Professional Documents
Culture Documents
Judul Praktikum
Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 Pada Aktivitas Ikan Mas
(Cyprinus carpio) dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata).
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul diatas, rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu:
Bagaimana hubungan antara produsen dan konsumen di dalam ekosistem?
III. Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini yaitu :
Mempelajari hubungan antara produsen dan konsumen di dalam ekosistem.
IV. Dasar Teori
A. Pengertian DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut
di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik (Salmin 2000). Sumber DO di perairan adalah difusi langsung dari
atmosfer dan hasil fotosintesis organisme autotrof (Welch 1952). Menurut
Henderson-Sellers & Markland (1987), sumber utama oksigen terlarut di
perairan adalah difusi dari udara. Laju transfer oksigen tergantung pada
konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan, konsentrasi saturasi
oksigen, dan bervariasi sesuai kecepatan angin.
DO adalah salah satu parameter kualitas air terpenting yang ada di
perairan karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme akuatik
dan perubahan proses-proses kimia di perairan (Henderson-Sellers &
Markland 1987). Di lapisan permukaan konsentrasi oksigen relatif lebih
tinggi karena adanya proses difusi dan fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman, maka akan terjadi penurunan konsentrasi DO. Hal ini karena
proses fotosintesis semakin berkurang, oksigen semakin banyak digunakan
untuk respirasi organisme, dan oksidasi bahan-bahan organik (Salmin 2000).
B. Hubungan DO dan CO2 terhadap Aktivitas Organisme Air
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua
jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk perkembangan dan kehidupan
organisme. Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan,
aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat
menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam suatu
kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l,
maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik.
Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara akan
sangat lambat sehingga oksigen dalam air sangat sedikit. Oksigen terlarut yang
terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti
ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti
bakteri. Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran
makhluk hidup di dalam air. Menurut Sastrawijaya (2000), kepekatan oksigen
terlarut bergantung kepada :
a. Suhu.
b. Kehadiran tanaman fotosintesis.
c. Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan
air.
d. Tingkat kederasan aliran air.
e. Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang
mati atau limbah industri.
7 8
Mengukur kadar DO Hasil
dan CO2
Hasil Mengamati
poerubahan warna
VI. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada Aktivitas Ikan Mas
(Cyprinus carpio) dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata)
Kondisi A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4
CO2 (ppm) 0,6 0,4 0,2 0,3 0,8 1,2 0,4 0,3
Hydrilla
Hijau Hijau Hijau Hijau
(Hydrilla
muda tua muda tua
verticillata)
Berdasarkan tabel data yang diperoleh, juga didapatkan hasil berupa grafik, yaitu
Histogram Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada Aktivitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata)
5
4.5
4
3.5
3
Kadar Klorofil 2.5
DO (ppm) CO2 (ppm)
2
1.5
1
0.5
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4
Jenis Tanaman
Gambar 1. Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada setiap perlakuan
VIII. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat diketahui bahwa
kadar oksigen (O2) terlarut dan kadar karbondioksida (CO2) mempengaruhi
aktivitas ikan mas (Cyprinus carpio) dan tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata).
Kadar O2 dan CO2 dipengaruhi oleh keberadaan organisme air di dalam ekosistem
tersebut sebagai hubungan antara produsen dan konsumen. Tumbuhan Hydrilla
mempengaruhi tingginya kelarutan O2 dan rendahnya CO2 dalam perairan karena
dari O2 dapat dihasilkan dari proses fotosintesis menyebabkan kadar O2 tinggi
dalam air. Kadar CO2 rendah karena diabsorbsi tumbuhan untuk melangsungkan
fotosintesis tersebut.
Pada media A1 dengan diletakkan pada kondisi terang yang berisi air
dan ikan diperoleh kadar DO terendah yakni sebesar 1,3 ppm. Pengamatan hari ke
dua ikan mati, kondisi air keruh dan berbau amis. Ikan mati karena kadar O2 yang
terlarut tidak mencukupi kebutuhan respirasi ikan. Hal ini sesuai dengan
penentuan kadar DO beradasarkan Swingle dalam Boyd, (1988), dalam penentuan
tersebut menyebutkan kadar DO antara 0,3 1 akan menyebabkan kematian ikan
jika berlangsung dalam waktu lama. Hal ini berarti ikan tidak dapat bertahan
hidup apabila kadar DO yang berkisar angka tersebut dalam jangka waktu pendek,
namun terbatas dalam aktivitas dan pergerakannya. Praktikum ini dilaksanakan
selama 2 hari (tidak dalam waktu yang lama) sehingga ikan tidak dapat bertahan
hidup. Kadar DO yang rendah disebabkan tidak adanya tumbuhan air yang dapat
menghasilkan O2, dimana O2 terlarut bergantung dari DO awal sebelum toples
ditutup rapat, sedangkan kebutuhan O2 terus meningkat menyebabkan semakin
lama DO semakin berkurang. Air keruh disebabkan dari hasil ekskresi ikan yang
berupa feses dan sisametabolisme lain. Feses mengandung amonia dan nitrogen
tinggi serta tidak adanya tumbuhan air yang mengalir sehingga senyawa tersebut
terakumulasi sehingga menyebabkan bau amis pada air. Sedangkan kadar CO2
pada media A1 didapatkan nilai tertinggi yakni sebesar 0,6 ppm karne CO 2 di
dalam air dihasilkan dari hasil respirasi ikan mas. Menurut Barus (2002),
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan
organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses dekomposisi
atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam keadaan yang
berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa jenis ikan
sehingga menyebabkan ikan mas mati.
Pada media A2 perlakuan terang diperoleh kadar DO tertinggi ketiga
setelah didiamkan selama dua hari yaitu sebesar 2,44 ppm dimana media A2 berisi
air, ikan mas dan tanaman Hydrilla. Hal ini karena didukung dari hasil fotosintesis
dan keadaan ruangan terang yang menghasilkan O2 dan karbohidrat sebagi hasil
fotosintesis. Adanya ikan dalam toples tersebut menyebabkan kadar DO lebih
rendah karena O2 hasil respirasi tanaman Hydrilla digunakan ikan mas untuk
bertahan hidup. Air tidak begitu keruh dan amis karena hadirnya tumbuhan air
yang dapat mengabsorbsi senyawa N dan NH3 sebagai hasil ekskresi ikan.
Keadaan Hydrilla segar dan berwarna hijau tua karena mendapatkan cahaya
matahari yang optimal sehingga dapat melangsungkan fotosintesis dan
pembentukan klorofil, namun tidak sesegar pada media A3 dimana tidak ada
pengaruh dari hasil eksresi ikan mas. Sedangkan kadar CO2 yang diperoleh yaitu
sebesar 0,4 ppm dimana nilai ini merupakan nilai tertinggi kedua pada perlakuan
terang. Menurut Zonnoveld (1991), kelarutan karbondioksida (CO2) menurun
diperairan, seiring dengan menurunnya proses respirasi yang dilakukan oleh
organisme yang ada dalam perairan. Pada siang hari proses respirasi menurun
disuatu perairan karena yang melakukan proses respirasi hanya organisme berupa
ikan sedangkan fitoplankton tidak melakukan respirasi melainkan hanya
melakukan fotosintesis.
Pada media A3 perlakuan terang diperoleh kadar DO tertinggi kedua
setelah didiamkan selama dua hari yaitu sebesar 2,60 ppm dimana media A3 berisi
air dan tanaman Hydrilla. Hal ini karena dalam media tersebut hanya terdapat
Hydrilla dan air sehingga kadar DO selalu bertambah dan tidak berkurang.
Hydrilla segar berwarna hijau tua karena dapat melangsungkan fotosintesis
dan pembentukan klorofil. Menurut Dwidjoseputro (1994), Fotosintesis hanya
berlangsung jika ada cukup cahaya dan bahwa fotosintesis atau asimilasi zat
karbon itu suatu proses, dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh korofil
diubah menjadi zat organik karbohidrat dan O2 dengan pertolongan sinar. Air
berwarna jernih karena tidak ada ikan yang membuang hasil ekskresi pada air.
