You are on page 1of 5

Gasifikasi Batu Bara dan Prospek

Pemanfaatan Batu Bara ke Methanol


November 1, 2015 Admin Kolom Kontributor

Saat ini bisnis batu bara mengalami kelesuan dikarenakan pasar ekspor terbesar, yaitu China
dan India mengurangi import batu bara. Hal ini dikarenakan mereka mengoptimasi potensi
batu bara domestiknya dan mulai mengganti batu bara sebagai sumber utama energi ke energi
yang lebih bersih misalnya natural gas

Di tengah kelesuan eksport batubara, ada potensi besar untuk mengonversi batu bara menjadi
produk kimia dasar atau energi yang mempunyai nilai tambah cukup besar antaralain
methanol, dimethyl ether, ethanol, ammonia, dan gasoline. Adanya perkembangan teknologi
Gasifikasi Batubara yang dipelopori oleh pengembang-pengembang teknologi terkemuka
(misalnya Siemen, Lurgi dan Shell) dan dengan digabungkan dengan pengembang teknologi
pemanfaatan Syn gas (gas hasil Gasifikasi batu bara), seperti Haldor Topsoe (Denmark) dan
Lurgi (Jerman), maka akan dihasilkan produk kimia dan bahan bakar seperti uraian
sebelumnya.

Batu bara, khususnya dengan kalori rendah (Low Rank Coal), semakin sulit terjual ke pasar
baik domestik maupun internasional. Batu bara muda jika digunakan sebagai sumber energi
akan menghasilkan efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan baru bara berkalori
tinggi. Selain itu, untuk batu bara muda diperlukan boiler yang lebih besar dan mahal
dibandingkan dengan boiler untuk batu bara berkalori tinggi pada kapasitas boiler yang sama.
Oleh karena itu, dengan adanya teknologi gasifikasi batu bara maka terdapat kemungkinan
meningkatnya nilai tambah batu bara berkalori rendah.

Gasifikasi Batu bara

Gasifikasi batu bara berarti batu bara digasifikasi menjadi gas yang bisa digunakan sebagai
bahan bakar gas atau bahan baku industri kimia. Gasifikasi batu bara menghasilkan campuran
bermacam-macam gas, antaralain CO, H2, CO2, N2 dan CH4. Berdasarkan Heat Content, batu
bara dapat dikategorikan sebagai berikut. Untuk batu bara dengan kandungan kalori rendah
(lebih kecil dari 2200 kcal/kg), kandungan utamanya terdiri dari campuran CO dan nitrogen
dengan Combustible Component antaralain CO, H2 dan CH4. Sementara untuk batu bara
dengan kandungan kalori tinggi (lebih besar dari 12000 kcal/kg), kandungan utamanya adalah
CH4. Gas yang dihasilkan dari Gasifikasi Batubara ini disebut Synthetic Natural Gas atau
SNG dengan Heat Content berkisar 180-420 BTU/SCF atau 7-15 MJ/M3.

PROSES GASIFIKASI BATUBARA

Sebelum masuk ke unit Gasifikasi, batu bara akan digiling dengan cara dimasukkan dalam
Crusher sampai dengan ukuran tertentu (tergantung pada type gasification yang dipakai).
Kemudian dikeringkan dan diumpankan ke dalam Coal Gasifier. Di dalam Gasifier, batu bara
bereaksi dengan steam dan udara atau oksigen. Gasifikasi terjadi pada temperatur tinggi
(sampai dengan 1800oC) dan tekanan tinggi (sampai 18 kg/cm2).
Apabila menggunakan udara sebagai media gasifikasi dengan jumlah yang kurang
dari stokiometri dengan steam (H2O) maka akan dihasilkan gas dengan Low Heat
Content. Di mana setelah dimurnikan, gas tersebut bisa dipakai sebagai gas bakar
(Fuel Gas).

Apabila menggunakan oksigen (O2) sebagai media gasifikasi maka akan dihasilkan
gas dengan Medium Heat Content. Gas ini bisa digunakan sebagai Synthetic Gas.
Sejumlah gas CO yang dihasilkan direaksikan dengan steam (H2O) akan
menghasilkan hidrogen (H2), tahap ini disebut Shift Conversion. Reaksi ini diperlukan
untuk mendapatkan rasio gas tertentu dalam Synthetic Gas guna menghasilkan produk
yang diinginkan, yaitu ammonia, methanol ataupun gasoline.

