You are on page 1of 8

Penjelasan Singkat Tentang Hadits 99 Nama

Allah Azza wa Jalla


Oleh Aditya Budiman

15 Aug

Penjelasan Singkat Tentang 99 Nama Allah

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani Asy Syafii rahimahullah mencantumkan dalam kitabnya
yang mashur di kalangan masyarakat muslimin di Negara kita, Bulughul Marom sebuah hadits
yang statusnya Muttafaqqun Alaih yang sangat sarat makna dan Faidah di dalamnya. Hadits
tersebut diriwayatkan dari sahabat Abu Huroiroh radhiyallahu anhu, Beliau Shollallahu Alaihi
wa Sallam berkata :

Bahwasanya Rasulullah ` berkata : Sesungguhnya milik Allah 99 nama, barang siapa yang
mengahsho[i] nya maka pasti masuk surga.[ HR. Bukhory no. 2736, 7392, Muslim no. 6989.]

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani Asy Syafii rahimahullah setelah menyampaikan hadits ini
dalam Bulughul Marom Beliau mengatakan bahwa At Tirmidzi, Ibnu Hibban telah
membawakan riwayat tentang nama-nama tersebut namun sebenarnya nama-nama tersebut
statusnya adalah mudrodz/sisipan[ii] dari perowi dan bukan Sabda Nabi Shollallahu Alaihi wa
Sallam. Hal ini juga disetujui oleh Ibnu Hazm, Abu Bakar bin AlArobi[iii] , Ibnu Athiyah,
Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar dan para ulama lainnya bahkan hal ini dinilai
sebagai ijma ulama hadits oleh Ash Shonani di Subulus Salam[iv]. Tambahan matan yang
berstatus sebagai mudrodz dalam riwayat Tirmidzi adalah :

Sesungguhnya hanya milik Allah 99 nama (yang husna, pent.). Barangsiapa yang ihsho
terhadap nama tersebut maka pasti akan masuk surga. Nama-nama Allah U tersebut adalah :
Allah yang tiada ilah yang benar disembah kecuali Dia. Al Malik, Al Quddus, As Salam, Al
Mumin, Al Muhaimin, Al Aziz, Al Jabbar, Al Mutakabbir, Al Kholiq, Al Baari, Al Mushowwiru,
Al Ghoffar, Al Qohhaar, Al Wahaab, Ar Rozzaaq, Al Fattaah, Al Alim, Al Qoobidh, Al Baasith,
Al Khoofidh, Ar Roofi, Al Muizzu, Al Mudzillu, As Samii, Al Bashiir, Al Hakam, Al Adlu, Al
Lathiif, Al Khobiir, Al Haliim, Al Adzim, Al Ghofuur, Asy Syakuur, Al Aliyu, Al Kabiir, Al
Hafidz, Al Muqiit, Al Hasiib, Al Jaliil, Al Kariim, Ar Roqiib, Al Mujiib, Al Wasi, Al Hakiim, Al
Waduud, Al Majiid, Al Baaits, Asy Syahiid, Al Haqq, Al Wakiil, Al Qowiyy, Al Matiin, Al Waliy,
Al Hamiid, Al Muhshi, Al Mubdiu, Al Muiid, Al Muhyi, Al Mumiit, Al Hayyu, Al Qoyyum, Al
Waajid, Al Maajid, Al Waahid, Ash Shomad, Al Qoodir, Al Muqtadir, Al Muqoddim, Al Muakhir,
Al Awwal, Al Akhir, Adh Dhoohir, Al Baathin, Al Waaliy, Al Mutaaliy, Al Birr, At Tawwaab, Al
Muntaqimu, Al Afuwwu, Ar Rouuf, Maalik, Al Mulk, Dzul Dzalali wal Ikrom, Al Muqsith, Al
Jaami, Al Ghoniy, Al Maaniu, Adh Dhorru, An Naafi, An Nuur, Al Haadi, Al Badiiu, Al Baqii,
Al Warits, Ar Rosyiid, Ash Shobru. [HR. Tirmidzi no. 3849, Abu Isa At Tirmidzi t mengatakan
bahwa hadits ini Ghorib, berkata Syaikh Al Albani t dalam Shohih wa Dhoif Sunan At Tirmidzi :
Dhoif jika dengan menceritakan asma Allah].[v]

Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini :

! Bolehnya bersumpah dengan nama yang manapun dari nama-nama Allah yang
husna/asmaul husna. Pendapat inilah dhohir pendapat Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah
sebagaimana Beliau isyaratkan dengan meletakkan hadits ini sebagai hadits terakhir dalam
kitabul aiman/sumpah. Berkata para ahli fikih : Sumpah yang ada kafarotnya adalah sumpah
dengan nama Allah Subhanahu wa Taala, Ar Rohman, Ar Rohim, ataupun dengan shifat dari
shifat-shifat yang Allah Subhanahu wa Taala miliki. Seperti sumpah dengan Demi Wajah[vi]
Allah, Demi KeagunganNya[vii]. Sehingga bersumpah dengan selain nama Allah ataupun
shifat-shifatNya tidak ada kafarohnya melainkan termasuk dalam syirik yang pelakunya harus
bertaubat sebelum meninggal dunia dan bukanlah hal ini menunjukkan bahwa hal ini adalah hal
yang boleh ataupun hal yang sepele. Berdasarkan sabda Rasulullah Shollallahu Alaihi wa
Sallam :

Barangsiapa yang hendak bersumpah maka hendaklah dia bersumpah dengan nama Allah jika
tidak maka diam.[ HR. Bukhory no. 6108, HR. Muslim no. 1646.]

Demikian juga sabda Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam :

Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah maka ia telah berbuat kekufuran atau
kesyirikan.[ HR. Tirmidzi no. 1535, HR. Abu Dawud no. 3251, HR. Al Hakim no. 7923. Hadist
ini dishohihkan Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dhoif Sunan Abu Dawud.]

Hal ini termasuk syirik sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Sholeh Al Fauzan
Hafidzahulloh karena bersumpah dengan selain nama-nama Allah merupakan bentuk
penyetaraan antara Allah dan mahluk disampinh hal itu tidaklah dilakukan kecuali dengan nama
yang padanya ada pengagungan yang pada hakikatnya adalah milik Allah Azza wa Jalla semata.
[viii]
Berkata Ibnu Masud rodhiyallahu anhu :

Bersumpah dengan nama Allah dan aku berdusta atas sumpahku lebih aku cintai daripada
bersumpah dengan nama selain Allah padahal aku jujur dengan sumpahku itu.[ix]

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan perktaan Sahabat Ibnu
Masud rodhiyallahu anhu tersebut :

Karena hasanah/kebaikan yang ada pada tauhid itu lebih agung daripada hasanah/kebaikan yang
ada kejujuran, dan kejelekan yang ada pada dusta lebih ringan daripada kejelekan yang ada pada
kesyirikan.[x]

! Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah Berkata : Para ulama ahli hadits sepakat
bahwasanya tayin/penentuan satu persatu nama-nama Allah Azza wa Jalla bukanlah hadits dari
Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam.

! Abul Wafa Muhammad Darwis rahimahullah : Nama-nama Allah Shollallahu Alaihi wa


Sallam jumlah banyak, diantaranya ada yang Allah turunkan dalam kitabNya, ada yang Allah
ajarkan kepada NabiNya Shollallahu Alaihi wa Sallam , ada yang Allah simpan dalam ilmuNya
saja karena akal manusia tidaklah mampu mengetahui maknanya, kemuliannya[xi]. Dalil yang
menunjukkan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah melalui
jalan dari sahabat Ibnu Masud rodhiyallahu anhu , Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam
bersabda :

Aku meminta dengan seluruh nama yang Engkau miliki yang Engkau sebut Dirimu dengannya,
yang Engkau ajarkan kepada salah satu mahlukmu, yang engkau turunkan dalam kitabMu, yang
Engkau simpan dalam ilmu sebagai hal yang ghoib di sisi.[ HR. Ahmad no. 3784, hadits ini
dishohihkan oleh Al Albani dalam Shohihut Targhib wat Tarhib no. 1822, Maktabah Syamilah.]

! An Nawawi Asy SyafiI rahimahullah berkata: Para ulama sepakat bahwa hadits ini
bukanlah pembatasan terhadap nama Allah Subhanahu wa Taala dan bukanlah pembatasan
bahwasanya tidak ada nama Allah Azza wa Jalla selain yang 99 nama tersebut. Sesungguhnya
maksud hadits ini hanyalah nama Allah I itu ada 99 yang barang siapa mengahshonya[xii] maka
pasti masuk surga.[xiii]

! An Nawawi Asy Syafii t berkata: Yang dimaksud dengan adalah


menghafalnya, beriman terhadapnya dan konsekwensi dari nama tersebut serta beramal dengan
isi kandungan dari nama tersebut[xiv].

! Amirul Muminin fil Hadits Abu Abdillah Muhammad Ismail Al Bukhori t berkata
shohihnya : Yang dimaksud dengan adalah menghafalnya[xv]. Dan hal ini
dikomentari oleh An Nawawi tsebagai makna dhohir dari sabda Nabi ` .[xvi]
! Ibnu Baththol rahimahullah berkata : Cara beramal dengan kandungan asmaul husna
adalah dengan meneladani kandungan nama-nama Allah U yang boleh/bisa untuk diteladani
semisal Ar Rohiim [Yang Maha Penyayang], Al Kariim [Yang Maha Dermawan]. Maka
hendaklah seorang hamba melatih dirinya untuk memiliki kandungan dari shifat-shifat Allah
Jalla wa Ala yang semacam itu akan tetapi tentu dengan kandungan yang layak bagi
hamba[xvii]. Adapun shifat Allah Azza wa Jalla yang khusus bagiNya semisal Al Jabbar [Yang
KehendakNya pasti menang], Al Adziim [Yang Maha Agung] maka kewajiban seorang hamba
adalah menetapkan adanya shifat tersebut bagi Allah Subhanahu wa Taala, tunduk
terhadapnya, dan tidak menghiasi dirinya dengan shifat tersebut. Sedangkan nama-nama Allah
yang padanya ada makna janji maka kewajiban seorang hamba adalah menambatkan pada
hatinya rasa harap terhadapnya, adapun apabila nama-nama tersebut padanya terkandung
makna ancaman maka kewajiban seorang hamba adalah menjauhinya, menjaga diri darinya,
menambatkan dalam hatinya rasa cemas dan takut yang disertai dengan ilmu[xviii].

! Tidak ada satu riwayat yang shahih dari Nabi Shollahu Alaihi wa Sallam yang menyebutkan
secara rinci nama-nama tersebut demikian juga tentang berapa jumlah dari nama-nama tersebut,
bahkan terjadi perselisihan yang besar diantara para ulama dalam masalah ini. Dinatara para
ulama yang melakukan penelitian secara khusus dalam masalah ini adalah Abul Wafa
Muhammad Darwis rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul Al Asmaul Husna, demikaian
juga Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah dalam kitab Beliau Al
Qowaidul Mustla.

! Syaikh Abdurrahman As Sadi rahimahullah dalm kitab Beliau yang berjudul Tauhidul
Anbiya wal Mursalin : Pengikut para Nabi dan Rasul mereka itu mengikuti seluruh shifat bagi
Ar Rohman yang termaktub dalam kitab Kitabul Ilahiyah (Allahu Alam mungkin yang dimaksud
dengan Kitabul Ilahiyah yaitu Al Quran.), yang telah sahih dari hadits-hadits Nabi Shollahu
Alaihi wa Sallam. Mereka adalah orang-orang yang mengenal nama-nama tersebut, mereka
adalah orang-orang yang akal dan hati mereka paham terhadap maknanya, serta mereka
beribadah kepada Allah dengan nama-nama tersebut disertai dengan ilmu dan menyakini hal
tersebut sebagai akidah. Mereka juga adalah orang-orang yang mengerti dan paham terhadap
konsekwensi dari nama-nama tersebut. Hal-hal ini merupakan keadaan hati mereka dan
pengetahuan kerububiyahan yang berasal dari Allah Azza wa Jalla.

Maka mereka ketika menyadari bahwa Allah mempunyai shifat yang Maha Agung, Yang Maha
Sombong, Yang Maha Mulia maka penuhlah hati mereka dengan rasa takut dan mengagungkan
Allah Subhanahu wa Taala.

Demikian juga ketika mereka menyadari bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki Shifat Al
Izza[xix], Al Qudroh (Maha Kuasa) maka hati mereka akan merasa tunduk terhadapnya, dan
merendahkan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla.

Demikian juga jika dengan shifat Allah Ar Rohmah, Al Birr, Al Wujud, Al Karim maka akan hati
mereka akan dipenuhi dengan perasaan penuh harapan dan tamak terhadap apa yang terkandung
dalam shifat Allah tersebut, keutamaan-keutamaan dari Allah.
Hal yang hampir sama juga dengan shifat ilmu, pengetahuan yang meliputi segala sesuatu yang
Allah Subhanahu wa Taala miliki maka mereka akan merasa selalu diawasi oleh Allah dalam
setiap gerak gerik mereka ataupun diamnya mereka.

