You are on page 1of 19

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

KERJA MESIN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin
peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Proses manufaktur berkaitan dengan
produksi suatu barang menggunakan mesin maupun perkakas. Pada bidang
material dan metalurgi, logam merupakan bahan baku yang paling banyak
dijumpai dalam proses produksi. Logam dapat diperlakukan khusus secara
thermal maupun dengan mesin (machining). Salah satu proses permesinan yang
biasa dijumpai adalah proses bubut (turning).
Bubut atau yang biasa disebut turning atau lathe adalah suatu proses
pembentukan benda kerja dengan mengurangi material kerja dan dilakukan
dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Dalam
aplikasinya di dunia industri, proses bubut memiliki banyak peran penting seperti
untuk pembuatan komponen-komponen kendaraan (baut, roda gigi, poros) dan
lain sebagainya. Untuk memahami ilmu pengetahuan mengenai proses membubut,
tidak cukup hanya mempelajari melalui beberapa teori dari buku maupun sumber
tertulis lainnya. Diperlukan adanya kerja praktek yang secara langsung dapat
menerapkan dan mengaplikasikan materi dari teori-teori yang telah didapatkan
sebelumnya. Oleh karena itu, diadakan praktikum kerja mesin mengenai proses
membubut dengan harapan dapat membantu memahami prosedur-prosedur kerja
saat proses membubut dan dapat mengoperasikan mesin bubut dengan baik dan
benar.

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum praktikum ini adalah:
1. Bagaimana mengetahui fungsi mesin bubut dan cara mengoperasikannya?
2. Bagaimana cara membuat spesimen uji tarik menggunakan mesin bubut
sesuai dengan standar yang telah ditentukan?

I.3 Tujuan
LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 1
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :


1. Mengetahui fungsi mesin bubut dan cara mengoperasikannya
2. Mengetahui cara membuat spesimen uji tarik menggunakan mesin bubut
dengan standar yang sudah ditentukan.

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 2
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Proses Pemotongan
Proses pemotongan dengan logam merupakan suatu proses yang digunakan
untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara
memotong. Prinsip pemotongan logam dapat didefinisikan sebagai sebuah saksi
dari alat potong yang dikontakkan dengan sebuah benda kerja untuk membuang
permukaan benda kerja tersebut dalam bentuk geram.
Proses pemotongan ini dapat merupakan proses penyelesaian dari suatu
produk dan dapat juga merupakan proses yang masih memerlukan proses
pengerjaan lainnya. Dalam proses pemotongan logam dikenal beberapa jenis,
yakni :
Proses sekrap (Shaping, Planing)
Proses Bubut ( Turning)
Proses Gurdi (Drilling)
Proses Freis (Milling)
Proses Gerinda (Grinding), dll.

Ada tiga parameter utama yang mempengaruhi gaya potong, peningkatan


panas, keausan, dan integritas permukaan benda yang dihasilkan. Ketiga
parameter itu adalah kecepatan potong (v), pemakanan (f), dan kedalaman potong
(a). Kecepatan potong adalah kecepatan keliling benda kerja dengan satuan
(m/min). Pemakanan adalah perpindahan atau jarak tempuh pahat tiap satu
putaran benda kerja (mm/rev). Kedalaman potong merupakan tebal material
terbuang pada arah radial (mm).
II.2 Mesin Bubut
Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda
kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu
putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif
dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur
perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 3
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan
poros spindel dengan poros ulir. Roda gigi penukar disediakan secara khusus
untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda
gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi
maksimum 127. Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan
karena digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.

Gambar 2.1 Mesin Bubut

Gambar 2.2 Bagian-bagian pada mesin bubut


Bagian-bagian Mesin Bubut dan Kegunannya :

1. Kepala tetap (head stock)

Head stock adalah bagian yang menggerakkan dan mengumpan perkakas


potong atau alat yang memutar komponen.

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 4
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

2. Spindel

Spindel merupakan bagian yang meneruskan putaran mesin ke benda kerja


sehingga benda kerja dapat berputar, serta tempat melekatnya benda kerja.

3. Bangku atau dasar

Berfungsi untuk menyangga komponen lainnya seperti kepala tetap, ekor


tetap (tail stock), peluncur melintang dan kereta peluncur.

