You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkopneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstisial. Bronkoneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda
klinis, serta perjalanan penyakitnya.1,2
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang sering menjadi
penyebab kematian hampir di seluruh dunia dan penyumbang terbesar kematian
anak di bawah usia 5 tahun (balita). 3 Menurut Riskesdas 2013 pneumonia
merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah diare (15,5% di antara
semua balita) dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahunnya
di fasilitas kesehatan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015,
bronkopneumonia termasuk salah satu dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap di rumah sakit. 1,4
Gambaran klinis bronkopneumonia pada bayi dan anak bergantung pada
berat ringannya infeksi, tetapi secara umum dapat dilihat berdasarkan 2 gejala
yaitu gejala infeksi umum dan gejala gangguan respiratori. Gangguan infeksi
umum berupa demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti muntah atau diare, terkadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner. Gejala gangguan respiratori yaitu batuk, sesak nafas,
retraksi dada, takipneu, nafas cuping hidung, merintih, dan sianosis.5,6
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan bakteri patogen
yang paling umum didapatkan pada pneumonia, diikuti oleh Chlamydia
pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae. Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, dan Bordotella Pertusis
merupakan penyebab utama penderita dirawat inap dan kematian oleh karena
pneumonia pada anak-anak di negara berkembang. Sedangkan penyebab oleh
virus, virus parainfluenza, Rhinovirus dan Respiratory Syncytial Virus (RSV)
merupakan patogen utama, khususnya pada anak dibawah 3 tahun.1,7,8
Berikut disampaikan laporan kasus pada seorang anak perempuan umur 11
bulan dengan diagnosis bronkopneumonia berat dirawat di RSUP Prof R. D.
Kandou.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : F. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
TL/umur : 30 April 2016 / 11/12 tahun
BBL : 2400 gr
Partus : spontan letak belakang kepala
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Minahasa
Anak ke : Pertama
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Desa Laikit jaga VII
MRS : 04/04/2017
Ruangan : PICU
Dikirim oleh : RS Walanda Maramis

IDENTITAS ORANG TUA (Tabel 1)

Ayah Ibu

Nama S. K F. W
Umur 24 tahun 18 tahun
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Swasta Swasta
Status perkawinan Perkawinan Pertama Perkawinan Pertama

2
ANAMNESIS
Anamnesis diberikan oleh : Ibu dan nenek kandung penderita
Penderita anak pertama (Tabel 2)
No. Jenis Kelamin Umur Status

1. Laki-laki 11/12 tahun Penderita

Family Tree

11 bulan
Keterangan : = Penderita

Data dan Kondisi penderita saat dijadikan Laporan Kasus

Anamnesis

Keluhan Utama : Sesak + batuk-batuk berdahak + demam.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak dialami pasien sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelum
mengalami sesak awalnya pasien batuk beringus sejak 14 hari dan demam sejak
14 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya demam hanya sumer-sumer
hilang timbul namun lama kelamaan naik dan diberi obat penurun panas namun
tidak ada perubahan, demam tidak disertai dengan mengigil riwayat kejang (-),

3
bercak-bercak merah di bawah kulit (-), tidak terjadi pendarahan hidung dan gusi.
Pasien terlihat bernafas cepat saat beraktivitas, namun nafas cepat terjadi terus
menerus semakin memberat. Pasien dibawa oleh orang tuanya ke RS Walanda
Maramis, dan penderita sudah mendapat, obat panas, antibiotik dan obat batuk.

Penyakit yang pernah dialami :

Morbili : +
Varicella : +
Pertusis : -
Diare : +
Cacing : -
Batuk pilek : +
Lain-lain : -

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.

Anamnesis Antenatal :

Selama hamil ibu penderita ANC teratur 9 sebanyak. Imunisasi TT 2 kali. Selama
hamil ibu dalam keadaan sehat.