Dengan mengetahui makna-makna shifat-shifat Allah yang agung ini disertai dengan
merealisasikannya maka diharapkan seorang hamba termasuk dalam hadits Nabi Shollallahu
alahi wa Sallam yang mulia :

Sesungguhnya milik Allah 99 nama, barang siapa yang mengahshonya maka pasti masuk
surga.[xx]

Maka Beliau Syaikh As Sadi rahimahullah berkata : Maka yang dimaksud dengan ihsho
adalah dengan memahami asma Allah, memikirkannya, mengenalnya dan beribadah kapada
Allah Taala dengannya.

Maka secara ringkas yang dimaksud dengan ahso adalah sebagaimana yang disampaikan di atas
oleh para ulama, diantaranya adalah :

! Amirul Muminin fil Hadits Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori
rahimahullah berkata shohihnya[xxi] : Yang dimaksud dengan adalah
menghafalnya. Dan hal ini dikomentari oleh An Nawawi rahimahullah sebagai makna dhohir
dari sabda Nabi Shollallahu alahi wa Sallam .[xxii]

! An Nawawi Asy SyafiI rahimahullah berkata: Yang dimaksud dengan


adalah menghafalnya, beriman terhadapnya dan konsekwensi dari nama tersebut serta beramal
dengan isi kandungan dari nama tersebut[xxiii].

! Ibnu Baththol rahimahullah berkata : Cara beramal dengan kandungan asmaul


husna adalah dengan meneladani kandungan nama-nama Allah U yang boleh/bisa untuk
diteladani semisal Ar Rohiim [Yang Maha Penyayang], Al Kariim [Yang Maha Dermawan].
Maka hendaklah seorang hamba melatih dirinya untuk memiliki kandungan dari shifat-shifat
Allah Subhanahu wa Taala yang semacam itu akan tetapi tentu dengan kandungan yang layak
bagi hamba. Adapun shifat Allah Azza wa Jalla yang khusus bagiNya semisal Al Jabbar [Yang
KehendakNya pasti menang], Al Adziim [Yang Maha Agung] maka kewajiban seorang hamba
adalah menetapkan adanya shifat tersebut bagi Allah Subhanahu wa Taala, tunduk
terhadapnya, dan tidak menghiasi dirinya dengan shifat tersebut. Sedangkan nama-nama Allah
Subhanahu wa Taala yang padanya ada makna janji maka kewajiban seorang hamba adalah
menambatkan pada hatinya rasa harap terhadapnya, adapun apabila nama-nama tersebut
padanya terkandung makna ancaman maka kewajiban seorang hamba adalah menjauhinya,
menjaga diri darinya, menambatkan dalam hatinya rasa cemas dan takut yang disertai dengan
ilmu[xxiv].
! Syaikh As Sadi rahimahullah berkata : Maka yang dimaksud dengan ihsho
adalah dengan memahami asma Allah, memikirkannya, mengenalnya dan beribadah kapada
Allah Subhanahu wa Taala dengannya.

Maka Marilah kita bergiat dalam mempelajari asma dan shifat Allah Subhanahu wa Taala
sehingga kita dapat merealisasikan hadits Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam yang mulia ini.

Allahu Alam bish Showab

Wisma Al Hijroh, Sabtu 1 Rabuul Akhir 1428/28 Maret 2009.

Abu Halim Budi bin Usman As Sigambali

[Yang Selalu Fakir pada Robb dan Mengharap ampunanNya]

[i] Akan datang keterangan mengenai apa yang dimaksud dengan ahso, Insya Allah Taala.

[ii] Syaikh Muhammmad Shubhi Hasan Halaq dalam tahqiq Beliau tentang Subulus Salam
Berkata : mudrodz ada dua, itu bisa terjadi dalam dua hal, yaitu : Mudrodz pada matan dan pada
sanad. [Lihat Subulus Salam Al Maushul ila Bulughil Marom hal. 24/VII cet. Kedua, Dar Ibnul
Jauzy Riyadh, KSA.]

[iii] Beliau lebih dikenal dengan nama Ibnul Arobi dengan huruf alif dan lam- bukan Ibnu Arobi
yang merupakan salah seorang pemuka ajaran sufiyah yang dikafirkan oleh banyak ulama karena
penyimpangan yang dia lakukan

[iv] Lihat Subulus Salam Al Maushul ila Bulughil Marom hal. 24/VII cet. Kedua, Dar Ibnul
Jauzy Riyadh, KSA.

[v] [lihat Shohih wa Dhoif Sunan At Tirmidzi hal. 796, terbitan Maktabah Maarif Riyadh, KSA,
cetakan pertama].

