You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah
tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun
cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air
sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap
berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka
bakar, dehidrasi, muntah, dan diare, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat.
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen
ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan
intersisial.
Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa pasien dalam kegawatan yang kalau
tidak dikelola dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kematian. Usaha pemulihan kembali
volume serta komposisi cairan dan elektrolit tubuh dalam kondisi yang normal disebut
resusitasi cairan dan elektrolit. Penyebab utama gangguan cairan dan elektrolit adalah diare,
muntah-muntah, peritonitis, ileus obstruktif, puasa, terbakar, atau karena perdarahan yang
banyak. Tiap penyakit memiliki gangguan tersendiri sehingga sasaran terapinya juga berbeda.
Agar terapi cairan tepat pada sasaran, diperlukan selain pengetahuan tentang patofisiologi
penyakit, juga fisiologi dari cairan tubuh kita.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Cairan dan elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi dari organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting
dalam proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam proses
penyembuhan penyakit. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan

1
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.

B. Tujuan
Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan memahami dan dapat menjelaskan
tentang keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, hal-hal penting yang berkaitan dengan modul
pembelajaran ini, terkait dengan definisi cairan dan elektrolit, komposisi, faktor-faktor yang
mempengaruhi cairan dan elektrolit, pergerakan, regulasi, konsentrasi cairan serta elektrolit
tubuh yang seimbang.

C. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi, komposisi, faktor-faktor yang mempengaruhi,
pergerakan, regulasi, dan konsentrasi yang seimbang terkaitan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CAIRAN TUBUH


A. Definisi Cairan Tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Cairan tubuh merupakan larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan
(Tarwoto dan Wartonah, 2004). Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan
output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

3
B. Komposisi Cairan Tubuh

Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa.
Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada
bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Jumlah normal air pada tubuh manusia :


a. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
b. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 - 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :

1. Cairan Intra Seluler (CIS)


Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh (Abdul 2008).
Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS
merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter.
Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.

2. Cairan Ekstra Seluler (CES)


Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari
total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan
Wilson, 1986). Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu :

a) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel (system vaskuler) misalnya
cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.

4
b) Cairan intravaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (terletak diantara
sel) misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat
yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat
diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih
55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah
putih dan platelet.
c) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya
sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta
elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan


pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.
Elektrolit yang berperan yaitu : anion dan kation.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier
yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal,
terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan
konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau
ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

C. Regulating Body Fluid Volumes

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan
sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh

5
maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan
kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan :

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.

Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat
badan, perhatikan tabel di bawah ini:

KEBUTUHAN CAIRAN
NO BERAT BADAN (KG) UMUR
(mL/24 Jam)

1 3 hari 3,0 250 - 300

2 1 tahun 9,5 1150 - 1300

3 2 tahun 11,8 1350 - 1500

4 6 tahun 20,0 1800 - 2000

5 10 tahun 28,7 2000 - 2500

6 14 tahun 45,0 2200 - 2700

7 18 tahun 54,0 2200 - 2700

b. Output Cairan :

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

1) Urine

6
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.
Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

2) IWL (Insesible Water Loss) :

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar
300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.

3) Keringat :

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

4) Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

D. Konsentrasi Cairan Tubuh


1. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,diukur dalam
miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan
demikian osmlaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan cairan.
Jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari CES ke CIS,sebaliknya
jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan dari CIS ke CES. Partikel yang
berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau natrium,urea,dan glukosa.

7
2. Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen ke
kompartemen yang lain. Ada beberapa istilah yang tekait dengan tonisitas yaitu :
1) Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan cairan
tubuh.
2) Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari cairan
tubuh.
3) Larutan hipotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih kecil dari cairan
tubuh,mengandung lebih sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.

2.2 ELEKTROLIT TUBUH


A. Definisi Elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus
litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan.
Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent
adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium
ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
a. Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan
mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari
saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui
proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.

8
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum
menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan
ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt

2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)


Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada
cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan
seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.

3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)


Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan
fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus
dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam
metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat
dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus,
peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.

5) Keseimbangan Fosfor (PO4-)


Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang,
otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama
fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang
dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak
ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal.
Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium.
Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah
normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.

9
6) Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan
dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan
direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida
yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi
utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi
dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH.
Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.

b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit


Elektrolit Pengaturan Fungsi
- Reabsorpsi dan sekresi
- Pengaturan dan distribusi volume cairan
ginjal ekstrasel
- Mempertahankan volume darah
Sodium Aldosteron,meningkatkan
- Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi otot
reabsorpsi natrium di
duktus kolekting nefron
- Sekresi dan konservasi - Mempertahankan osmolaritas dan cairan intrasel
- Transmisi saraf dan impuls elektrik
oleh ginjal
- - Pengaturan transmisi impuls jantung dan kontraksi
Aldosteron
meningkatkan otot
- Pengaturan asam basa
pengeluaran - Kontraksi tulang dan otot polos
Potassium - Pemindahan dalam dan
luar sel
- Insulin membantu
memindahkan ke dalam
sel dan luar sel,jaringan
yang rusak
Kalsium Distribusi
antara Pembentukan tulang dan gigi
Transmisi impuls saraf
tulang dan cairan
Pengaturan kontraksi otot
ekstrasel Mempertahankan pace maker jantung

