You are on page 1of 18

I.

Judul Praktikum
Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 Pada Aktivitas Ikan Mas
(Cyprinus carpio) dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata).
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul diatas, rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu:
Bagaimana hubungan antara produsen dan konsumen di dalam ekosistem?
III. Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini yaitu :
Mempelajari hubungan antara produsen dan konsumen di dalam ekosistem.
IV. Dasar Teori
A. Pengertian DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut
di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik (Salmin 2000). Sumber DO di perairan adalah difusi langsung dari
atmosfer dan hasil fotosintesis organisme autotrof (Welch 1952). Menurut
Henderson-Sellers & Markland (1987), sumber utama oksigen terlarut di
perairan adalah difusi dari udara. Laju transfer oksigen tergantung pada
konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan, konsentrasi saturasi
oksigen, dan bervariasi sesuai kecepatan angin.
DO adalah salah satu parameter kualitas air terpenting yang ada di
perairan karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme akuatik
dan perubahan proses-proses kimia di perairan (Henderson-Sellers &
Markland 1987). Di lapisan permukaan konsentrasi oksigen relatif lebih
tinggi karena adanya proses difusi dan fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman, maka akan terjadi penurunan konsentrasi DO. Hal ini karena
proses fotosintesis semakin berkurang, oksigen semakin banyak digunakan
untuk respirasi organisme, dan oksidasi bahan-bahan organik (Salmin 2000).
B. Hubungan DO dan CO2 terhadap Aktivitas Organisme Air
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua
jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk perkembangan dan kehidupan
organisme. Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan,
aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat
menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam suatu
kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l,
maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik.
Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara akan
sangat lambat sehingga oksigen dalam air sangat sedikit. Oksigen terlarut yang
terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti
ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti
bakteri. Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran
makhluk hidup di dalam air. Menurut Sastrawijaya (2000), kepekatan oksigen
terlarut bergantung kepada :
a. Suhu.
b. Kehadiran tanaman fotosintesis.
c. Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan
air.
d. Tingkat kederasan aliran air.
e. Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang
mati atau limbah industri.

Karbondioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi


dari ikan dan fitoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui
menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa
karbon dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Karbondioksida dapat
juga terbentuk sebagai hasil metabolisme. Pada proses fotosintesis banyak
digunakan CO2 dan dikeluarkan O2. Hal ini akan dapat mempengaruhi
konsentrasi CO2 dalam air, yang bergantung pada kedalaman air tersebut
(Kristanto,2002). Batas maksimal CO2 untuk kehidupan biota air adalah 25
ppm, apabila melebihi angka tersebut maka akan mengakibatkan terganggunya
proses fisiologis biota air sampai berakibat pada kematian bagi suatu
organisme (Sastrawijaya, 2000).

C. Deskripsi Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan pemakan segala
(omnivora) dengan tubuh sedang. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif
panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir yaitu
sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Sisik ikan mas berukuran relatif lebih
besar dan digolongkan kedalam tipe sisik sikloid linea lateralis (gurat sisi),
terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai keujung

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio).


belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari tiga
baris yang berbentuk gigi geraham (Suseno, 2003).
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang
airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di
pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan
ketinggian 150-600 meter diatas permukaan air laut dan pada suhu 25-30C.
D. Deskripsi Hydrilla verticillata
Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang merupakan bagian dari
ekosistem danau dan berperan sebagai sumber daya baik langsung maupun
tidak langsung (Tanor, 2004). Tumbuhan air adalah tumbuhan yang tumbuh
di air atau sebagian siklus hidupnya berada di air. Keberadaan tumbuhan air
di perairan terbuka tidak selalu menimbulkan kerugian. Hydrilla verticillata

hidup secaraGambar 2. Hydrilla


submersum danverticillata
sering terdapat pada perairan-perairan
tergenang seperti danau atau waduk (Shofawie, 1990).
Menurut Silalahi (2010) Hydrilla verticillata memiliki ciri-ciri yaitu,
daun berukuran kecil berbentuk lanset yang tersusun mengelilingi batang.
Batangnya bercabang dan tumbuh mendatar sebagai stolon yang pada tempat
tertentu membentuk akar serabut. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
yang seluruh bagian tubuhnya tenggelam di bawah permukaan air.
Perkembangbiakan Hydrilla verticillata terjadi dengan pesat dengan adanya
stolon.
V. Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Toples
2. Rak tabung reaksi
3. Sumber cahaya
4. Kamar gelap 5
5. Botol winkler gelap
6. Erlenmeyer
7. Pipet
8. Gelas ukur
Bahan :
1. Ikan Mas
2. Hydrilla sp.
3. MnSO4
4. KOH KI
5. Larutan Amilum
6. Na2S2O3
7. Phenolphelin
B. Cara Kerja
1. Disiapkan dua percobaan A dan B, masing masing terdiri dari empat
toples. Toples kemudian ditandai dengan label A1, A2, A3, A4, dan B1,
B2, B3, B4.
2. Setiap toples diisi dengan air sampai permukaan kira kira 20 mm di
bawah mulut toples.
3. Ikan dimasukkan ke dalam toples A1 dan B1, kemudian ikan dan
tumbuhan Hydrilla sp., dimasukkan ke dalam toples A2 dan B2,
selanjutnya tumbuhan Hydrilla sp., saja dimasukkan ke dalam toples A3
dan B3, dan toples A4 dan B4 tidak dimasukkan ikan ataupun Hydrilla sp.
4. Toples ditutup dengan rapat, usahakan tutup toples tidak bocor.
5. Toples A1 sampai A4 diletakkan dalam tempat yang terang (terkena
cahaya) dan toples B1 sampai B4 diletakkan dalam tempat yang gelap.
6. Toples didiamkan selama 48 jam, setelah 48 jam dilihat perubahan yang
terjadi. Dicatat bilamana terjadi perubahan pada ikan maupun Hydrilla.
7. Setelah pengamatan selesai, dilakukan pengukuran terhadap kadar DO dan
CO2 dengan metode sebagai berikut :
Mengukur kadar DO (Dissolved Oxygen)
a. Sampel air diambil dengan botol Winkler gelap, usahakan
tidak ada O2 yang terperangkap.
b. Ditambahkan MnSO4 2 ml dan KOH.KI 2 ml (dengan
membuka botol winkler secara hati hati. Dikocok pelan
(membolak balik botol secara hati hati hingga pereaksi
tercampur dengan sampel air).
Didiamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan.
c. Ditambahkan H2SO4 pekat 2 ml kedalam botol secara hati
hati, botol dikocok hingga larutan tercampur, kemudian
dilakukan titrasi.
d. Diambil 100 ml sampel yang telah mendapat perlakuan dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer. Dilakukan titrasi dengan
Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna (dari coklat menjadi
kuning muda). Kemudian ditambahkan amilum (1%) 10 tetes
hingga tampak warna biru dan dilanjutkan titrasi dengan
Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
e. Dihitung dengan rumus DO sebagai berikut :
DO = a . N . 8000
Vol.btl.Winkler 4
Keterangan : a = volume titrasi yang dipakai
N = konstanta 0,025
Mengukur kadar O2
a. Sampel air diambil dengan botol winkler
b. Dituangkan 100 ml air sampel kedalam erlenmeyer dan
ditambahkan 10 tetes larutan pp. Jika ada perubahan warna
pink atau merah muda berarti kandungan CO 2 nya 0. Bila tetap
jernih maka dititrasi dengan larutan NaOH hingga warna
merah muda. Jumlah larutan NaOH yang terpakai merupakan
konsentrasi CO2 dalam ppm. Misalnya 2 ml berarti 2 ppm.
C. Rancangan Percobaan
1. Mengukur kadar DO (Dissolved Oxygen)
3
1 Memasukkan ikan
Menyiapkan dua
2
Menambahkan MnSO4 2 kedalam botol A1
percobaan AMengambil Mengisi setiap dan B1, dalam botol
dan B ml dan KOH KIbotol
2 ml lalu Menambahkan
A2 dan B2 ikan dan
yang masing-masing
sampel air dengan dengan air sampai
terdiri dari 4 botol
dikocok pelan hingga
permukaan 20 mm tumbuhan
H2SO pekat 2Hydrilla
ml,
botol winkler
(tandai dengan kode tercampur
dibawah dan
mulut botol sp.,4botol A3 dan B3
gelap (usahan lalu dikocok Hydrilla
tumbuhan dan
A1, A2, A3, A4 dan ditunggu selama 10
tidak dilakukan titrasibotol
sp. saja, Serta
B1, B2, B3, B4)ada O2 menit dan terbentuk A4 dan B4 sebagai
dua lapisan. kontrol

