You are on page 1of 16

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kulit merupakan organ tubuh terbesar yang menutupi permukaan kulit lebih dari 20.000
cm2 pada orang dewasa dan terletak paling luar (Lachman et al., 1994). Kulit adalah organ yang
paling essential dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Berat kulit kira-kira
15% berat badan yang mempunyai sifat elastis, sensitif, sangat kompleks dan bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Djuanda et al., 1999).
Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Kulit yang elastis dan longgar
terdapat pada palpebra, bibir, dan preputium. Sedangkan kulit yang tebal dan tegang, terdapat di
telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit lembut terdapat pada
leher dan badan, sedangkan kulit dengan rambut kasar terdapat pada kepala (Wasitaatmadja,
2011).
Kulit terdiri atas tiga lapisan utama, yakni epidermis, dermis dan subkutan (hipodermis)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutan, subkutan ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan adanya sel jaringan lemak. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna
dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D (Djuanda, 2007).
Klasifikasi atau jenis-jenis kulit pada setiap individu berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
faktor genetik, hormonal, lingkungan dan lain-lain. Pada beberapa kasus terdapat kelainan pada
kulit terutama pada wajah yakni, penuaan dini, jerawat, hiperpigmentasi dan alergi. Pada
makalah ini akan dibahas mengenai anatomi dan fisiologi kulit, jenis-jenis kulit dan kelainan
pada kulit terutama yang biasanya muncul pada daerah kulit wajah serta penanganannya.

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi kulit
2. Untuk mengetahui kelainan pada kulit terutama pada wajah dan penanganannya

II. TINJAUAN PUSTAKA

1
2.1 Definisi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5m2. Kulit
sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras,
dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan
tebalnya. Kulit merupakan organ yang vital dan esensial serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan (Djuanda, 2007).

2.2 Anatomi Kulit


Menurut Djuanda (2007), Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan
utama, yaitu:
1. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas :
a) Stratum korneum.
Lapisan tanduk merupakan lapisan terluar yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti, dan protoplasma telah berubah menjadi keratin. Pada permukaan
lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.
b) Stratum lusidum
Lapisan lusidum terletak tepat di bawah lapisan korneum. Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa
inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
c) Stratum granulosum (Lapisan Keratohialin)
Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir (granul)
keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan
kaki.
d) Stratum spinosum
Lapisan Malpighi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan
epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung glikogen.
e) Stratum germinativum
Lapisan basal merupakan lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis.
Dalam lapisan basal terdapat melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk
melanin. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.

2
2. Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:
a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
b) Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan. Bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea.
3. Lapisan Subkutan
Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis
dan subkutan. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut, dan di
lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah
penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.

2.3 Susunan Kimia Kulit dan Keratin


Struktur kimia dari sel-sel epidermis manusia memiliki komposisi, yakni protein 27%,
lemak 2%, garam mineral 0,5%, air dan bahan-bahan larut lair 70,5%. Protein terpenting ialah
albumin, globulin, musin, elastin, kolagen, dan keratin. Secara kasar 40% dari bahan-bahan yang
larut air terdiri dari asam-asam amino bebas. Sel pada lapisan stratum korneum tersusun oleh
keratin yang berasal dari protein, juga merupakan penyusun utama rambut dan kuku manusia
Setiap molekul protein tersusun oleh gabungan molekul asam amino senyawa yang mengandung
gugus amino (-NH2) dan gugus karboksil (-COOH) membentuk suatu gugus amida (-CONH-)
(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4 Fisiologi Kulit


Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-
fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D (Djuanda, 2007).

3
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai berikut:
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi, selain
itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan
serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal,
sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah
sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel
fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans (Martini, 2006).
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A,
D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida (Djuanda, 2007). Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl 4, dan
merkurI. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu
berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan (Martini, 2006).
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau
melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang
melalui muara kelenjar (Tortora et al., 2006).
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
a. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan
lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen (Harien, 2010). Sebum dikeluarkan ketika
muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke
folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,

4
kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin (Tortora et al., 2006).
b. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 ml air dapat keluar dengan cara
menguap melalui kelenjar keringat tiap hari (Djuanda, 2007). Seorang yang bekerja dalam
ruangan mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya
lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein
yaitu amoniak dan urea (Martini, 2006). Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar
keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada
usia pubertas dan menghasilkan secret yang kental dan bau yang khas (Djuanda, 2007).
Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-
sel mioepitelyang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat
apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar (Tortora et al., 2006). Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah
telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah
metabolism. Kadar pH-nya berkisar 4,0-6,8 dan fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari
agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin,
sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotiK (Djuanda, 2007).
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutan (Djuanda, 2007).
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutan.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil
Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik (Tortora et al., 2006).
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara:
pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler (Djuanda, 2007).
Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta

5
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan
mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas
oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda, 2007). Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon
yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam
pembuluh darah (Tortora et al., 2006). Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D
sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan
emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit
(Djuanda, 2007).

2.5 Pernapasan Kulit


Kulit juga bernafas (berespirasi) sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit
lebih banyak menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah dan hanya sebagian kecil yang
diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula dengan karbondioksida yang
dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran darah dibandingkan dengan yang dihembuskan
langsung ke udara (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran CO 2 dari kulit bergantung
pada berbagai faktor di luar maupun di dalam kulit, seperti temperatur udara, komposisi gas di
sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah
kulit, dilatasi pembuluh darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon
di kulit, perubahan dalam proses metabolisme sel kulit, pemakaian bahan kimia pada kulit dan
lain-lain (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6 Mantel Asam Kulit

6
Stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, yang
dinamakan mantel asam. Tingkat keasamaannya (pH) berbeda antar tiap peneliti, tetapi pada
umumnya berkisar antara 4,5-6,5. Lapisan mantel asam kulit terbentuk dari kombinasi asam-
asam karboksilat organik (asam laktat, asam pirolidon karboksilat, asam urokanat dan lain-lain)
yang membentuk garam dengan ion-ion natrium, kalium, ammonium serta dari hasil eksresi
kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan asam amino dari reruntuhan keratin sel kulit yang sudah
mati di permukaan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6.1 Fungsi Mantel Asam Kulit


Mantel asam kulit memiliki tiga fungsi pokok diantaranya, sebagai penyangga (buffer)
yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke
kulit, membunuh dengan sifatnya atau setidaknya menekan pertumbuhan mikroorganisme yang
membahayakan kulit, dan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit. Fungsi
mantel asam kulit cukup penting bagi perlindungan kulit, sehingga ia disebut the first line
barrier of the skin (Tranggono dan Latifah, 2007).

Bahan-bahan yang membentuk mantel asam ialah bahan-bahan yang tidak begitu asam
tetapi kuat daya desinfektannya. Bahan-bahan tersebut juga memilki penyangga (buffer) yang
kuat, baik terhadap senyawa yang bersifat alkalis maupun yang bersifat asam. Semakin alkalis
atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit menetralisirnya. Kulit dapat
menjad kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi. Karena itu hendaklah pH
kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis mantel asam yaitu antara
4,5-6,5. Kosmetik demikian disebut kosmetik pH balanced (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Mantel Lemak Kulit


Sebum di permukaan kulit merupakan lapisan lemak yang sebagian besar berasal dari
kelenjar sebasea dan sebagian kecil berasal atas trigliserida, asam-asam lemak, squalence, wax,
kolesterol dan ester-esternya, fosfolipida, dan parafin. Bahan utama dalam lemak kelenjar
sebasea ialah squalence sedangkan dalam lemak epidermis ialah kolesterol (Tranggono dan
Latifah, 2007).