Gambar 2.3 Bangku Dasar

4. Kolom

Kolom menyediakan dukungan vertikal dan memandu kepala tetap untuk


mesin kelas tertentu.

Gambar 2.4 Kolom besi tuang dengan jalur diskrap rata

5. Meja

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 5
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

Berfungsi untuk menyangga benda kerja atau bagian yang akan dimesin
dan untuk menyediakan penempatan serta penjepitan benda kerja.

6. Kereta peluncur

Menyediakan gerakan sepanjang sumbu dari bangku.

7. Landasan (runway)

Berfungsi membawa kolom pada mesin serut jenis lantai dan meja putar.
Kalau dasar kolom, kolom dan kepala tetap adalah sebuatdasar kolom,
kolom dan kepala tetap adalah sebuah satuan integral maka elemen
pendukung disebut bangku dan bukan sebuah landasan meskipun
keduanya sama prinsip.

8. Penyangga Ujung atau ekor tetap

Berfungsi sebagai penyangga luar untuk perkakas potong atau benda kerja.

Gambar 2.5 Penyangga Ujung

9. Pencekam (Chuck)

Digunakan untuk memegang bagian yang besar dan bentuknya tidak


umum dan dibautkan atau disekrup ke spindel sehingga sambungannnya
kaku. Ada beberapa jenis pencekam:

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 6
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

a. Pencekam universal : Semua rahang akan konsentris ketika kunci


pencekam diputar.

b. Independent chuck : Setiap rahang mempunyai penyetelan sendiri-


sendiri.

c. Pencekam kombinasi : Sama dengan Independet chck namun


mempunyai tambahan kunci pembuka yang mengontrol semua rahang
secara serentak.

d. Pencekam gurdi (drill chuck): pencekam skrup universal kecil yang


digunakan pada mesin kempa gurdi tetapi sering digunakan pada
mesin bubut untuk menggurdi dan menyenter.

Gambar 2.6 Chuck

10. Leher (collet)

Biasa digunkan untuk bahan stok batangan, dibuat dengan rahang dari
ukuran standar untuk menampung stok bulat, bujur sangkar, dan segi
enam. Umumnya banyak digunakan leher dari jenis pegas. Pegas ini pejal
pada satu ujung dan terbelah pada ujung yang lain yang berbentuk tirus.
Ujung yang tirus bersinggungan dengan kap atau busing yang tirusnya
serupa, dan jika ditekan kedalam kap, maka rahang dari leher akan
dieratkan disekitar stok. Leher pegas dibuat dalam tiga jenis: didorong ke
luar, ditarik ke belakang dan stationer.

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 7
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

Gambar 2.7 Leher dari jenis didorong ke luar

Gambar 2.8 Potongan Konstruksi dari pemasangan leher yang ditarik ke dalam

11. Dead Center

Menunjang ujung benda kerja, center ini tidak berputar bersama benda
kerja.

12. Tail Cock Spindel

Tempat melekatnya dead center. Disamping itu dapat juga untuk


meletakkan drill chuck untuk drilling.

13. Tail Shock Spindel

Bagian belakang (ekor) mesin bubut, untuk menunjang ujung benda kerja
dengan perantaraan dead center yang diletakkan pada tail shock spindle.

14. Tail Shock Handwheel

Untuk memajukan atau memundurkan posisi dead center agar kedudukan


benda kerja dapat diatur dengan baik. Disamping itu apabila kedudukan

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 8
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

tail stock dipasang mata bor, maka stock hand wheel dapat juga digunakan
sebagai gerak pemakanan (feeding motion).

15. Bed

Bagian yang memanjang head stock, tail stock. Sedangkan bagian atas dari
bed disebut ways.

16. Carriage

Bagian yang dapat bergeser dengan arah longitudinal sepanjang bed,


memukul bagian lain-lain diatasnya yaitu cross side, dll.

17. Cross Side

Apabila bagian yang melintang sumbu mesin bubut terletak di atas


carriage untuk mengadakan gerak pemakanan melintang (cross feed).

