Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN
1. Mampu menggambarkan kurva titrasi asam basa.
2. Mampu menentukan konsentrasi asam dengan menggunakan titran basa kuat.
II. DASAR TEORI
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat
lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa). Asam
umumnya berasa masam, tapi cairan asam pekat sangat berbahaya dapat merusak kulit dan hati-hati
jika terpercik asam pekat bisa berakibat kebutaan. Jika kena asam pekat harus langsung dicuci
dengan air mengalir sampai benar-benar bersih. Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion
hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7.
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui
dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis
(Charles W Keenan.1980:422). Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang
biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan . Titrasi merupakan
salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam
dan basa. Reaksi kimia pada titrasi dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya,
namun tidak diketahui konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan
konsentrasinya". Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk
titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan
kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang
telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret.
Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Ketika larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka akan dicapai
titik dimana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan titik ekivalen. Titik
ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7. Untuk asam lemah dan basa lemah, titik
ekivalen tidak terjadi pada pH 7.
a. Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa adalah titrasi yang bertujuan menentukan kadar larutan asam atau kadar larutan
basa. Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang
bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan Volume maka rumus diatas
dapat kita tulis sebagai:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
V.M.n asam = V.M.n basa
Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)
c. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1) Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat
plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2) Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang PH yang
sempit. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes
larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji (Oxtoby.2001:303)
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua
hingga tiga tetes.
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan
titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai titik akhir titrasi.
1. Buret 50 mL 1 buah
2. pH meter - 1 buah
2. Bahan
3. Larutan CH3COOH 20 mL
5. Indikator PP (8,3-10,0) -
6. Akuades 1 liter
V. DATA PENGAMATAN
Volume 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NaOH
(mL)
pH 0,82 0,94 0,98 1,05 1,13 1,37 1,51 1,70 2,26 10,16 10,79 10,99 11,09 11,15 11,20 11,23
Titrasi I
Pertanyaan:
Bagaimana cara mengetahui titik ekuivalen suatu titrasi asam basa melalui kurva titrasi?
Jawaban :
1 7,5
2 -
1 -
2 -
Titrasi II
Pertanyaan:
Bagaimana cara mengetahui titik ekuivalen suatu titrasi asam basa melalui kurva titrasi?
Pada titrasi HCl dengan NaOH, yang bertindak sebagai titrat adalah .. dan yang bertindak
sebagai titran adalah .. pada titrasi CH 3COOH dengan NaOH, yang bertindak sebagai titrat
adalah .. dan yang bertindak sebagai titran adalah
Jawaban:
Cara mengetahui titik ekuivalen suatu titrasi asam basa melalui kurva titrasi adalah:
Pada titrasi HCl dengan NaOH, yang bertindak sebagai titrat adalah HCl dan yang bertindak
sebagai titran adalah NaOH pada titrasi CH 3COOH dengan NaOH, yang bertindak sebagai titrat
CH3COOH adalah dan yang bertindak sebagai titran adalah NaOH.
M HCl =
= 0,04 M
2. Titrasi 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan larutan NaOH 0,1 M
(M x V) CH3COOH = (M x V) NaOH
Jika pada praktikum yang telah dilakukan, kesalahan titrasi dianggap sangat kecil dan
dapat diabaikan, sehingga volume tercapainya titik akhir titrasi sama dengan titik
ekuivalen, maka konsentrasi HCL :
(M x V) CH3COOH = (M x V) NaOH
M CH3COOH = .....
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil praktikum yang kami lakukan titrasi asam basan mendapatkan data
praktikum dalam menentukan pH larutan HCl. Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran
jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan
larutan lain.
Pada percobaan ini kami menentukan molaritas NaOH dengan menggunakan proses titrasi antara
larutan HCl sebanyak 20 mL 0,1 M dengan larutan NaOH 100 mL larutan HCl dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH
yang sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis bereaksi.
Begitu pula titrasi antara larutan CH3COOH sebanyak 20 Ml dengan larutan NaOH. 100 Ml
larutan CH3COOH dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP,
lalu ditetesi dengan larutan NaOH yang sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes
Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran warna yaitu tidak berwarna
sampai merah ungu, yakni apabila tak berwarna berarti sifatnya asam dan jika berwarna merah
ungu berarti basa. Jika larutan sudah ekuivalen maka, larutan akan mengalami perubahan warna
paling awal, dan warnanya sangat muda dan cerah saat itulah titrasi dihentikan. Saat larutan
menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut titik akhir titrasi.
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10 mL dititrasi dengan
Titrasi ke-1
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml 0,1 M
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes penoftalin. NaOH 0.1
M dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator
berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 8,5 ml dan
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 20 mL ml dititrasi dengan
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 20 ml 0,1 M
ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes tidak
1. Kurang telitinya mata saat memperhatikan perubahan warna yang terjadi,yang sebenarnya
mungkin perubahan warna awal sudah terjadi namun karena tidak diperhatikan dengan seksama
sehingga penetesan tetap dilanjutkan dan hasilnya warna yang didapat terlalu pekat dan
mencolok
3. Kurang tepatnya pembuatan larutan HCl 0,1 M dan CH3COOH pada proses penimbangan.
4. Kurang tepatnya dalam penghitungan tetesan larutan NaOH yang memungkinkan kelebihan
Pertanyaan
Jawaban
1. Perbedaan kedua grafik di atas adalah pada grafik 1 dari volume 0-8 kenaikan pH terjadi
secara perlahan, pada volume 8,5 terjadi perubahan warna menjadi biru , pada volume 9
kenaikan terjadi kenaikan pH yang sangat tinggi dan pada volume 9-15 kenaikan volume
terjadi secara perlahan lagi, sedangkan pada grafik 2 pada volume 0-15 kenaikan Ph
terjadi secara perlahan dan tidak ada perubahan warna.
2. Grafik 1 pada volume 8,5 dan pH 7 titik ekuivalen tercapai sedangkan pada grafik 2 tidak
terjadi /tercapai titik ekuivalen.
3. Tidak bisa. Karena titik ekuivalen hanya dapat diketahui dengan menambahkan suatu
indikator. Indikator ini berubah warna di sekitar titik ekuivalen. Titik ekuivalen pada
percobaan diatas ditandai oleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi biru
4. Fenolflatein dapat diganti dengan indikator lain seperti Bromtimol Biru yang memiliki
trayek perubahan warna 6,0 7,6 (kuning biru) dan Metil Merah yang memiliki trayek
perubahan warna 4,2 6,3 (merah kuning). Akan tetapi, fenolftalein lebih sering
digunakan karena perubahan warna fenolftalein lebih mudah diamati..
M 05 2,0 - -
R 0,5 0,5 - -
PH = - Log [H]+
HCl H+ + Cl-
= 2-0,778
PH = 1,22
M 2,4 2,4 - -
R 24 2,4 2,4 -
[HCl] = = = = 0,0318 M
PH = - Log [H]+
HCl H+ + Cl-
PH = 2,5
6. TITRASI
Ma . Va . na = Mb . Vb . nb
Ma . 25 . 2 = 0,5 . 50 . 1
50 Ma = 25
Ma =
Ma = 0, 5 M
VIII. KESIMPULAN