2.8 Jenis-jenis Kulit

7
Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak kulit normal biasanya minyak
(sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun kekurangan. Meski demikian,
kulit normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut dan segar. Jika tidak
segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat. Selain itu kulit yang
tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti keriput dan tampilannya pun
tampak lelah Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan
bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan
juga tidak terlihat kering. Meskipun jika dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normal tetap
harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban
kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan
timbulnya jerawat.
2. Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena pengaruh hormonal,
kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar 20 tahunan, meski ada juga
pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya. Penyebab kulit berminyak adalah karena
kelenjar minyak sangat produktif, hingga tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum)
yang harus dikeluarkan. Sebaceaous gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di
lapisan dermis, mudah terpicu untuk bekerja lebih aktif. Ciri-ciri kulit berminyak, yaitu
minyak di daerah T tampak berlebihan, tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga
mudah menyerap kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali
tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul kerutan.
3. Kulit Kering
Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi pemiliknya, karena pada
umumnya kulit kering menimbulkan efek yang tidak segar pada kulit, dan kulitpun cenderung
terlihat berkeriput. Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan
cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu mempertahankan
kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci
muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi
lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya.
Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah
yang berkulit kering. Kulit kering memiliki ciri-ciri yakni, kulit halus tetapi mudah menjadi

8
kasar, mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari, tidak
terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi kelenjar
keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya yaitu mudah timbul kerutan
yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit dan berkurangnya daya kerut otot-otot,
mudah timbul noda hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah luntur,
reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsangan-rangsangan berkurang
sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak pucat, suram dan lelah.
4. Kulit Sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan warna, dan reaksi cepat
terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat
peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan
ujung saraf pada kulit sensitif terletak sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena
allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa
bercak merah, gatal, iritasi hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan
berdampak serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan alergen memacu
pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit. Berdasarkan sifatnya
tadi, perawatan kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit serta mengurangi dan
menanggulangi iritasi. Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung,
diperlukan bantuan dokter kulit atau dermatologi untuk memeriksanya dalam tes alergi
imunologi. Dalam pemeriksaan alergi, biasanya pasien akan diberi beberapa allergen untuk
mengetahui kadar sensitivitas kulit. Kulit sensitif memiliki ciri-ciri, yaitu mudah alergi, cepat
bereaksi terhadap alergen, mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh darah
kapiler dan ujung saraf berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit mudah
terlihat kemerahan.
5. Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran
Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia. Banyak wanita
timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi, seperti: kering-berminyak atau
normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit
kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata. Pada bagian tertentu kelenjar
keringat sangat aktif sedangkan daerah lain tidak, karena itu perawatan kulit kombinasi
memerlukan perhatian khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan perawatan untuk kulit

9
berminyak dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit tersebut.
Kulit kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri yaitu, kulit di daerah T berminyak
sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru kering atau juga sebaliknya. Di
samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni di area kulit berminyak akan terjadi penebalan
dan di area normal atau kering akan lebih tipis.

b.9 Kelainan Pada Kulit Wajah


1. Penuaan Dini
Penuaan dini disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama faktor internal, seperti keturunan,
kesehatan dan daya tahan, dan kejiwaan. Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak
mungkin dihindari setiap manusia. Hal ini dapat juga dipicu oleh stres dan perubahan
hormonal, dan faktor ini hanya dapat dikurangi efeknya, dengan cara perawatan wajah yang
tepat, rutin dan lembut, mengurangi stres serta mencoba hidup santai. Penyebab yang kedua
adalah faktor eksternal yang meliputi:
a) Radikal bebas yaitu molekul ganas yang menggerogoti sel-sel tubuh termasuk jaringan
kalogen. Sebagian ahli berpendapat bahwa radikal bebas terbentuk sebagai efek polusi
lingkungan, paparan sinar matahari, pemakaian air yang tercampur bahan kimia, perubahan
cuaca dan faktor lain yang mengganggu pertumbuhan normal kalogen. Pencegahan radikal
bebas dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, diet yang mengandung protein tinggi
dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin seperti buah dan sayuran.
Dengan gizi yang baik, struktur sel akan membaik hingga proses penuaan dini dapat
diperlambat.
b) Sinar matahari. Untuk menghindari pengaruh buruk sinar matahari, hindari saat sinar
matahari memancarkan sinar ultra violet di titik kulminasi (antara pukul 10.00-15.00) dan
selalu mengenakan tabir surya pada wajah dan bagian tubuh yang terbuka setiap ke luar
ruangan. Kelembaban udara. Kelembaban udara yang tinggi dan tidak stabil seperti di alam
tropis ini, menjadi penyebab terjadinya penuaan dini, terutama jika kulit tidak dilindungi
dengan baik. Salah satu cara melindungi kelembaban kulit adalah dengan mengenakan
pelembab yang dapat mempertahankan kadar air dalam kulit. Untuk melindungi
kelembutan kulit, gunakan pelembab pada wajah dan body lotion yang sesuai dengan jenis
kulit pada seluruh tubuh terutama yang tidak terlindungi oleh pakaian. Pelembab yang baik
untuk melembabkan kulit kering dan kulit normal, pilih bahan pelembab yang mengandung

