Professional Documents
Culture Documents
Abu Rayhan al-Biruni adalah seorang ilmuwan besar, fisikawan, astronom, sosiolog, sastrawan,
sejarawan dan matematikawan yang nilainya tidak pernah diketahui. Dia dipertimbangkan
sebagai bapak dari unified field theory (teori segala sesuatu -pen) oleh peraih penghargaan Nobel
Profesor Abdus Salam. Abu Rayhan al-Biruni hidup hampir seribu tahun yang lalu dan sezaman
dengan Ibn Sina (Avicenna) dan Sultan Mahmoud Ghazni.
Pada saat menjelang akhir hayatnya, Biruni dikunjungi oleh tetangganya yang merupakan ahli
fiqih. Abu Rayhan masih dalam keadaan sadar, dan tatkala melihat sang ahli fiqih, dia bertanya
kepadanya tentang hukum waris dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Sang ahli fiqih
terkesima melihat seseorang yang sekarat masih tertarik dengan persoalan-persoalan tersebut.
Abu Rayhan berkata, Aku ingin bertanya kepadamu: mana yang lebih baik, meninggal dengan
ilmu atau meninggal tanpanya? Sang ahli fiqih menjawab, Tentu saja lebih baik mengetahui
dan kemudian meninggal. Abu Rayhan berkata, Untuk itulah aku menanyakan pertanyaanku
yang pertama. Beberapa saat setelah sang ahli fiqih tiba dirumahnya, tangisan duka mengatakan
kepadanya bahwa Abu Rayhan telah meninggal dunia. (Murtaza Mutahhari: Khutbah
Keagamaan)
Setelah itu, hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor
pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh
penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.
Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi,
Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi.
Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer
dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan
menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi
nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para
sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban.
Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan
membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran
oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan
menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi
pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada
tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad,
Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering
kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian
dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para
matematikawan arab.
Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi
kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya
sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.
Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu
hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya
mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.
1099 - Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta
Pertama)
1110-1185 - Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran
1120 (Meninggal) - Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair
1128 - Ibn Rushd (Averroes) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi
1135 - Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi
1136 - 1206 - Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik
1140 - Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika
1155 (Meningal) - Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi
1162 - Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)
1165 - Ibn A-Rumiyyah AbulAbbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1173 - Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1180 - Al-Samawal * Matematika
1184 - Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan
1201-1274 - Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri
Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan
George Sarton, Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-
Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim.
Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-
Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim.
Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim
memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana
dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim
dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa
yang kita miliki?
Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari
22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima
dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya!
(Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau
keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita
sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan,
menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia.