproses adanya pelanggaran kode etik dan juga memberikan penilaian yang
obyektif atas suatu kejadian yang dapat diduga sebagai pelanggaran kode etik. Oleh
karena itu, telah ditetapkan Panduan Penanganan Pelanggaran Kode Etik untuk seluruh
Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan.
TUJUAN
Penetapan Panduan Penanganan Pelanggaran Kode Etik ini bertujuan untuk
menindaklanjuti adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
fasilitator/konsultan serta untuk memberikan ruang yang luas kepada fasilitator/
konsultan yang diduga melanggar kode etik untuk menggunakan hak pembelaan diri
terhadap tuduhan adanya pelanggaran kode etik
Bahwa setiap Pendugaan atas pelanggaran kode etik harus cepat ditindaklanjuti oleh
Fasilitator/ Konsultan Supervisor teradu, dengan melakukan pemeriksaan dan
pengumpulan bukti-bukti dan fakta-fakta otentik yang dapat dipertanggungjawabakan
kebenarannya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembuktian pada pelaksanaan
Forum Pembuktian dan Sidang Majelis Kode Etik.
SUMBER PENGADUAN
Pengaduan adanya pelanggaran kode etik secara prinsip dapat dilakukan oleh siapapun
yang mempunyai kepedulian terhadap PNPM Mandiri Perdesaan, yaitu:
a. Masyarakat pemanfaat program
b. Teman sejawat.
c. Pejabat Pemerintah.
d. Masyarakat Umum
e. Supervisor
f. BPKP
g. Tim Audit
h. World Bank
i. Pihak Lain yang peduli
JENJANG PENANGANAN
2. Forum Pembuktian
Tahapan Forum Pembuktian
a. Forum Pembuktian adalah forum penyampaian hasil penyelidikan atas dugaan
adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh fasilitator dan untuk meminta
pertanggungjawaban dari fasilitator atas fakta dan data yang telah diperoleh dan
Forum Pembuktian tidak boleh dilakukan apabila tidak ada cukup bukti
pelanggaran yang dilakukan teradu
b. Forum Pembuktian dilakukan dan dihadiri oleh para pihak sebagai berikut :
- Apabila teradu adalah Fasilitator Kecamatan atau Asisten FK, maka para pihak
yang hadir :
1. Koordinator Provinsi atau yang mewakili;
2. Fasilitator Kabupaten yang melakukan penyelidikan. Investigasi, klarifikasi
dan pengumpulan data atas indikasi pelanggaran kode etik;
3. Satker PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten
4. Fasilitator Kecamatan atau Asisten FK yang diduga melakukan
pelanggaran kode etik/Teradu
5. Notulen
- Apabila Teradu adalah Fasilitator Kabupaten atau Asisten Faskab, maka
anggota Majelis Sidang Sidang Pembuktian sebagai berikut :
1. Koordinator Provinsi;
2. Administratur Provinsi;
3. Satker PNPM Mandiri Perdesaan;
4. Fasilitator Kabupaten atau Asisten Faskab yang diduga melakukan
pelanggaran kode etik/Teradu
5. Notulen
c. Apabila Teradu tidak menghadiri pelaksanaan Forum Pembuktian, maka Pihak
yang melakukan penanganan akan memfasiltasi kembali Forum Pembuktian
untuk kedua kalinya dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
Forum Pembuktian pertama dibatalkan.
d. Jika untuk kedua kalinya Teradu tidak menghadiri, maka Teradu dianggap
menerima hasil penilaian awal yang dilakukan dalam penyidikan dan akan segera
diproses lebih lanjut dengan merekomendasikan untuk “diberhentikan dengan
tidak hormat/ Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)”
Terduga :
- Terduga adalah Fasilitator berdasarkan bukti-bukti yang ada dinilai/diadukan telah
melakukan pelanggaran kode etik
- Terduga adalah Fasilitator yang berdasarkan bukti-bukti telah dinyatakan bersalah
dalam Forum Pembuktian, tetapi Fasilitator tersebut mengajukan upaya
pembelaan dalam Sidang Majelis kode etik.
Penduga :
- Penduga adalah Konsultan/Fasilitator atau pihak lain yang menindaklanjuti dan
menyelidiki adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan teradu;
- Penduga adalah konsultan/fasilitator yang ditetapkan oleh Korprov untuk menjadi
penduga dalam Sidang Majelis Kode Etik.
- Penduga yang ditunjuk adalah personil Koordinator Provinsi yang mengetahui dan
memproses lebih lanjut adanya laporan dan temuan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh teradu.
- Penduga berkewajiban menyiapkan serta menyampaikan profil masalah dan
kronologis adanya pelanggaran kode etik dengan disertai fakta/data/bukti–bukti
pendukung yang menunjukan adanya pelanggaran kode etik.
