You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara pengirim

dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirimi pesan, isi

pesan, serta orang yang menerima pesan. Orang yang menerima pesan

akan menjawab atau memberi reaksi terhadap pengiriman pesan, sehingga terjadi

interaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Melalui komunikasi manusia dapat

menyampaikan gagasan, keinginan, perasaannya dalam rangka mencapai sesuatu yang

dibutuhkannya baik secara verbal atau non verbal seperti menggunakan simbol-simbol,

isyarat, gerak tubuh, ataupun bunyi-bunyian.Dengan komunikasi verbal manusia akan

dengan mudah dan sesegera mungkin memenuhi keinginan atau kebutuhannya.

Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berkomunikasi dengan lingkungan

sosialnya. Diperlukan kemampuan berbahasa dengan memadai, baik secara ekspresif

(bersifat menyatakan) maupun secara reseptif (menerima/memahami pesan yang

disampaikan). Cara berkomunikasi yang paling efektif dan paling dominan dipergunakan

oleh masyarakat pemakainya adalah bentuk bahasa yang diucapkan atau diartikulasikan.

Kemampuan berkomunikasi seseorang berbeda satu sama lain, bahkan diantaranya ada

anak yang sulit berkomunikasi dikarenakan adanya gangguan dalam kemampuan

berbicara dan berbahasanya.

Gangguan dalam berkomunikasi tidak saja dialami anak tuna rungu, namun juga

terdapat pada anak berkebutuhan lainnya. Anak yang mengalami gangguan komunikasi

1
atau secara lebih spesifik lagi gangguan dalam bahasa ekspresif dan reseptif, perlu

diintervensi sedini mungkin, karena kemampuan berbahasa sangat diperlukan dalam

mengembangkan potensi-potensi yang masih dimiliki anak terutama dalam

mengembangkan kemampuan akademiknya. Kemampuan berbahasa merupakana seluruh

perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa terhadap keterlambatan atau

kerusakan pada lainnya, sebab melibatkan kemapuan kognitif, sensori motor, psikologis,

emosi, dan lingkungan di sekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa

dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaran yang berkaitan

dengan kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus

belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan

mengemukakan keinginannya.

Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan

bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi,

dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan

menjadi kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif

(berbicara). Kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara.

Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa keterlambatan bicara sering dikaitkan dengan

gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan fungsi lainnya. Bila berbagai

gangguan yang terjadi bersamaan tersebut tidak disikapi dengan baik, maka akan

mengganggu tumbuh dan berkembangnya anak di masa depan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara pengirim

dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirim pesan, isi

pesan, serta orang yang menerima pesan. Antara si pengirim pesan maupun si penerima

pesan saling mempengaruhi. Orang yang menerima pesan akan menjawab atau memberi

reaksi terhadap pengiriman pesan, sehingga terjadi interaksi antara pengirim pesan dan

penerima pesan.

Sedangkan, gangguan komunikasi adalah sekumpulan gangguan psikologis yang

ditandai dengan kesulitan-kesulitan dalam pemahaman atau penggunaan bahasa.

Kategori-kategori dari gangguan komunikasi adalah gangguan bahasa ekspresif,

Gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif, gangguan fonologis dan gagap. Masing-

masing gangguan ini mempengaruhi fungsi akademik, atau kemampuan untuk

berkomunikasi secara sosial.

Penanganan pada gangguan komunikasi umumnya dilakukan melalui terapi bicara

dan konseling psikologis untuk kecemasan social dan masalah-masalah emosional

lainnya. Hal yang perlu ditekankan adalah kemampuan komunikasi tidak hanya

kemampuan bicara tapi juga termasuk semua aspek komunikasinya. Aspek komunikasi

itu sendiri meliputi kemampuan mendengar, kemampuan menjawab, cara berkomunikasi,

kemampuan memahami kata-kata dan kemampuan menuangkan gagasan atau ide.

3
Dengan demikian kita dapat membantu mengembangkan kemampuan komunikasi

anak yang mengalami gangguan komunikasi karena sesungguhnya mereka masih

memiliki potensi untuk berkomunikasi, misalnya dengan gerak tubuh atau dengan

visualnya. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan

itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan dinamakan

pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),

sedangkan orang yang menerima pesan diberi nama komunikan (communicatee).