18. Compound rest : tempat melekatnya tool post.

19. Tool post : tempat melekatnya pahat (cutting tool).

II.3 Proses Pembubutan

Proses pembubutan adalah salah satu proses pemesinan yang mengunakan


pahat dengan satu mata potong untuk membuang material dari permukaan benda
kerja yang berputar. Pahat bergerak pada arah linier sejajar dengan sumbu putar
benda kerja seperti yang terlihat pada gambar. Dengan mekanisme kerja seperti
ini, maka Proses bubut memiliki kekhususan untuk membuat benda kerja yang
berbentuk silindrik.

Benda kerja di tekan dengan poros spindle dengan bantuan chuck yang
memiliki rahang pada salah satu ujungnya. Poros spindle akan memutar benda
kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel.
Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir.
Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 9
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

deretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan
yang berbentuk ulir.

Ada 9 macam jenis proses bubut:


1. Pembubutan tepi (facing)
Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja.
2. Pembubutan silindris (turning)
Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik
pengerjaan tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong
pahatnya harus terletak center terhadap garis sumbu dan ini berlaku untuk
semua proses pemotongan pada mesin bubut.
3. Pembubutan alur (grooving)
Pembubutan yang di lakukan di antara dua permukaan.
4. Pembubutan tirus (chempering)
Adapun caranya sebagai berikut :
Dengan memutar compound rest
Dengan menggeser sumbu tail stock
Dengan menggunakan taper attachment.
5. Pembubutan ulir (threading)
Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi bentuk yang
sesuai dengan menggunakan referensi mal ulir (thread gauge). Atau bias
juga menggunakan pahat tertentu ukurannya yang sudah di jual di pasaran,
biasanya untuk ulir-ulir standar.
6. Drilling
Membuat lubang awal pada benda kerja
7. Boring
Memperbesar lubang pada benda kerja.
8. Kartel (knurling)
Membuat profil atau grip pegangan pada benda kerja seperti pada
pegangan tang, obeng agar tidak licin.
9. Reaming
Memperhalus lubang pada benda kerja.

II.4 Pahat
Pahat yang baik harus memiliki sifat-sifat tertentu, sehingga nantinya dapat
menghasilkan produk yang berkualitas baik (ukuran tepat) dan ekonomis (waktu
yang diperlukan pendek). Kekerasan dan kekuatan pahat harus tetap bertahan
meskipun pada temperatur tinggi (Hot Hardness). Ketangguhan (toughness) dari

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 10
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
KERJA MESIN

pahat diperlukan, sehingga pahat tidak pecah atau retak terutama pada saat
pemotongan dengan beban kejut. Ketahanan aus sangat dibutuhkan yaitu
ketahanan pahat melakukan pemotongan kerja tanpa terjadi keausan yang cepat.
Material pahat umumnya adalah baja karbon sampai dengan keramik intan.
Sudut pahat yang besar memberikan kekuatan yang besar dan menghalau
panas dari mata pemotongnya. Untuk mengerjakan bahan yang keras diperlukan
sudut pahat yang besar. Sudut yang kecil memberikan mata pemotong yang lemah
tetapi penyayatan lebih mudah. Pada logam yang lunak dan ukuran garis tengah
yang kecil,kelonggaran depan padat ditambah.
Terdapat beberapa jenis pahat bubut:

Gambar 2.9 Macam-macam Pahat


1 = Pahat kikis tekuk kanan 11 = Pahat alur
2 = Pahat kikis luris kanan 12 = Pahat ulir pucuk
3 = Pahat kikis lurus kiri 13 = Pahat penggal
4 = Pahat kikis samping kanan 14 = Pahat bubut bentuk
5 = Pahat pucuk samping kanan 15 = Pahat bubut dalam
6 dan 7 = Pahat poles pucuk 16 = Pahat sudut dalam
8 = Pahat poles lebar 17 dan 18 = Pahat kait
9 = Pahat bubut samping kanan 19 = pahat ulir dalam
10 = Pahat bubut samping kiri

LABORATORIUM METALURGI
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL 11
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Pahat berada dalam posisinya yang tepat dan cermat dengan garis tengah
benda, pemasangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan merusak sudut
kelonggaran, supaya proses pengerjakan benda kerja sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan.
Sesuai dengan bentuk dan penggunaan pahat-pahat bubut dapat dinamakan
sebagai berikut :
a. Pahat potong: pahat dipergunakan untuk memotong logam atau
memisahkan komponen yang selesai dari bahannya
b. Pahat ulir: pahat dipergunakan untuk ulir luar. Sudutnya diasah
sesuaidengan ulir yang dibubut
c. Pahat bor: pahat ini dipergunakan untuk kerja bor kasar dan pembubutan
muka permukaan dalam .
Pahat bubut juga digolongkan atas pahat kanan memotong dari kanan kekiri
dan pahat kiri memotong dari kiri kekanan.
II.5 Pemasangan Benda Kerja