10
humektan sebagai pengikat air yaitu asam alfa-hidroksi (AHA/Alpha-Hidroksi Acid). Sinar
matahari dapat menimbulkan masalah pada kulit, terutama pada mereka yang suka mandi
matahari atau terkena terpaan langsung sinar matahari secara terus menerus yang
mengakibatkan kulit keriput dan timbul penuaan lebih dini. Sinar matahari diduga kuat
sebagai penyebab kanker kulit. Bila terpaksa harus melakukan kegiatan di bawah terpaan
sinar matahari, gunakan topi pelindung dan oleskan krim pelindung yang mengandung Sun
Protection Factor (SPF) 15.
2. Jerawat
Masalah paling sering terjadi pada kulit berminyak adalah jerawat, meskipun tidak
tertutup kemungkinan timbul pada jenis kulit lain. Pada dasarnya jerawat disebabkan oleh
tumbuhnya kotoran dan sel kulit mati yang mengakibatkan folikel dan pertumbuhan sebum
terhambat. Produksi minyak pada kulit biasanya disalurkan melalui folikel rambut. Kotoran
atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan menyumbat saluran ini hingga minyak yang ke
luar akan bertumpuk dan menjadi komedo. Jika terkena bakteri akne, komedo akan menjadi
jerawat. Jerawat atau akne adalah suatu penyakit radang yang mengenai susunan pilosebaseus
yaitu kelenjar palit dengan folikel rambutnya. Jerawat sangat umum terdapat pada anak-anak
masa pubertas dan dianggap fisiologis oleh karena perubahan hormonal. Timbunan lemak di
bawah kulit ini selain membuat kulit kasar, tidak rata juga tidak enak dipandang mata.
Penderita umumnya mempunyai jenis kulit berminyak. Kulit kasar akan makin menjadi, pada
kulit yang kurang memproduksi minyak, seperti mereka yang termasuk kategori berkulit
kering. Selain perubahan hormonal, kesalahan memilih kosmetik juga dapat menyebabkan
timbulnya jerawat.
a) Jenis-jenis jerawat
Akne Juvenil
Akne Juvenil muncul pada masa pubertas, di mana akne ini biasanya menyerang
remaja usia 14-20 tahun. Penyebabnya adalah masalah hormonal yang belum stabil dalam
memproduksi sebum. Akne juvenile dirawat dengan menggunakan sabun berpH
seimbang atau sabun bayi transculent.
Akne Vulgaris
Akne Vulgaris adalah jenis jerawat yang berbentuk komedo, yang timbul pada kulit
berminyak. Perawatan jerawat ini dengan penguapan hingga kulit cukup kenyal dan
lembab. Kemudian jerawat diambil dengan sendok una olesi dengan krim jerawat atau
acne lotion, biarkan semalam baru dibilas dengan air hangat pada keesokan harinya
Akne Rosacea