Maka lebih jelasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan. Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris

Communication berasal dari kata Latin Communicatio dan berasal dari kata communis

yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi sebagai

proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau

merubah sikap dan pendapat baik secara langsung dan tidak langsung melalui media

B. Ciri-ciri Gangguan Komunikasi

Anak berkebutuhan khusus biasanya diikuti dengan beberapa karakteristik atau ciri-

ciri sesuai dengan gangguan yang di alami, bagi anak yang mengalami gangguan

komunikasi terdapat 8 ciri-ciri, yaitu :

1. Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah mereka yang tidak memiliki

perhatian untuk berkomunikasi dengan orang-orang dilingkungannya dengan

tujuan bersosial.

4
2. Sewaktu kecil, gumaman yang biasanya muncul ketika anak sudah mulai atau

sebelum dapat bicara tidak muncul. Ini terjadi pada anak yang terdiagnoasa

autisma.
3. Berbicara tapi ada hal yang abnormal dari segi intonasi, rate, volume dan isi

bahasanya. Misalnya bicara seperti robot, mengulang-ulang perkataan yang

didengar, sulit menggunakan bahasa karena mereka tidak sadar dengan reaksi

pendengarnya.
4. Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada mereka. Sulit memahami

bahwa satu kata memiliki makna atau banyak arti.


5. Menggunakan kata-kata yang aneh, seperti ketika melihat mobil mereka

mengatakan empat.
6. Terus mengalami pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan meskipun mereka sudah tahu jawaban dari pertanyaan tersebut.

Contoh kecilnya adalah Ma, itu kambing ya? Mereka tidak menghiraukan

lawan bicaranya, yang jelas mereka suka dengan topik pembahasan yang

diangkat dan tidak jarang memperpanjang pembicaraan.


7. Sering mengulang-ngulang kata-kata yang baru atau pernah mereka dengar

tanpa ada maksud untuk berkomunikasi sama sekali. Mereka sering berbicara

dengan diri mereka atau benda yang disukai dengan bahasa mereka sendiri.
8. Menarik diri dari lingkungan yang mereka tinggali, tidak paham dengan

pembicaraan-yang didengarnya, kesulitan dalam mengolah kata-kata.


9. Memiliki gangguan komunikasi non verbal. Tidak pernah menggunakan

gerak tubuh ketika berbicara layaknya orang-orang normal lain yang secara

spontan terlihat ketika mereka berbicara.


10. Pada gangguan lain, gangguan komunikasi biasanya terjadi kepada orang-orang

yang tuna wicara yang memang tidak pernah tahu atau kesulitan untuk menyebut

5
kata-kata ketika berkomunikasi karena adanya gangguan saraf yang mengontrol

komunikasi verbal manusia.

Anak BK sebenarnya sangat banyak mengalami gangguan komunikasi baik

dengan skala besar maupun kecil meskipun dengan gangguan komunikasi tertentu.

Misalnya anak retardasi mental, autis, tuna wicara dan tuna-tuna yang lain. Gangguan

komunikasi pada anak autisma misalnya yang paling banyak disoroti karena mereka

sangat jauh dengan duniasosialnya, dunia mereka yang kemungkinan besar membuat

mereka hanya merasa nyaman jika berada disana. Dengan demikian, hampir semua ABK

mengalami gangguan komunikasi, baik itu retardasi mental dan gangguan yang lain.

C. Penyebab Gangguan Komunikasi

Penyebab kelainan komunikasi adalah sangat kompleks. Meskipun kebanyakan

anak-anak dievaluasi dalam konteks sistem pendidikan mempunyai kelainan komunikasi

fungsional, tetapi pengenalan faktor-faktor penyebab lainnya yang bersifat organik

sangat penting diketahui oleh para guru. Penyebab dapat termasuk didalamnya

ketidaknormalan sebelum lahir, kecelakaan prenatal, tumor, dan masalah dengan system

saraf atau otot, otak, atau mekanisme bicara itu sendiri. Pengaruh dari agen yang

mempengaruhi embrio atau janin, termasuk sinar x, virus, obat-obatan

dan racun lingkungan dapat juga menyebabkan kelainan yang dibawa sejak lahir. Dalam

enam minggu pertama sampai dua belas minggu kehidupan janin, banyak organ tubuh

sedang dibentuk. Apabila ada agen yang merusak satu organ, maka dapat berpengaruh

terhadap berbagai sistem perkembangan secara terus menerus.

