You are on page 1of 12

HUBUNGAN ANTARA IMT (INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KEJADIAN

DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI KELAS VII DI SMPN 1 MOJOANYAR

Heni Frilasari

Dysmenorrhoea is pain before, during, and after menstruation. This disorderusually


begins tooccurat 24 hoursbefore the onset ofmenstrual bleeding and can befelt 24-36
hours. Dysmenorrhoeais influenced by several factors, among others, psychological
factors, constitutional factors, cervical canal obstruction factors, endocrine factors, allergic
factors, andstatus of thebody mass indexof less/low. The purpose of this study was
relationship between BMI (Body Mass Index) with the incidence of dysmenorrhoea to
adolescent girls in class VII SMPN 1 Mojoanyar Mojokerto regency. The design of this
study was analytical cross-sectional correlational approach. The population was the entire
classVII student at SMPN 1 Mojoanyar much as 132 and the sample was 56 respondents
drawn using cluster sampling technique. Data was obtained by questionnaire respondents
whish it spreaded and measured height and weight to determine BMI of respondents.
Processing data was done by editing, coding, scoring and tabulation. The result of this
study was chi square test. And it showed was =0.19, =0.05. Then >, then H0 was
rejected, the meaning a relationship between BMI (body massindex) with the incidence of
dysmenorrhoea to adolescent girls in class VII SMPN 1 Mojoanyar. This situation occurs
due to the factors influence the incidence of dysmenorrhoea among other nutritional status.
Respondent should be more attention to the nutritional status of its normal BMI and can
minimize the incidence of dysmenorrhoea.

Keywords: BMI (Body Mass Index), Dysmenorrhoea, Teenagers

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah pada laki-laki dan estrogen perempuan.
satu tahap dalam kehidupan manusia Karakteristik sekunder pada perempuan
yang sering disebut sebagai masa meliputi pertumbuhan bulu pada pubis,
pubertas yaitu masa peralihan dari pertumbuhan rambut di ketiak, serta
anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap menarche atau menstruasi pertama
ini remaja akan mengalami suatu (Poltekkes Depkes, 2010). Menstruasi
perubahan fisik, emosional dan sosial merupakan penumpahan lapisan uterus
sebagai ciri dalam masa pubertas dan yang terjadi pada setiap bulan berupa
dari berbagai ciri pubertas pria dan darah dan jaringan mulai pada masa
pubertas wanita (Panuju dan Umami, pubertas, ketika seorang perempuan
2005). Selama pubertas terjadi mulai memproduksi cukup hormon
perubahan kadar hormonal yang tertentu yang menyebabkan mulainya
mempengaruhi karakteristik seks darah ini. (Nugraha, 2006).
sekunder, seperti hormon androgen
Bagi sebagian wanita, dirasa mengganggu bagi wanita yang
menstruasi dapat membuat rasa cemas mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar
karena disertai rasa nyeri ketika gangguan tentu tidak sama untuk setiap
menstruasi tiba. Kondisi ini dikenal wanita. Ada yang masih bisa bekerja
dengan nyeri menstruasi atau (sesekali sambil meringis), adapula
dismenorea (Proverawati dan Misaroh, yang tidak kuasa beraktifitas karena
2009). Gangguan yang cukup berat saat nyerinya (Proverawati dan Misaroh,
menstruasi seperti kram yang 2009).
disebabkan oleh kontraksi otot - otot Menurut penelitian yang
halus rahim, sakit kepala, sakit pada dilakukan oleh E Dyah dan Tinah
bagian tengah perut, gelisah, letih, (2009), di SMA Negeri 3 Sragen,
hidung tersumbat, dan ingin menangis didapatkan 40 responden mempunyai
(Maulana, 2009). IMT antara 18,25 20,00 sebanyak 19
Angka kejadian nyeri responden, IMT antara 17,5 18,5
menstruasi di dunia sangat besar. Rata- sebanyak 11 responden, IMT antara
rata lebih dari 50% perempuan di setiap 16,0 17,5 sebanyak 7 responden, dan
negara mengalami nyeri menstruasi. Di hanya 3 responden yang mempunyai
Amerika Serikat diperkirakan hampir IMT < 16,0. Sebagian besar responden
90% wanita mengalami dismenorea dan mengalami nyeri haid yaitu sebanyak
10-15% diantaranya mengalami 39 responden, sedangkan hanya 1
dismenore berat, yang menyebabkan responden yang tidak mengalami nyeri
mereka tidak mampu melakukan haid. Responden dengan KEK berat
kegiatan apapun dan ini akan mengalami nyeri haid sebanyak 3
menurunkan kualitas hidup pada responden, KEK sedang sebanyak 7
individu masing-masing (Proverawati responden, KEK ringan sebanyak 11
dan Misaroh, 2009). responden, KEK kurang sebanyak 18
Sementara di Indonesia responden, dan 1 responden mengalami
angkanya diperkirakan 55% perempuan nyeri haid.
usia produktif yang tersiksa oleh nyeri Berdasarkan studi pendahuluan
selama menstruasi. Angka kejadian yang dilakukan peneliti terhadap 21
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar remaja putri di SMP N 1 Mojoanyar,
45-95% di kalangan wanita usia didapatkan 6 remaja putri yang
produktif. Walaupun pada umumnya mempunyai IMT < 17 mengalami
tidak berbahaya, namun seringkali dismenorea, remaja putri dengan IMT
antara 17,0 18,4 sebanyak 4 yang mengakibatkan status IMT nya
mengalami dismenorea, IMT antara > kurang / rendah dan dapat
18,5 25,0 sebanyak 3 mengalami mengurangi resiko terjadinya
dismenorea. Sedangkan 8 dari 21 dismenorea. Kejadian dismneorea
remaja tidak mengalami dismenorea pada remaja sering kali
dengan rincian 2 remaja memiliki IMT mengakibatkan terganggunya
< 17,0, IMT 17,0 18,4 sebanyak 3, aktifitas sehari-hari, termasuk
dan 3 remaja dengan IMT 18,5 25,0. kegiatan belajar di sekolah. Untuk
Remaja perlu itu dibutuhkan pengetahuan yang
mempertahankan status gizi yang baik mengenai pemenuhan gizi
baik, dengan cara mengkonsumsi pada remaja awal agar kebutuhan
makanan seimbang karena sangat gizinya terpenuhi. Adapun tujuan
dibutuhkan pada saat haid. Pada dari penelitian ini adalah
saat haid fase luteal akan terjadi Mengetahui adakah hubungan antara

peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan IMT dengan kejadian dismenorea pada

bila ini diabaikan maka dampaknya remaja putri kelas VII di SMP Negeri
1 Gedeg.
akan terjadi keluhan-keluhan yang
menimbulkan rasa
ketidaknyamanan selama siklus
haid (Paath, 2004). Ada beberapa
hal yang sering dihubungkan
dengan kejadian dismenorea antara
lain umur < 30 tahun, usia
menarche < 12 tahun, siklus
menstruasi yang panjang,
perdarahan menstruasi yang
banyak, merokok, gangguan
psikologis dan salah satunya status
indeks masa tubuh yang kurang /
rendah (Latthe P, Mignini L, Gray
R, Hills R, Khan K, 2006).
Pada ramaja awal sangat
dibutuhkan pemenuhan kebutuhan
gizi yang tercukupi, sehingga tidak
METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam


penelitian ini adalah cross section
Populasinya adalah semua siswi beberapa sampel dari masing-
kelas VII di SMPN 1 Mojoanyar masing kelas dengan proporsi yang
sebanyak 132 remaja. sama. (Hidayat, 2010). Pada
Teknik pengambilan sampel secara penelitian ini peneliti
Cluster random Sampling, yaitu menginginkan hasil yang lebih
populasi dibagi dalam beberapa akurat, oleh karena itu peneliti
kelas / bagian yang lebih kecil, menggunakan program komputer
kemudian salah satu kelompok SPSS dengan menggunakan uji
(cluster) itu diambil sampelnya. analisis uji koefisien chi square
Dan menggunakan tipe two stage dengan hasil p value = 0,000 ( <
simple cluster sampling proporsi 0,05).
sama besar yaitu mengambil
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan IMT (Indeks Massa
3. J 4. Pro Tubuh)
u sen
m tas 2. Sumber : Data primer, 2015
l e 3. Dari tabel diatas dapat diketahui
a (% bahwa dari 56 responden yang paling
h )
banyak mempunyai IMT <17,0 18,4
1. 2. I ( sebanyak 32 dengan prosentase 57,1%
N M N
T ) 4.
6. < 7. 3 8. 57, 5. Karakteristik Responden
1 2 1% Berdasarkan Kejadian Dismenorea
7
, 6. Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi
0 Responden Berdasarkan Kejadian
5.
Dismenorea
1

10. P
1 r
8 o
, s
4 e
10. 1 8. D n
8 is t
, m a
5 e s
9. n e
11. 1 12. 26,
2 o
5 8%
7. r 9. (
2 N e J %
4 a )
, 14. 6
0 13. 9
14. 2 11. 12. Y
3 ,
5 1. a
6
, %
0 18. 3
16. T
17. 0
13. 16. 16, 15. id
15. 9 1 ,
3 1% 2. a
4
> k
%
2 19. 20. J 21. 100
7 u 5
, m
0 la
18. J
u
m 19. 5 20. 100
17.
l 6 %
a
h
h 29. Dari tabel diatas diperoleh data dari
22. Sumber : Data primer, 2015 56 responden yang memiliki IMT
23. Dari
21. 23.Kejadian Dismenorea 24. <17,0
tabel diatas 25.Total
22. 27.Ya 28.Tidak 18,4
dapat
I
diketahui dari 31. 32. 33. 34. 35.f 36.
f f % %
56 responden
yang diteliti 37. 38. 39. 40. 41. 42.3 43.
menunjukkan < 27 48 5 8,9 2 5

bahwa
44. 45. 46. 47. 48. 49.1 50.
sebagian 1 8 14 7 12, 5 2
besar remaja
putri 51. 52. 53. 54. 55. 56.9 57.
2 4 7, 5 8,9 1
mengalami
dismenorea 58. 59. 60. 61. 62. 63.5 64.
ditunjukkan T 39 69 17 30, 6 1

dengan
sebanyak 27 yang mengalami
jumlah 39 responden dengan prosentase
dismenorea, dan 5 responden tidak
69,6%
mengalami dismenorea. Responden
1. Tabulasi Silang Hubungan IMT
(Indeks Massa Tubuh) dan yang memiliki IMT antara 18,5
Kejadian Dismenorea 24,0 yang mengalami dismenorea
24.
25. Tabel 3.1 Tabulasi silang antara sebanyak 8 dan 7 responden yang

(Indeks Massa Tubuh) dengan tidak mengalami dismenorea.

Kejadian Disminorea Sedangkan 4 responden yang

26. memliki IMT antara 25,0 > 27,0


27. mengalami dismenorea dan 5
28.
responden tidak mengalami
dismenorea.
30.

31.

32. PEMBAHASAN

1. IMT (Indeks Massa Tubuh)


2. Hasil penelitian yang dilakukan di pola konsumsi dan asupan makanan,
SMPN 1 Mojoanyar tentang hubungan status kesehatan, pengetahuan,
antara IMT (Indeks Massa Tubuh) pemelihraan kesehatan, lingkungan,
dengan kejadian dismenorea, diperoleh dan yang terakhir adalah budaya.
5. Responden pada penelitian ini
hasil bahwa sebagian besar remaja
menunjukkan bahwa sebagian besar
memiliki IMT antara <17 18,4
IMT nya termasuk kurus. Hal ini
sebanyak 32 responden (57,1%). 15
kemungkinan terjadi karena kurangnya
responden (26,8%) memiliki IMT
pengetahuan tentang kesehatan
antara 18,5 24,0. Sedangkan sisanya
terutama mengenai asupan nutrisi.
yaitu 9 responden (16,1%) memiliki
Minimnya pengetahuan mengenai
IMT antara 25,0 27,0.
3. Indeks berat/tinggi badan merupakan kesehatan itu sendiri bisa dipengaruhi
suatu ukuran dari berat badan (BB) oleh umur, lingkungan dan budaya.
berdasarkan tinggi badan (TB). Oleh karena itu sangatlah penting bagi
Sebagai suatu ukuran komposisi tubuh, remaja untuk memperhatikan
indeks berat/tinggi dapat memenuhi kesehatan pada dirinya agar status
kriteria yang diharapkan yaitu gizinya baik dan dapat meminimalisir
mempunyai hubungan erat dengan gangguan-gangguan yang dapat
jumlah lemak tubuh dan hubungan menyerang kondisi kesehatan. Remaja
yang rendah dengan tinggi badan atau perlu menjaga kesehatannya dengan
komposisi tubuh. (Kartono dan Lamid, cara menjaga pola makan dan
2009). mengkonsumsi makanan seimbang ,
4. Sebagian besar dari responden
olahraga teratur juga sangat dibutuhkan
memiliki IMT <17. IMT < 17 masuk
untuk remaja karena mereka masih
kategori kurus. IMT didapatkan
dalam masa pertumbuhan, istirahat
dengan cara mengukur tinggi badan
yang teratur, dan selalu berfikiran
dan berat badan, jadi IMT bergantung
positif dapat membantu menjaga
dari status gizi seseorang. Status gizi
kesehatan dari psikis seseorang.
adalah ekspresi dari keadaan
Dengan itu maka kesehatan dapat
keseimbangan dalam bentuk variabel
terjamin dengan baik dan tidak
tertentu atau perwujudan dari nutriture
mengakibatkan IMT (Indeks Massa
(keadaan gizi) dalam bentuk tertentu.
Tubuh) remaja menjadi kurang /
(Sitiatava, 2013). Adapun faktor-faktor
rendah.
yang mempengaruhi status gizi yaitu
6. Kejadian Dismenorea

7. Hasil penelitian yang dilakukan di membutuhkan asupan gizi yang baik.


SMPN 1 Mojoanyar tentang hubungan Pada remaja putri penting dalam
IMT (Indeks massa tubuh) dengan memperhatikan status gizinya, karena
kejadian dismenorea pada remaja putri perempuan tiap bulan mengalami haid.
kelas VII, berdasarkan tabel 4.3 di Pada saat haid fase luteal akan terjadi
peroleh hasil bahwa sebagian remaja peningkatan kebutuhan nutrisi, dan bila
putri mengalami dismenorea ini diabaikan maka akan terjadi
ditunjukkan dengan terdapat 39 ketidaknyamanan selama siklus haid.
responden (69,6%) dan siswi yang 8. Hubungan Antara IMT (Indeks
tidak mengalami dismenorea Massa Tubuh) Dengan Kejadian
ditunjukkan dengan jumlah 17 Dismenorea Pada Remaja Putri
responden dengan prosentase 30,4%. Kelas VII
Menurut Andira 2010, dismenorea 9. Dari tabel 3.1 diperoleh data dari
adalah gangguan fisik yang berupa 56 responden yang memiliki IMT
nyeri (kram perut). Dismenorea <17,0 18,4 sebanyak 27 yang
merupakan nyeri sebelum, sewaktu, mengalami dismenorea, dan 5
dan sesudah haid. Gangguan ini responden tidak mengalami
biasanya mulai terjadi pada 24 jam dismenorea. Responden yang memiliki
sebelum terjadinya perdarahan IMT antara 18,5 24,0 yang
menstruasi dan dapat terasa 24-36 jam. mengalami dismenorea sebanyak 8 dan
Kram tersebut terutama dirasakan di 7 responden yang tidak mengalami
daerah perut bagian bawah menjalar ke dismenorea. Sedangkan 4 responden
punggung atau permukaan dalam paha. yang memliki IMT antara 25,0 >27,0
Dismenorea dipengaruhi oleh beberapa mengalami dismenorea dan 5
faktor antara lain yaitu faktor kejiwaan, responden tidak mengalami
faktor konstitusi, faktor obstruksi dismenorea. Hasil uji chi squaredengan
kanalis servikalis, faktor endokrin, = 0,05 didapatkan nilai signifikansi
faktor alergi, faktor status gizi. Jika 0,019 < 0,05, sehingga H0 ditolak dan
status gizinya tidak baik, maka akan H1 diterima yang artinya terdapat
mempengaruhi gangguan kesehatan hubungan antara IMT (Indeks Massa
tubuh. Apalagi pada masa remaja yang Tubuh) dengan kejadian dismenorea
dalam masa pertumbuhan sangat pada remaja putri kelas VII di SMPN 1
Mojoanyar. Ada beberapa hal yang kebutuhan nutrisi, sehingga
sering dihubungkan dengan kejadian membutuhkan asupan nutrisi yang
dismenorea antara lain umur < 30 baik. Jadi jika IMT nya kurang maka
tahun, usia menarche < 12 tahun, siklus pada saat haid akan terjadi keluhan-
menstruasi yang panjang, perdarahan keluhan yang menimbulkan rasa
menstruasi yang banyak, merokok, ketidaknyamanan yaitu dismenorea.
gangguan psikologis dan salah satunya Selain itu juga banyaknya responden
status indeks masa tubuh yang kurang / yang belum pernah mendapat
rendah (Latthe P, Mignini L, Gray R, informasi mengenai dismenorea. Hal
Hills R, Khan K, 2006). IMT (Indeks ini menyebabkan responden kurang
Massa Tubuh) yang kurang (<17,0 mempunyai pengetahuan akan
18,4) dapat mempengaruhi kejadian pentingnya menjaga asupan nutrisi dan
dismenorea. IMT yang kurang berarti kondisi tubuh. Sehingga mereka
status gizinya juga kurang. pada gizi bersikap acuh dan bahkan mulai
kurang selain akan mempengaruhi terbiasa mengenai dismenorea yang
pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga sebagian besar mereka alami ketika
akan menyebabkan terganggunya menstruasi. Remaja putri harus aktif
fungsi reproduksi. Hal ini akan mencari informasi mengenai kesehatan
berdampak pada gangguan haid. terutama kesehatan reproduksi
Remaja putri sangat membutuhkan mengenai dismenorea, karena
asupan gizi yang baik agar status dismenorea juga tidak bisa dianggap
gizinya juga baik, karena perempuan sepele dan responden yang mengalami
setiap bulannya mengalami menstruasi. dismenorea pasti merasa tidak nyaman
Pada saat menstruasi terdapat fase dan mengganggu aktivitas mereka.
luteal yang akan terjadi peningkatan
10.
11. PENUTUP
12. Simpulan
1. IMT (Indeks Massa Tubuh) remaja mengalami dismenorea yaitu
putri kelas VII di SMPN 1 sebanyak 39 responden.
3. Ada hubungan antara IMT (Indeks
Mojoanyar paling banyak adalah
Massa Tubuh) dengan kejadian
<17,0-18,4 yaitu sebanyak 32
dismenorea pada remaja putri kelas
responden.
2. Remaja putri kelas VII di SMPN 1 VII di SMPN 1 Mojoanyar
Mojoanyar sebagian besar ditunjukkan dengan uji chi square
yang hasilnya 0,019 < 0,05, artinya dengan kejadian dismenorea pada
H0 ditolak artinya ada hubungan remaja putri kelas VII di SMPN 1
antara IMT (Indeks Massa Tubuh) Mojoanyar
4. Saran

1. Bagi Responden tema dismenorea atau memberikan


2. Responden perlu mencari informasi
pendidikan kesehatan reproduksi
mengenai dismenorea melalui
dan membahas mengenai
media masa/elektronik, buku
dismenorea.
tentang kesehatan, guru, ataupun
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
tenaga kesehatan seperti bidan. 6. Bagi peneliti selanjutnnya
Responden juga harus diharapkan penelitian ini masih
memperhatikan kebutuhan perlu dikembangkan lagi,
nutrisinya agar pada saat haid diharapkan bagi peneliti
kondisi tubuh stabil tidak selanjutnya menggunakan sampel
kekurangan zat gizi yang bisa yang lebih banyak dan menambah
mempengaruhi terjadinya variabel lain serta mencari faktor-
dismenorea. selain itu banyak faktor yang mempengaruhi
minum manis pada saat terjadinya dismenorea. Selain itu,
dismenorea. peneliti harus mempermudah
3. Bagi Pendidik Tempat Penelitian
kata/kalimat pada kuesioner agar
4. Sering mengadakan
lebih mudah dipahami oleh
penyuluhan kesehatan dengan
responden.
7.

8. DAFTAR PUSTAKA

9. Almatsier, Sunita. 2007. Prinsip 15. Arikunto, Suharsimi. 2006.


Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Prosedur Penelitian Suatu
Gramedia Pustaka Pendekatan Praktik. Jakarta :
10. Rineka Cipta
11. Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk 16.
Kesehatan Reproduksi Wanita. 17. Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam
Jakarta : APLUS BOOK Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
12. 18.
13. Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar 19. Benson, C. Ralph. 2008. Buku
Kesehatan Reproduksi Wanita. Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC Jakarta : EGC
14. 20.
21. Departemen Gizi dan Kesehatan Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi Salemba Medika
dan Kesehatan Masyarakat. 42. Paath, E F. 2004. Gizi Dalam
Jakarta : Raja Grafindo Persada Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
22. EGC
23. Eny, Kusmiran. 2012. Kesehatan 43.
Reproduksi Remaja dan Wanita. 44. Panuju dan Umami. 2005.
Jakarta : Salemba Medika Psikologi Remaja. Yogykarta :
24. Tiara Wacana Yogya
25. Hidayat, A A. 2007. Metode 45.
Penelitian Kebidanan teknik 46. Poltekkes. 2010. Kesehatan
analisa data. Jakarta : Salemba Remaja. Jakarta : Salemba Medika
Medika 47.
26. 48. Proverawati, Atikah. 2009.
27. Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Menarche Menstruasi Pertama
Gizi Terapan. Bandung : PT Penuh Makna. Yogyakarta :
Remaja Rosdakarya Nuha Medika
28. 49.
29. Kartono dan Lamid. 2006. Terapi 50. Sarwono, Prawirohardjo. 2010.
Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta Ilmu Kandungan. Jakarta : P.T Bina
: EGC Pustaka
30. 51.
31. Latthe P, dkk. 2006. Factors 52. Saryono. 2010. Metodologi
predisposing Women to Chronic penelitian kebidanan. Jakarta :
Pelvic Pain : systematic Review. Nuha Medika
32. 53.
33. Manuaba, S, dkk. 2010. Buku Ajar 54. Sitiatava, R P. 2013. Pengantar
Ginekologi : Untuk Mahasiswa Ilmu Gizi dan Diet.Jogjakarta : D-
Kebidanan. Medika (Anggota IKAPI)
34. Jakarta : EGC
35. 55.
36. Mirza, Maulana. 2009. Seluk Beluk 56. Yuliarti, Nurheti. 2009. A to Z
Reproduksi dan Kehamilan. Woman Health & Beauty.
Jogjakarta : Yogyakarta : C.V Andi
37. Gara Ilmu Offset
38. 57.
39. Nugraha, D B. 2006. Apa Yang 58. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar
Ingin Diketahui Remaja Tentang Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Seks. Jakarta : Bumi Aksara. 59.
40. 60. Wong, Donna, L. 2009. Buku Ajar
41. Nursalam, 2011. Konsep Dan Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
Penerapan Metodelogi Penelitian EGC
61.

You might also like