Kepandaian/ Kemajuan Bayi

Pertama kali menbalik : 4 bulan


Pertama kali tengkurap : 6 bulan
Pertama kali duduk : 7 bulan
Pertama kali merangkak : 9 bulan
Pertama kali berdiri : 11 bulan
Pertama kali berjalan : - bulan
Pertama kali tertawa : 4 bulan
Pertama kali berceloteh : 5 bulan
Pertama kali memanggil mama : 8 bulan
Pertama kali memanggil papa : 8 bulan

4
Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang :

ASI : 0 6 hari
PASI : 1 minggu - sekarang
Bubur susu : 6 bulan - sekarang
Bubur saring : 6 bulan 7 bulan
Bubur halus : 6 bulan - sekarang
Nasi lembek : --

Imunisasi (tabel 3)

Jenis imunisasi Dasar Ulangan


I II III I II III
Polio +
DPT + + +
BCG + + +
Campak -
Hepatitis + + +

Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan :

Pasien tinggal di rumah permanen, beratap seng, dinding dari beton, berlantai
keramik. Jumlah kamar 3 buah, dihuni oleh 5 orang dewasa dan 1 anak.
WC/KM berada di dalam rumah
Sumber air minum : Air sumur
Sumber penerangan listrik : PLN
Penanganan sampah : Dibuang.

Pemeriksaan Fisik
Tanggal 3 Oktober 2015
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : tidak diukur

5
Nadi : 132 x/m (reguler, isi cukup)
Respirasi : 60 x/m
Suhu : 37,3 C

Umur : 11 bulan
BB : 9 Kg
PB : 72 cm
Gizi : baik
Sianosis : tidak ditemukan
Anemia : tidak ditemukan
Ikterus : tidak ditemukan
Kejang : tidak ditemukan Tipe : --
Frekuensi : -- kali
Durasi
: -- menit

Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada
Lapisan lemak : normal
Turgor : kembali cepat
Tonus : normal
Oedema : tidak ada

Kepala
Bentuk : Mesocephal
Ubun-ubun besar : Datar
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : - Exophtalmus/enophtalmus : (-/-)
- Tekanan bola mata : normal pada perabaan

6
- Conjunctiva : anemis (-/-)
- Sclera : ikterik (-/-)
- Corneal reflex : RC (+/+)
- Pupil : bulat isokor,diameter 2 mm/2 mm
- Lensa : jernih
- Fundus & visus : tidak dievaluasi
- Gerakan : normal
Telinga: sekret (-/-)
Hidung : sekret (-/-), napas cuping hidung (+)
Mulut : bibir : sianosis ()
selaput mulut : mukosa mulut basah
Lidah : beslag ()
gusi : perdarahan(-)
Gigi : caries ()
bau pernapasan : foetor (-)
Tenggorokan : tonsil : T1-T1, hiperemis ()
Faring : hiperemis ()
Leher : Trakea : letak di tengah
Kelenjar : pembesaran KGB (-)
Kaku kuduk : (-)

Thoraks
Bentuk : simetris
Retraksi : (+) subkostal

Paru-paru
Inspeksi : simetris ka=ki, retraksi (+) subcostal
Palpasi : stem fremitus ka=ki
Perkusi : sonor ka=ki
Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler kasar, ronkhi +/+ basah halus di
kedua lapang paru, wheezing +/+

7
Jantung
Detak jantung : 132 x/menit
Iktus kordis : tidak tampak
Batas kiri : linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmo : P1<P2
Bising : ada

Abdomen
Bentuk : datar, lemas, BU (+) N
Hepar : ttb
Lien : ttb
Lain-lain : (--)

Genitalia
Genitalia eksterna : Laki-laki, normal
Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Anggota gerak : akral hangat, CRT 2 detik
Tulang Belulang : deformitas (--)
Otot-otot : tidak di evaluasi
Refleks-refleks : refleks fisiologi +/+, refleks patologis -/-
, spastis (-), tonus (-)

Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : CM
Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku Kuduk :-
Tanda Kerniq :-

8
Tanda Laseque :-
Tanda Brudzinki I/II : -/-
Peningkatan Tekanan Intracranial
Muntah :-
Sakit Kepala :-
Kejang :-
Nervus Cranialis
Nervus I
Normosmia dekstra/sinistra : tidak di evaluasi
Nervus II Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus : tidak di evaluasi tidak di evaluasi
Lapangan Pandang : tidak di evaluasi tidak di evaluasi
Nervus III, IV, VI
Gerakan bola mata : tidak di evaluasi tidak di evaluasi
Nistagmus : - -
Pupil
Lebar : 3mm-3mm, isokor
Bentuk : Bulat
RC : + +
Strabismus : - -

Nervus V
Motorik Dekstra Sinistra
Membuka dan menutup mulut tde tde
Palpasi otot masseter & temporalis tde tde
Sensorik
Kulit Normal Normal
Selaput lendir Normal Normal
Nervus VII Dekstra Sinistra
Motorik
Mimik - -
Kerut kening - -