6
Gangguan komunikasi pada anak dapat disebabkan karena adanya gangguan pada

masalah memproduksi kata-kata karena motorik mulut, gangguan si`stem pernafasan,

gangguan pendengaran sehingga tidak dapat mendengar apalagi mengingat kata-kata

dengan jelas, tidak memahami arti kata dan mengasosiasikan dengan situasi serta keadaan

lingkungan yang tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau

mengembangkan kemampuan berbicarannya. Serta fisiologis gangguan yang akan

mengakibatkan tidak lancarnya komunikasi yaitu:

1. Kondisi organ bicara mengalami kerusakan (bibir, gigi, pita suara, langit-

langit keras atau lunak, rongga mulut, hidung tenggorokan).


2. Organ pendengaran yang berfungsi sebagai transmisi rangsang bunyi dari

lingkungan dan diteruskan ke otak untuk menerima pesan tidak berfungsi dengan

baik.
3. Persarafan pusat yang berfungsi untuk mengkoordinir sensori motoris dalam

berkomunikasi berfungsi untuk mendasari pikiran dan organ pola tindakan juga

tidak berfungsi dengan baik.

Secara psikologis gangguan yang mengakibatkan tidak lancarnnya komunikasi yaitu :

1. Kecerdasan yang rendah yang mengakibatkan keterlambatan dalam perkembanga

n bahasa.
2. Minat yang kurang pada lingkungan yang dilihat dan didengarnya.
3. Tidak adannya dukungan dari lingkungan mengakibatkan tidak adannya stimulus

untuk berinteraksi dan mengakibatkan gangguan dalam berinteraksi dan

komunikasi.
4. Masalah emosi anak, seperti anak yang menghadapi perceraian orang tuannya.

D. Jenis-jenis Gangguan Komunikasi

7
1. Gangguan Bahasa

Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama

bahasa, yakni bahasa adalah lambang bunyi. Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis

kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien yang mengalami

kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini

mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan tidak

mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti

oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai

berikut :11,12,15

a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa


Adalah salah satu bentuk dalam kelainan bahasa yang ditandai dengan

kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan

perkembangan bahasa anak normal seusiannya. Kelambatan perkembangan

bahasa diantaranya disebabkan karena keterlambatan mental intelektual,

ketunarunguan.
Keterlambatan mental intelektual, ketunarunguan, congenital aphasia,

autism, disfungsi neurologis dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami

sebab-sebab tersebut di atas cenderung terlambat dalam perkembangan

kemampuan bahasa, sehingga anak mengalami kesulitan transformasi yang

diperlukan dalam komunikasi. Gangguan tingkah laku tersebut sangat

mempengaruhi proses pemerolehan bahasa, diantaranya kurang perhatian

terhadap minat rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah

beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus

8
asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep

diri.
b. Afasia
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan adanya

kerusakan pada pusat-pusat bahasa di cortex cerebri. Kerusakan pada pusat-

pusat yang dialami oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang

dialami oleh orang dewasa disebut afasia dewasa. Secara klinis afasia

dibedakan menjadi :
1. Afasia Sensoria
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna

rangsangan yang diterimanya. Bicara spontan biasanya lancar hanya

kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau

konteks komunikasi.
Seorang aphasia dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata

bukuwalau di hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah

menyebut busa. bulu,bubu (klien nampak susah dan putus asa).

Untuk aphasia auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa

yang didengarnya. Ketika ditanya, apakah bapak sudah makan?

Maka jawabannya adalah piring.piring meja.. yaya.

2. Afasia Motoris
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan

atau menyusun pikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang

bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar,

terputus-putus dan ucapannya sering tidak dimengerti orang lain.

Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang

dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan

9
rangsangan yang diterimanya, hanya saja untuk mengekspresikannya

mengalami kesulitan.

Seorang aphasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan

menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk ke arah

barat , dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam

ucapannya. Jenis aphasia ini juga dialami dalam menuangkan ke

bentuk tulisan. Jenis ini disebut dengan disgraphia (agraphia).

3. Afasia Konduktif
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan

bunyi-bunyi bahasa. Pada ucapan kalimat-kalimat pendek cukup

lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.


4. Afasia Amnestik
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih

danmenggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol yang

dipilih yang berhubungan dengan nama, aktifitas, situasi yang

berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau

mengatakan kursi maka diganti dengan kata duduk.

2. Gangguan bicara

Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan

bicara. Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan

bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan

dimana anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan

atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan

proses produksi bunyi bicara. 11,12,15

10
Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125

jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak didiagnosis keterlambatan

bicara dan bahasa.27 Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di

Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214

anak yang berusia bawah 3 tahun.28 Di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RSUP

Dr. Kariadi selama tahun 2007 diperoleh 100 anak (22,9 %) dengan keluhan

gangguan bicara dan berbahasa dari 436 kunjungan baru.3 Anak yang mengalami

keterlambatan bicara dan bahasa berisiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan

membaca dan menulis, dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang

secara menyeluruh. Hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda.

Selanjutnya, orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat

keterlambatan bicara dan bahasa akan mengalami masalah perilaku dan

penyesuaian psikososial.21 Beberapa ahli menyimpulkan perkembangan bicara

dan bahasa dapat dipakai sebagai indikator perkembangan anak secara

keseluruhan, termasuk kemampuan kognisi dan kesuksesan dalam proses belajar

di sekolah.29 Hasil studi longitudinal menunjukkan bahwa keterlambatan

perkembangan bahasa berkaitan dengan kecerdasan dan membaca di kemudian

hari.30 Kelainan proses produksi menyebabkan kesalahan artikulasi fonem baik

dalam titik artikulasinya maupun cara pengucapannya. Ditinjau dari segi klinis,

gejalan kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan

gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan

11
kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas

bunyi bicara, dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan

kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna dan

mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering

dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia dengar

/topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/.


Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara

monotondan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana

kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat.

Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung

menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. Namun tidak

semua lawan bicaranya dapat menerima sehingga komunikasi

secaraglobal terganggu.
b. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang

disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan

di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi

disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi

benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan

tapi, kopi dengan topi. Re ndahnya kemampuan mengingat

menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu

mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/

diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar /diucapkan /bugi.cal/


c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya

kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-

12
alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf

pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:


1) Spastic Disartria
Ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-

otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus,

karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.


2). Flaksid Disartria
Ketidakmampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot

organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.


3). Ataksia Disartria
Ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi

gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat

memulai kata/kalimat.
4). Hipokinetik Disartria
Ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat

penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari

pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.


5). Hiperkinetik Disartria
Ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat

kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan

abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul

kenyaringan.

d.Disglosia

Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena

adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut

akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu :

1. Palatoskisis : sumbing langitan


2. Maloklusi : Salah temu gigi atas dan gigi bawah

13
3. Anomali : Kelainan atau penyimpangan /cacat bawaan

misalnya lidah yang tebal, tidak tumbuh, velum atau tali lidah

yang pendek.
e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam

memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak

mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi

/kaman/ atau /nakam/.

4. Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis

gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi :


a. Kelainan Nada
Gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi

yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi,

nada rendah, nada datar, dwinada,suara pubertas.


b. Kelainan kualitas suara
Yaitu gangguan suara yang terjadi karena adanya

ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat adduksi,

sehingga suara yang dihasilkan tidak sama dengan suara yang

biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness,

hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.

c.Afonia

Yaitu kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam

memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena

kelumpuhan pita suara, hysteria, pertumbuhan yang tidak sempurna atau

karena suatu penyakit.

14
4. Gangguan Irama

Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat

berbicara, meliputi :

a. Stuttering

Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa

pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk memulai

pengucapan kata.

b. Cluttering
Cluttering merupakan ganguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang

sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti.


Terdapat 3 tipe yaitu :
1. Distorsi : Pengucapan yang tidak jelas.
2. Substitusi : Penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain.
3. Omisi : Penghilangan bunyi-bunyi
c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa. Peranan

Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan komunikasi di sekolah reguler. Sekolah

merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik, yang

mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan memperhatikan tahap

perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan, sehingga muncul kemandirian.

E. Gangguan Bahasa Ekspresif

Pada gangguan bahasa ekspresif anak-anak berada di bawah kemampuan yang

diharapkan dalam hal perbendaharaan kata, pemakaian keterangan waktu (tenses) yang

tepat, produksi kalimat yang kompleks, dan mengingat kata-kata. Prevalensi gangguan

bahasa ekspresif terentang dari 3 sampai 10 persen dari semua anak usia sekolah.

15
Gangguan adalah dua sampai tiga kali lebih sering pada anak laki-laki dibanding anak

perempuan.