Kadar CO2 sebesar 0,2 ppm merupakan nilai terkecil pada perlakuan terang karena
CO2 selalu digunakan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis tanpa
diimbangi dengan adanya penambahan CO2. Sehingga kadar CO2 semakin rendah
seiring berjalannya waktu.
Pada perlakuan terang, diperoleh hasil bahwa kadar DO tertinggi
setelah perlakuan didiamkan selama dua hari ada pada perlakuan A4 dimana
media hanya berisi air tanpa adanya aktivitas dari ikan mas maupun tanaman
hydrilla yaitu sebesar 3,33 ppm. Hal ini karena kadar O2 terlarut tidak mengalami
adanya perubahan akibat aktivitas konsumen dan produsen didalamnya sehingga
kadar O2 tidak mengalami kenaikan atau penurunan nilai. Begitupun pada kadar
CO2 yang tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan karna tidak ada pengaruh
aktivitas konsumen dan produsen di dalam media yaitu sebesar 0,3 ppm.
Pada perlakuan gelap, tidak adanya pancaran sinar matahari dapat
mempengaruhi aktivitas makhluk hidup di dalamnya. Pada perlakuan B1
diperoleh hasil kadar DO terendah yakni sebesar 1,06 ppm. Pada kadar tersebut
sudah terjadi pengurangan O2 hasil dari dekomposisi bangkai ikan. Hadirnya
seekor ikan menambah kandungan karbondioksida (CO2) terlarut tertinggi kedua
yakni sebesar 0,8 ppm. Hal ini disebabkan aktivitas ikan melakukan respirasi
dengan melepaskan karbondioksida ke air. Hal ini berkebalikan dengan kadar
oksigen, tidak adanya tumbuhan air dan plankton menyebabkan tidak ada
organisme yang dapat menghasilkan oksigen, sedangkan oksigen selalu
dibutuhkan ikan untuk melakukan respirasi. Ketika kadar oksigen dalam air habis
karena toples tertutupdan oksigen selalu digunakan dan tidak ada penghasilnya
menyebabkan ikan mati. Matinya ikan menyebabkan air keruh dan berbau amis
karena terjadi dekomposisi dari bangkai ikan. Penyebab utama berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang
banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung (Hadic dan
Jatna, 1998).
Pada media B2, didapatkan hasil kadar DO tertinggi ketiga yakni
sebesar 1,63 ppm. Namun nilainya masih lebih rendah dibandingkan dengan
media A2 pada perlakuan terang. Hal ini berkaitan dengan kondisi media yang
gelap dan menghambat proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman Hydrilla
sehingga hasil oksigen terlarut juga berkurang. Ketersediaan oksigen dalam
perairan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses respirasi dan
fotosintesis, selain itu juga secara langsung dipengaruhi kualitas air. Aktifitas
respirasi organisme dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut
dalam air. Terlebih lagi pada keadaan gelap, karena saat itu proses fotosintesis
tidak terjadi sehingga tumbuhan dan hewan bersaing untuk mendapatkan oksigen.
Air sebagai media tempat hidupnya tidak begitu keruh dibandingkan pada media
B1, serta bau air juga tidak begitu amis dibandingkan pada media B1. Hal ini
karena hadirnya hydrilla yang terdapat dalam toples sehinggadapat mengabsorbsi
senyawa-senyawa kimia (hasil ekskresi ikan) yang terdapat dalamair, serta
menyerap CO2 air untuk melangsungkan fotosintesis. Hal ini didukung dari data
yang diperoleh dimana kadar CO2 pada media B2 yakni sebesar 1,2 ppm.