5 Mengambil 100 ml sampel yang


6 Mengamati semuatelah diberi perlakuan lalu 4dititrasi
Mengamati semua botol setelah 48 jam, dengan Na2S2O3 hingga warna
botol setelah 48 jam, dan mengamati Menutup semua
hasil
dan mengamati Menghitung DO
perubahan pada ikan
berubah jadi kuning
tabungmuda
dengan rapat
perubahan pada ikan maupun Hydrilla spkemudian ditambah amilum 1% 10
maupun Hydrilla sp tetes hingga warna biru dilanjut
titrasi Na2S2O3 hingga warna biru
hilang

7 8
Mengukur kadar DO Hasil
dan CO2

2. Mengukur kadar CO2

Sampel air dengan Menuangkan 100 ml


botol winkler sampel ditambah
larutan pp 10 tetes

Hasil Mengamati
poerubahan warna
VI. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada Aktivitas Ikan Mas
(Cyprinus carpio) dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata)

Perlakuan Terang Gelap

Kondisi A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4

DO (ppm) 1,3 2,44 2,60 3,33 1,06 1,63 3,41 4,87

CO2 (ppm) 0,6 0,4 0,2 0,3 0,8 1,2 0,4 0,3

Hydrilla
Hijau Hijau Hijau Hijau
(Hydrilla
muda tua muda tua
verticillata)

Ikan mas Mati, Mati, Mati, Mati,


(Cyprinus putih, putih, putih, putih,
carpio) berlendir berlendir berlendir berlendir

Berdasarkan tabel data yang diperoleh, juga didapatkan hasil berupa grafik, yaitu

Histogram Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada Aktivitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata)

5
4.5
4
3.5
3
Kadar Klorofil 2.5
DO (ppm) CO2 (ppm)
2
1.5
1
0.5
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4

Jenis Tanaman

Gambar 1. Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada setiap perlakuan

VII. Analisis Data


Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisis bahwa terdapat empat
perlakuan yang digunakan, yakni DO, CO2, Hydrilla sp., serta Ikan Mas. Terdapat
dua percobaan yaitu A dan B, yang mana A merupakan percobaan pada tempat
terang sedangkan B merupakan percobaan pada tempat gelap. Pada botol A1 dan
B1 berisi ikan, botol A2 dan B2 berisi ikan dan Hydrilla sp., botol A3 dan B3
berisi tumbuhan Hydrilla sp., sedangkan botol A4 dan B4 tidak diisi ikan ataupun
Hydrilla sp.
Pada botol A1 didapatkan nilai DO sebesar 1,3 ppm, CO 2 0,6 ppm, dan
kondisi ikan mati, putih, berlendir. Pada botol A2 didapatkan nilai DO sebesar
2,44 ppm, CO2 0,4 ppm, tumbuhan Hydrilla sp. berwarna hijau muda, dan kondisi
ikan mati, putih, berlendir. Pada botol A3 didapatkan nilai DO sebesar 2,60 ppm,
CO2 0,2 ppm, tumbuhan Hydrilla sp. berwarna hijau tua. Pada botol A4
didapatkan nilai DO sebesar 3,33 ppm, CO2 0,3 ppm.
Pada botol B1 didapatkan nilai DO sebesar 1,06 ppm, CO2 0,8 ppm,
dan kondisi ikan mati, putih, berlendir. Pada botol B2 didapatkan nilai DO sebesar
1,63 ppm, CO2 1,2 ppm, tumbuhan Hydrilla sp. berwarna hijau muda, dan kondisi
ikan mati, putih, berlendir. Pada botol B3 didapatkan nilai DO sebesar 3,41 ppm,
CO2 0,4 ppm, dan tumbuhan Hydrilla sp. berwarna hijau tua. Pada botol B4
didapatkan nilai DO sebesar 4,87 ppm, CO2 0,3 ppm.

