You are on page 1of 4

Nama : Muhamad Abu Naim

NIM : 123911070
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa

MENGENAL MBAH MUTAMAQIN

Kajen terletak di kecamatan margoyoso kabupaten Pati, tepatnya 18 km dari kota Pati
arah utara. Di Desa ini tidak ada sawah sama sekali walaupun demikian roda Ekonomi di Desa
ini berputar sangat kencang, sehingga di Desa kajen terdapat banyak bangunan-bangunan yang
menjulang tinggi, seperti Pondok Pesantren, Gedung Madrasah-madrasah, dan rumah penduduk
Desa kajen. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai Wiraswasta sehingga banyak
ditemukan toko, warung, dan rental di desa ini. Bahkan disepanjang jalan Ngemplak-Bulumanis
berjajar toko-toko yang menawarkan aneka produk.

Di desa ini juga terdapat banyak sekali pondok pesantren putra-putri, hamper 34 pondok
pesantren, diantaranya, Kulon Banon, salafiyah, PMH, Al-Kautsar, dll. Dan terdapat juga
madrasah-madrasah yang banyak, diantaranya Matholiul Falah. . Di desa ini juga terdapat
makam waliyullah, yaitu Ahmad Mutamaqin.

Ahamad Mutamaqin lahir di Tuban, adalah seorang ulama besar yang menyebarkan
agama Islam skitar abad 17. Menurut masyarakat beliau adalah cicit dari Jaka tingkir dari bapak
yang bernama Pangeran Benawa II, Banyak murid-murid dan keturunan beliau yang menjadi
Ulama'-ulama' besar di zamannya. Dari murid beliau diantaranya Syeikh Ronggo Kusumo,
Syeikh Badar, Syeikh Mizan, dll. Sedangkan keturunannya antara lain Syeikh Hendro
Muhammad, KH Bagus, KH Abdussalam, KH Nawawi, KH Sirodj, KH Abdullah Salam, KH
Baidlowi Sirodj, KH Hasyim Asy'ari, KH Bisri Syamsuri, KH Sahal Mahfudz, Gus Dur, dll.
Setiap tanggal 9 syuro/9 muharam ada kegiatan rutin untuk khaul Syekh Ahmad al-Mutamakkin,
ini menjadi suatu agenda tersendiri bagi desa kajen.

Ahmad Mutamakin mempunyai kisah yang sangat luar biasa. Suatu malam, Mbah
Mutamakkin melihat sinar yang terang di langit. Karena heran, kemudian beliau mencari dari
mana asal sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut adalah sinar K.H. Syamsuddin, pemangku Desa
Kajen yang sedang melaksanakan shalat tahajjud. Salah satu contohnya, K.H. Ahmad
Mutamakkin melakukan riyadah (tirakat) selama 40 hari puasa, siang malam, tidak makan dan
minum. Pada hari terakhir puasanya, K.H. Ahmad Mutamakkin menyuruh istrinya membelikan
makanan yang paling disukainya di pasar. Setelah makanan itu matang, bahkan baru hangat-
Nama : Muhamad Abu Naim
NIM : 123911070
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa

hangatnya dan menjelang magrib, K.H. Ahmad Mutamakkin justru berkelakuan aneh. Dia
menyuruh istrinya mengikatnya di sebuah tiang. Pada saat magrib tiba, nafsu makannya
menggelora dengan dahsyat. Di depannya tersedia makanan yang paling disukainya. Pertarungan
nafsu dan qalbun salim (hati yang bersih/selamat) akhirnya dimenangkan oleh qalbun salim.
Ajaibnya, dari dalam perutnya keluar dua anjing. Kedua binatang yang melambangkan bentuk
nafsu makan itu langsung memakan habis makanan yang tersedia di depannya. Namun,
kemudian ingin masuk ke dalam perutnya lagi. K.H. Ahmad Mutamakkin menolak dan akhirnya
kedua anjing tersebut menjadi khadim (pembantu) setia K.H. Ahmad Mutamakkin dalam
perjuangannya. Kedua anjing itu kemudian diberi nama Qomaruddin dan Abdul Qohhar (konon
katanya kedua nama itu diambil dari nama penguasa zalim dari Tuban).