Pada media B3, didapatkan hasil kadar DO tertinggi kedua yakni
sebesar 3,41 ppm. Nilai yang diperoleh seharusnya lebih rendah dibandingkan
media A3 karena pada media B3 tidak terdapat sinar matahari yang membantu
tanaman hydrilla dalam melakukan fotosintesis. Hal ini diduga karena kesalahan
praktikan dalam menghitung kadar DO sehingga hasil yang diperoleh tidak
signifikan. Tanaman hydrilla pada media B3 terlihat hijau tua namun tidak sesegar
pada perlakuan A3 karena kurangnya asupan energy dari sinar matahari sehingga
menghambat proses terbentuknya klorofil. Air berwarna jernih karena tidak ada
ikan yang membuang hasil ekskresi pada air. Kadar CO2 diperoleh sebesar 0,4
ppm dimana hasil ini merupakan nilai terendah kedua pada perlakuan gelap. Hal
ini berhubungan dengan hasil buangan fotosintesis pada tanaman hydrilla, dimana
karena kondisi yang kurang cahaya menyebabkan tanaman sulit melakukan
fotosintesis sehingga hasil buangannya berupa CO2 juga rendah.
Pada media B4, didapatkan hasil kadar DO tertinggi pada perlakuan
gelap yakni sebesar 4,87 ppm. Nilai yang diperoleh juga seharusnya lebih rendah
dibandingkan media A4 karena pada media B4 tidak terdapat sinar matahari. Hal
ini diduga karena kesalahan praktikan dalam menghitung kadar DO sehingga hasil
yang diperoleh tidak signifikan. Perlakuan ini sebagai kontrol perlakuan dimana
hanya berisi air tidak ada hydrilla dan ikan, sehingga DO dan CO2 tidak ada
penambahan sama sekali. Kadar CO2 sebesar 0,3 ppm.
Hubungan produsen (tanaman hydrilla) dan konsumen (ikan)
merupakan hubungan yang saling melengkapi, dimana tumbuhan air dapat
menyerap CO2 sebagai hasil respirasi ikan dan mengubahnya menjadi O2 sebagai
bahan baku respirasi ikan. Tidak adanya satu diantara keduanya menyebabkan
ekosistem perairan terganggu.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara produsen dan konsumen yaitu keberadaan ikan
mas (Cyprinus carpio) dan tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata) di dalam
ekosistem terhadap kadar O2 terlarut dan kadar CO2.
X. Daftar Pustaka
Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan: USU-Press.
Boyd, C.E. 1981. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Auburn: Auburn
University. Effendi dan Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta:
Kanisius
Henderson-Sellers B & Markland HR. 1987. Decaying Lakes: The origins and
control of cultural eutrophication. John Wiley and Sons Ltd. Great Britain.
Andi. Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba,
Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang
(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal
42 46
Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wetzel, R.G. 2001. Lymnology Lake and River Ecosytem 3rd Ed. Academic
Press. London.
Zonneveld, N., Husiman, E.A., dan Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
XI. Lampiran
Perhitungan Nilai DO
Untuk menghitung nilai DO, digunakan rumus :
DO =
o Nilai DO A1
a = 0,9 ml + 0,7 ml = 1,6 ml
DO A1 = = 1,3 ppm
o Nilai DO A2
a = 2,2 ml + 0,8 ml = 3 ml
DO A2 = = 2,44 ppm
o Nilai DO A3
a = 2,4 ml + 0,8 ml = 3,2 ml
DO A3 = = 2,60 ppm
o Nilai DO A4
a = 1,9 ml + 2,2 ml = 4,1 ml
DO A4 = = 3,33 ppm
o Nilai DO B1
a = 0,7 ml + 0,6 ml = 1,3 ml
DO B1 = = 1,06 ppm
o Nilai DO B2
a = 1 ml + 1 ml = 2 ml
DO B2 = = 1,63 ppm
o Nilai DO B3
a = 2,2 ml + 2 ml = 4,2 ml
DO B3 = = 3,41 ppm
o Nilai DO A4
a = 3,2 ml + 2,8 ml = 6 ml
DO A4 = = 4,87 ppm
Dokumentasi Praktikum
Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
media A2 media A3
Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
media A4 media B1
Hasil titrasi perhitungan kadar CO2 Hasil titrasi perhitungan kadar CO2
media B2 media B2
Pengaruh Kadar O2 Terlarut dan Kadar CO2 pada Aktivitas Ikan Mas (Cyprinus carpio)
dan Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata)
Disusun Oleh:
BIOLOGI 2014
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017