VIII. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat diketahui bahwa
kadar oksigen (O2) terlarut dan kadar karbondioksida (CO2) mempengaruhi
aktivitas ikan mas (Cyprinus carpio) dan tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata).
Kadar O2 dan CO2 dipengaruhi oleh keberadaan organisme air di dalam ekosistem
tersebut sebagai hubungan antara produsen dan konsumen. Tumbuhan Hydrilla
mempengaruhi tingginya kelarutan O2 dan rendahnya CO2 dalam perairan karena
dari O2 dapat dihasilkan dari proses fotosintesis menyebabkan kadar O2 tinggi
dalam air. Kadar CO2 rendah karena diabsorbsi tumbuhan untuk melangsungkan
fotosintesis tersebut.
Pada media A1 dengan diletakkan pada kondisi terang yang berisi air
dan ikan diperoleh kadar DO terendah yakni sebesar 1,3 ppm. Pengamatan hari ke
dua ikan mati, kondisi air keruh dan berbau amis. Ikan mati karena kadar O2 yang
terlarut tidak mencukupi kebutuhan respirasi ikan. Hal ini sesuai dengan
penentuan kadar DO beradasarkan Swingle dalam Boyd, (1988), dalam penentuan
tersebut menyebutkan kadar DO antara 0,3 1 akan menyebabkan kematian ikan
jika berlangsung dalam waktu lama. Hal ini berarti ikan tidak dapat bertahan
hidup apabila kadar DO yang berkisar angka tersebut dalam jangka waktu pendek,
namun terbatas dalam aktivitas dan pergerakannya. Praktikum ini dilaksanakan
selama 2 hari (tidak dalam waktu yang lama) sehingga ikan tidak dapat bertahan
hidup. Kadar DO yang rendah disebabkan tidak adanya tumbuhan air yang dapat
menghasilkan O2, dimana O2 terlarut bergantung dari DO awal sebelum toples
ditutup rapat, sedangkan kebutuhan O2 terus meningkat menyebabkan semakin
lama DO semakin berkurang. Air keruh disebabkan dari hasil ekskresi ikan yang
berupa feses dan sisametabolisme lain. Feses mengandung amonia dan nitrogen
tinggi serta tidak adanya tumbuhan air yang mengalir sehingga senyawa tersebut
terakumulasi sehingga menyebabkan bau amis pada air. Sedangkan kadar CO2
pada media A1 didapatkan nilai tertinggi yakni sebesar 0,6 ppm karne CO 2 di
dalam air dihasilkan dari hasil respirasi ikan mas. Menurut Barus (2002),
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan
organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses dekomposisi
atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam keadaan yang
berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa jenis ikan
sehingga menyebabkan ikan mas mati.
Pada media A2 perlakuan terang diperoleh kadar DO tertinggi ketiga
setelah didiamkan selama dua hari yaitu sebesar 2,44 ppm dimana media A2 berisi
air, ikan mas dan tanaman Hydrilla. Hal ini karena didukung dari hasil fotosintesis
dan keadaan ruangan terang yang menghasilkan O2 dan karbohidrat sebagi hasil
fotosintesis. Adanya ikan dalam toples tersebut menyebabkan kadar DO lebih
rendah karena O2 hasil respirasi tanaman Hydrilla digunakan ikan mas untuk
bertahan hidup. Air tidak begitu keruh dan amis karena hadirnya tumbuhan air
yang dapat mengabsorbsi senyawa N dan NH3 sebagai hasil ekskresi ikan.
Keadaan Hydrilla segar dan berwarna hijau tua karena mendapatkan cahaya
matahari yang optimal sehingga dapat melangsungkan fotosintesis dan
pembentukan klorofil, namun tidak sesegar pada media A3 dimana tidak ada
pengaruh dari hasil eksresi ikan mas. Sedangkan kadar CO2 yang diperoleh yaitu
sebesar 0,4 ppm dimana nilai ini merupakan nilai tertinggi kedua pada perlakuan
terang. Menurut Zonnoveld (1991), kelarutan karbondioksida (CO2) menurun
diperairan, seiring dengan menurunnya proses respirasi yang dilakukan oleh
organisme yang ada dalam perairan. Pada siang hari proses respirasi menurun
disuatu perairan karena yang melakukan proses respirasi hanya organisme berupa
ikan sedangkan fitoplankton tidak melakukan respirasi melainkan hanya
melakukan fotosintesis.
Pada media A3 perlakuan terang diperoleh kadar DO tertinggi kedua
setelah didiamkan selama dua hari yaitu sebesar 2,60 ppm dimana media A3 berisi
air dan tanaman Hydrilla. Hal ini karena dalam media tersebut hanya terdapat
Hydrilla dan air sehingga kadar DO selalu bertambah dan tidak berkurang.
Hydrilla segar berwarna hijau tua karena dapat melangsungkan fotosintesis
dan pembentukan klorofil. Menurut Dwidjoseputro (1994), Fotosintesis hanya
berlangsung jika ada cukup cahaya dan bahwa fotosintesis atau asimilasi zat
karbon itu suatu proses, dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh korofil
diubah menjadi zat organik karbohidrat dan O2 dengan pertolongan sinar. Air
berwarna jernih karena tidak ada ikan yang membuang hasil ekskresi pada air.
Kadar CO2 sebesar 0,2 ppm merupakan nilai terkecil pada perlakuan terang karena
CO2 selalu digunakan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis tanpa
diimbangi dengan adanya penambahan CO2. Sehingga kadar CO2 semakin rendah
seiring berjalannya waktu.
Pada perlakuan terang, diperoleh hasil bahwa kadar DO tertinggi
setelah perlakuan didiamkan selama dua hari ada pada perlakuan A4 dimana
media hanya berisi air tanpa adanya aktivitas dari ikan mas maupun tanaman
hydrilla yaitu sebesar 3,33 ppm. Hal ini karena kadar O2 terlarut tidak mengalami
adanya perubahan akibat aktivitas konsumen dan produsen didalamnya sehingga
kadar O2 tidak mengalami kenaikan atau penurunan nilai. Begitupun pada kadar
CO2 yang tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan karna tidak ada pengaruh
aktivitas konsumen dan produsen di dalam media yaitu sebesar 0,3 ppm.
Pada perlakuan gelap, tidak adanya pancaran sinar matahari dapat
mempengaruhi aktivitas makhluk hidup di dalamnya. Pada perlakuan B1
diperoleh hasil kadar DO terendah yakni sebesar 1,06 ppm. Pada kadar tersebut
sudah terjadi pengurangan O2 hasil dari dekomposisi bangkai ikan. Hadirnya
seekor ikan menambah kandungan karbondioksida (CO2) terlarut tertinggi kedua
yakni sebesar 0,8 ppm. Hal ini disebabkan aktivitas ikan melakukan respirasi
dengan melepaskan karbondioksida ke air. Hal ini berkebalikan dengan kadar
oksigen, tidak adanya tumbuhan air dan plankton menyebabkan tidak ada
organisme yang dapat menghasilkan oksigen, sedangkan oksigen selalu
dibutuhkan ikan untuk melakukan respirasi. Ketika kadar oksigen dalam air habis
karena toples tertutupdan oksigen selalu digunakan dan tidak ada penghasilnya
menyebabkan ikan mati. Matinya ikan menyebabkan air keruh dan berbau amis
karena terjadi dekomposisi dari bangkai ikan. Penyebab utama berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang
banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung (Hadic dan
Jatna, 1998).
