Professional Documents
Culture Documents
Judul Praktikum
Hubungan Suhu Air dan DO dengan Aktivitas Ikan Mas (Cyprinus carpio).
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul diatas, rumusan masalah yang diangkat dari praktikum
ini antara lain:
1. Bagaimana hubungan DO dan Suhu air terhadap aktivitas ikan mas
(Cyprinus carpio)?
2. Bagaimana menghitung kadar DO yang berhubungan dengan aktivitas
ikan mas (Cyprinus carpio)?
III. Tujuan
Tujuan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain:
1. Mahasiswa mampu memahami hubungan DO dan Suhu air terhadap
aktivitas ikan mas (Cyprinus carpio).
2. Mahasiswa mampu menghitung kadar DO yangberhubungan dengan
aktivitas ikan mas (Cyprinus carpio).
IV. Dasar Teori
A. Adaptasi Organisme
Adaptasi diartikan merupakan kemampuan individu untuk
mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam
lebih banyak untuk mempertahankan hidupnya dalam relung yang
diduduki. Setiap organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada
berbagai macam keadaan lingkungan. Ada beberapa jenis adaptasi yang
dilakukan organisme yaitu; adaptasi morfologis, adaptasi fisiologis dan
adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh,
struktur tubuh atau alat-alat tubuh organisme terhadap
lingkungannya. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas.
Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai habitat dan
makanannya dan jenis mulut pada serangga.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi Fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat-alat
tubuh organisme terhadap lingkungannya. Adaptasi ini bisa berupa
enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya
enzim selulase oleh hewan memamah biak.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme
terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah laku. Seperti autotomi
yang di lakukan oleh cicak, mimikri yang dilakukan bunglon,
hibernasi dan estivasi.
Ikan merupakan organisme akuatik yang sebagian atau seluruh
hidupnya di lingkungan perairan, baik air tawar, payau maupun laut.
Organisme akuatik selalu menghadapi kondisi lingkungan yang selalu
berubah-ubah. Perubahan lingkungan inilah yang harus dapat disiasati
oleh organism akuatik agar mampu bertahan hidup. Ketika habitat
perairan tempat ikan hidup berubah, seperti diberi suatu perlakuan
percobaan, maka ikan akan melakukan perubahan-perubahan sistem dan
perubahan fisiologis yang ada dalam tubuhnya. Respon ini sebagai salah
satu upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar
keberlangsungan hidup ikan tetap terjaga. Respon ikan terhadap
perubahan lingkungannya dapat berupa respon biokimia, respon struktur
sel, respon fisiologis dan tingkah laku (Fitratunisa, 2014).
Menurut Fitratunisa (2014), ikan sensitif terhadap perubahan
variabel lingkungan hidupnya. Variabel lingkungan baik secara fisik
maupun kimia memiliki pengaruh nyata terhadap ikan. Variabel-variabel
yang mempengaruhi tersebut seperti pH, suhu, kekeruhan, intensitas
cahaya, salinitas, dan lain sebagainya. Pengaruh dari variabel ini
menimbulkan reaksi yang berbeda-beda tergantung jenis ikan. Seperti
tersekresinya mucus, terjadinya iritasi pada mata, berubahnya tingkah
laku ikan (aktif jadi pasif atau sebaliknya), kerusakan pada insang dan
bahkan kematian.
Keterangan :
V. Metode Praktikum
1. Alat
a. Termometer suhu 1 buah f. Statif 1 buah
b. Toples ukuran 3000 ml 4 buah g. Pipet 5 buah
c. Botol winkler 2 buah h. Gelas ukur 2 buah
d. Erlenmeyer 2 buah i. Alat pemanas air (hitter) 1 buah
e. Buret 1 buah
2. Bahan
a. Air suhu kamar 3000 mL e. MnSO4 20 mL
b. Air panas (80oC) 1000 mL f. KOH-KI 20 mL
c. Air es 2000 mL g. H2SO4 20 mL
d. Ikan mas 8 ekor h. Na2S2O3 40 mL
i. Larutan amilum 1% 10 mL
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Media Air
a. Toples A (beaker glass) diisi air suhu kamar 750 ml, kemudian memasukkan
2 ekor ikan.
b. Toples B diisi air panas (800C) dicampur air suhu kamar dengan
perbandingan volume 2:1 total volume 750 ml, kemudian memasukkan 2
ekor ikan.
c. Toples C diisi dengan air es 400 ml dicampur dengan air suhu kamar
sebanyak 350 ml, kemudian memasukkan 2 ekor ikan.
d. Toples D diisi dengan air es 600 ml dicampur dengan air suhu kamar
sebanyak 150 ml, kemudian memasukkan 2 ekor ikan.
2. Pengukuran suhu dan DO dari masing-masing media air
a. Pengukuran suhu
Memasukkan termometer pada masing-masing media air, kemudian dicatat
hasilnya ke dalam tabel.
b. Pengukuran kadar DO
1) Mengambil sampel air dengan botol winkler gelap, usahakan tidak ada
O2 yang terperangkap
2) Menambahkan MnSO4 2 ml dan KOH-KI 2 ml (dengan membuka botol
winkler secara kati-hati) kemudian dikocok pelan (membolak-balik botol
secara hati-hati hingga perekasi tercampur dengan air sampel). Diamkan
selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan.
3) Menambahkan H2SO4 pekat 2 ml ke dalam botol secara hati-hati,
mengocok botol hingga larutan tercampur, kemudian melakukan titrasi.
4) Mengambil 100 ml sampel yang mendapat perlakuan tadi dan
memasukka ke dalam erlenmeyer. Melakukan titrasi dengan Na2S2O3
sampai terjadi perubahan warna (dari coklat menjadi kuning muda).
Kemudian menambahakan amilum (1%) 10 tetes hingga tampak warna
biru dan melanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
5) Menghitung DO dengan rumus sebagai berikut :
a.N .8000
DO
vol.btl.Winkler 4
Keterangan :
a : volume titrasi yang dipakai
N : konstanta 0,025
6) Mencatat hasil ke dalam tabel.
7) Mengukur/ mengamati kegiatan meliputi pola gerakkan ikan dalam air
dan hitung dan hitung frekuensi membuka menutupnya operkulum per
satuan waktu tertentu (menit I, II, dan III).
8) Menganalisis data yang diperoleh.
C. Rancangan Percobaan
1. Media air
A B C D
Langsung dibawa
ke laboratorium
100 ml sample
dititrasi Na2S2O3
Ditambah larutan
MnSO4 2 ml Kuning muda
Biru
Dihomogenkan dan di
biarkan mengendap
1/3 botol Dititrasi Na2S2O3
Volume titran
Endapan hilang
DO
72 63 55 Gerakan
0 3,17
C 15 C lambat dan
ppm
70 60 51 berada di dasar
Keterangan:
Toples A : 750 ml air suhu kamar + 2 ekor ikan
Toples B : 500 ml air 80Oc + 250 ml air suhu kamar + 2 ekor ikan
Toples C : 400 ml air 80oC + 350 ml air suhu kamar + 2 ekor ikan
Toples D : 600 ml air 80Oc + 150 ml air suhu kamar + 2 ekor ikan
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan
mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992). Hal tersebut dapat
diamati dari perubahan gerakan operkulum ikan. Kisaran toleransi suhu antara
spesies ikan satu dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu
terendah yang dapat menyebabkan kematian berada tepat diatas titik beku,
sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas.
2005).
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka