Professional Documents
Culture Documents
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|8
Ahmad | Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
dapat memperburuk anemia pada pasien mengoreksi anemia renal hingga target Hb dan
GGK.3 Untuk lebih lengkapnya, perhatikan Ht tercapai.4 Rekomendasi KDOQI
Tabel 1. menyebutkan bahwa target hemoglobin pada
pasien GGK adalah 11 hingga 12 g/dL. Menurut
Tabel 1. Etiologi Anemia Pada Penyakit Ginjal beberapa penelitian klinik hemoglobin pada
3
Kronik. level tersebut terbukti meningkatkan kualitas
Etiologi Penjabaran etiologi hidup dan menurunkan morbiditas.5
Penyebab Defisiensi relatif dari Pada pasien ini mendapat terapi EPO
utama eritropoietin 3000 IU subkutan, dan diulang 2 kali seminggu.
Penyebab Kekurangan zat besi Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada fase
tambahan Inflamasi akut dan kronik koreksi pemberian terapi EPO dimulai dengan
Pendeknya masa hidup 2000-4000 IU subkutan, diulang 2-3 kali
eritrosit seminggu selama 4 minggu.Respon yang
Bleeding diathesis diharapkan dari pasien adalah kenaikan Hb 1-2
Hiperparatiroidisme/ fibrosis g/dL dalam 4 minggu atau kenaikan Ht 2-4 %
sumsum tulang dalam 2-4 minggu. Oleh karena itu perlu
Kondisi Hemoglobinopati, hipotiroid, dilakukan pemantauan setiap 4 minggu.
komorbidit hipertiroid, kehamilan, HIV, Apabila target respon tercapai maka dosis EPO
as autoimun, obat imunosupresif dipertahankan hingga target Hb tercapai (> 10
g/dL). Namun bila masih belum mencapai
Tujuan penatalaksanaan anemia pada target respon maka dosis EPO dinaikkan 50 %.
GGK adalah mencapai target Hb > 10 g/dL dan Apabila setelah kenaikan dosis tersebut Hb
Ht > 30 %.3 Target Hb tersebut dapat dicapai naik > 2,5 g/dL atau Ht naik > 8 % dalam 4
dengan cara pengelolaan konservatif ataupun minggu maka sosis EPO diturunkan 25 %.5,6
dengan terapi eritropoetin (EPO). Apabila pada Fase pemeliharaan dilakukan apabila Hb
terapi konservatif target Hb tidak tercapai sudah mencapai target > 10 g/dL.Fase
maka dilanjutkan dengan terapi EPO.4 Pada pemeliharaan dimulai dengan dosis 1-2 kali
pasien ini terdapat riwayat dirawat di rumah 2000 IU/minggu.Pemantauan Hb dan Ht
sakit karena keluhan lemah badan dan pucat. dilakukan setiap bulannya sedangkan status
Hal ini menandakan bahwa anemia pada besi diperiksa setiap 3 bulan. Apabila pada fase
pasien sudah terjadi berulang selama pasien pemelharaan Hb mencapai >12 g/dL (dan
menjalani hemodialisis. Karena target Hb tidak status besi cukup) maka dosis EPO fase
dapat dicapai dengan cara konservatif maka pemeliharaan perlu diturunkan 25%.Apabila
pada pasien ini dilakukan terapi eritropoetin. pasien gagal mencapai taget Hb dan Ht setelah
Menurut kepustakaan, terapi pemberian EPO selama 4 sampai 8 minggu,
eritropoetin diindikasikan untuk pengobatan artinya respon pasien terhadap terapi EPO
anemia pada GGK. Pemberian terapi EPO tidak adekuat.5,6
dilakukan apabila penyebab anemia adalah Gagalnya respon terhadap terapi EPO
karena defisiensi eritropoetin. Eritropoetin seringkali disebabkan karena bersamaan
secara konsisten menjaga dan memperbaiki dengan defisiensi besi, hal ini dapat dikoreksi
kadar Hb dan Ht, penggunaan EPO juga dapat dengan pemberian zat besi per oral.
menurunkan kebutuhan transfusi pada pasien Penambahan folat mungkin juga diperlukan
GGK.4 Menurut rekomendasi KDIGO, terapi pada beberapa pasien.7 Pada pasien ini belum
EPO diindikasikan apabila pada beberapa kali dilakukan pemeriksaan status besi secara rutin,
pemeriksaan didapatkan Hb <10 g/dl dan Ht keterbatasan ini dikarenakan biaya
<30%, selain itu juga harus sudah disingkirkan pemeriksaan yang cukup mahal sehingga tidak
penyabab lain dari anemia.4 semua pasien dapat diperiksa status besi
Terapi EPO pada pasien GGK dengan secara rutin. Beberapa penelitian menyebutkan
anemia diberikan dengan syarat kadar feritin bahwa penyebab tersering gagalnya respon
serum > 100 mcg/L dan saturasi transferin > 20 terhadap terapi EPO adalah karena defisiensi
%, pasien juga disyaratkan tidak sedang besi.7 Namun diagnosis pasti anemia defisiensi
mengalami infeksi berat. Terapi EPO dibagi besi pada pasien ini belum dapat ditegakkan
menjadi 2 fase yaitu fase koreksi dan fase karena pemeriksaan penunjang yang menilai
pemeliharaan. Tujuan fase koresi adalah untuk kadar feritin serum belum dilakukan.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|10
Ahmad | Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
1
Gambar 1. Bagan terapi eritropoetin pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Pasien juga memiliki riwayat 4 kali B dan C, infeksi HIV dan juga dapat terjadi
transfusi darah sejak awal menjalani reaksi transfusi.12
hemodialisis. Setiap kali transfusi sebanyak 2
kantong. Pada pasien ini dapat dilakukan Simpulan
pemberian transfusi darah pada apabila Penatalaksanaan anemia pada pasien
terdapat indikasi terjadi perdarahan akut GGK harus bersifat terpadu. Penatalaksanaan
dengan gangguan hemodinamik, pasien secara tepat akan memberikan respon yang
dengan Hb < 7 g/dL dan tidak memungkinkan adekuat dan secara nyata akan meningkatkan
pemberian EPO, transfusi darah juga dapat kualitas hidup pasien. Saat ini terapi EPO masih
diberikan pada pasien dengan defisiensi besi menjadi pilihan utama terapi anemia pada
ketika preparat besi IV/IM belum tersedia.11 pasien GGK. Agar pemberian terapi EPO dapat
Berbeda dengan target Hb pada terapi EPO, memberikan hasil yang optimal, seorang
target Hb pada transfusi darah adalah 7 sampai dokter hendaknya memperhatikan berbagai
9 g/dL. Pemberian transfusi yang melebihi aspek dan mencari faktor utama penyebab
target hingga 10 sampai 12 g/dL tidak anemia. Terapi tambahan lain seperti injeksi
direkomendasikan karena tidak terbukti iron sucrose, injeksi vitamin C, dan
bermanfaat.11 Selain itu, transfusi juga harus suplementasi asam folat juga dapat diberikan
diberikan secara hati-hati karena memiliki sebagai penunjang. Selain itu, Terapi yang
risiko penularan penyakit seperti hepatitis virus adekuat dapat mempertahankan target Hb
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|12