Professional Documents
Culture Documents
1
permainan melipat kertas (origami). Bermain origami adalah kegiatan melipat
kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan
sambil berfikir.
Menurut keterangan beberapa orang tua pasien di ruang perawatan
anak Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon anak menunjukkan tanda dan
gejala kecemasan seperti sering menangis, sulit tidur, tidak mau ditinggal
orang tua, sering bangun tengah malam, nafsu makan menurun dan takut jika
didekati petugas. RSUD Gunung Jati telah melakukan upaya mengurangi
stressor selama hospitalisasi seperti memodifikasi ruang Kemuning dengan
mewarnai tembok ruangan dengan bermacam-macam warna dan gambar, dan
juga membolehkan anak ditemani oleh satu orang anggota keluarganya,
namun ruangan perawatan anak ini tidak memiliki ruang bermain sebagai
tempat bermain anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sadiah (2014),
pemberian terapi bermain origami pada pasien anak prasekolah yang dirawat
di rumah sakit memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus anak, sekaligus merangsang kreativitas anak. Terapi bermain
origami memberikan kesempatan pada anak untuk membuat berbagai bentuk
dari hasil melipat kertas dan pada usia ini, anak akan merasa bangga dengan
sesuatu yang telah dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori tahap
perkembangan psikososial anak prasekolah yang mengemukakan bahwa anak
prasekolah mulai mengembangkan keinginannya dengan cara mengeksplorasi
lingkungan sekitar. Anak juga akan merasa puas dan bangga dengan
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Perasaan bangga membantu anak meningkatkan peran dirinya selama
menjalani proses hospitalisasi sehingga perasaan hilang kendali karena
pembatasan aktivitas pada anak dapat diatasi/dihilangkan. Jika stressor
kecemasan berupa kehilangan kendali dapat diatasi maka tingkat kecemasan
pada anak dapat menurun.
Terapi bermain origami yang diberikan pada anak prasekolah yang
dirawat di rumah sakit akan memberikan perasaan senang dan nyaman.
Menurut Aguilera-Perez & Whetsell dalam Sadiah (2014) menyatakan
2
bahwa anak yang merasa nyaman saat menjalani rawat inap akan membuat
anak dapat beradaptasi terhadap stressor kecemasan selama hospitalisasi
seperti perpisahan dengan lingkungan rumah, permainan dan teman seper-
mainan. Jika stressor kecemasan berupa perpisahan dapat diatasi maka tingkat
kecemasan pada anak dapat menurun.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 1 tertarik melaksanakan
terapi bermain dengan media origami pada anak usia prasekolah di Ruang
Kemuning RSUD Gunung Jati.
3. Tujuan/Kegunaan Kegiatan
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit
b. Mengurangi atau menghilangkan stressor atau kecemasan selama
hospitalisasi
c. Mengembangkan kemampuan dan kreativitas anak
d. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan ide-ide anak
3
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana
bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri,
sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan
yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan
proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar
serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu,
berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak
memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan origami
yang dihasilkan.
e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak
belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai
usia prasekolah adalah suatu masa ketika anak-anak belum memasuki
pendidikan formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat
yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak. Selain
mengembangkan kreativitas bermain origami juga mampu
menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
Saat kecemasan menurun akan meningkatkan perasaan nyaman
anak. Perasaan nyaman juga akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan hormon endorphin. Peningkatan endorphin dapat
mempengaruhi suasana hati dan dapat menurunkan kecemasan pasien
(Sadiah et al, 2014).
Menurut Haruyama (2011), hormon endorphin merupakan
hormon yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini
menyebabkan otot menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar
oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat pasien cenderung
mengantuk dan dapat beristirahat dengan tenang. Hormon ini juga
memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan
dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang
sehat dan nyaman. Selain mengeluarkan hormon endorphin tubuh juga
4
mengeluarkan GABA dan Enkephalin. Zat-zat ini dapat menimbulkan
efek analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat
dikurangi atau dihilangkan. Jika stressor kecemasan yang dialami
anak prasekolah dapat diatasi maka kecemasan yang dialami anak
dapat menurun.
b. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung
dengan rancangan permainan melipat keertas origami. Setiap anak
diberikan 1-3 kertas origami dengan warna yang berbeda, kemudian
leader dan co leader memimpin jalannya permainan dengan
menginstruksikan pada anak anak untuk membentuk origami sesuai
yang diinginkan. Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak
ketika mulai bermain, kemudian, observer menilai jalannya
permainan.
8. Kepanitiaan
a. Leader : Euis Septianti
5
Co leader : Ibnu Wismoyo
Tugas : Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain
Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir
b. Fasiliator : Taufik
Garning
Virna
Dini
Tugas : Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan.
berlangsung.
Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
c. Observer : Sutan
Siti Jubaedah
Rosyi
Tugas : Mengobservasi jalannya / proses kegiatan
Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta
karakteristik anak.
6
Susunan Acara Bermain
7
3. 10 Menit Evaluasi
Menanyakan pada anak mengenai bentuk yang
telah dibuat
Menanyakan pada anak mengenai warna yng dia
pilih
Menanyakan pada anak tentang perasaan anak
setelah atau selama bermain
4. 5 Menit Terminasi
Leader menutup acara permainan
Memberikan reward kepada seluruh peserta
Salam penutup
DAFTAR PUSTAKA
8
Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wong, DL. et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.