- Penduga wajib menghadiri Sidang Majelis Kode Etik sampai selesai.
- Penduga bertanggungjawab penuh terhadap hasil investigasi dan memberikan
tanggapan terhadap sanggahan terduga dalam Sidang Majelis Kode Etik.
Saksi-saksi :
Saksi-saksi, yang terdiri atas:
- Saksi adalah pihak yang memberi keterangan/ pernyataan/ pengakuan berkaitan
dengan ada atau tidaknya pelanggaran kode etik
- Saksi yang relevan dengan perkara yang dibahas yang akan meringankan
terduga.
- Saksi-saksi lain yang mengetahui duduk perkara yang terjadi dan telah dimintai
keterangannya pada proses penyelidikan.
- Keterangan/Pernyataan dan pengakuan saksi digunakan sebagai alat bukti dalam
proses pembuktian di Sidang Majelis Kode Etik. Namun demikian, saksi dapat
pula digantikan dengan alat bukti lain berupa surat-surat, hasil audit dan
keterangan-keterangan lainnya
Peninjau
Peninjau, yaitu Pihak yang diundang untuk menghadiri Sidang Majelis Kode Etik
dalam hal ini adalah Satker - PNPM Mandiri Perdesaan Provinsi, namun
berkewajiban untuk tidak mengganggu jalannya sidang dan bahkan dilarang keras
mengintervensi jalannya sidang.
Notulen
Notulen, adalah pihak yang ditunjuk oleh Koordinator Provinsi yang bertugas
mencatat proses jalannya Sidang Pembuktian dan membantu Majelis dalam
membuat Berita Acara, tetapi yang bersangkutan tidak memiliki hak berpendapat.
Sanksi-sanksi
1. Dalam hal keputusan, Majelis menyampaikan rekomendasi untuk sanksi yang adil
yang akan dijatuhkan terhadap terduga kepada pemberi kerja.
2. Rekomendasi sanksi yang diberikan dalam keputusan Sidang Majelis Kode Etik
dapat berupa:
a. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
b. Peringatan keras dengan hukuman percobaan.
Peringatan keras dengan hukuman percobaan harus atas pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh Sidang Majelis Kode
Etik.
3. Dalam hal terduga mendapatkan peringatan keras dan di kemudian hari kembali
melakukan pelanggaran kode etik, dan setelah dilakukan penyelidikan, investigasi
dan klarifikasi terbukti dengan meyakinkan bahwa terduga benar melakukan
pelanggaran kode etik, maka kepada yang bersangkutan harus dilakukan
pemecatan dengan tidak hormat, tanpa ada hak untuk mengajukan permohonan
sidang Majelis Kode Etik.
A. Umum
a. Yang dimaksud dengan penanganan pelanggaran kode etik lintas provinsi adalah
penanganan terhadap seorang Fasilitator yang dinilai telah melakukan pelanggaran
kode etik di lokasi tugas sebelumnya namun pada saat penanganan, Fasilitator yang
bersangkutan sedang bertugas di wilayah provinsi lainnya.
b. Pelaksanaan penanganan pelanggaran kode etik lintas provinsi dilakukan bersama-
sama antara KM Provinsi tempat kejadian dengan KM Provinsi dimana Fasilitator
bertugas dan atau dilakukan oleh KM Nasional.
a. Forum Pembuktian dapat berlanjut ke Sidang Majelis Kode Etik sepanjang tidak
adanya unsur-unsur yang ada pada bagian yang dapat membatalkan pelaksanaan
Sidang Majelis Kode Etik.
b. Pengajuan Sidang Majelis Kode Etik oleh terduga disampaikan kepada Satker
Provinsi lokasi tugas dengan tembusan kepada Satker Pusat, KM Nasional, KM
Provinsi lokasi Tugas, dan KM Provinsi dimana dugaan pelanggaran kode etik itu
terjadi.
c. Sidang Majelis Kode Etik dilaksanakan di provinsi dimana lokasi Fasilitator bertugas.
d. Terduga menghadiri Sidang Majelis Kode Etik setelah adanya surat pemberitahuan
kepada terduga yang disampaikan melalui KM Provinsi dimana terduga saat ini
bertugas.
e. Hasil penilaian Sidang Majelis Kode Etik disampaikan oleh KM Provinsi dimana
Sidang Majelis Kode Etik diadakan kepada Satker Provinsi dengan tembusan kepada
Satker Pusat, KM Nasional dan KM Provinsi dimana dimana dugaan pelanggaran
kode etik itu terjadi.
f. Jika keputusan hasil Sidang Majelis Kode Etik menyatakan bahwa teradu terbukti
melakukan pelanggaran kode etik, maka dilakukan tindak lanjut sesuai aturan yang
ada.