Pada media B2, didapatkan hasil kadar DO tertinggi ketiga yakni
sebesar 1,63 ppm. Namun nilainya masih lebih rendah dibandingkan dengan
media A2 pada perlakuan terang. Hal ini berkaitan dengan kondisi media yang
gelap dan menghambat proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman Hydrilla
sehingga hasil oksigen terlarut juga berkurang. Ketersediaan oksigen dalam
perairan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses respirasi dan
fotosintesis, selain itu juga secara langsung dipengaruhi kualitas air. Aktifitas
respirasi organisme dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut
dalam air. Terlebih lagi pada keadaan gelap, karena saat itu proses fotosintesis
tidak terjadi sehingga tumbuhan dan hewan bersaing untuk mendapatkan oksigen.
Air sebagai media tempat hidupnya tidak begitu keruh dibandingkan pada media
B1, serta bau air juga tidak begitu amis dibandingkan pada media B1. Hal ini
karena hadirnya hydrilla yang terdapat dalam toples sehinggadapat mengabsorbsi
senyawa-senyawa kimia (hasil ekskresi ikan) yang terdapat dalamair, serta
menyerap CO2 air untuk melangsungkan fotosintesis. Hal ini didukung dari data
yang diperoleh dimana kadar CO2 pada media B2 yakni sebesar 1,2 ppm.
Pada media B3, didapatkan hasil kadar DO tertinggi kedua yakni
sebesar 3,41 ppm. Nilai yang diperoleh seharusnya lebih rendah dibandingkan
media A3 karena pada media B3 tidak terdapat sinar matahari yang membantu
tanaman hydrilla dalam melakukan fotosintesis. Hal ini diduga karena kesalahan
praktikan dalam menghitung kadar DO sehingga hasil yang diperoleh tidak
signifikan. Tanaman hydrilla pada media B3 terlihat hijau tua namun tidak sesegar
pada perlakuan A3 karena kurangnya asupan energy dari sinar matahari sehingga
menghambat proses terbentuknya klorofil. Air berwarna jernih karena tidak ada
ikan yang membuang hasil ekskresi pada air. Kadar CO2 diperoleh sebesar 0,4
ppm dimana hasil ini merupakan nilai terendah kedua pada perlakuan gelap. Hal
ini berhubungan dengan hasil buangan fotosintesis pada tanaman hydrilla, dimana
karena kondisi yang kurang cahaya menyebabkan tanaman sulit melakukan
fotosintesis sehingga hasil buangannya berupa CO2 juga rendah.
Pada media B4, didapatkan hasil kadar DO tertinggi pada perlakuan
gelap yakni sebesar 4,87 ppm. Nilai yang diperoleh juga seharusnya lebih rendah
dibandingkan media A4 karena pada media B4 tidak terdapat sinar matahari. Hal
ini diduga karena kesalahan praktikan dalam menghitung kadar DO sehingga hasil
yang diperoleh tidak signifikan. Perlakuan ini sebagai kontrol perlakuan dimana
hanya berisi air tidak ada hydrilla dan ikan, sehingga DO dan CO2 tidak ada
penambahan sama sekali. Kadar CO2 sebesar 0,3 ppm.
Hubungan produsen (tanaman hydrilla) dan konsumen (ikan)
merupakan hubungan yang saling melengkapi, dimana tumbuhan air dapat
menyerap CO2 sebagai hasil respirasi ikan dan mengubahnya menjadi O2 sebagai
bahan baku respirasi ikan. Tidak adanya satu diantara keduanya menyebabkan
ekosistem perairan terganggu.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara produsen dan konsumen yaitu keberadaan ikan
mas (Cyprinus carpio) dan tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata) di dalam
ekosistem terhadap kadar O2 terlarut dan kadar CO2.