10
- Hormon
paratiroid Pembekuan darah
Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase
meningkatkan serum,
kalsitonin menurunkan
kadar serum
- Dipertahankan
dan - Metabolisme intrasel
dikeluarkan oleh ginjal - Pompa sodium-potasium
- Relaksasi kontraksi otot
Magnesium - Meningkan adsorpsi
Transmisi impuls saraf
oleh vitamin D dan Pengaturan fungsi jantung
hormon paratiroid
- Pengeluran
dan - Produksi HCl
reabsorpsi bersama - Pengaturan keseimbangan cairan ekstrasel dan

sodium dalam ginjal volume vaskuler


Klorida - Keseimbangan asam-basa
- Aldosteron
meningkatkan adsorpsi
klorida dengan sodium
- Eksresi dan reabsorpsi - Pembentukan tulang dan gigi
oleh ginjal - Metabolism karbohidrat,lemak,dan protein
-Paratiroid
hormon - Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
Pospat - Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
menurunkan kadar serum - Pengaturan asam-basa
dengan
meningkatkan - Pengaturan kadar kalsium
sekresi ginjal
-Eksresi dan reabsorpsi
- Buffer utama dalam keseimbangan asam-basa
Bikarbonat oleh ginjal
- Pembentukan oleh ginjal

Jenis Cairan Elektrolit


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap.
Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut
juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
a. Cairan Ringers, terdiri atas: Na+, K+, Cl-, dan Ca2+
b. Cairan Ringers Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, dan HCO3-
c. Cairan Buffers, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan HCO3-
B. Regulasi Elektrolit Utama Tubuh Manusia

11
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti :
protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit
tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida
(Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan
tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-
muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Komposisi dari elektrolit-
elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

No. Elektrolit Ekstraselular Intraselular


Plasma Intersisial
1. Natrium 144,0 137,0 10
2. Kalium 5,0 4,7 141
3. Kalsium 2,5 2,4 0
4 Magnesium 1,5 1,4 31
5. Klorida 107,0 112,7 4
6 Bikarbonat 27,0 28,3 10
7. Fosfat 2,0 2,0 11
8. Sulfat 0,5 0,5 1
9. Protein 1,2 0,2 4

1. Kation, terdiri dari :


a. Sodium (Na+) :
1). Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2). Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3). Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4). Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada
ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan.
5). Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.
b. Potassium (K+) :

12
1). Kation berlebih di ruang intraseluler.
2). Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3). Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
4). Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan
gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2). Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3). Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin.
4). Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

2. Anion, terdiri dari :


a. Chloride (Cl-) :
1). Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2). Membantu proses keseimbangan natrium.
3). Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4). Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1). Bagian dari bicarbonat buffer system.
2). Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam
untuk menurunkan PH.
3). Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1). Bagian dari fosfat buffer system.
2). Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3). Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang.
4). Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

2.3 FAKTOR-FAKTOR KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

13
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan
5L/hari.

3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.

5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh misalnya :

a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

14
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi
angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi
haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

6. Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan


elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

7. Pengobatan :

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada


kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

8. Pembedahan :

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami


gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.

2.4 PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika
tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk substansi tersebut.

15
Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya
tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan substansi melalui membran ada yang
secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak
membutuhkan energi.

Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses transport yaitu :

a. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fickslaw
of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2) Peningkatan permeabilitas.
3) Peningkatan luas permukaan difusi.
4) Berat molekul substansi.
5) Jarak yang ditempuh untuk difusi

b. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena
tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang
terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu
membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi
zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti
ini disebut dengan osmosis.

c. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan
hidrostatik

d. Transport aktif

16
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K.

2.5 PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian ginjal
seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva menyerap semua
bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.

Mekanisme rasa dahaga oleh ginjal:

Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neural yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi
jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga

b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara

17
pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara
konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasan air yang
jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.
c. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.

d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal,
cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari

e. Pengaturan Keseimbangan Cairan secara Hormonal


1) Anti diuretik hormone (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada duktus
koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.

2) Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorbs natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem angiotensin rennin dan sangat efektif
dalam mengendalikan hiperkalemia.

3) Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan
berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan
mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi
ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.

18
4) Glukokortikoid
Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume


cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan
dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion
bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan.

B. Saran

Mahasiswa sebaiknya harus belajar lagi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
serta hal-hal penting terkait dengan modul pembelajaran ini, juga perlu mempelajari lebih lanjut
lagi tentang gangguan keseimbangan yang akan terjadi jika terjadi masalah dengan cairan dan
elektrolit tubuh serta mahasiswa juga diharapkan lebih mengetahui ataupun mencari tahu lebih
banyak informasi sejelas jelasnya tentang permasalahan yang sedang dihadapi, seperti bertanya
kepada pakar, mencari dari buku dan lain-lain.

C.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com. Diakses


12 Mei 2012)
2. Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.
3. Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 12 Mei 2012.
4. Obet. (2010). Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/, Diakses
12 Mei 2012)
5. Silverthorn, Dee Unglaub. (2013). Fisiologi Manusia : Sebuah Pendekatan Terintegrasi Ed
6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6. Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

21

You might also like