Penyebab gangguan bahasa ekspresif tidak dikteahui. Factor genetic yang tidak

diketahui telah dicurigai memainkan peranan, karena sanak saudara anak-anak dengan

gangguan belajar memiliki insidensi gangguan bahasa ekspresif yang relative tinggi.

Keterlambatan Bicara

Kemampuan dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (anak)

dan faktor ekstrinsik (psikososial). Faktor intrinsik ialah kondisi pembawaan sejak lahir

termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara.

Sementara itu, faktor ekstrinsik dapat berupa stimulus yang ada di sekeliling anak,

misalnya perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak. 1,2 Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1) Faktor Intrinsik

a) Retardasi mental

Retardasi mental merupakan penyebab paling umum dari keterlambatan bicara,

tercatat lebih dari 50% dari kasus.7 Seorang anak retardasi mental menunjukkan

keterlambatan bahasa menyeluruh, keterlambatan pemahaman pendengaran, dan

keterlambatan motorik. Secara umum, semakin parah keterbelakangan mental, semakin

lambat kemampuan komunikasi bicaranya. Pada 30%-40% anak-anak dengan retardasi

mental, penyebabnya tidak dapat ditentukan. Penyebab retardasi mental diantaranya cacat

genetik, infeksi intrauterin, insufisiensi plasenta, obat saat ibu hamil, trauma pada sistem

16
saraf pusat, hipoksia, kernikterus, hipotiroidisme, keracunan, meningitis atau ensefalitis,

dan gangguan metabolik.8

b) Gangguan pendengaran

Fungsi pendengaran dalam beberapa tahun pertama kehidupan sangat penting

untuk perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan pendengaran pada tahap awal

perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara yang berat. Gangguan

pendengaran dapat berupa gangguan konduktif atau gangguan sensorineural. Tuli

konduktif umumnya disebabkan oleh otitis media dengan efusi.9 Gangguan pendengaran

tersebut adalah intermiten dan rata-rata dari 15dB sampai 20 dB.10 Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan pendengaran konduktif yang

berhubungan dengan cairan pada telinga tengah selama beberapa tahun pertama

kehidupan berisiko mengalami keterlambatan bicara.4,10 Gangguan konduktif juga dapat

disebabkan oleh kelainan struktur telinga tengah dan atresia dari canalis auditoris

eksterna. Gangguan pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi intrauterin,

kernikterus, obat ototosik, meningitis bakteri, hipoksia, perdarahan intrakranial, sindrom

tertentu (misalnya, sindrom Pendred, sindrom Waardenburg, sindrom Usher) dan kelainan

kromosom (misalnya, sindrom trisomi). Kehilangan pendengaran sensorineural biasanya

paling parah dalam frekuensi yang lebih tinggi.5

c) Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang terjadi sebelum anak

mencapai usia 36 bulan. Autisme ditandai dengan keterlambatan perkembangan bahasa,

penyimpangan kemampuan untuk berinteraksi perilaku ritualistik, dan kompulsif, serta

17
aktivitas motorik stereotip yang berulang. Berbagai kelainan bicara telah dijelaskan,

seperti ekolalia dan pembalikan kata ganti. Anak-anak autis pada umumnya gagal untuk

melakukan kontak mata, merespon senyum, menanggapi jika dipeluk, atau menggunakan

gerakan untuk berkomunikasi. Autisme tiga sampai empat kali lebih sering terjadi pada

anak laki-laki daripada anak perempuan.5

d) Mutasi selektif

Mutasi selektif adalah suatu kondisi dimana anak-anak tidak berbicara karena

mereka tidak mau. Biasanya, anak-anak dengan mutasi selektif akan berbicara ketika

mereka sendiri, dengan teman-teman mereka, dan kadang-kadang dengan orang tua

mereka. Namun, mereka tidak berbicara di sekolah, dalam situasi umum, atau dengan

orang asing. Kondisi tersebut terjadi lebih sering pada anak perempuan daripada anak

laki-laki. Secara signifikan anak-anak dengan mutasi selektif juga memiliki defisit

artikulatoris atau bahasa. Anak dengan mutasi selektif biasanya memanifestasikan gejala

lain dari penyesuaian yang buruk, seperti kurang memiliki teman sebaya atau terlalu

bergantung pada orang tua mereka. Umumnya, anak-anak ini negativistic, pemalu,

penakut, dan menarik diri. Gangguan tersebut bias bertahan selama berbulan-bulan

sampai bertahun-tahun.4,5

F. Karakteristik Gangguan Komunikasi dalam DSM V

Yang termasuk kedalam gangguan komunikasi diantaranya adalah kurangnya

kemampuan dalam bahasa, berbicara dan komunikasi. Kemampuan berbicara adalah

bentuk ekspresi dari hasil bunyi yang termasuk didalamnya artikulasi individu,

kelancaran, suara dan kualitas resonansi bahasa meliputi bentuk, fungsi dan sistem