X. Daftar Pustaka
Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan: USU-Press.
Boyd, C.E. 1981. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Auburn: Auburn
University. Effendi dan Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta:
Kanisius

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham


publishing Co. Birmingham, Albama.

Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia


Jakarta.

Henderson-Sellers B & Markland HR. 1987. Decaying Lakes: The origins and
control of cultural eutrophication. John Wiley and Sons Ltd. Great Britain.

Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta:

Andi. Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba,
Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang
(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal
42 46
Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Shofawie, A. T. 1990. Studi tentang Kemampuan Konsumsi Harian Ikan Koan


(Ctenopharyngodon idella) terhadap Ganggang (Hydrilla verticillata).
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan


Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. [Tesis].
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Suseno (2003), Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas, Penebar Swadaya,


Jakarta.

Tanor, M. N. 2004. Hydrilla verticillata sebagai Sumber Hara pada Sistem


Budidaya Kacang Tanah. Eugenia. 10(1): 92.

Welch, P. S. 1952. Lymnologi. Mc. Graw - Hill publication. New York.

Wetzel, R.G. 2001. Lymnology Lake and River Ecosytem 3rd Ed. Academic
Press. London.

Zonneveld, N., Husiman, E.A., dan Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

XI. Lampiran
Perhitungan Nilai DO
Untuk menghitung nilai DO, digunakan rumus :
DO =

o Nilai DO A1
a = 0,9 ml + 0,7 ml = 1,6 ml

DO A1 = = 1,3 ppm
o Nilai DO A2
a = 2,2 ml + 0,8 ml = 3 ml

DO A2 = = 2,44 ppm
o Nilai DO A3
a = 2,4 ml + 0,8 ml = 3,2 ml

DO A3 = = 2,60 ppm
o Nilai DO A4
a = 1,9 ml + 2,2 ml = 4,1 ml

DO A4 = = 3,33 ppm
o Nilai DO B1
a = 0,7 ml + 0,6 ml = 1,3 ml

DO B1 = = 1,06 ppm
o Nilai DO B2
a = 1 ml + 1 ml = 2 ml

DO B2 = = 1,63 ppm
o Nilai DO B3
a = 2,2 ml + 2 ml = 4,2 ml

DO B3 = = 3,41 ppm
o Nilai DO A4
a = 3,2 ml + 2,8 ml = 6 ml

DO A4 = = 4,87 ppm
Dokumentasi Praktikum

Perlakuan pada kondisi gelap dan


Larutan yang dipersiapkan untuk terang setelah didiamkan selama
pengujian kadar O2 terlarut dan dua hari
CO2

Perlakuan pada kondisi gelap dan


terang sebelum didiamkan selama dua Menuangkan 100 ml sampel air untuk
hari pengujian kadar CO2
Titrasi menggunakan larutan PP untuk Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
menghitung kadar CO2 media A1

Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
media A2 media A3
Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
media A4 media B1

Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
media B2 media B2

Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 media B4


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
EKOFISIOLOGI

Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada Aktivitas Ikan Mas (Cyprinus carpio)
dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata)

Disusun Oleh:

1. Rizqa Ari Mufadilla (14030244012)


2. Capriati Annisa Bening (14030244019)
3. Qurrotul Aini Wasilah (14030244021)
4. Hanif Fauzan (14030244027)

BIOLOGI 2014

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017

You might also like