9
Menutup mata - -
Meniup sekuatnya - -
Memperlihatkan gigi - -
Tersenyum - -
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah - -
Produksi kelenjar ludah - -
Hiperakusis - -
Refleks Stapedial - -
Nervus VIII
Auditorius Kanan Kiri
Pendengaran + +
Test Rinne Tidak di evaluasi
Test Weber Tidak di evaluasi
Test Schwabach Tidak di evaluasi
Vestibularis
Nistagmus - -
Reaksi Kalori Tidak dievaluasi
Vertigo - -
Tinnitus - -

Nervus IX,X
Pallatum mole : simetris
Uvula : medial
Disfagia :-
Disartria :-
Disfonia :-
Refleks muntah :-
Nervus XI
Mengangkat bahu : tidak di evaluasi
Fungsi otot Sternocleidomastoideus : tidak di evaluasi
Nervus XII

10
Lidah
Tremor : tidak di evaluasi
Atrofi : tidak di evaluasi
Fasikulasi : tidak di evaluasi
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : tidak di evaluasi

REFLEKS
Refleks Fisiologis
Biceps : tidak di evaluasi
Triceps : tidak di evaluasi
Patela : tidak di evaluasi
Plantar : tidak di evaluasi
Refleks Patologis
Babinsky : -/-
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Hoffman-trommer : -/-

11
Pemeriksaan Penunjang (Tabel 4)
- Laboratorium
Pada tanggal 04 April 2017
Hematologi Nilai Rujukan Hasil
Leukosit 4000-10000 /uL 11470/uL
Eritrosit 4.70 6.10 10^/uL 4.71 10^/uL
Hemoglobin 13.5-19.5 g/dL 12.9 g/dL
Hematokrit 37-47 % 38.3 %
Trombosit 150-450 10^3/uL 272 10^3/uL
MCH 27-35 pg 27,5 pg
MCHC 30-40 g/dL 33,8 g/dL
MCV 80-100 fL 81,4 fL
Kimia Klinik
SGOT <33 U/L 46 U/L
SGPT <43 U/L 17 U/L
Ureum Darah 10-40 mg/dL 19 mg/dL
Kreatinin Darah 0,5-1,5 mg/dL 0,2 mg/dL
Natrium 135-153 mEq/L 95,8 mEq/L
Kalium 3.5-5.3 mEq/L 4,50 mEq/L
Clorida Darah 98-109 mEq/L 134 mEq/L
Imunologi
CRP <6,00 mg/L 6,00 mg/L

- Radiologi
X- foto thorax : CRT : A + B / C X 100%
0.9 + 1 / 4,3 X 100%
= 0,44 atau 44% (jantung normal)
Kesan : Gambaran infiltrate di kedua lapang paru

12
13
Resume
Seorang anak Laki-laki usia 11/12 bulan dengan BB 9 kg dan TB 73 cm. Masuk
rumah sakit pada tanggal 04 April 2017 jam 06.05 WITA. Pasien datang dengan
keluhan utama sesak dialami pasien sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya pasien mengalami batuk beringus sejak 14 hari dan demam sejak
14 hari sebelum masuk rumah sakit, riwayat kejang (-), bercak-bercak merah di
bawah kulit (-), tidak terjadi pendarahan hidung dan gusi. Pasien dibawa oleh
orang tuanya ke RS Walanda Maramis, dan penderita sudah mendapat, obat panas,
antibiotik dan obat batuk serta diberikan oksigen.

Pemantauan pada 3 Oktober 2015 .


Keluhan : Sesak nafas 2 hari sebelum masuk rumah sakit + batuk beringus +
demam
KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 124 x/m R : 86 x/m S : 37,3 C
Kep : conj. Anemis (-), sklera ikterus (-), PCH (+), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (+) subcostal
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh +/+ basah halus di kedua lapang paru,
wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:
Leukosit 11.470 /uL,
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via sungkup 6-8 L/m
- Injeksi IVFD KAEN 4B (HS) 12-13 ml/jam
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv

14
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv
- parasetamol drips 100 mg iv (k/p)
- Salbutamol 1 amp R + Nacl 0,9 % 2, ml/8jam
- GDS/ 24 jam
- Observasi Vital sign.
- Kultur darah, DL