11
Akne Rosacea yaitu jerawat yang muncul pada wanita yang berusia 30- 40 tahun,
tandanya mula-mula jerawat akan tampak kemerahan kemudian menjadi radang hingga
menimbulkan sisik di lipatan hidung. Perawatan kulit yang terkena akne jenis ini
biasanya dengan penguapan, kompres air panas atau penyinaran dengan lampu infra
merah agar jerawat cepat kering.
Akne Nitrosica
Akne Nitrosica merupakan jenis jerawat yang sangat berbahaya karena akan
menimbulkan lubang atau bopeng. Tahap yang terjadi sudah termasuk tahap akhir yang
memerlukan penanganan khusus dokter ahli kulit.
b) Penanggulangan jerawat Menurut Wasitaatmadja, (1997) usaha penanggulangan jerawat
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Pengobatan topikal
Pengobatan topikal adalah pengobatan yang menjadi pilihan utama. Prinsip
pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan
mempercepat penyembuhan lesi jerawat. Pengobatan topikal diberikan pada kondisi
jerawat yang ringan, jika kondisi jerawat semakin parah dapat dikombinasikan dengan
pengobatan sistemik.Obat topikal terdiri dari bahan iritan/pengelupas, misalnya sulfur
(4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), benzoil peroksida (2,5-10%), asam
vitamin A (0,025 - 0,1%), dan asam azelat (15-20%). Obat lain, misalnya kortikosteroid
topikal atau suntikan intralesi dapat dipakai untuk mengurangi radang yang terjadi.
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk penderita jerawat jenis sedang sampai berat
dengan prinsip menekan aktivitas bakteri, menekan reaksi radang, menekan produksi
sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik misalnya
pemberian antibiotik (tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin).
3. Gangguan Pigmentasi
Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yang terpenting adalah jumlah
pigmen melanin kulit, peredaran darah, tebal tipisnya lapisan tanduk dan adanya zat-zat warna
lain yang bukan melanin yaitu darah dan kalogen. Dalam keadaan normal, melanin dihasilkan
secara teratur oleh sel melanosit. Melanin, selain memberi warna pada kulit, juga berfungsi
melindungi kulit dari terpaan sinar matahari yang dapat merusak struktur kulit, dan kulit
menjadi gelap. Melanin sangat berguna melindungi kulit terhadap penyinaran sinar ultra

12
violet. Pembentukan pigmen melanin dirangsang oleh sinar ultra violet. Kelainan pada proses
pembentukan pigmen melanin kulit, yaitu:
a) Melanosis
Salah satu penyakit melanosis adalah melasma (chloasma), yaitu adanya bercak-bercak
berwarna coklat kehitaman (hiperpigmentasi) di kulit muka yang sangat khas seperti di
daerah pipi, dahi dan bibir atas. Melasma sering timbul karena kehamilan, pil kontrasepsi,
pemakaian kosmetik dan sinar matahari. Melasma karena kehamilan, dapat menghilang
setelah melahirkan. Melasma karena kosmetika terjadi karena fotosensitisasi oleh zat
tertentu seperti zat pemutih. Zat ini menyebabkan kulit lebih rentan terhadap sinar ultra
violet sehingga lebih mudah dan cepat membentuk melanin.
Menurut Soepardiman (2010), pengobatan yang dapat diberikan diberikan antara lain
pengobatan topikal menggunakan hidrokinon, asam retinoat (retinoic acid/tretinoin), asam
azeleat (azeleic acid). Pengobatan sistemik yakni asam askorbat/Vitamin C dan glutation.
b) Gangguan pigmentasi dapat berupa gangguan fungsi kelenjar minyak yakni pengeluaran
minyak yang berlebihan dan bila terjadi penyumbatan saluran kelenjar palit dapat terjadi
millium atau akne yang dapat meradang, gangguan pertandukan kulit yakni pada bagian
muka terdapat berbagai macam keratinosis kulit seperti hiperkeratinisasi atau kekolotan.
c) Lentigo
Lentigo yaitu sejenis naevus pigmentosus yang terlihat menyerupai ephilides, licin
berwarna coklat tua. Lentigo tidak akan memudar walaupun dalam musim dingin, serta
dapat pula terjadi di bagian tubuh yang tertutup pakaian. Pencegahan lentigo yakni dengan
penggunaan tabir surya/Sun Protection Factor (SPF).
d) Vitiligo
Vitiligo adalah gangguan pigmentasi pada kulit yang ditandai dengan terjainya bercak-
bercak putih karena kehilangan melanin. Kelainan ini terjadi secara turun-temurun.
Bercak ini dapat berukuran besar atau kecil, berbentuk bulat atau tidak menentu tetapi
bila bersatu bisa menjadi lebih besar. Bercak-bercak ini lebih sensitif terhadap sinar
matahari. Vitiligo lebih banyak terjadi di daerah tropik, terutama pada orang-orang
berkulit gelap. Pengobatan vitiligo dengan kortikosteroid topikal telah digunakan sejak
tahun 1950an karena efek anti-inflamasi dan imunomodulasinya. Pilihan terapi ini
banyak digunakan sebagai pilihan terapi pertama pada bentuk vitiligo yang terbatas
bersama dengan inhibitor kalsineurin topikal. Kortikosteroid topikal memiliki hasil yang