18
penggunaan simbol yang lazim digunakan untuk komunikasi. Komunikasi termasuk

diantaranya perilaku verbal atau non verbal yang mempengaruhi perilaku, pikiran atau

sikap seseorang dengan orang lain. Berbagai diagnosis kategori gangguan komunikasi

diantaranya 3 Gangguan bahasa, Gangguan suara, Gagap pada masa kanak-kanak,

Gangguan komunikasi sosial, serta gangguan komunikasi tertentu dan yang tidak

ditentukan lainnya.12,15

1. Language Disorder
a. Kesulitan yang sifatnya terus menerus dalam menerima dan menggunakan

bahasa saat melakukan banyak hal (berbicara, menulis, bahasa isyarat dan

lainnya) karena kurangnya pemahahan atau produktivitasnya yang diantaranya

meliputi :
1. Pengurangan kosa kata
2. Struktur kalimat yang terbatas
3. Kelemahan dalam percakapan
b. Kemampuan bahasa yang pada hakikatnya dan secara terukur berada dibawah

apa yang seharusnya terjadi pada usia tertentu, yang menghasilkan

keterbatasan dalam berkomunikasi yang efektif, partisipasi sosial, prestasi

akademik atau kinerja pekerjaan, terjadi secara individu ataupun dalam bentuk

gabungan.
c. Munculnya gejala-gejala pada awal masa perkembangan
d. Kesulitan yang dialami tidak disebabkan karena kelemahan atau kerusakan

pendengaran ataupun kemampuan sensoris lainnya, tidak karena ketidak

berfungsianmotorik atau kondisi medis dan neurologi lainnya, serta dijelaskan

sebagaigangguan intelektual atau keterlambatan perkembangan global.11


2. Speech Sound Disorder
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Kemampuan Berbicara :
a. Kesulitan dalam mengeluarkan suara sehingga mengganggu kejelasan suara

atau menghalangi komunikasi pesan verbal.

19
b. Gangguan berbicara menyebabkan keterbatasan dalam komunikasi yang

efektif yang mengganggu partisipasi sosial, prestasi akademik atau kinerja

kerja, secara individual atau dalam kombinasi apapun.


c. Timbulnya gejala dalam periode awal perkembangan.
d. Gangguan berbicara tidak disebabkan atau didapat dari kondisi bawaan seperti

kelumpuhan pada otak, bibir sumbing, tuli atau gangguan pendengaran, cedera

otak traumatis atau neurologis atau kondisi medis lainnya.10,11


3. Childhood Onset Fluency Disorder (Stuttering)
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Kefasihan Kata Pada Anak-anak (gagap):
a. Gangguan kelancaran kata tidak sesuai untuk usia yang pada umumnya

sudahmampu untuk berbicara normal dan kemampuan bahasa pada indi&idu

ini biasanya bertahan dari waktu ke waktu dan sering ditandai dengan satu

kejadian (atau lebih), seperti berikut :


1. Penggulangan suara pada suku kata.
2. Perpanjangan suara pada konsonan maupun vocal.
3. Pemutusan kata (misalnya, jeda dalam kata)
4. Hambatan yang terdengar atau tenang (ada atau tidaknya jeda dalam

berbicara)
5. Pemakaian kata-kata yang terlalu

banyak (substitusi kata untuk menghindari kata-kata bermasalah)


6. Menghasilkan kata-kata yang berlebihan akibat ketegangan fisik yang

berlebihan.
7. Pengulangan seluruh kata-kata yang bersuku (misalnya, aku-aku-aku-aku

melihatnya).
b. Gangguan kelancaran kata ini menyebabkan kecemasan atau keterbatasan

berbicara dalam komunikasi yang efektif,

partisipasi sosial, atau kinerja akademis atau pekerjaan, baik secara individu

atau dalam kombinasi apapun.