[vi] Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, Makna wajah
telah diketahui (sebagaimana makna wajah dalam bahasa Arab) akan tetapi kaifiyahnya
(bagaimananya wajah Allah) adalah suatu hal yang majhul/tidak kita ketahui sebagaimana
seluruh shifat Allah, akan tetapi kita mengimani bahwasanya Allah Azza wa Jalla memiliki shifat
wajah yang Allah shifati diriNya dengan shifat tersebut sesuai dengan kemulian dan
keagungannya. [Lihat Syarh Al Aqidah Al Washitiyah, hal. 184 terbitan Dar Ibnul Jauzy,
Riyadh], Allahu Alam.

[vii] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom hal. 119/VII, cet. kelima. Terbitan Maktabah
Sawady, Makkah Al Mukaromah.
[viii] Lihat Mulakhos Fi Syarhi Kitabit Tauhid hal. 326 cet. pertama, terbitan Dar Ashimah,
Riyadh, KSA.

[ix] Lihat Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah hal. 551/V dalam Kitabul Iman, Maktabah Syamilah.

[x] Lihat Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah hal. 551/V dalam Kitabul Iman, Maktabah Syamilah.

[xi] Pernyataan Beliau ini dhohirnya mengisyaratkan bahwa Beliau berpendapat seluruh asma
dan shifat Allah I yang ada dalam Al Quran pasti bisa diketahui oleh hamba maknanya dan bisa
memaknai kemuliannya, Allahu Alam, pent.

[xii] Akan datang keterangan mengenai apa yang dimaksud dengan ahso, Insya Allah Taala.

[xiii] Lihat Syarh An Nawawi Ala Muslim hal. 39/IX, Maktabah Syamilah.

[xiv] Lihat Syarh An Nawawi Ala Muslim hal. 39/IX, Maktabah Syamilah.

[xv] Lihat Shohih Al Bukhori no. 7392.

[xvi] Lihat Syarh An Nawawi Ala Muslim hal. 39/IX, Maktabah Syamilah.

[xvii] Sehingga tidaklah sama antara shifat yang ada pada Allah I dan mahlukNya. Allahu
Alam,pent.

[xviii] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom hal. 121/VII, cet. kelima. Terbitan Maktabah
Sawady, Makkah Al Mukaromah.

[xix] Shifat izzahnya Allah itu tercakup dalam tiga jenis yaitu :

Izzatul Quwah/ Maha Perkasa.

Izzatul Imtina/ Maha Kaya dan tidak membutuhkan mahlukNya.

Izzatul Qohri wal Gholabah/ kekuatan untuk menang dan mengalahkan, dalam artian jika
Allah menghendaki sesuatu maka sekalipun seluruh hamba tidak menghendakinya namun
jika Allah menghendakinya maka kehendak Allah lah yang menang.

[Silahkan merujuk pada Kitab Al Qowaidul Hissan Al Mutaallaqotul fi Tafsiril Quran oleh
Syaikh Abudurrahman As Sadi rahimahullah hal. 21 terbitan Dar Ibnul Jauzy, Riyadh, KSA
atau bisa merujuk kepada terjemahan kitab tersebut yang saya terjemahkan sendiri, mudah-
mudahan Allah mudahkan untuk menyelesaikannya.

[xx] Telah lewat takhrij hadits ini.

[xxi] Lihat Shohih Al Bukhori no. 7392.


[xxii] Lihat Syarh An Nawawi Ala Muslim hal. 39/IX, Maktabah Syamilah.

[xxiii] Lihat Syarh An Nawawi Ala Muslim hal. 39/IX, Maktabah Syamilah.

[xxiv] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom hal. 121/VII, cet. kelima. Terbitan Maktabah
Sawady, Makkah Al Mukaromah

Tulisan Terkait

1. Penjelasan Singkat Bathilnya Berdzikir dengan Kata Mufrod

2. Nama Allah Subhanahu wa Taala As Samii

3. Tafsir Nabi tentang Lafadz Al Quran dan Hadits

4. Sebagian Hikmah dari Dua Nama Allah.

5. Coretan ringan tentang kaidah-kaidah memahami Asma dan sifat Allah

6. Penjelasan Seputar Bau Mulut Orang Yang Berpuasa

7. Faidah Hadits Mukmin Yang Kuat dan Lemah

https://alhijroh.com/aqidah/penjelasan-singkat-tentang-99-nama-allah-azza-wa-jalla/

You might also like