Follow Up
Pada tanggal 04 April 2017, pasien datang dengan keluhan batuk + sesak sejak
nafas 2 hari sebelum masuk rumah sakit + demam dan diberi terapi berdasarkan
keluhan dan pemeriksaan fisik yang didapat, begitu juga dengan hasil
laboratorium. Pasien didiagnosis Bronkopneumonia berat.
Perawatan hari ke-1 / Tanggal 4 April 2017
Jam 11.00 WITA
Keluhan : Sesak nafas 2 hari sebelum masuk rumah sakit + batuk beringus +
demam
KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 124 x/m R : 60 x/m S : 37,3 C
Kep : conj. An (-), sklera ikt (-), PCH (+), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (+) subcostal
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh +/+ basah halus di kedua lapang paru,
wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via sungkup 4-6 L/m
- Injeksi IVFD KAEN 4B (HS) 12-13 ml/jam

15
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv
- parasetamol drips 100 mg iv (k/p)
- GDS/ 24 jam
Th/ Observasi Vital sign.
Acc u/ rawat di RPI

Jam 12.30 WITA


S : sesak (+), batuk (+)
O : KU : Tampak sakit berat Kes: E4M6V5
N : 120 x/m R: 60 x/m S: 36,7 oC SaO2: 94%
A : Bronkopneumonia berat
P : terapi lanjut

Jam 14.00 WITA


S : sesak (+), demam (+)
O : KU : Tampak sakit berat Kes: E4M6V5
N : 132 x/m R: 60 x/m S: 37, 5oC SaO2: 98%
A : Bronkopneumonia berat
P : terapi lanjut

Jam 22.00 WITA


S : sesak (+), demam (+)
O : KU : Tampak sakit berat Kes: E4M6V5
N : 150 x/m R: 64 x/m S: 37, 5oC SaO2: 98%
A : Bronkopneumonia berat
P : terapi lanjut

16
Perawatan hari ke-2 / Tanggal 5 April 2017
Jam 06.00 WITA

Keluhan : sesak (+) menuun, demam (+)


KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 124 x/m R : 60 x/m S : 37,3 C
Kep : conj. An (-), sklera ikt (-), PCH (+), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (+) subcostal
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh +/+ basah halus di kedua lapang paru,
wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via sungkup 6 L/m ganti nasal 1-2 L
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv (H2)
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv (H2)
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv (H2)
- parasetamol drips 100 mg iv (k/p)
- susu 8x5 ml /NGT
- GDS/ 24 jam
Th/ Observasi Vital sign.

17
Perawatan hari ke-3 / Tanggal 6 April 2017
Jam 06.00 WITA

Keluhan : sesak (+) menuun, demam (+)


KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 110 x/m R : 60 x/m S : 37,3 C
Kep : conj. Anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (+) subcostal
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh -/-, wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via nasal 1-2 L
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv (H3)
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv (H3)
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv (H3)
- parasetamol drips 100 mg iv (k/p)
- susu 8x5 ml /NGT
- GDS/ 24 jam
Th/ Observasi Vital sign.

Perawatan hari ke-4 / Tanggal 7 April 2017


Jam 06.00 WITA

Keluhan : sesak (+) menurun, demam (-)


KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 110 x/m R : 38 x/m S : 36,9 C

18
Kep : conj. Anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (-)
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh -/-, wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via nasal 1-2 L
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv (H4)
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv (H4)
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv (H4)
- Parcetamol sirup 3 x 1 (k/p)
- TF 8 x 67,5 (keb 60 ml/kg/hr)
Pro : pindah ruangan

Perawatan hari ke-5 / Tanggal 8 April 2017


Jam 06.00 WITA

Keluhan : sesak (+) menuun, demam (-)


KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 110 x/m R : 32 x/m S : 36,9 C
Kep : conj. Anemis (-), sklera ikterus (-), PCH (-), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (-)
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh -/-, wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb

19
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via nasal 1-2 L
- IVFD kaen 1 B (HS) 15 ml/jam
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv (H5)
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv (H5)
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv (H5)
- Pct syr 3 x 1 (k/p)
- TF 8 x 67,5 (keb 60 ml/kg/hr) stop

Perawatan hari ke-5 / Tanggal 8 April 2017


Jam 06.00 WITA

Keluhan : sesak (+) menuun, demam (-)