c. Timbulnya gejala pada periode awal perkembangan.
d. Gangguan kelancaran kata tidak disebabkan oleh kemampuan bicara motorik

dan sensorik, ketidaklancaran yang berhubungan dengan kondisi neurologis

20
(misalnya, stroke, tumor, trauma

atau kondisi medis lain dan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental lain.
4. Social (Pragmatic) Communication Disorder
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Komunikasi Sosial (Pragmatis):13
a. Kesulitan terus-menerus dalam penggunaan komunikasi sosial verbal dan non

verbal seperti yang dituturkan hal berikut :


1. Kurang berkomunikasi dalam berinteraksi dalam sosial, seperti menyapa

dan berbagi informasi, dalam menggunakan cara yang tepat untuk konteks

sosial.
2. Kelemahan dalam

kemampuan mengubah komunikasi untuk mencocokkan konteks dengan

pendengar, seperti berbicara secara berbeda di kelas daripada ditaman

bermain, berbicara secara berbeda kepada anak-anak daripada orang

dewasa, dan menghindari penggunaan bahasa yang terlalu formal.


3. Kesulitan dalam aturan berbicara dan bercerita, seperti bergiliran dalam

berbicara mengulang ketika disalahpahamkan, dan mengetahui bagaimana

menggunakan sinyal verbal dan non verbal untuk mengatur interaksi

berikut.
4. Kesulitan memahami apa yang tidak dinyatakan secara eksplisit (membuat

kesimpulan) dan makna nonliteral atau ambigu dari bahasa (ungkapan,

humor, kiasan, beberapa makna yang bergantung pada konteks untuk

interpretasi).
b. Kurangnya berkomuniksi mengakibatkan keterbatasan fungsional dalam

komunikasi yang efektif, partisipasi social,

hubungan sosial, prestasi akademik, atau kinerja kerja, secara individual atau

dalam kombinasi.

21
c. Timbulnya gejala dalam periode awal perkembangan (tapi defisit tersebut

mungkin tidak menjadi sepenuhnya terwujud sampai tuntutan komunikasi

sosial melebihi kapasitas tertentu).


d. Gejala tersebut tidak disebabkan kondisi medis atau

neurologis atau kemampuan rendah dalam mendomain struktur kata dan tata

bahasa, dan gangguan spectrum autism tidak menjelaskan dengan baik, cacat

intelektual (gangguan perkembangan intelektual) keterlambatan

perkembangan global, atau gangguan mental lainnya .

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara garis besar gangguan komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu, gangguan bicara

dangangguan bahasa. Gangguan bicara dapat disebut juga dengan tunawicara yang terjadi

akibat gangguan pendengaran yang telah dialami sejak lahir atau terjadi kerusakan pada

organ bicara, misalnya anak memiliki bentuk bibir yang kurang sempurna. Sedangkan

gangguan bahasa diakibatkan karena anak kesulitan dalam memahami dan menggunakan

22
bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hal tersebut biasanya terjadi karena anak

memiliki tingkat kecerdasan yang rendah sehingga sulit mengikuti atau mengucapkan

kata atau suatu bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Owens RE. Language Development an Introduction, 5th edition. New York: Allyn and

Bacon. 2001.

2. Silva PA, Williams SM, McGee R. A longitudinal study of children with

developmental language delay at age three; later intelligence , reading and behavior

problems. Dev Med Child Neurol. 1987;29;630-640.

3. Klinik Tumbuh Kembang Anak RS. Dr. Kariadi. Studi pendahuluan disfasia

perkembangan. Semarang; 2007.

23
4. Shonkoff JP. Language delay: late talking to communication disorder. In: Rudolph AM,

Hoffman JI, Rudolph CD, editors. Rudolph's pediatrics. London: Prentice-Hall.

1996:1248.

5. Leung KA, Kao PC. Evaluation and management of the child with speech delay. Am

Fam Phys 1999;59:32-45.

6. Schwartz ER. Speech and language disorders. In: Schwartz MW, editor. Pediatric

primary care: a problem oriented approach. St. Louis: Mosby, 1990: 696700.

7. Coplan J. Evaluation of the child with delayed speech or language. Pediatri Ann.

1985;14:2038.

8. Leung AK, Robson WL, Fagan J, Chopra S, Lim SH. Mental retardation. J R Soc

Health. 1995;115:319.