Gambar 2.10 Pemasangan Benda Kerja


Ada tiga cara pemasangan benda kerja pada mesin bubut, yaitu:
1. Antara Senter-Senter.
Senter-senter mesin mesin bubut dikerjakan dengan mesin,dengan tirus morse
ditempatkan ke dalam spindel kepala tetap dan kepala lepas biasa disebut
senter mati dan senter hidup, senter mati masuk pada kepala lepas sedangkan
senter hidup ikut berputar dengan mesin masuk ke dalam kepala tetap,
keduanya mempunyai sudut 60 derajat pada mata titiknya.
2. Dalam Pelat Cekam Kosentris Tiga Rahang.
Ketiga rahang bersama-sama bergerak ke dalam atau keluar di lengkapi dengan
seperangkat rahang yang dapat di balik pemasangannya untuk dapat menjepit
benda kerja kerja sesuai garis tengah, rahang-rahang ini tidak dapat diukur,
pemasangan ini hanya untuk benda kerja bulat.
3. Dalam Cekam Bebas Empat Rahang
Keempat rahang bergerak secara bebas dan dapat di balik sehingga tidak
diperlukan seperangkat cadangan. Pelat cekam ini dipergunakan untuk
menjepit benda kerja segi empat yang tidak teratur. Pelat cekam harus di setel
dengan cermat untuk menghasilkan kekuatan jepit yang besar.
II.6 Geram
Pemotongan logam didasari dengan terbentuknya geram (chip) sebagai
akibat dari proses pemotongan. Pemotongan logam menyangkut beberapa faktor
penting:
Sifat dari bahan benda kerja (work material)
Sifat dan bentuk geometry pahat
Hubungan antara pahat dan benda kerja
Terbentuknya geram merupakan hasil dari shear deformation (deformasi
geser) pada bagian terlemah dari benda kerja yang termakan oleh sisi potong dari
pahat. Gerakan relatif antara pahat dan benda kerja menyebabkan terjadinya gaya
kompresi didekat pahat yang mengakibatkan terjadinya deformasi geser.
Geram yang terbentuk pada proses pemotongan logam dapat diklasifikasikan
menjadi 3 macam yaitu:
1. Discontinuous Chips
Geram ini terputusputus dimana segmensegmennya tidak terikat satu
dengan lainnya disebabkan oleh karena distorsi pada logam yang berdekatan
dengan pahat menghasilkan crack (retak) dan terlempar dari pahat
2. Continuous Chips
Geram ini terus tersambung dan membentuk gulungan geram yang
panjang seperti spiral atau lurus memanjang
Terjadi karena operasi mesin perkakas dengan kecepatan potong tinggi
dengan material yang ductile (lunak), contohnya baja lunak, aluminium,
dll.
3. Continuous with a Built Up Edge Chips
Geram ini terbentuk karena adanya panas lebih (over heating). Pada proses
ini terbentuk gumpalan didepan pahat yang akan ikut mendorong bagian belakang
geram, gumpalan tersebut adalah bagian dari geram yang kecil, karena pada tool
dan benda kerja terjadi panas yang berlebih maka geram tersebut meleleh dan
melekat pada ujung pahat potong yang makin lama makin banyak.
II.7 Media Pendingin
1. Fungsi media pendingin
a. Mengurangi gesekan antara geram, pahat dan benda kerja
b. Mengurangi suhu pahat dan benda kerja
c. Membersihkan pahat dari geram
d. Memperbaiki penyelesaian permukaan
e. Menaikkan umur pahat
f. Menurunkan daya yang diperlukan
g. Mengurangi kemungkinan korosi pada benda kerja dan mesin
h. Membantu mencegah pengelasan geram pada pahat
2. Syarat media pendingin
a. Tidak menimbulkan penolakan secara fisiologis kepada operator
b. Tidak merusak mesin
c. Harus memiliki karakteristik perpindahan panas
d. Tidak menguap
e. Tidak berbuih
f. Melumasi dan mempunyai titik nyala tinggi
3. Bahan media pendingin
a. Bahan padatyaitu grafit dalam besi cor kelabu
b. Bahan cairyaitu larutan dasar air atau dasar minyak dengan bahan
tambahan tertentu
c. Bahan gasyaitu uap air, karbon dioksida dan udara tekan
d. Media pendingin kimia yaitu komponen kimia yang dihancurkan
dalam air. Zat kimia yang digunakan adalah:
Amina dan nitrit untuk mencegah karat
Nitrat untuk menstablkan nitrit
Fosfat dan borat untuk melunakkan air
Bahan sabun dan pembasah untuk pelumasan dan
mengurangi tegangan muka
Gabungan dari fosfor, chlorin dan belerang untuk
pelumasan kimia
Chlorin untuk pelumasan
Glikol sebagai bahan pengaduk dan pembasah
Germisida untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Mesin Bubut 1 set
Roll Meter 1 buah
Jangka sorong 1 buah
TipeX 1 buah
Kacamata Pelindung 1 buah
III.1.2 Bahan
Baja AISI 1020 berbentuk Silinder 2 buah
Coolant secukupnya