KU : tampak sakit berat Kesadaran : E4M6V5
TD : N : 110 x/m R : 32 x/m S : 36,9 C
Kep : conj. Anemis (-), sklera ikterus (-), PCH (-), sianosis (-)
Ssp : Pupil bulat isokor diameter 2mm/2mm, RC (+/+), RF (+/+),
RP (-/-), spastik (-), klonus (-)
Tho : simetris, retraksi (-)
CV : bising (-), sianosis (-)
P : Sp. Bronkovesikuler kasar, rh -/-, wh -/-
Abd : lemas, datar, BU (+) N, H/L ttb
Eks : akral hangat, CRT 2, cutis marmoratus (-), sianosis (-)
Diagnosis :
Bronkopneumonia berat
Terapi
- O2 via nasal 1-2 L
- IVFD kaen 1 B (HS) 15 ml/jam
- injeksi cefotaxime 3x450 mg iv

20
- injeksi gentamisin 1 x 45 mg iv
- injeksi dexametason 3 x 1,5 mg iv
- Pct syr 3 x 1 (k/p)
- Susu 8 x 70 ml /kg/hari.

21
BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosa bronkopneumonia berat pada pasien ini ditegakkan dari


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis
terhadap ibu dan nenek pasien, didapatkan keterangan yang mengarahkan pada
kecurigaan bronkopneumonia berat yaitu batuk berdahak, sesak nafas, dan demam
tinggi. Manifestasi klinis pneumonia adalah gejala infeksi umum (demam, sakit
kepala, penurunan nafsu makan) dan gejala gangguan respiratori (batuk, sesak
nafas). Dari anamnesis, manifestasi klinis pneumonia didahului beberapa hari
dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), yaitu batuk dan rinitis (pada
pasien ini didahului dengan batuk), peningkatan usaha bernafas, demam tinggi
mendadak (pada pneumonia bakteri), dan penurunan nafsu makan. Keluhan yang
paling menonjol pada pasien penumonia adalah batuk dan demam.9-13

Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam, pernapasan cuping hidung,


dispnea, takipnea, retraksi otot-otot pernapasan dan suara pernapasan ronkhi basah
halus. Pada pemeriksaan fisik kasus ini didapatkan demam, takipnea yaitu
pernapasan 80 x/menit, pada setiap nafas terdapat retraksi otot pernapasan, pada
auskultasi dapat terdengar ronkhi halus. Auskultasi : Suara pernafasan mengeras
atau crackles (vesikuler mengeras) disertai dengan ronki basah halus sampai
sedang. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya
daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.
Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah halus. Bila luas daerah
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara
yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada
stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses
penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.8, 13-15
WHO membagi bronkopneumonia dalam beberapa klasifikasi yang dapat
di lihat pada (tabel 6). 4

Bronkopneumonia Bila Terjadi Sianosis Sentral


Sangat Berat Anak Tidak Sanggup Minum
Anak Harus Dirawat Dirumah Sakit Dan Diberi

22
Antibiotika

Bronkopneumonia Bila Dijumpai Adanya Retraksi


Berat Tanpa Sianosis
Masih Sanggup Minum
Anak Harus Dirawat Dirumah Sakit Dan Diberi
Antibiotika
Bronkopneumonia Tidak Ada Retraksi Tetapi Dijumpao Pernafasan
Yang Cepat
> 60 X/Menit Pada Anak Usia < 2 Bulan
>50x/Menit Pada Anak Usia 2 Bulan-1 Tahun
Bukan Tanda Dan Gejala Seperti Diatas
Bronkopneumonia Tidak Perlu Dirawat Dan Tidak Perlu Diberi
Antibiotika
Tabel 6. Bronkopneumonia berdasarkan WHO4

Bronkopneumonia dibagi menjadi dalam 4 kategori yaitu


bronkopneumonia sangat berat, bronkopneumonia berat, bronkopneumonia dan
bukan bronkopneumonia. Pada kasus ini termasuk didalam bronkopneumonia
berat.
Pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada kasus yaitu leukosit
11470/uL yang artinya ada peningkatan, serta foto thorax yang menunjukkan
adanya infiltrat difus. Pada kepustakaan untuk mendukung diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu reaksi lukomoid ditandai dengan
peningkatan leukosit 20.000-50/000 / UI dengan limfositosis absolute khas pada
akhir stadium kataral dan selama stadium paroksismal. Dan gambaran foto thorax
yang menunjukkan infiltrasi.4
Terapi ditentukan sesuai dengan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
penunjang. Terapi yang diberikan yaitu :
1. Terapi oksigen16
1) Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat. Bila tersedia pulse
oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan pada anak
dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan
periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan
pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. penggunaan nasal prongs
adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker
wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan.