13
paling baik yaitu sebesar 75% repigmentasi pada daerah yang terpapar sinar matahari
seperti wajah dan leher.
4. Alergi (Hipersensisitivitas)
Alergi atau hipersensitivitas adalah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan khas
untuk bereaksi terhadap zat (alergen, antigen) yang menempel atau masuk ke dalam tubuh.
Pada hakekatnya, alergi termasuk kompleks kekebalan (imunitas) dan bersifat reaksi
kekebalan (imunologi) khas antara alergen dengan zat lain (antibodi) yang dibentuk oleh
tubuh. Daya reaksi imunologi tubuh, khususnya kulit terhadap zat-zat asing yang berkhasiat
sebagai antigen bersifat amat khas dan berlangsung amat lama.
Pada umumnya reaksi alergi pada kulit menunjukkan gejala kulit terlihat merah, gatal,
bengkak, sesak napas dan pingsan. Reaksi alergi dapat terjadi segera setelah kontak dengan
zat tersebut atau beberapa saat setelah kontak dengan zat-zat tersebut. Sebagai langkah
pencegahan, hindari penggunaan zat atau bahan yang dapat menimbulkan alergi. Pengobatan
alergi dapat menggunakan obat topikal seperti mometasone furoate dan pengobatan
sistemik dengan antihistamin.

2.10 Kosmetik Untuk Perawatan Kulit Wajah


Kemajuan di bidang kosmetik telah banyak menghasilkan berbagai produk kosmetik
untuk perawatan kulit. Berikut ini merupakan produk kosmetik yang digunakan untuk perawatan
pada kulit wajah, antara lain:
1. Face Cream/Day Cream/Face sun block cream (moisturizer), yaitu krim pelembab yang
berfungsi untuk menjaga kelembaban, kehalusan, kelenturan dan kelembutan kulit wajah.
Fleksibilitas lapisan kulit luar sangat tergantung pada moisturizer. Krim ini dapat digunakan
sepanjang hari sebagai fondation untuk melindungi dan mencegah kulit kering dan berkerut
karena sengatan matahari. Krimini juga dapat mencegah menguapnya air dari permukaan
kulit.
2. Night cream/Nourishing cream, yaitu pelembab untuk perawatan wajah pada malam hari.
Krim ini kandungan lemak lebih banyak dan berfungsi sebagai pelicin dan membantu
menahan persediaan air

14
III. KESIMPULAN

1. Kulit adalah lapisan luar dari tubuh, yang merupakan jaringan yang menutupi permukaan
tubuh manusia. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu
epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lucidum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale. Lapisan dermis jauh lebih tebal
dari epidermis, yang peranan utamanya adalah pemberi nutrisi pada epidermis. Subkutan yang
berfungsi sebagai penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.
2. Kelainan pada kulit terutama wajah diantaranya: Penuaan dini yang dapat dicegah dengan
penggunaan krim antiaging. Jerawat dengan penggunaan obat topikal seperti sulfur,
resorsinol, antibiotik. Hiperpigmentasi dengan penggunaan SPF, asam retinoat, hidrokuinon
dan lain-lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, Hamzah M, A. 1999. Ilmu Penyakit Kulit DanKelamin. Edisi ke tiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Djuanda, A 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Lachman, L.,dkk. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan Siti Suyatmi. Edisi
Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Seventh Edition. Benjamin


Cummings. USA.

Soepardiman, L. 2010. Kelainan Rambut: Djuanda, A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Tranggono, R. I., dan Latifah, F 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wasiaatmaja. S, M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press. Jakarta.


.

16

You might also like