Terdapat pla suatu adat di makam ini yaitu adat suronan. Adat Peringatan Suronan atau 10
Syuro Tradisi 10 Syura ini merupakan sebuah bentuk tradisi yang hidup dan berkembang di desa
Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati yang diwariskan secara turun temurun dan
dirayakan setiap tahun dimana penyampaiannya secara lisan dan merupakan milik bersama
pendukungnya. Awal mula dilaksanakannya tradisi 10 Syura, Syekh Ahmad Al- Mutamakkin ini
adalah untuk mengenang akan jasa jasa beliau sebagai tokoh agama Islam dan menghargai jasa
ilmu yang beliau turunkan. Fungsi dari tradisi 10 Syura ini adalah sebagai penghormatan
terhadap leluhur, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai gotong royong
dan kebersamaan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Tempat perayaan dan ritual
ini berlangsung di makam Syekh Kyai H. Ahmad Mutamakkin yang berada di tengah-tengah
desa Kajen dan sekitarnya. Pelaksanaan 10 Syura ini dimulai dari pembentukan panitia. Panitia
ini ada dua yaitu panitia makam dan panitia desa. Panitia makam sendiri yang terdiri dari
keluarga besar dari keturunan Syekh Ahmad Mutamakin dan orang orang pengelola makam.
Panitia makam ini bersifat tetap dan ditunjuk secara turun temurun. Tugas dari panitia makam ini
mengadakan ritual yang berada di pesarean. Sedangkan panitia desa dibentuk dari instansi
pemerintah desa dan disahkan oleh Kepala desa. Tugas dari panitia desa mengadakan acara
diluar makam yang bersifat pemeriahan, misalnya diadakannya karnaval, perlombaan bola voli,
bulu tangkis dan tempat tempat para pedagang yang datang dan ikut memeriahkan tradisi ini.
Persiapan untuk acara inti yang berada di makam atau waktu pelaksanaan acara Khaul Syekh
Ahmad Al-Mutamakkin oleh warga masyarakat desa Kajen dan sekitarnya adalah dengan
Nama : Muhamad Abu Naim
NIM : 123911070
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa

mempersiapkan besek dan ambengan. Setiap keluarga dengan sukarela membuat 3 besek dan
ambengan yang kemudian diserahkan kepada panitia makam sebagai bancakan atau makanan
bagi para peziarah nantinya. Agar makanan dalam besek tersebut mendapat barokah bagi siapa
saja yang mendapatkannya, maka sebelum dibagikan kepada peziarah, sebelumnya makanan
tersebut didoakan. Seluruh warga masyarakat yang berasal dari desa Kajen dan sekitarnya yang
sengaja berkunjung pada acara ritual berlangsung akan mendapatkan besek tersebut.

Tradisi ritual 10 Syura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin ini didalamnya terdapat bebarapa
kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, yaitu mulai tanggal 6 Syura sampai
pada penutupan yang dilaksanakan pada tanggal 10 Syura. Adapun rangkaian ritual keagamaan
yang dilaksanakan antara lain; Tahtiman Al-Quran Bilghoib dan Binnadhor, buka selambu dan
pelelangan, serta tahlil khoul. Serangkaian ritual ini dimulai dengan manaqiban pembukaan di
pesareyan pada tanggal 6 suro. Acara yang kedua yaitu Tahtiman Al-Quran Bil-ghoib Acara ini
dilaksanakan pada tanggal 7 Syura. Acara yang ke tiga Tahtiman Al-Quran Binnadhor pada
tanggal 8 Syura. Tahtiman dilakukan oleh khalayak umum dan dihadiri oleh para Kyai yang
diundang dan juga masyarakat pendukung yang berasal dari desa Kajen dan sekitarnya. Tahtiman
Al-Quran ini dilakukan oleh laki laki dan perempuan, yang laki-laki bertempat di pesareyan
sedangkan yang perempuan bertempat disekitar pesareyan. Biasanya para warga desa Kajen dan
sekitarnya diminta bantuannya secara sukarela untuk menyediakan nasi besekan 3 besek untuk
diberikan kepada para tamu yang datang. Pada tanggal 9 Syura Acara buka selambu (kain luwur)
makam dan dilanjutkan acara pelelangan selambu makam Syekh Ahmad Al-Mutamakkin ini
merupakan acara puncak. Tradisi ini dihadiri oleh semua orang dari berbagai kalangan. Sebelum
acara buka selambu dimulai didahului dengan tahlilan terlebih dahulu. Setelah pelelangan
biasanya para orang-orang yang mendatangi acara tersebut dan para zairin zairot berebut nasi
ambeng yang telah didoakan terlebih dahulu. Diantara nasi ambeng itu terdapat piring panjang
bekas tempat makan dari mbah mutamakin. Piring panjang tersebut juga diisi makanan yang
dimasak dari kyai desa kajen dari salah satu keturunan mbah mutamakin yang menyimpan piring
tersebut. Piring ini berbentuk bulat namun lebar. Selain pembagian makanan ada juga ritual
meminum air oleh para tamu dengan menggunakan tempat minum yang dahulunya dipakai mbah
mutamakin untuk minum yang terbuat dari kuningan. Pada siang harinya acara pemeriahan
suronan ini di adakannya karnaval dan pentas seni dari berbagai daerah sekitar pati, kudus, jepara
Nama : Muhamad Abu Naim
NIM : 123911070
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa

dan sekitarnya. Selanjutnya pada tanggal 10 Syura merupakan acara penutupan dengan ritual
manaqiban penutup dilanjutkan dengan tahlil. Selain acara inti dari suronan tersebut biasanya
perguruan perguruan turut memeriahkan tradisi ini. Di Perguruan Matholiul Falah diadakannya
Batsul Masail yang dihadiri para kyai kyai, di Kampus STAI Mathaliul Falah sendiri juga
mengadakan ExPo yang dikunjungi oleh berbagai kalangan, di stand Wes go mampir... dari
prodi PMI terdapat aneka makanan dan minuman, di stand stand lain juga ada bazar buku,
batik, makanan makanan ringan, grosir pakaian, serta pagelaran pertas seni dan budaya
lainnya, sedangkan di perguruan Salafiyah mengadakan pagelaran pentas seni dan budaya.

You might also like