23
2) Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu.
3) Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak
ditemukan lagi.
4) Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau
prong tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta
memastikan semua sambungan baik.
5) Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa
semua alat diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta
staf diberitahu tentang penggunaannya secara benar.
2. Perawatan suportif17
1) Bila anak disertai demam (> 39o C) yang tampaknya menyebabkan distres,
beri parasetamol.
2) Bila ditemukan adanya wheezing, beri bronkodilator kerja cepat. Bila terdapat
sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak,
hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan.
3) Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak,
tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
4) Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang
keduanya pada lubang hidung yang sama.
5) Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan.
6) Beri makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan anak
dalam menerimanya
3. Antibiotik
1) Beri ampisilin/amoksisilin (100 mg/kgBB/hari setiap 6 jam), yang harus
dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons
yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di
rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali
sehari) untuk 5 hari berikutnya.
2) Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang
berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan

24
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat)
maka ditambahkan kloramfenikol (100 mg/kgBB/hariIV setiap 8 jam).
3) Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
4) Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IV sekali sehari).
5) Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto
dada.
6) Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk
pneumonia stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB
IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau
klindamisin (15 mg/kgBB/hari3 kali pemberian). Bila keadaan anak
membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari
sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral
selama 2 minggu.
4. Terapi berdasarkan usia menurut ikatan dokter anak indonesia:
1) Neonatus 2 bulan : ampisilin + gentamisin
2) 2 bulan 5 tahun : Ampisilin/amoksisilin (bila dalam 3 hari tidak
membaik bisa ditambahkan kloramfenikol), Seftriakson ,Co-amoxiclav,
Cefaclor ,Eritromisin ,Claritromisin Azitromisin.
3) Anak 5 tahun : makrolid
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara
dini pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan
masa kanak-kanak dapat diturunkan sampai kurang 1% sesuai dengan kenyataan
ini morbiditas yang berlangsung lama juga rendah. Anak dalam keadaan
malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang
lebih tinggi.10
Pemilihan antibiotik lini pertama untuk pneumonia dapat menggunakan
golongan beta laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif
terhadap beta laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik seperti
gentamisin, amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang
ditemukan. Antibiotik diteruskan selama 7 10 hari pada pasien dengan
pneumonia tanpa komplikasi. Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik

25
yang direkomendasikan adalah antibiotik beta laktam dengan/tanpa
klavulanat.Pada kasus yang lebih berat diberikan beta laktam/klavulanat
dikombinasikan dengan makrolid baru intravena, atau sefalosporin generasi
ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah stabil, antibiotik
diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan selama 10 hari.1, 17
Pada kasus ini diberikan terapi berupa:
a. IVFD KaEN 1B 18-19 ml/jam, yang ditujukan untuk menjaga status hidrasi
pasien, serta sebagai jalur pemberian obat parenteral.
b. Oksigen 1-2 L/m diberikan untuk mencegah terjadinya hipoksia karena
dipsnue dan gagal nafas yang mungkin terjadi, menurunkan usaha untuk
bernapas, dan mengurangi kerja miokardium.
c. Injeksi Cefotaxime 3x450 mg (IntraVenous) . Cefotaxime adalah
sefalosporin yang paling aktif terhadap pneumokokus dan direkomendasikan
untuk terapi empiris infeksi berat, indikasi potensial penggunaan sefalosporin
generasi ketiga adalah terapi empiris untuk sepsis yang tidak diketahui
penyebabnya, sefalosporin merupakan obat yang paling tidak toksik. Pada
pasien immunocompromise yang mengalami demam dan neutropenik,
sefalosporin generasiketiga sering digunakan dalam kombinasi dengan
aminoglikosida.19
d. Injeksi Gentamisin 1x45 mg (intravena) gentamisin merupakan suatu
aminoglikosida, aminoglikosida digunakan secara luas terhadap bakteri
enterik gram-negatif terutama pada bakteremia dan sepsis. Obat ini efektif
terhadap organisme gram-positif dan gram-negatif. 19
e. Inj. Dexamethasone 3 x 1,5 mg. Pemberian kortikosteroid pada pasien
bertujuan sebagai anti inflamasi, pada pasien diberikan kortikosteroid saat
awal tatalaksana.
f. Eritromicin syrup 4 x 1,4 ml. Agen antimikroba selalu diberikan bila pertussis
dicurigai atau diperkuat karena kemungkinan manfaat klinis dan membatasi
penyebaran infeksi. Eritromisin, 40-50 mg/kg/24 jam, secara oral dalam dosis
terbagi empat (maksimum 2 g/24 jam) selama 14 hari merupakan pengobatan
baku.
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak
dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Menjaga daya tahan tubuh anak