III.2 Prosedur Percobaan


III.2.1 Tahap Preparasi
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur spesimen/workpiece dan menandai titik tengahnya.
3. Mengukur panjang area yang akan diproses machining dari titik
tengah tersebut.
III.2.2 Proses Pengaturan
1. Meletakkan benda kerja pada chuck.
2. Mengencangkan chuck assembly dengan kunci khusus chuck dan
memastikan kunci tersebut tidak tertinggal pada chuck agar kunci
tidak terlempar saat mesin berputar sehingga menghindari
terjadinya kecelakaan kerja.
3. Menyalakan mesin untuk melihat perputaran workpiece.
4. Mengatur kembali chuck assembly jika perputaran workpiece
kurang sempurna.
5. Memilih tool dan mengatur tool bar assembly pada level
ketinggian dan mengatur sudut yang sesuai untuk pekerjaan yang
akan dilakukan.
III.2.3 Prosedur Pengerjaan Mesin
1. Melakukan proses set up untuk membuat tirus.
2. Melakukan sedikit proses facing untuk menemukan titik tengah
ujung benda kerja.
3. Membuat tirus sebagai pusat pembubut.
4. Melakukan proses set up ulang untuk memulai proses machining.
5. Membuat batas daerah bubutan dengan membubut sedikit benda
kerja pada daerah yang telah ditandai.
6. Melakukan proses bubut hingga diameter menjadi 12,5 mm.
7. Mengganti pahat dengan mata pahat untuk proses finishing dan
Melakukan proses set up ulang untuk memulai proses finishing.
8. Melakukan proses finishing dan pembentukan groove dengan
mesin bubut.
9. Mengulangi langkah dari awal untuk membubut benda kerja
selanjutnya.

