Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
1
1. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.1. Definisi
Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif.
Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3)
ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Dari pengertian keputusan tersebut dapat diperoleh pemahaman bahwa keputusan merupakan
suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu
alternatif dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan)
sebagai suatu cara pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama didalam organisasi.
Langkah-langkah pengambilan keputusan :
1. Pengenalan Dan Pendefinisian Atas Suatu Masalah Atau Suatu Peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau
peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan,
keuangan, dan operasi.
2. Pencarian Atas Tindakan Alternatif Dan Kuantifikasi Atas Konsekuensinya.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif
tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai
alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering
dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang
dipilih pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan
diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini,
sebanyak mungkin alternatif yang praktis didiefinisikan dan dievaluasi.
3. Pemilihan Alternatif Yang Optimal Atau Memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah
2
satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan
rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis
daripada fakta ekonomi.
4. Penerapan Dan Tindak Lanjut.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi
penerapannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki
kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan
(misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya
bekerja.
1.2. Motif Kesadaran
Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua
faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :
a. Keinginan Akan Kestabilan Atau Kepastian.
Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep
yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar
dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau
ketidakpastian informasi.
b. Keinginanan Akan Kompleksitas Dan Keragaman.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan
atau lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif.
Selain itu, faktor yang berhubungan erat dengan prediksi adalah perbedaan dalam
teori keputusan secara matematis antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian.
Kepastian didapat ketika semua akibat dari suatu alternatif keputusan tidak diketahui.
Risiko dapat terjadi ketika seseorang menentukan suatu pilihan dari berbagai alternatif
yang ada. Ketidakpastian timbul ketika seseorang tidak dapat menentukan
kemungkinan konseuensi yang timbul dari tindakan yang dilakukannya.
Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat
3
prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :
4
Keputusan tidak tergantung pada preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte
oleh tujuan yang konsisten dari organisasi.
b. Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini
mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan
dihitung berdasarkan interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan
ekspektasi adalah kekuatan motivasiutama.
c. Model Kepuasan Simon
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep
Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena
mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan,
dan belajar.
5
terhadap pengambilan keputusan dalam organisasi
d. Membuat Pilihan
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuristic atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
e. Perbedaan Individu : Gaya Pengambilan Keputusan
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi 4 pendekatan
individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Pertama adalah cara
berfikir ada yang memang logis dan rasional sebaliknya ada orang yang intuitif dan
kreatif. Orang yang menggunakan gaya diretif memiliki toleransi yang rendah atas
ambiguitas dan mencari rasionalitas. Type directif mengambil keputusan secara cepat
dan berorientasi pada jangka pendek. Type analitis memiliki toleransi yang lebih besar
terhadap ambiguitas dibandingkan dengan mengambil keputusan yang directif.
Konseptual cenderung menjadi sangat luas dalam pandangan mereka dan
mempertimbangkan banyak alternative sehingga orientasi mereka jangka panjang.
Katagori terakhir gaya perilaku yang dicirikan oleh pengambil keputusan yang dapat
bekerja baik dengan pihak lain. Gaya manager ini mencoba untuk menghindari
konflik dan pengupayakan penerimaaan.
f. Keterbatasan Organisasi
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan, para
manager misalnya membentuk keputusan-keputusannya untuk mencerminkan system
penilaian kinerja dan pemberian imbalan untuk memenuhi peraturan-peraturan formal
dan untuk memenuhi batas waktu yang di tetapakan organisasi.
6
masalah dana alternatif yang paling jelas.
Cybert dan march menggambarkan 4 konsep dasar relasional sebagi inti dari
pengambilan keputusan bisnis yaitu:
a. Resolusi semu dari konflik
Teori keputusan klasik mengasumsikan bahwa konflik dapat diselesai-kan dengan
menggunakan rasionalitas lokal.
b. Menghindari ketidak pastian
Cyber dan March (1963) menemukan bahwa para pengambil keputu-san dalam
organisasi sering kali menggunakan strategi yang kurang rumit ketika berhadapan
dengan risiko dan ketidakpastian. Schiff dan Lewin (1974) menambahkan slack
organisasi ke alat-alat yang digunakan untuk menghindari ketidakpastian.
c. Pencarian masalah
Menurut Cybert dan March pencarian masalah didefinisikan sebagai proses
menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk
bereaksi terhadap suatu peluang.
d. Pembelajaran Organisasi
Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti yang dialami oleh
individu, organisasi memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya.