26
dengan cara memberikan ASI pada bayi sampai berumur 2 tahun dan makanan
yang bergizi pada balita. Menjaga higenis dapat mengurangi terjadinya ISPA.
Penelitian menunjukkan cuci tangan menggunakan sabun dan air dapat
mengurangi insidens dari ISPA sampai 50 persen. Ibu sebaiknya memperhatikan
tanda-tanda seperti bernapas menjadi sulit, pernapasan menjadi cepat, anak tidak
dapat minum, kondisi anak memburuk, jika terdapat tanda-tanda seperti itu segera
membawa anak ke petugas kesehatan.17, 18

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjadi AH, Hegar B, Handryastuti , Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED. Pedoman pelayanan medis Edisi 1.Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2010. h. 250-5.

27
2. Price S, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis prosesproses
Penyakit.Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010. h. 804-
10.
3. Kementerian Kesehatan RI. Buletin jendela epidemiologi pneumonia Balita.
Jakarta : Kemenkes RI. 2010.h.16-26
4. Fadhila A. Penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan bronkopneumonia
pada pasien bayi laki-laki berusia 6 bulan. Medulla. 2013.h.1-7.
5. Secth TC, Prober CG. Pneumonia.Dalam: Behrman R, Kliegman M,Jensen
HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2007. h.3149-52.
6. WHO dab UNICEF. Global action plan for prevention and control of
pneumonia (GAPP).2009.h.1-6.
7. Johnson AW, Osinusi K, Aderele WI, Gbadero DA, Olaleye OD, Adeyemi:
Etiologic agents and outcome determinants of community-acquired
pneumonia in urban children. J Natl Med Assoc 2009.100:370-85.
8. Randle E, Ninis N, Inwald D. Invasive pneumococcal disease. Arch Dis
Child EduxPract. 2011;96:183-90.
9. Rahajoe NN, Supriyatno B, dan Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak
edisi I. Badan Penerbit IDAI: Jakarta. 2010 hal : 350-365.
10. Kliegman. 2006. Nelson essentials of pediatrics. USA: El Sevier. Page:
1448-90.
11. Departement Kesehatan RI. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi
saluran penafasan akut untuk penanggulangan bronkopneumonia pada
balita. Jakarta. 2012.h.15-20.
12. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan
Republik Indonesia. Prevalensi ISPA, pneumonia, tuberkulosis (TB) dan
campak. Riset kesehatan dasar. Jakarta; 2008.h.12-6.
13. Ashraf H, Chisti MJ, Alam NH. Treatment of childhood pneumonia in
developing countries. Health Management. 2010;50:59-86.
14. Sylla A, Gueye EH, NDiaye O, Sarr CS, Ndiaye D, Diouf S, et al. Low
level educated community health workers training: a strategy to improve
children access to acute respiratory treatment in Senegal. Arch Pediatri
2007;14:244-8.
15. Sedayu VW. Kebutuhan oksigenasi pada anak dengan bronkopneumonia di
ruang bakung RS Panti Waluyo Surakarta. STIKH.2012;1:1-26.
16. Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik. editor, Nugroho AW,
Rendy L, Dwijayanthi L. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2010. h.779-88.

28
17. Setiawati L, Asih RS, Makmuri MS.Continuing education ilmu kesehatan
anak XXXV, kapita selekta ilmu kesehatan anak IV Hot Topics In
Pediatrics. Surabaya: Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan Anak FK Unair,
2005.h.4-9
18. Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik. editor, Nugroho AW,
Rendy L, Dwijayanthi L. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2010. h.748-79.
19. Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB,
penyunting. Buku ajar respirologi anak. Edisi I. Jakarta: badan penerbit
IDAI; 2010. h.350-6.

29

You might also like