III.3 Gambar Benda Kerja Mesin


Benda kerja yang dibuat dalam praktikum kerja mesin ini adalahspesimen
uji tarik

Gambar 3.1 Dimensi Benda Kerja yang Akan Dibuat


BAB IV
PEMBAHASAN
Bubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Proses
pembubutan adalah salah satu proses pemesinan yang mengunakan pahat dengan
satu mata potong untuk membuang material (geram) dari permukaan benda kerja
yang berputar. Praktikum dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara
membuat spesimen dengan standar yang sudah ditentukan dengan menggunakan
mesin bubut.
Spesimen Baja AISI 1020 yang berbentuk silinder diukur panjang dan titik
tengahnya menggunakan roll meter, sementara diameter diukur menggunakan
jangka sorong. Untuk pengukuran diameter, pengukuran dilakukan di tengah dan
di kedua ujungnya kemudian hasilnya dirata-rata. Spesimen yang digunakan ada
2, sehingga pada spesimen kedua dilakukan pengukuran yang sama seperti pada
spesimen sebelumnya. Setelah dilakukan pengukuran, selanjutnya ujung spesimen
baja AISI 1020 dibor searah dengan panjang bajanya. Drill ini menggunakan
mesin bubut ini sendiri. Proses drilling ini tidak dilakukan terlalu dalam karena
tujuan dari drilling sendiri agar spesimen bisa dijepit pada mesin bubut. Setelah
dilakukan drill pada salah satu ujung spesimen, maka dimulalilah proses
pembubutan spesimen baja AISI 1020 ini. Putaran yang digunakan ialah
kecepatan medium. Pada tahapannya dilakukan dengan dua operasi yaitu operator
manual dan pembubutan dengan operator otomatis. Pembubutan dengan operasi
manual yaitu harus memutar manual menggunakan tangan sedangkan cara
otomatis yaitu setelah dikunci maka mesin secara otomatis akan melakukan proses
pembubutan.
Pada spesimen uji tarik baja AISI 1020, dengan menggunakan jangka
sorong dihasilkan diameter awal spesimen sebesar 19.7 mm dan dengan roll meter
dihasilkan panjang spesimen 321 mm. Pertama-tama dibuat lubang center pada
kedua ujungnya dengan drill pada mesin bubut, agar dapat dilakukan penjepitan
pada proses selanjutnya. Selanjutnya dilakukan proses pembubutan untuk
mengurangi diameter dari benda kerja hingga berdiameter 17.5 mm sepanjang
benda kerja kecuali pada ujung-ujungnya berjarak 1.0 mm dari ujung. Dari
diameter 19,7 mm hingga menjadi diameter 17,5 mm maka dilakukan
pengurangan dimensi sebanyak 2,2 mm. Pembubutan ini tidak dapat dilakukan
dalam satu kali langkah, langkah pertama mengurangi sebanyak 1,0 mm, kedua
sebanyak 1.0 mm, dan yang terakhir sebesar 0.2 mm. Hal tersebut dilakukan agar
hasil yang diperoleh halus dan tidak merusak mesin. Setelah didapatkan spesimen
dengan diameter sebesar 17.5 mm, selanjutnya dari titik tengah benda uji masing-
masing diukur sepanjang 61.25 mm kemudian dilakukan proses pembubutan
untuk mengurangi diameter benda kerja dari 17.5 mm hingga diameternya 12.5
mm. Pada proses ini juga dilakukan dalam beberapa langkah. Pertama karena
dimensi yang akan dikurangi terlalu besar, kedua karena dibutuhkan pengetrapan
pada sisi dalam dari 61.25 mm untuk mendapatkan cekungan dengan jari-jari
sebesar 10 mm.
Hasil akhir yang didapatkan sesuai dengan hasil yang ditentukan pada
modul praktikum, yaitu spesimen dengan panjang 321.0 mm, diameter luar 17.5
mm, dan diameter bagian tengah 12.4 mm untuk spesimen pertama dan untuk
spesimen kedua didapatkan benda kerja dengan panjang 320 mm dengan diameter
11.9 mm. Pada praktikum ini sempat terjadi kesalahan dalam penafsiran
pengurangan dimensi, namun masih bisa diatasi dan tidak berakibat fatal untuk
mencapai ukuran yang diinginkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Hasil praktikum yang didapatkan yakni :
1. Mahasiswa mengetahui fungsi mesin bubut dan cara mengoperasikannya
2. Mahasiswa mengetahui cara membuat spesimen uji tarik dengan ukuran
mendekati standar yang sudah ditentukan, dengan menggunakan mesin
bubut yaitu yakni spesimen I memiliki panjang 321 mm, diameter 12,3
mm dan spesimen II memiliki panjang 320 mm, diameter 11,9 mm.
IV.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, kami memberikan saran sebagai
berikut :
1. Pada preparasi spesimen uji tarik, sebelum dilakukan proses pembubutan
diperlukan ketelitian dan konsentrasi yang tinggi dalam mengukur panjang
maupun diameter spesimen agar sesuai dengan standard ukuran yang telah
ditentukan sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat proses bubut berlangsung.
2. Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dalam pengoperasian mesin bubut dan
harus sesuai dengan prosedur. Jika tidak hati-hati maka resiko kecelakaan kerja
sangat rentan terjadi.
3. Tiap anggota kelompok harus mampu bekerja sama dan berkoordinasi satu sama
lain mengingat waktu yang dibutuhkan terbatas.

You might also like