9. Leung AK, Robson WL. Otitis media in infants and children. Drug Protocol.

1990;5:2910. Schlieper A, Kisilevsky H, Mattingly S, Yorke L. Mild conductive hearing

loss and language development: a one year follow-up study. J Dev Behav Pediatr.

1985;6:658.

11. Bishop DV. Developmental disorders of speech and language. In: Rutter M, Taylor E,

Hersov L, eds. Child and adolescent psychiatry. Oxford: Blackwell Science. 1994:546

68.

12. DSM 5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Washington DC:

America Psychiatric Association. 2013

13. Norbury CF. Practitioner review: social (pragmatic) communication disorder

conceptualization, evidence and clinical implications. J Child Psychol Psychiatry.

2013;55:2042016.

24
14. Ketelaars MP, Cuperus J, Jansonius K, Verhoeven L. Pragmatic language impairment

and associated behavioural problems. Int J Lang Commun Disord. 2010;45:204214

15. Chabon S. ASHAs Recommended Revisions to the DSM-5. Rockville: American

Speech-Language-Hearing Association; 2012. ASHAs recommended revisions to the

DSM-5.

25

You might also like

  • Bab I
    Bab I
    Document4 pages
    Bab I
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • LEAFLET
    LEAFLET
    Document1 page
    LEAFLET
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Bab II. Tinjauan Pustaka
    Bab II. Tinjauan Pustaka
    Document29 pages
    Bab II. Tinjauan Pustaka
    Ves Kris Tao
    No ratings yet
  • Optic Neuritis Retrobulbar
    Optic Neuritis Retrobulbar
    Document2 pages
    Optic Neuritis Retrobulbar
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Amsal 17 Ayat 1 17
    Amsal 17 Ayat 1 17
    Document4 pages
    Amsal 17 Ayat 1 17
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Tugas Dok Bundle Kipi Revisi
    Tugas Dok Bundle Kipi Revisi
    Document9 pages
    Tugas Dok Bundle Kipi Revisi
    Syah faiza hanum
    100% (1)
  • Lirik Lagu Natal Pemuda
    Lirik Lagu Natal Pemuda
    Document4 pages
    Lirik Lagu Natal Pemuda
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Ceklist Ujian
    Ceklist Ujian
    Document1 page
    Ceklist Ujian
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Kista Duktus Koledokus
    Kista Duktus Koledokus
    Document3 pages
    Kista Duktus Koledokus
    Ira Pratiwi
    No ratings yet
  • Lampiran
    Lampiran
    Document1 page
    Lampiran
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lapkas Linggan
    Lapkas Linggan
    Document22 pages
    Lapkas Linggan
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Spesilasisasi Dokter
    Spesilasisasi Dokter
    Document16 pages
    Spesilasisasi Dokter
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Refarat
    Refarat
    Document39 pages
    Refarat
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Paper
    Paper
    Document25 pages
    Paper
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • TERAPI
    TERAPI
    Document5 pages
    TERAPI
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Liturgi Ibadah Natal Pemuda
    Liturgi Ibadah Natal Pemuda
    Document4 pages
    Liturgi Ibadah Natal Pemuda
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Uji Tekstur
    Uji Tekstur
    Document1 page
    Uji Tekstur
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document2 pages
    Cover
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • No 1
    No 1
    Document1 page
    No 1
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lapkas Panjang Bronkopneumonia-1
    Lapkas Panjang Bronkopneumonia-1
    Document29 pages
    Lapkas Panjang Bronkopneumonia-1
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Soal Obsgyn - Bryank
    Soal Obsgyn - Bryank
    Document3 pages
    Soal Obsgyn - Bryank
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • VBBB
    VBBB
    Document5 pages
    VBBB
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Soal Edmont.H
    Soal Edmont.H
    Document3 pages
    Soal Edmont.H
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • No 1
    No 1
    Document1 page
    No 1
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • VBBB
    VBBB
    Document5 pages
    VBBB
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Lapkas RM
    Lapkas RM
    Document26 pages
    Lapkas RM
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Kisi Kisi PKN Kls 5
    Kisi Kisi PKN Kls 5
    Document12 pages
    Kisi Kisi PKN Kls 5
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Refarat Neuro
    Refarat Neuro
    Document22 pages
    Refarat Neuro
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet
  • Rehab Medik
    Rehab Medik
    Document5 pages
    Rehab Medik
    Anonymous Vp9kT1ML0
    No ratings yet