Professional Documents
Culture Documents
NIM : 20050310181
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Radiologi Umumnya normal Corakan Stadium awal :
Hiperinflasi paru bronkhovaskuler normal
(fase akut) Satadium lanjut :
tanda-tanda
hiperinflasi
- Radiolusen
- Diafragma
mendatar
- Iga mendatar,
sela iga melebar
- Ruang
interkostal
melebar
- Terdapat
eyedrop
appearance
Pemeriksaan Faal - Bulla multiple
Paru - -
Kapasitas inspirasi
FEV 1 (Volume
paru)
FEV1 / FVC
TLC
Perubahan nyata Dapat membaik
Uji spirometri dengan dengan bronkodilator dengan bronkodilator
bronkodilator Obstruksi episodik Obstruksi kronik dan Dapat membaik
Reversibility VEP1 normal saat menetap dengan bronkodilator
obstruksi remisi VEP1 menetap Obstruksi kronik dan
VEP1 membaik dengan bronkodilator menetap
dengan bronkodilator sedikit perbaikan VEP1 menetap
Deviasi aksis kanan, dengan bronkodilator
EKG gelombang P tinggi Atrial disritmia sedikit perbaikan
(asma berat) Gelombang P pada
lead II, III, AVF Gelombang P pada
panjang dan tinggi lead II, III, AVF
panjang dan tinggi
Axis QRS vertikal
PENGOBATAN - Menghindari faktor Penatalaksaan umum
pencetus :
- Obat pelega nafas
1.Edukasi
(reliever) 2.Berhenti merokok
3.Bronkodilator :
Dipakai saat
antikolinergik,
serangan
agonis 2, xanthin
Sifatnya
4.Obat-obatan :
bronkodilator Ekspektoran
Mukolitik
Agonis 2 kerja
Antibiotik :
singkat inhalasi
Kortikosteroid ampicilin,
sistemik kotrimoksasol,
Antikolinergik
sefalosporin
inhalasi Terapi oksigen
Teofilin kerja
(saat
singkat
eksaserbasi
Agonis 2 kerja
akut)
singkat oral Nutrisi : sedikit
- Obat pengontrol
tapi sering,
asma (controller)
tinggi lemak,
Dipakai rutin tiap
rendah
hari
karbohidrat
Anti inflamasi Rehabilitasi :
Bronkodilator kerja
pekerjaan,
lama
psikososial,
Kortikosteroid
fisioterapi
inhalasi
Kortikosteroid
sistemik
Sodium
kromolin
Teofilin lepas
lambat
Agonis 2 kerja
lama inhalasi
Agonis 2 kerja
lama oral
Anti leukotrien
Anti histamine
lain : ketotifen,
loratadin
- Meningkatkan
kebugaran
jasmani : renang,
bersepeda, senam
asma.
Volume tidal (Vt) : jumlah udara yang di inspirasi atau di ekspirasi pada setiap kali bernafas
(500 ml)
FRC (Kapasitas Residu Fungsional) : jumlah volume udara yang tertinggal di paru setelah
ekpirasi (2400 ml)
VR (Volume residu) : jumlah udara yang tertinggal dalam paru setelah ekspirasi paksa
(1200 ml)
TLC (Kapasitas paru total) : jumlah udara maksimal yang dapat dimasukkan ke dalam paru
(6000 ml)
VC (Kapasitas Vital) : volume udara maksimal yang dapat di ekspirasi sesduah inspirasi
maksimal (4800 ml)
Diukur dengan spirometer
FVC (kapasitas vital paksa) : pengukuran kapasitas vital yang didapat pada ekspirasi yang
dilakukan secepat dan sekuat mungkin
N = VC
= obstruksi (udara terperangkap)
FEV (volume ekspirasi paksa) : volume udara yang dapat di ekspirasi dalam waktu standar
selama tindakan FVC
FEV1 : diukur selama detik pertama ekspirasi yang dipaksakan
N = dapat menghembuskan nafas sekitar 80% dari kapasitas vital dalam 1 detik
dinyatakan dengan rasio FEV1 / FVC
Posisi tripod (kaki tiga) untuk membantu bernafas (duduk condong ke depan dengan
tangan diletakkan pada pinggul/lutut)
Purulen : terdiri atas atau mengandung nanah (pus), disertai dengan pembentukan nanah
atau disebabkan oleh nanah
Mukoid : berkenaan, berhubungan dengan atau menyerupai mukus
Pasien dengan bronkhitis kronis sering mengalami batuk produktif yang persisten paling
tidak 3 bulan dalam setahun pada paling tidak 2 tahun berturut-turut. Pasien dapat tampak
sianotik (kebiruan) karena hipoksemia kronis (konsentrasi oksigen yang rendah di dalam
darah) dan kadang disebut blue bloaters.
Emfisema ditandai dengan pembesaran abnormal yang permanen rongga udara distal dari
bronkiolus. Pembesaran permanen menghancurkan dinding alveolus. Sebagai akibatnya,
daya recoil paru menurun, dan kolapsnya bronkiolus selama ekspirasi. Dispnea biasanya
merupakan gejala pertama yang muncul, dimana batuk (biasanya non produktif) muncul
bervariasi dari pasien ke pasien. Pasien seringkali harus menggunakan otot-otot pernafasan
tambahan untuk membantu pernafasannya, dimana fase ekspirasinya umumnya
memanjang. Pasien biasanya tidak sianosis dan kadangkala disebut sebagai pink puffers