Ketika pendekatan pencarian tertentu menemukan solusi yang layak untuk suatu masalah,
organisasi kemungkinan besar akan mengulang pendekatan yang sama dalam memecahkan
masalahserupa di masa mendatang. Ketika sebuah pendekatan khusus gagal, maka akan
menghindari dalam pencarian masa depan. yang sama berlaku untuk urutan alternatif yang
dipertimbangkan; juga, akan berubah jika organisasi mengalami kegagalan dengan preferensi
tertentu.
3.2. Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi
Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukanya organisasi, yang mengenali,
mendefenisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan
menerapkanya. Pengaturan organisasi di mana orang yang digunakan tergantungpada jenis
masalah keputusan atau oppurtinity ditemui.
3.3. Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
7
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka
hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses
informasi yang tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi
pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif
yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari
tindakan tidaklah pasti.
Pengambilan keputusan yang rasional batas individu bervariasi sesuai dengan:
a. Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang
mungkin dan konsekuensinya.
b. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul
karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat menyebabkan
hasil yang dapat diterima.
c. Struktur nilai mereka yang berubah.
d. Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.
8
c. Para anggota yang memiliki keraguan atau memegang sudut pandang yang
berbeda berusaha untuk menghindarimenyimpang dari apa yang tampaknya
menjadi konsensus kelompok dengan menjaga diam tentang sangsi dan bahkan
meminimalkan untuk diri mereka sendiri pentingnya keraguan mereka.
d. Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.
2. Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan
dari intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang
lebih agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu
jika mereka bertindak sendiri.
3. Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota
kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan
kesatuan yang kuat pada umumnyalebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan
dibandingkan dengan kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan
kurangnya semangat kerja sesama anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok
dipengaruhi oleh jumlah waktu yang dihabiskan bersama oleh para anggota
kelompok, ttingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok,
ancaman eksternal, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Faktor
lainnya yang juga mempengaruhi kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah
riwayat dari kelompok itu. Sejarah pengambilan keputusan yang sukses menyatukan
para anggota dan meningkatkan kesatuan, sementara kegagalan memiliki dampak
yang buruk.
3.5. Pengambilan Keputusan Dengan Kosensus Versus Aturan Mayoritas
Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)
sebagai kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan. Dalam
kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta
evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan konsensus
membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan penambilan keputusan dengan
pengaturan mayoritas.
9
3.6. Kontroversi Yang Disebabkan Oleh Hubungan Atasan Dan Bawahan
Ketika kelompok pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi
tidak dapat dihindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang berbeda, sehingga
memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya. Kualitas dari
pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani kontroversi tersebut.
10
3.8. Dampak Dari Tekanan Waktu
Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju guna
mencapai konsensus kelompok lebih kurang menuntut dan lebih bersifat mendamaikan dalam
situasi tawar-menawar lebih membatasi partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
hanya pada relatif sedikit anggota dan lebih menyukai aturan mayoritas.
11
dan temuan sebagai alat untuk mendeteksi masalah yang mendasari.
c. Pertimbangan
Pertimbangan yang di gunakan disepanjang proses pengambilan keputusan yang
tampak lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk dalam
formulasi keputusan akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan para pendatang
baru tampaknya menyertakan pertimbangan dengan memutuskan kapan waktu yang
tepat untuk memilih mana dari fakta yang diamati yang merupakan masalah utama
sedangkan para pakar tidak menyimpan catatan atas setiap temuan individu tetapi
meringkasnya kedalam kelompok-kelompok yang berhubungan dengan
memformulasikan hipotesis yang di uji.
12
6.1. Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui
pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan
sebelumnya.
Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka
informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
6.2. Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat bervariasi.
Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi ketidakpastian
yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan biaya masa lalu,
misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap permintaan masa depan
untuk produk yang di jual pada masa lalu.
Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit persaingan
dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada data biaya
yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang
kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu keputusan, maka
semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena
informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan
operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi
eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan
dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
6.3. Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para
pengambil keputusan dapat menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak berdasar dan
bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari kejadian ekonomi
13
dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan kesempurnaan.
Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai ukuran yang tidak
sempurna dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan
nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan
tidak dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Tingkat pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil
keputusan. Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok :
a. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai
operasi dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan.
b. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja.
c. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai
perusahaan tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi
yang tidak memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.
Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para
pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi
akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat penyesuaian,
yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.
6.4. Umpan Balik
Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan aturan
pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus menerima
informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan balik tidak langsung mengenai
perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan dampak jangka pendek yang mungkin
akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka kecil kemungkinannya bahwa
tidak terdapat umpan balik sama sekali.
6.5. Fiksasi Fungsional
14
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan di
pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu pendekatan pengukuran
akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka
perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi
tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama
sekali.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://thequeenparadise.blogspot.co.id/2015/05/aspek-keperilakuan-pada-pengambilan.html
16