REAKSI DALAM GASIFIKASI BATU BARA

Gasifikasi batubara terjadi pada dua tahap utama, yaitu:

Devolatilization

Devolatilization terjadi relatif cepat pada saat pemanasan batubara mencapai temperature
400oC. Pada periode ini terjadi perubahan stuktur batubara menghasilkan Solid Char (arang),
Tar, Condensable Liquid dan light Gases

Char Gasification

Dari Char Gasification dihasilkan gas dengan komposisi yang tergantung pada media
gasifikasi yang dipakai, yaitu udara atau oksigen.

Reaksi Gasifikasi Batu bara :


Selain reaksi utama di atas, terdapat reaksi samping dari zat ikutan yang terkandung dalam
batu bara dengan syn-gas hasil gasifikasi, misalnya sulfur menjadi H 2S dan COS serta
nitrogen menjadi N2 dan NH3.

CONTOH PEMANFAATAN SYN GAS HASIL GASIFIKASI BATU BARA

Syn Gas dari unit gasifikasi tersebut dimasukan dalam unit purifikasi untuk diambil gas
ikutannya, yaitu H2S, COS, N2 dan NH3. Syn Gas yang telah dipurifikasi tersebut kemudian
bisa diproses lebih lanjut untuk menjadi berbagai produk, misalnya methanol.

Methanol Synthesis:

2C H4 + O2 + H2O 4 H2 + 2CO + H2O 2CH3OH

Dari berbagai data untuk menghasilkan 1 ton methanol, diperlukan kisaran 3,8 ton batu bara
kalori rendah. Keperluan tersebut meliputi batu bara sebagai bahan baku (raw material) serta
batu bara untuk pembangkit energi dan utility.

Sedangkan apabila gas alam dipakai sebagai bahan baku, untuk memproduksi 1 ton methanol
diperlukan 33 MMBTU gas alam.

PERBANDINGAN BIAYA BAHAN BAKU METHANOL

Dari uraian kondisi sebelumnya, maka apabila dibangun pabrik methanol di mulut Tambang
batu bara bisa diperoleh harga batu bara sekitar USD 15/ton sedangkan harga gas alam di
Indonesia sekitar USD 5-8/MMBTU, perbandingan biaya bahan baku untuk memproduksi 1
ton methanol sebagai berikut :

Biaya bahan baku batu bara:

3.8 ton/ton methanol x 15 USD/Ton = 57 USD/Ton

Biaya bahan baku gas alam:

33 MMBTU/ ton methanol x 6 USD/MMBTU = 198 USD/ton

Dari perhitungan diatas terlihat selisih biaya yang cukup besar yaitu sekitar 141 USD/Ton,
secara sederhana harga batu bara ekivalen dengan harga gas sebesar 1.73 USD/MMBTU.
Prospek Keekonomian Proyek Batu Bara ke Methanol:

Dari berbagai sumber dan pengalaman penulis, gambaran keekonomian proyek batu bara
menjadi methanol adalah sebagai berikut :

Asumsi Dasar :

Investment Cost : USD 327,000

IDC : USD 392.000 (Const. period 36 months)

Working Capital : USD 985.000

Plant capacity : 270.000 MT/YEAR

Low rank coal price : USD 15/ton

Methanol price : USD 360/ton

Interest Rate : 6 %

Debt Equity Ratio : 70 % : 30 %

Repayment Period : 7 years

Result of Financial Analysis:


IRR : 24,22 %

ROI : 25,30 %

NPV : USD438.694.000

Profitable Index : 38

Pay Out Time : 4 years

Kesimpulan

Dari kajian sederhana tersebut, terlihat bahwa konversi batu bara kalori rendah sangat
menarik untuk diimplementasikan. Hal ini dikarenakan:

Dari sisi teknologi gasifikasi sudah terbukti bisa berjalan dengan baik, bahkan terus
dilakukan penyempurnaan. Begitu juga teknologi syn gas menjadi methanol juga
sudah lama dikenal dan terus menerus dilakukan penyempurnaan.

Dari sisi bahan baku, batu bara kalori rendah sulit sekali dipasarkan. Disisi lain di
Kalimantan dan Sumatra mempunyai banyak kandungan Batubara kalori rendah.

Cadangan gas bumi kita sudah semakin menipis, sehingga perlu dicarikan alternatif
pengganti yang murah serta punya cadangan yang besar.

Methanol sebagai base chemical, bisa dipakai sebagai bahan baku DME, Gasoline,
MTO (Methanol to Olefin), MTP (Methanol to Propylene), biodisel dan lain-lain
sehingga masih punya market yang terus berkembang.

Dengan adanya industri ini akan mengurangi ekspor bahan mentah yang diganti
dengan ekspor bahan setengah jadi, menambah devisa Negara, menggerakan ekonomi
local, dan penambahan penerimaan pajak.

Nurhadi Budi Santoso, TK 79, Konsultan Engineering

You might also like